TINJAUAN PUSTAKA
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel
tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiflikasi
dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif
dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel
telur dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2011). Jadi, pertumbuhan lebih
ditekankan pada bertambahnya ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi
lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti bertambahnya ukuran
berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang
bervariasisesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum,
pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan
pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu,
kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah.
Pada masa fetal pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan
masa setelah lahir, yaitu merupakan 50 % dari total panjang badan.
Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara
teratur. Pada usia dua tahun, besar kepala kurang dari seperempat
panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstremitas bawah lebih
dari seperempatnya.
b. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI,
2000). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif,
yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian
tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk
memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan
anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-benda di
sekelilingnya serta kematangan emosi dan sosial anak.
5. Peran Perawat
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh
masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau
suatu pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan diri
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Hidayat, 2011).
Sedangkan menurut Mubarak (2012), mendefinisikan peran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system.Peran dipengaruhi
oleh keadaan social dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi social tertentu (Mubarak, 2012).
Peran perawat adalah cara untuk mengatasi aktifitas perawat dalam
praktik,dimana telah menyelesaikan pendidiksan formalnya yang
diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan
tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik profesionalnya. Dimana setiap peran yang
dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan (Mubarak,
2012).
B. Konsep Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan atau ansietas merupakan penilaian dan respon
emosional terhadap sesuatu yang berbahaya. Kecemasan sangat berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kondisi dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan
merupakan suatu perasaan yang berlebihan terhadap kondisi ketakutan,
kegelisahan, bencana yang akan datang, kekhawatiran atau ketakutan
terhadap ancaman nyata atau yang dirasakan (Heri Saputro, Intan Fazrin,
2017:6).
2. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2010:144), kecemasan berbeda dengan rasa takut
yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Berbeda dengan
Videbeck, yang menyatakan bahwa takut tidak dapat dibedakan dengan
cemas, karena individu yang merasa takut dan cemas mengalami pola
respon perilaku, fisiologis, emosional dalam waktu yang sama.
a. Tingkat kecemasan menurut (Heri Saputro, Intan Fazrin, 2017:7).
dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Kecemasan ringan
Pada tingkat kecemasan ringan seseorang mengalami
ketegangan yang dirasakan setiap hari sehingga menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Seseorang akan lebih tanggap dan bersikap positif terhadap
peningkatan minat dan motivasi. Tanda-tanda kecemasan ringan
berupa gelisah, mudah marah dan perilaku mencari perhatian.
2) Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Pada
kecemasan sedang, seseorang akan kelihatan serius dalam
memperhatikan sesuatu. Tanda-tanda kecemasan sedang
berupasuara bergetar, perubahan dalam nada suara takikardi,
gemetaran, peningkatan ketegangan otot.
3) Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi,
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang rinci dan
spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditunjukkan untuk mengurangi menurunkan kecemasan dan fokus
pada kegiatan lain berkurang. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu daerah lain.
Tanda-tanda kecemasan berat berupa perasaan terancam,
ketegangan otot berlebihan, perubahan pernapasan, perubahan
gastrointestinal (mual, muntah, rasa terbakar pada ulu hati,
sendawa, anoreksia dan diare), perubahan kardiovaskuler dan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
3. Gejala Kecemasan
Gejala klinis kecemasan menurut Nursalam (2011:18), adalah :
a. Fase protes (phase ofprotest)
Tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat,
menjerit, dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah
laku agresif, seperti menendang, menggigit, memukul,
mencubit, mencoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal,
dan menolak perhatian orang lain. Secara verbal, anak
menyerang dengan rasa marah, seperti mengatakan “pergi!”.
Perilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam sampai
beberapa hari.
b. Fase putus asa (Phase ofDespair)
Tahap ini dimanifestasikan dengan anak tampak tegang,
tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk
bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau
berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi misalnya mengompol
atau mengisap jari. Kondisi anak mengkhawatirkan karena
menolak untuk makan atau bergerak.
c. Fase menolak (Phase of Denial)
Tahap ini ditandai dengan anak secara samar-samar
menerima perpisahan, mulai tertarik pada apa yang ada di
sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan orang lain.
Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini biasanya terjadi
setelah perpisahan yang lama dengan orangtua.
4. Faktor Kecemasan
Faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan
a. Faktor predisposisi kecemasan
Faktor predisposisi kecemasan dijelaskan oleh beberapa teori yang
telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan, yaitu:
1) Biologi
Model biologis menjelaskan bahwa ekpresi emosi melibatkan
struktur anatomi di dalam otak. Aspek biologis yang menjelaskan
gangguan ansietas adalah adanya pengaruh system saraf otonom.
Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi berbagai
sistem organ dan menyebabkan gejala tertentu, misalnya:
kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler (contohnya: nyeri
kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan
(contohnya: nafascepat).
2) Psikologis
Dalam pandangan ini dijelaskan bahwa kecemasan adalah
konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian,
yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting danimplus
primitif, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau keakutan, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut,
dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya
(Stuart, 2007:146).
3) Stimulus
Kecemasan juga berhubungan dengan stimulus atau
rangsangan, jika anak kurang stimulasi akan mengalami hambatan
perkembangan dan pertumbuhan serta kesulitan berinteraksi
dengan orang lain. Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga
tahun pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang
sangat besar bagi perkembangan otaknya. Stimulasi kecerdasan
multiple merupakan berbagai jenis kecerdasan yang dapat
dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistic dan logical-
mathematical menyusun balok, merangkai, menghitung mainan,
bermain puzzle, dan bermain komputer (Stuart,2010).
b. Faktor presipitasi kecemasan
Faktor presipitasi adalah faktor-faktor yang dapat menjadi
pencetus terjadinya kecemasan (Stuart, 2012:147). Faktor
pencetus tersebut adalah:
1) Faktor Genetik
Biasanya faktor genetik pada wanita lebih banyak dari pada
pria dan lebih dari satu keluarga yang terkena. Gangguan panik
memiliki komponen genetik yang sama dan terdapat lebih banyak
dari pada wanita (Hurlock, 2011).
2) Faktor sifat
Kecemasan merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas
merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini
bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada
rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan
ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya (Smeltzer &
Bare, 2012).
3) Jumlah stimulus
Intensitas cemas yang dialami setiap individu kemungkinan
memiliki jumlah stimulus yang berbeda sesuai dengan genetik.
Orang tua yang memiliki jumlah stimulus dangangguan kecemasan
akan beresiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan
kecemasan.
5. Penilaian Terhadap Stressor
1) Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik
proses piker maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya
lapang persepsi, dan bingung.
2) Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap
kecemasan.
3)Psikologi
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal
maupun personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi
koordinasi dan gerak refleks. Kesulitan mendengarkan akan
mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat
membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan
dengan orang lain (Muscari, 2005).
4) Sosial budaya
Seseorang yang mempunyai falsafah hidup yang jelas dan
keyakinan agama yang kuat umumnya lebih sukar mengalami stres.
d. Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, khawatir,
mati rasa, rasa bersalah atau malu, dan curiga berlebihan sebagai
reaksi emosi terhadap kecemasan.
Kuesioner Penelitian
a. Identitas Responden
Nama :
Alamat :
b. Tingkat kecemasan Usia Prasekolah
Tabel 2.4 Tabel Pengukuran Tingkat Kecemasan
Dampak perpisahan
5. Menepiskan Tangan
Pembahasan aktivitas
24. Mengompol
D. Konsep Menggambar
1. Pengertian
Menurut Soedarso (dalam Suwarna, 2010: 10) menggambar adalah
suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang
dua dimensional dengan garis warna. Dengan demikian menggambar
merupakan bahasa visual dan merupakan salah satu media komunikasi
yang diungkapkan melalui garis, bentuk, warna dan teksture. Dijelaskan
pula dalam Suwarna (2010: 10) bahwa menggambar juga merupakan
curahan isi jiwa seseorang yang bernuansa estetis, kreatif, harmonis, dan
ekspresif, yang tidak terlepas dari sensitivitas, mengandung pesan yang
ingin disampaikan kepada orang lain yang melihatnya, dan hal ini dapat
menimbulkan sesuatu.
Menurut Affandi (dalam Saiful Haq, 2012: 2) menggambar
merupakan perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan
perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut
dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis,
bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana. Berdasarkan pada
pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa menggambar adalah membuat gambar dengan cara menggoreskan
benda-benda tajam (seperti pensil atau pena) pada bidang datar (misalnya
permukaan papan tulis, kertas, atau dinding) yang merupakan
perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan
perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut
dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis,
bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.
4. Fungsi Menggambar
Menurut Hajar Pamadhi, Evan Sukardi S, dan Azizah Muis
(2010:11) menjelaskan tentang fungsi menggambar bagi anak. Hal
tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Menggambar sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk)
b. Menggambar sebagai media mencurahkan perasaan
c. Menggambar sebagai alat bermain
d. Menggambar melatih ingatan
e. Menggambar melatih berfikir komprehensif (menyeluruh)
f. Menggambar sebagai media sublimasi perasaan
g. Menggambar melatih keseimbangan
h. Menggambar mengembangkan kecakapan emosional
i. Menggambar melatih kreativitas anak
j. Menggambar melatih ketelitian melalui pengamatan langsung
Anak-anak sangat suka memberi warna melalui berbagai media
baik saat menggambar atau meletakkan warna saat mengisi
bidangbidang gambar yang harus diberi pewarna (Hajar Pamadhi dan
Evan Sukardi S, 2011: 7.4). Berdasarkan pernyataan tersebut maka
kegiatan mewarnai merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk
anak. Menyenangkan yang dimaksud di sini terletak pada proses
memilih warna yang digunakan untuk mewarnai sebuah bidang
gambar kosong.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumanto (2005: 65)
bahwa kreativitas yang dapat dikembangkan pada kegiatan mewarnai
bagi anak usia prasekolah adalah adanya kebebasan untuk memilih dan
mengkombinasikan unsur warna pada obyek yang diwarnainya sesuai
keinginan anak. Tujuan dari kegiatan mewarnai adalah melatih
menggerakkan pergelangan tangan (Sujiono, 2010: 2.12).
Mewarnai pada anak usia dini bertujuan untuk melatih
keterampilan, kerapian serta kesabaran (Hajar Pamadhi dan Evan
Sukardi, 2011: 728). Keterampilan diperoleh dari kemampuan anak
untuk mengolah tangan yang dilakukan secara berulang-ulang
sehingga semakin lama anak bisa mengendalikan serta mengarahkan
sesuai yang dikehendaki. Kerapian dilihat dari bagaimana anak
memberi warna pada tempat-tempat yang telah ditentukan semakin
lama anak akan semakin terampil untuk menggoreskan media
pewarnanya karena sudah terbiasa. Kesabaran diperoleh melalui
kegiatan memilih dan menentukan komposisi yang tepat sesuai
pendapatnya, seberapa banyak warna yang digunakan untuk
menentukan komposisi warnanya. Usaha yang dilakukan secara terus-
menerus akan melatih kesabaran anak.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas
dapat disimpulkan bahwa mewarnai merupakan kegiatan yang sangat
cocok diterapkan untuk anak usia taman kanak-kanak, karena
mewarnai merupakan kegiatan yang menyenangkan. Selain itu,
melalui kegiatan mewarnai dapat melatih keterampilan, kerapian dan
kesabaran serta mengekspresikan keinginannya untuk memberi atau
membuat warna pada obyek gambar menggunakan pewarna dan alat
yang digunakan untuk mewarnai.
5. Kegiatan Mewarnai
Anak prasekolah juga senang berpartisipasi dalam aktivitas
gerak ringan seperti menggambar, mewarnai, melukis, memotong, dan
menempel (Morrison, 2012: 221). Anak pra sekolah disini termasuk
anak kelompok B yaitu usia 5-6 tahun yang seharusnya menyukai
kegiatan mewarnai menggunakan bahan yang beraneka ragam.
Kegiatan mewarnai gambar merupakan kegiatan mewarnai yang
dilakukan menggunakan berbagai macam media seperti krayon, spidol,
pensil warna dan pewarna makanan. Dalam penelitian ini akan
digunakan media pewarna makanan. Gambar yang akan diwarnai
disesuaikan dengan tema yang sedang digunakan di taman kanak-
kanak.
Petugas Perawat