MOH.YUSRAN BASRI
RISKA SIONE
PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A.2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Persiapan dan Mitigasi Bencana ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ujian Akhir Smester pada dosen Keperawatan Bencana. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang persiapan dan mitigasi bencana
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns, Pipin Yunus, M.Kep
selaku dosen Keperawatan Bencana yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini
i
Gorontalo, Minggu 24 januri 2021
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Definisi Bencana................................................................................................6
2.2 Jenis – jenis Bencana..........................................................................................7
2.1.1 Gempa Bumi..............................................................................................7
2.1.2 Tanah longsor.............................................................................................8
2.1.3 Letusan Gunung Api...................................................................................8
2.1.4 Tsunami......................................................................................................8
2.1.5 Banjir..........................................................................................................8
2.1.6 Kebakaran..................................................................................................8
2.3 Pengurangan Resiko Bencana............................................................................9
2.4 Pencegahan Penyakit........................................................................................10
2.5 Promosi Kesehatan...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Indonesia tercatat menduduki peringkat kelima dunia untuk angka
kematian paling tinggi yang disebabkan oleh bencana alam. Hal ini menjadi
“alarm” bagi masyarakat untuk dapat bersahabat dengan bencana dengan mulai
berperilaku tanggap bencana. Kejadian bencana alam tidak dapatdicegah dan
ditentukan kapan dan dimana lokasinya, akan tetapi pencegahan mengurangi
resiko akibat bencana ini dapat dilakukan jika terdapat pengetahuan yang
cukup mengenai pencegahan atau penanggulangan bencana.
1.3 Tujuan
Untuk memenuhi tugas Makalah UAS matakuliah keperawatan
Bencana
Mengetahui pengertian, jenis-jenis, dan fungsi pegurangan resiko,
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
Menambah wawasan mengenai arti penting dari pengurangan resiko,
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
Memahami tentang bagaimana tindakan yang kita lakukan apa bila
terjadi suatu bencana
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Bencana atau disaster adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis dan
terjadi secara tiba-tiba. Bencana menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 pasal 1 Tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
Ada beberapa bencana alam yang sering terjadi seperti sebagai berikut
4
2.1.2 Tanah longsor
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah
atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar
lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng.
2.1.4 Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang
ombak lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang
ombak). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut
raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat
gempa bumi.
2.1.5 Banjir
Banjir adalah bencana yang paling sering dan rutin melanda
Indonesia. Penyebab utama bencana ini adalah curah hujan tinggi
dan air laut yang pasang. Penyebab lainnya adalah permukaan
tanah yang lebih rendah dari laut, atau letak wilayah berada pada
cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar
yang sempit. Selain itu, ulah manusia juga berperan pada terjadinya
banjir. Misalnya, penggunaan lahan yang tidak tepat, membuang
sampah ke sungai, pemukiman di daerah bantaran sungai, dan
sebagainya. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana
terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang
meningkat.
2.1.6 Kebakaran
Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat
seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain
dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.
5
Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat
seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain
dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.
6
yang diatur dalam Perka BNPB No. 11/2014 tentang Peran Serta
Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana.
7
Artinya masyarakat melakukan tindakan tersebut untuk melindungi diri
mereka dari berbagai ancaman penyakit setelah terjadi bencana banjir.
8
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam
mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia.
9
DAFTAR PUSTAKA
Maiyudi, R. (2019). PKM Pelatihan Mitigasi Bencana Alam bagi Siswa SMAN 3 Solok. Bina
Tambang, 386-360.
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh
ABSTRAK
Aceh merupakan salah satu provinsi yang sangat rawan terjadi bencana alam, khususnya
bencana banjir. Banjir memberikan berbagai macam dampak bagi masyarakat, diantaranya
muncul berbagai macam penyakit seperti infeksi pernapasan akut, demam berdarah,
malaria, diare, penyakit kulit, dan lainnya. Pengetahuan masyarakat berpengaruh terhadap
sikap dan tindakan yang dilakukan untuk mencegah penyakit menular akibat banjir. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat
terhadap pencegahan penyakit menular akibat banjir di Gampong Lon Asan Kecamatan
Lembah Seulawah Aceh Besar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif
melalui desain cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dalam bentuk skala Guttman
dan skala Likert. Hasil penelitian diperoleh pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan
penyakit menular akibat banjir berada pada kategori baik (96,5%), sikap masyarakat
terhadap pencegahan penyakit menular akibat banjir termasuk berada pada kategori baik
(97,6%), tindakan masyarakat terhadap pencegahan penyakit menular akibat banjir berada
pada kategori benar (97,6%). Diharapkan masyarakat dapat mempertahankan pengetahuan,
sikap dan perilakunya dalam upaya pencegahan penyakit menular akibat banjir. Penelitian
ini juga mengharapkan agar pemerintah terkait dapat membuat program-program seperti
promosi kesehatan yang dapat mempertahankan pengetahuan, sikap serta perilaku
masyarakat untuk terus termotivasi dalam mencegah penyakit menular akibat banjir melalui
program kerja Puskesmas.
ABSTRACT
Aceh is one of the provinces that are very vulnerable to natural disasters, especially flood
disaster. Flood carries various impact for the community, including various diseases such as
acut respiratory infections, dengue fever, malaria, diarrhea, skin diseases, ect. Community
knowledge affects the attitudes and actions taken to control enfectious diseases caused by
floods. This study aimed at finding out description of knowledge, attitude and actions of the
community against the prevention of infectious diseases caused by floods in Gampong Lon
Asan, Lembah Seulawah sub-district, Great Aceh regency. This study was an explorative
descriptive research through cross sectional study design. The sample were chosen by
means of purposive sampling technique. The data collections tool used was questionnaires
in designed with Guttman scale and Likert scale. The result of this research showed that the
knowledge of the society towards the prevention of infectious diseases caused by the flood
was in good category (96.5%), community attitude toward the prevention of infectious
deseases caused by floods including was in good category (97.6%), and community action
toward prevention of infectious deseases caused by flood was in the right category (97.6%).
It is suggested that the community maintain their knowledge, attitude and behaviour in
preventing infectious diseases caused by flood. It was also suggested that the government
concerning this subject matter can make programs such as health promotion that can
maintain the knowledge, attitude and behavior of the community in order to make sure that
society are motivated in doing preventive efforts to prevent infectious diseases caused by
flood through public health service programs.
PENDAHULUAN
Banjir adalah salah satu bencana
alam yang paling sering terjadi dan
membuat kesulitan bagi masyarakat serta
kerugian ekonomi. Banjir dapat merusak
dan menghancurkan rumah-rumah dan
peternakan, menggusur keluarga, hewan
peliharaan dan ternak, kerusakan tanaman,
dan mengganggu pertanian dan bisnis
(Sayed & Gonzalez, 2014, p. 145). Banjir
merupakan bencana yang selalu terjadi
setiap tahun di Indonesia terutama pada
musim hujan. Berdasarkan kondisi
morfologinya, bencana banjir disebabkan
oleh relief bentang alam Indonesia yang
sangat bervariasi dan banyaknya sungai
yang mengalir diantaranya. Banjir pada
umumnya terjadi di wilayah Indonesia
bagian Barat yang menerima curah hujan
lebih banyak dibandingkan dengan wilayah
Indonesia bagian timur (BAPPENAS, 2006,
p. II-6).
Selama tahun 2016 dari Januari
sampai dengan November telah terjadi
bencana banjir di Indonesia sebanyak 713
kejadian atau 32,8% dari sejumlah bencana
yang terjadi, korban meninggal dan hilang
sebanyak 140 orang, luka-luka 104 orang,
mengalami banjir dan mengungsi sebanyak
2.555.750 orang, rumah yang rusak berat
2.259 unit, rusak sedang 1.538 unit, rusak
ringan 6.751 unit, dan terendam 270.474
unit serta fasilitas kesehatan yang rusak
sebanyak 16 unit, fasilitas peribadatan 199
unit dan fasilitas kesehatan 1.016 unit.
Provinsi Aceh pada bulan Januari sampai
November tahun 2016 telah terjadi banjir
sebanyak 30 kejadian, dengan korban
meninggal sebanyak 6 orang, terluka 2
orang, mengalami banjir 277.401 orang,
mengungsi 158.326 orang, rumah yang
rusak berat 111 unit, rusak sedang 224 unit,
dan rusak ringan 1689 unit serta fasilitas
peribadatan 15 unit, fasilitas kesehatan 1
unit dan fasilitas pendidikan 19 unit.
Gunung Biram, Kecamatan Lembah
telah terjadi banjir sebanyak 3 kejadian, Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
tidak ada korban meninggal dan terluka, Gampong tersebut memiliki Kepala
mengalami banjir 578 orang, mengungsi Keluarga (KK) sebanyak 156 dengan total
110 orang, rumah yang rusak berat 5 unit, masyarakatnya 611 jiwa, yang terdiri dari
rusak sedang 4 unit, dan rusak ringan 14 284 laki-laki dan 327 perempuan. Selain
unit serta fasilitas peribadatan 1 unit, itu, lebih dari sebagian rumah masyarakat
fasilitas kesehatan dan fasilitas sudah bermaterial beton, namun terlalu
pendidikan tidak ada (BNPB, 2016, p.1). rendah dengan tanah. Hal ini memiliki
Berdasarkan kejadian di resiko yang lebih tinggi untuk masuknya air
Kabupaten Aceh Besar, terdapat ke dalam rumah pada saat banjir terjadi.
Gampong Lon Asan yang menjadi salah Terlebih air yang meluap dari sungai dapat
satu gampong yang mengalami bencana mencapai satu meter lebih (Profil Desa Lon
banjir setiap tahun. Hasil pengambilan Asan, 2017).
data awal didapatkan minimal dalam Dampak lanjutan banjir ialah
setahun Gampong tersebut pasti muncul dan meningkatnya penyakit
mengalami banjir satu kali, bahkan pada menular, bahkan sampai menimbulkan
tahun 2016 lalu terjadi dua kali banjir wabah. Penyakit menular menyebar melalui
yaitu pada bulan Januari dan Desember. air (water borne disease), melalui udara
Gampong ini juga dikelilingi oleh tiga (crowding borne disease) dan timbul akibat
sungai yang ketika memasuki musim lingkungan yang tidak bersih (vector borne
penghujan airnya dapat meluap ke disease). Menurut Kementerian Kesehatan
pemukiman masyarakat. Gampong Lon RI, ada tujuh penyakit yang sering muncul
Asan terletak di Kemukiman Mukim akibat banjir, yaitu diare, leptospirosis,
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), sikap dan tindakan masayarakat yang baik
penyakit kulit, penyakit saluran pencernaan, terkait dengan hal yang harus dilakukan untuk
tifoid, dan demam berdarah atau malaria mencegah hal tersebut. World Health
(Promkes Kemenkes RI, 2013, p.1). Organization (WHO) (2006, p.7-9)
Keadaan ini dibuktikan dari hasil menyebutkan bahwa terdapat lima hal yang
wawancara dengan Bidan Gampong Lon harus dipahami dan dilaksanakan oleh
Asan juga mengatakan pasca banjir Januari masyarakat untuk mencegah penyakit
dan Desember 2016 lalu sangat banyak menular akibat bencana termasuk banjir yaitu:
masyarakat yang terkena penyakit menular menjaga kebersihan air, sanitasi dan rencana
seperti demam malaria, demam tifoid, diare, tempat pengungsian; pelayanan kesehatan
batuk dan penyakit kulit. Bidan Gampong primer; sistem peringatan dini; imunisasi;
juga menyebutkan proses penyebaran pencegahan penyakit Demam Berdarah
penyakit yang umum terjadi misalnya tidur Dengue (DBD) dan malaria.
malam jarang yang menggunakan kelambu,
ketika batuk tidak menggunakan masker
atau menutup mulut, turun ke air banjir METODE
tanpa alas kaki, masih ada masyarakat yang Tujuan penelitian ini untuk
buang air besar secara sembarangan, dan mendeskripsikan pengetahuan, sikap dan
lain sebagainya. tindakan masyarakat terhadap pencegahan
Pencegahan penyakit menular yang penyakit menular akibat banjir.
terjadi setelah bencana banjir melanda Penelitian ini menggunakan metode
tentunya harus didukung oleh pengetahuan, deskriptif eksploratif melalui desain cross
sectional study. Penelitian telah orang dari 156 total populasi yang terdapat
dilaksanakan di Gampong Lon Asan di Gampong tersebut. Responden diambil
Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten berdasarkan Kepala Keluarga (KK), dimana
Aceh Besar pada tanggal 6 s.d 7 Mei 2017. satu KK untuk satu orang responden.
Respoden yang dilibatkan berjumlah 85 Alat yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini
merupakan kuesioner dalam bentuk skala
Guttman terdiri dari 14 item pernyataan dan
skala Likert terdiri dari 24 item pernyataan.
Data dikumpulkan dengan melibatkan
responden yang memenuhi kriteria inklusi
yang telah ditetapkan oleh penulis.
Kemudian data diolah melalui tahap
cleaning, coding, skoring, entering, dan
tabulating.
Proses penelitian atau
pengumpulan data dilaksakan setelah
mendapat surat persetujuan etik dari
Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala. Prinsip etik yang yang dijadikan
acuan dalam penelitian ini adalah respect
for human dignity, respect for privacy and
confidentiality, respect for justice an
inclusiveness, dan balancing harms and
benefits Milton (1999) dan Loiselle,
Profetto-McGgrath, Polit dan Beck (2004)
dalam Dharma (2011, p.237).
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan terhadap 85 responden,
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik responden
No. Kategori f %
1 Usia
Remaja Akhir 15 17,6
Dewasa Awal 26 30,6
Dewasa Akhir 28 32,9
Lansia Awal 14 16,5
No. Kategori f %
Lansia Akhir 2 2,4
No. Kategori f %
2 Jenis Kelamin
Sumber: Data Primer (diolah Tahun2,4
2016 2
Laki-laki 26 30,6
Tidak Ada 82 96,5
Perempuan 59 69,4 2017)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan otomatis akan menjadi proses untuk bertukar
bahwa sebagian besar sikap yang dimiliki informasi. Kedua, dipengaruhi oleh usia
oleh masyarakat terhadap pencegahan dimana tabel satu menunjukkan bahwa usia
penyakit menular akibat banjir sudah baik responden yang paling dominan
yaitu sebanyak 83 orang (97,6%).
PEMBAHASAN
Pengetahuan masyarakat terhadap
pencegahan penyakit menular akibat
banjir
Astuti, T.W., & Shafiq. (2010). Hubungan Cheraghi, Z., Okhovat, B., Irani, A.D., Talaei,
Tingkat Pengetahuan Ibu dengan M., Ahmadnezhad, E., Soroush, M.,
Sikap Pencegahan Diare pada et al. (2014). Knowledge, Attitude
and Practice Regarding Food and Dharma, K.K. (2011). Metodelogi Penelitian
Waterborne Outbreak After Keperawatan (Pedoman
Massive Diarrhoea Outbreak in
Melaksanakan dan Menerapkan
Yazd Province, Iran, Summer 2013.
Hasil Penelitian). Jakarta Timur: CV
International Scholarly Reasearch
Trans Info Media.
Notices. Doi: 10.1155/2014/405038
. Hanifah, M. (2010). Hubungan Usia dan
Tingkat Pendidikan dengan
Pengetahuan Wanita Usia 20-50
Tahun Tentang Periksa Payudara
Sendiri (SADARI). Retrieved from
repository.uinjkt.ac.id.
Rubaidi
robertmugabe@yahoo.com
Abstract
This paper thoroughly discusses the role of Islamic education institutions in Disaster Risk
Reduction (DRR). This field-based research paper takes the locus of MIN Jejeran, Pleret, Bantul,
Yogyakarta. The program adapted from Kemendiknas policies takes “Sekolah Siaga Bencana” as
the theme. In the midst of disaster phenomena in various regions in Indonesia, MIN Jejeran not
only plays an active role in DRR conceptually in the form of integration of Islamic Religious
Education (PAI) curriculum, but also increases the level of action in the field. This paper limits
only photographing the Earthquake of PRB integration effort into the PAI curriculum to
international recognition. This reseach contributes the role of Islamic educational institution to the
disaster risk reduction.
Abstrak
Tulisan ini menelaah peran lembaga pendidikan Islam dalam Pengurangan Resiko Bencana
(PRB). Tulisan yang didasarkan riset lapangan ini mengambil lokus MIN Jejeran, Pleret, Bantul,
Yogyakarta. Program yang mengadaptasi kebijakan Kemendiknas mengambil tema besar
“Sekolah Siga Bencana.” Di tengah fenomena bencana di berbagai daerah di Indonesia, MIN
Jejeran tidak hanya berperan aktif dalam PRB secara konseptual dalam bentuk integrasi
kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI), melainkan juga tataran aksi di lapangan. Tulisan ini
membatasi hanya memotret upaya integrasi PRB Gempa Bumi ke dalam kurikulum PAI hingga
mendapat pengakuan dunia internasional. Riset ini memberi kontribusi terhadap peran penting
lembaga pendidikan (Islam) dalam konteks edukasi disaster risk reduction (DRR).
Studi tentang peran lembaga pendidikan dalam kaitannya dengan pengurangan resiko
bencana (PRB) telah banyak memberi kontribusi konkrit dalam kehidupan nyata. Tidak hanya
berbasis lembaga pendidikan saja. Lebih dari itu, peran dunia pendidikan dalam konteks
kebencanaan telah masuk hingga ke dalam berbagai disiplin ilmu seperti IPA, IPS,
1
Matematika, Bahasa Indonesia, dan seterusnya. Bahkan, isu tentang bencana telah masuk
2
(mainstreaming) ke dalam kurikulum pendidikan di beberapa sekolah. Pengarusutamaan
bencana ke dalam kurikulum dengan mata pelajaran IPA, IPS, dan seterusnya ini telah
dilakukan di salah satu SMP di Panti, Jember, sebagai daerah yang pernah mengalami
3
bencana banjir bandang dan tanah longsor. Di antara studi-studi kebencanaan dalam relasi
dengan lembaga pendidikan di atas, belum banyak yang terkait dengan lembaga pendidikan
Islam maupun materi keislaman.
3
Iswatul Hasanah, Sri Wahyuni, Rayendra Wahyu Bachtiar,”Pengembangan Model
Mitigasi Bencana berbasis Potensi Lokal yang Terintegrasikan ke dalam Kurikulum IPA di
SMP”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 5, No. 3 (Desember 2016): 226-231.
272
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
Tulisan ini secara khusus akan menelaah peran lembaga pendidikan Islam maupun Islam
sebagai doktrin di Yogjakarta.
Tulisan ini merujuk kepada pengalaman lembaga pendidikan (sekolah) MIN Jejeran,
Pleret, Bantul, Yogyakarta yang mengintegrasikan PRB ke dalam kurikulum Pendidikan
Agama Islam (PAI). PRB berbasis kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) MIN Jejeran ini
sebagai bentuk respons terhadap kebijakan PRB Kementerian Pendidikan Nasional yang
7
mengadaptasi UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Konsep PRB di
MIN Jejeran dimaksud mencakup kebijakan, kerangka, strategi, perencanaan, pembelajaran
pada peserta didik; atau pun menyusun dan mengembangkan kegiatan-kegiatan pencegahan,
8
mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana dalam kurikulum pendidikan. Kebijakan
Kemendiknas dalam upaya PRB dikenal luas salah satunya dengan program “Sekolah Siaga
Bencana.”
Secara faktual, MIN Jejeran, Pleret, Bantul, Yogyakarta merupakan fenomena menarik
terkait PRB. Upaya PRB yang dilakukan oleh MIN Jejeran mendapat justifikasi pada acara
“Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) ke-5 yang
4 Meskipun Gempa Bumi hanya 5,9 skala richter, menurut data Departemen Sosial, korban
meninggal sebanyak 4.983 jiwa meninggal. 1 jam paska gempa beredar isu tsunami. Jalan-jalan macet
akibat warga berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Para warga mencari tempat yang
tinggi. Bahkan para korban yang dirawat di rumah sakit berhamburan keluar dengan membawa infus
di tangannya. Selain itu, ribuan rumah, gedung perkantoran, dan Mall rusak para seta roboh. Lihat:
IDN Times, 5 Hal Mengenai Gempa Bumi
Yogyakarta Pada Tahun 2006. http://www.rappler.com/indonesia/134463. Diunduh pada tanggal 15
Mei 2017. 5 Krisna S Pribadi, “Konsep Pengelolaan Bencana”, Makalah TOT Pengelolaan
Resiko Bencana Berbasis
Pesantren Nahdlatul Ulama, Pusat Mitigasi Bencana ITB Bandung, 2007, h. 2
6
Krisna S Pribadi, Konsep Pengelolaan Bencana, Makalah TOT Pengelolaan ….., h. 3
7
Secara tegas Kemendiknas melalui Direktoral Jenderal Management Pendidikan Dasar dan
Menengah merumuskan kebijakan PRB dengan beberapa tujuan pokok, di antaranya adalah; (a)
Menumbuhkembangkan nilai dan skip kemanusiaan; (b) Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian
terhadap resiko bencana; (c) Mengembangkan pemahaman tentang resiko bencana, kerentanan sosial,
fisik, perilaku dan motivasi; (d) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan
pengurangan resiko bencana;….. Lihat: Direktorat Jenderal Management Pendidikan Dasar &
Menengah, Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana di Sekolah, (Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), h. 14-15.
8
Direktorat Jenderal Management Pendidikan Dasar & Menengah, Strategi Pengarusutamaan
Pengurangan Resiko Bencana di Sekolah, (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), h. 14-
15.
273
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
diselenggarakan di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta, 22-25 Oktober 2012 yang dihadiri
oleh menteri-menteri se-Asia-Pasifik. Di sela-sela kesibukan delegasi para menteri se-Asia
Pasific dalam konferensi dimaksud, MIN Jejeran menjadi salah satu lokasi yang mereka
kunjungi untuk menyaksikan simulasi tanggap bencana. Bahkan, MIN Jejeran juga berhasil
9
menjuarai perlombaan mitigasi bencana se-Asia Pasifik. Keberhasilan MIN Jejeran dalam
PRB ini memang tidak berdiri sendiri. Selain pihak Kemendiknas, terdapat lembaga donor
international yang memiliki andil besar bagi prestasi MIN Jejeran, yakni Plan Internasional.
Praktek kebijakan PRB berbasis kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) MIN Jejeran
memiliki justifikasi kuat baik secara konsep maupun praktek. Dasar legitimasinya tidak lain
10
adalah secara geografis, posisi Indonesia yang dikelilingi oleh ring of fire (cincin api)
sehingga memiliki ancaman besar dengan banyaknya gunung berapi dan potensi gempa bumi.
Gempa bumi misalnya, sejauh ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan dan
dimana gempa akan terjadi. Dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang
kebencanaan kepada siswa, resiko timbulnya korban dalam jumlah besar saat jam belajar-
mengajar bisa dihindari. Karena itulah pengalaman PRB di MIN Jejeran memiliki makna
strategis untuk ditulis agar bisa ditransformasikan kepada para pihak.
Sikap pemerintah ini dapat dimaknai sebagai follow up dari berbagai keputusan dunia
internasional. Upaya ini merupakan wujud nyata dari dukungan United Nations Development
Programme (UNDP), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Konsorsium
Pendidikan Bencana (KPB) kepada Kementerian Pendidikan Nasional yang telah dimulai
sejak tahun 2008. Bentuk kepedulian terlihat melalui penyusunan Strategi Pengarusutamaan
Pengurangan Resiko Bencana di sekolah yang menjadi lampiran beserta modul ajar
pengintegrasian PRB yang disusun oleh Pusat Kurikulum sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan PRB di sekolah.
Pengarusutamaan PRB ke dalam kurikulum sekolah memiliki tujuan jangka pendek dan
panjang. Tujuan jangka pendek untuk membuat anak-anak lebih aman saat terjadi bencana dan
menjadikan mereka sebagai agen perubahan yang dapat menyebarkan pengetahuan kepada
kalangan yang lebih luas terutama keluarga mereka sendiri. Tujuan jangka panjang untuk
9 Harian Kedaulatan Rakyat, “Delegasi Kementerian se-Asia Pasifik ke MIN Jejeran”,
terbit tanggal 23 Oktober 2012, h. 4.
10
Ring of fire adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi
yang mengelilingi cekungan Samudera Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup
wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik. Lihat
Fakhri, Fakhrizal. “Berada di Ring of Fire, ESDM Sebut Seluruh Wilayah Indonesia Rawan Gempa”.
OKEZONE NEWS, Rabu 03 Oktober 2018.Diunduh tanggal 5 Oktober 2018.
11
Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No.70a/SE/ MPN-/2010 ini merupakan tindak
lanjut dari amanat UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah
No. 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana serta arahan Presiden kepada
Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri dalam Negeri untuk mendorong daerah untuk memasukkan
pendidikan kebencanaan ke dalam kegiatan intra dan ektra kurikuler.
274
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
Para pakar bencana berpendapat bahwa anak-anak adalah aset negara yang perlu
dilindungi sebagai investasi bagi generasi masa depan. Sekolah merupakan tempat dimana
anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Sekretaris Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendiknas Dr. Sutanto, S.H., M.A. juga menyatakan,
perlu menjadikan sekolah sebagai tempat yang aman terhadap bencana sekaligus tempat anak-
anak mempelajari pengetahuan tentang cara penyelamatan diri dan mengurangi resiko
bencana di lingkungannya. Hal ini penting karena seringkali bencana terjadi pada saat jam
belajar ketika anak-anak berada di sekolah.
12 Aldila Rahma, “Implementasi Program Pengurangan Risiko Bencana (Prb) Melalui Pendidikan
Formal”, Jurnal Varia Pendidikan, Vol. 30, No. 1, (Juli 2018): 1-11
2016.
275
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
mendapat manfaat secara langsung. Hasil yang diharapkan antara lain; (1) pemerintah pusat
dan daerah menanamkan investasinya dalam fasilitas bangunan sekolah tahan bencana dan
mengarahkan kurikulum pendidikan tentang resiko bencana secara nasional; (2)
meningkatkan kesadaran sebagai dampak positif adanya pendidikan tentang resiko bencana
dan keselamatan di sekolah; dan (3) peningkatan aksi dan penggunaan praktek-praktek yang
baik untuk mengerahkan koalisi dan kemitraan, membangun kapasitas sumberdaya yang ada
untuk mengadakan pelatihan pendidikan tentang resiko bencana dan keselamatan di sekolah.
Pendidikan PRB sendiri memuat dua tema besar. Pertama, adalah pendidikan PRB
Dalam konteks bencana alam. Kedua, pendidikan PRB dalam konteks bencana sosial, yakni
15
konflik kekerasan. Bencana tidak selalu identik dengan bencana alam (natural disaster)
tetapi juga bencana buatan manusia (man-made disaster) dalam hal ini konflik sosial dan
16 17 18
terorisme. Namun, dalam perkembangannya, konflik sosial dan terorisme dikeluarkan
dalam jenis bencana setelah lahirnya Undang-Undang (UU) baru tentang penangan konflik
sosial dan terorisme yang berdiri sendiri. Karena itu, edukasi kepada peserta didik dirasa
mendesak dilakukan oleh pemerintah.
Integrasi PRB dalam kurikulum nasional diterapkan mulai jenjang pendidikan SD/MI
hingga SMA/MA. Dalam penerapannya integrasi PRB tidak dijadikan sebagai mata pelajaran
tersendiri, tetapi diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang memuat materi yang terkait
dengan PRB, antara lain mata pelajaran Agama, IPA, IPS, Sains, Bahasa Indonesia,
Matematika, dan mata pelajaran yang lain. Untuk merealisasikan visi di atas, perlu dilakukan
prinsip-prinsip dasar, yaitu; (1) Mendukung prioritas dan program pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dalam PRB, (2) Menggunakan prinsip-prinsip desentralisasi pendidikan,
(3) Memperhitungkan perspektif gender dalam perencanaan dan pelaksanaan program, (4)
Meningkatkan kapasitas/kemampuan sumber daya di tingkat sekolah, tingkat gugus sekolah
maupun tingkat pemerintah kabupaten/kota dalam pelaksanaan misi PRB, (5) Menjalin
kerjasama dan melibatkan pemerintah secara aktif, dan terakhir (6) Menjalin kerjasama
20
dengan LSM, institusi pendidikan dan penelitian, dan media, serta sektor swasta.
15 Pada awalnya jenis bencana secara keseluruhan sebanyak 14 bencana. Ke-14 jenis
bencana dimaksud meliputi; (1) Volcano (gunung merapi), (2) Earthquake (gempa bumi), (3) Flood
(Banjir), (4) Hurricane (angin topan/badai), (5) Conflict (konflik horisontal/sosial), (6) Terrorism
(terorisme), (7) Enviroment polution (polusi lingkungan), (8) Drought (kekeringan), (9) Industrial
accident (bencana industri), (10) Tsunami, dan (11) Transportation accident (bencana transportasi),
(12) Kekeringan, (13) Tanah longsor, (14) Kebakaran. Lihat: Undang-Undang Nomer 24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana.
16 Seefudin Amsa, “sekolah-berbasis-pengurangan-resiko-bencana mungkin- kah”
www.umum.kompasiana.com/2009/05/25/ -6223.html. Diakses tanggal, 28 Desember 2016.
17 Lihat Undang-undang (UU) Nomer 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
Dengan lahirnya UU No 7 tahun 2012 ini, bencana sosial tidak lagi dimasukkan ke dalam jenis
bencana seperti sebelum lahirnya UU ini.
276
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
Prioritas pilihan yang akan diberikan adalah sebagai berikut; (1) Mengintegrasikan
PRB ke dalam mata pelajaran dari kurikulum yang berjalan, (2) Mengintegrasikan PRB ke
dalam muatan lokal dari kurikulum yang berjalan, (3) Mengintegrasikan PRB ke dalam
kegiatan ekstra kurikuler dari kurikulum yang berjalan, (4) Menyelenggarakan mata pelajaran
yang telah terintegrasi PRB untuk muatan lokal dibawah kurikulum baru berbasis PRB, serta
21
(5) Membuat kegiatan ekstra kurikuler PRB di bawah kurikulum baru berbasis PRB.
Lembaga pendidikan sebagai stakeholder PRB merespon positif terhadap kebijakan
pemerintah ini. Tercatat, sejak 2010 banyak instistusi sekolah, mulai mengadopsi kebijakan
PRB ke dalam institusi sekolah. Tercatat sekitar 28 sekolah siaga bencana yang didirikan di
Aceh, sekolah siaga bencana Pertiwi I dan 12 sekolah siaga bencana lainnya di Padang, dan
22
sekolah siaga bencana MIN Jejeran Bantul di Yogyakarta.
C. Integrasi PRB Gempa Bumi dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)
Integrasi PRB Gempa Bumi ke dalam kurikulum dimaksud memang belum mengacu
kepada Kurrikulum 2013 yang terkenal dengan istilah K13. Integrasi dimaksud masih mengacu
kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
merupakan sebuah perwujudan dari amanat Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Sebagaimana dijelaskan dalam pasalnya yang ke-1 ayat 11,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
23
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain,
kurikulum pendidikan merupakan suatu perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan
24
pembelajaran. Adapun kurikulum Pendidikan agama Islam, merupakan sebuah usaha sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
25
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan.
Keberadaan kurikulum PAI mempunyai fungsi dan peran signifikan yang mungkin tidak
dimiliki oleh kurikulum lain. Fungsi dimaksud antara lain; Pertama, sebagai fungsi
pengembangan. Kurikulum PAI berupaya mengembangkan dan meningkatkan keimanan dan
ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
Kedua, fungsi penyaluran. Kurikulum PAI berfungsi menyalurkan peserta didik yang mempunyai
bakat-bakat khusus bidang keagamaan, agar berkembang secara wajar dan optimal, bahkan
diharapkan dapat dikembangkan lebih jauh sehingga menjadi hobi yang akan mendatangkan
manfaat kepada dirinya dan banyak orang. Ketiga, fungsi perbaikan. Kurikulum PAI berfungsi
untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan peserta didik terhadap keyakinan,
pemahaman, dan pengamalan ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama dari segi
keyakinan (akidah) dan ibadah. Keempat, fungsi pencegahan. Kurikulum PAI berfungsi untuk
menangkal hal-hal negatif baik yang berasal dari lingkungan tempat
23 Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum Terpadu IPTEK dan IMTAQ, (Ciputat: Ciputat
Press Group, 2006), h. 2.
277
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
tinggalnya, maupun dari budaya luar yang dapat membahayakan dirinya sehingga menghambat
perkembangannya menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Kelima, Fungsi penyesuaian.
Kurikulum PAI berupaya menyesuaikan dire dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun
26
sosial dan pelan-pelan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
Berangkat dari temuan di lapangan, MIN Jejeran terkait kebijakan PRB, telah
diintegrasikan secara signifikan melalui kurikulum maupun praksis dan teknis jangka panjang
ke dalam desain PRB. PRB adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran
untuk memberdayakan peserta didik dalam upaya pengurangan resiko bencana dan
27
membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh stakeholder sekolah tersebut sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang bersifat
nasional dan internasional, di antaranya adalah The Hyogo Framework for Action (HFA)
2005-2015. Seperti dijelaskan di awal, HFA ini berisi tiga tujuan strategi dan lima prioritas
28
kegiatan untuk periode 2005-2015 kebijakan Aksi Reaksi Nasional Pengurangan Resiko
Bencana (RAN PRB) 2006-2009 yang dikeluarkan oleh Bapennas, Peraturan Presiden No. 8
Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan lain sebagainya.
Tema PRB Gempa Bumi terintegrasi dalam materi al-Qur‟an dan Hadis terutama
diambil dari QS. al-Zalzalah dan al-Qari‘ah. Metode yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran antara lain adalah, ceramah interaktif, drill, tanya jawab interaktif, dan lain-lain.
Metode ini dijelaskan Suratman:
Menurutnya, dalam surat al-Zalzalah, yang secara bahasa berarti goncangan yang sangat dahsyat.
Dalam konteks pendidikan bencana, anak-anak diajak membayangkan tentang kondisi ketika
terjadi gempa. Dalam kegiatan tersebut, bencana yang pernah mereka alami dibayangkan selama
beberapa saat. Hal ini ditujukan agar anak-anak lebih siap dan waspada, serta banyak berdoa
memohon kepada Allah agar diberi ketenangan dan keselamatan. Sebelum melaksanakan
pengajaran, Suratman menganalisis beberapa KD yang bisa diintegrasi dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Metode yang digunakan adalah ceramah interaktif,
26 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 21.
27 Ariantoni, dkk, Modul Pelatihan..., Ibid, Hal. 28.
30 Wawancara dengan Suratman, Guru MIN Jejeran Bantul, Sleman, pada tanggal 9 November 2016.
278
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
yang menghasilkan umpan balik, dan tanya jawab mengenai segala permasalahan yang
31
berkaitan dengan PRB secara menyeluruh. Dalam RPP materi al-Qur’an-Hadist ini berisi
perintah tersirat agar manusia senantiasa berusaha mengurangi resiko ancaman bencana.
Manusia diminta selalu berbuat baik dengan sesama sebagaimana Allah berbuat baik terhadap
mereka serta larangan untuk berbuat kerusakan di muka bumi.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an mengajarkan kepada manusia agar tidak menggunakan
sumber daya alam secara berlebihan. Hukum Islam tidak menyalahkan fungsionalisasi sumber
daya alam untuk kepentingan pribadi dan kolektif warga negara. Namun Islam melarang
eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam. Eksploitasi berlebihan akan berdampak pada
terjadinya bencana. Sebagaimana firman Allah dalam QS an-Nahl: 112 Pada bagian lain terdapat
ayat yang secara gamblang menekankan pentingnya merawat serta menjaga lingkungan, baik
melalui penghijauan, konservasi hutan dan segala upaya yang memungkinkan terpeliharanya
lingkungan hidup dan sumber daya alam. Perintah tentang perlunya menjaga alam dan lingkungan
hidup dalam al- Qur‟an dilandasi argumentasi teologis yang logis. Pertama, bahwa semua
makhluk, baik yang hidup maupun benda mati, bertasbih kepada Allah swt. Hal ini sebagaimana
firman Allah dalam QS al-Isra‘:44 yang artinya:
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak
ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.
Kedua, alam memiliki kehidupan. Ia mempunyai perasaan dan terpengaruh oleh sikap
makhluk hidup di sekelilingnya. Misalnya, gunung mematuhi perintah Allah untuk tunduk;
burung patuh kepada-Nya; langit dan bumi menangis akibat kedzaliman yang dibuat oleh
manusia. Hal ini digambarkan Allah dalam QS. al-Saba‟ 10 yang artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (kami berfirman):
"Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud",
dan Kami telah melunakkan besi untuknya.
Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh .
Selain mengajarkan manusia untuk melakukan ikhtiar fisik, al-Qur‘an juga memerintahkan
manusia untuk melaksanakan ikhtiar spriritual, sebagaimana terdapat dalam QS. al-Anbiya:
83. Hadis sebagai fungsi penjelas (mubayyin) terhadap al-Qur‟an juga memuat banyak
perintah untuk menempuh berbagai tindakan preventif terhadap ancaman bencana. Di antara
hadis masyhur yang terdapat dalam Shahih Bukhari ﺭﺍW ﺍﺭﺍW ﺽﻻﻭﺍW ﺭﺍW ﺭﺍW ﺽﺍW( ﻻTidak boleh ada
bahaya yang menimpa diri sendiri maupun orang lain).
Selain mengajarkan tindakan preventif sebelum bencana terjadi, hadis juga memberikan
bagaimana seseorang muslim harus bertindak pasca terjadinya gempa bumi. Di antara Hadis yang
relevan tengan isu bencana adalah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA sebagai berikut:
Ibnu Abbas berkata: Tidak berhembus angin sedikitpun kecuali Nabi SAW berlutut di atas
kedua
lututnya, seraya berdoa: "Ya Allah jadikan ia rahmat dan mangan jadikan ia siksa." Riwayat
Syafi'i
dan Thabrani. Dari Beliau: Bahwa beliau sholat dengan enam ruku' dan empat sujud ketika
terjadi
gempa bumi, dan beliau bersabda: "Beginilah cara sholat (jika terlihat) tanda kekuasaan Allah."
Diriwayatkan oleh Baihaqi. Syafi'i juga menyebut hadits seperti itu dari Ali Ibnu Abu
Thalib namun tanpa kalimat akhirnya.32
Hadis di atas secara jelas memaparkan bagaimana Nabi memberikan teladan agar bagaimana
seorang muslim bertindak ketika terjadi bencana gempa bumi.
Materi Aqidah Akhlak yang diajarkan MIN Jejeran lebih ditekankan pada pengajaran
sikap optimis dalam kehidupan sehari-hari. Bagian dari sikap ini adalah memperbanyak
kalimat thayyibah serta iman pada hari akhir. Metode yang digunakan hampir sama dengan
metode kegiatan pembelajaran al-Qur‘an-Hadis. Dalam hal ini, Suratman menegaskan:
Pada Aqidah Akhlak banyak materi yang relevan dengan PRB namun pada
keoptimisan, iman pada hari akhir, dan memperbanyak kalimah thayyibah, lebih
33
ditekankan.
MIN Jejeran dalam RPP materi Aqidah Akhlaq memuat PRB tentang Gempa Bumi
terintegrasi dalam mata pelajaran tersebut. Kompetensi tersebut dicapai melalui indikator yang
menjelaskan pengertian optimis, praktek optimis, hikmah berlaku optimis dalam menghadapi
bencana, termasuk gempa bumi, dan mengenal cara-cara penyelamatan diri dalam bencana.
Fungsi dan manfaat dari pengajaran Aqidah Akhlak ini berdampak langsung terhadap
pola fikir dan tindakan siswa yang terlihat semakin optimis menghadapi bencana. Sebagian
besar siswa terlihat semangat saat peneliti berbincang dengan mereka. Selain itu, para siswa
menjawab dengan antusias saat ditanya berbagai hal terkait dengan PRB, khususnya isu
gempa bumi. Tidak hanya semangat diwawancarai, bahkan para siswa dengan sigap
mempraktekkan cara menyelamatkan diri di bawah meja. Selain itu, beberapa siswa tanpa
34
dikomando juga menunjukkan denah maupun peta evakuasi saat terjadi bencana. Rifki,
salah seorang murid megatakan:
Kebijkan PRB ke dalam kurrikulum dapat dirasakan secara langsung manfaatnya oleh
para siswa. Pengajaran Aqidah Akhlak terhadap anak-anak merupakan pengajaran yang
mempunyai nilai lebih. Masa kanak-kanak merupakan saat seseorang membentuk karakter
dalam mencoba hal-hal baru. Karena itu, berbagai kebijakan sekolah secara konseptual
(kurrikulum PRB) diikuti dengan langkah konkrit di lapangan mendapat respon positif para
siswa. Dinamika antusiasme para guru maupun siswa tergambar dengan jelas di MIN Jejeran,
baik dalam mengikuti pelajaran terkait dengan PRB Gempa Bumi maupun pada saat mereka
36
diajari praktek pencegahan bencana ini.
32 Ibn Hajar al-Asqalani, Bulugh al-Maram min Adilat al-Ahkam, (Surabaya: Maktabah
Balai Buku, 1996), h. 63.
33 Wawancara dengan Surahmat….. .
34 MIN Jejeran tidak hanya melakukan PRB dalam kurrikulum saja. Kebijakan PRB yang dilakukan oleh
sekolah juga dibarengi dengan tindakan (action) konkrit yang menggambarkan sekolah tersebut betul-betul sebagai
sekolah siaga bencana. Selain denah evakuasi yang terpampang di setiap sudut sekolah juga dijumpai di banyak hal
lain. Di setiap sudut ruang kelas, mulai dari penataan meja-kursi, almari, hingga papan tulis disesuaikan dengan
standar gempa bumi. Artinya, jika tiba-tiba terjadi gempa bumi tidak berbahaya terhadap keselamatan murid. Bahkan
penataan parkir sepeda maupun motor juga disesuaikan dengan standar pengamanan gempa bumi.
36 Wawancara penulis dengan Suratman di MIN Jejeran pada tanggal 29 November 2016.
280
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
Pada mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki arti penting lain terkait dengan PRB
berbasis gempa bumi. Stressing point pada materi ini mengajarkan agar peserta didik senantiasa
menganut aqidah yang lurus dan akhlak yang mulia. Beberapa point penting yang terkandung
dalam buku ajar mata pelajaran Aqidah-Akhlaq berisi pesan penting peran manusia sebagai
khalifah di bumi. Alam beserta isinya adalah tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka
bumi. Pesan moral lainnya, manusia diharapkan mencintai alam dan selalu berusaha merawatnya,
menjaga keselamatan diri, menolong sesama, bahkan mementingkan orang lain atas dirinya
37
sendiri. Pesan moral berbasis spiritual Islam ini menjadi basis teologis para guru dalam proses
indoktrinasi PRB Gemba Bumi bagi para siswa di MIN Jejeran.
Dalam salah satu bagian penting dalam buku ajar tersebut ditegaskan makna penting
peran manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan manusia di muka bumi dijelaskan, bahwa Allah
menciptakan manusia dari Adam sampai hari akhir nanti adalah agar manusia tidak hanya
mengemban misi penghambaan kepada Allah, namun juga merawat alam dan tidak membuat
38
kerusakan di dalamnya, karena alam beserta isinya diciptakan untuk kebutuhan mereka.
Manusia diharuskan melakukan pekerjaan yang dapat menjamin berlangsungnya kelestarian
alam dan setiap tindakan yang merusak alam dan berpotensi menimbulkan bahaya (hazard)
bencana di dalamnya harus dihindari. Bentuk-bentuk tindakan hazard seperti eksploitasi
gunung yang tidak proporsional dapat merusak ekosistem kestabilan bumi.
Dimensi fiqh dalam keseluruhan ajaran Islam menempati posisi penting. Jika dimensi
ajaran tasawuf lebih menekankan aspek batin (esoteris), tetapi fiqh lebih menekankan dimensi
dhohir (eksoteris). Fiqh lebih banvak berurusan dengan persoalan kehidupan sehari-hari umat
Islam. Karena itu, dimensi ajaran fiqh dalam keseluruhan konstruksi ajaran Islam lebih
menekankan aspek tatanan sosial-kemasyarakatan, bahkan kenegaraan. Karena itu, dimensi
fiqh ini dikenal dengan ranah hukum positif. Ia mengatur kehidupan formal umat Islam secara
horisontal (manusia dengan manusia dan manusia dengan alam) dan vertikal (manusia dengan
Tuhan).
Dalam peran fiqh secara horisontal ini para ahli (ulama) melakukan upaya-upaya
rekonstruksi ajaran Islam untuk menjawab problem kontemporer, termasuk isu bencana.
Sebagian besar doktrin fiqh berisi tuntunan (tata cara) beribadah. Hal ini dengan mudah dapat
dilihat pada khazanah kitab (kuning) klasik yang menjadi referensi pengajaran di pondok
39
pesantren maupun lembaga pendidikan Islam lainnya. Tema-tema aktual sesuai dinamika
problematika umat kontemporer tentu saja belum terkodifikasi dalam hukum fiqh klasik,
40
termasuk isu tentang bencana (Gempa Bumi) ini. Pada awal terjadinya berbagai bencana di
Indonesia, berbagai ajaran Islam yang terkodifikasi baik fiqh, teologi maupun tasawuf tidak
serta merta dapat dicarikan referensinya di dalam ajaran Islam. Berbagai fenomena
problematika, termasuk isu bencana harus dicarikan dasar-dasar rujukan dalam ajaran Islam
untuk selanjutnya direkonstruksi ulang dalam menjawab sekaligus sebagai refensi umat Islam.
37 Secara lengkap dapat dilihat dalam materi ajar Aqidah-Akhlaq kelas VI di MIN Jejeran,
Pleret, Yogyakarta, h. 38.
38 Materi ajar Aqidah-Akhlaq kelas VI di MIN Jejeran, Pleret, Yogyakarta, …., h. 38-39.
39 Fiqh klasik yang terkodifikasi dalam banyak kitab-kitab kuning di pesantren diproduksi
pada abad ke-16 hingga 18. Sebagian besar muatan isi kitab-kitab dimaksud lebih menekankan tata
cara beribadah seperti hukum bersuci, tata cara shalat, puasa, haji, dan sebagainya. Menyebut di antara
kitab-kitab kuning tentang fiqh yang matig diajarkan secara kontinyu hingga saat ini di sebagian besar
pondok pesanten dan lembaga pendidikan Islam hingga kini adalah kitab al-Syakh Sulam al-Taufiq,
Fath al-Qorib, dan masih banyak lagi. Lihat: al-Sulam al-Taufiq, Muhammad Nawawi, Darul Ihya’ al-
Kutub al-Arabiyah, tt. Check juga: Fath al-Qorib al-Mujib, Muhammad Ibnu Qosim al-Ghazi, Darul
Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah al-Indonesia, tt.
40 Rubaidi, Islam, Kyai, dan Fenomena Bencana: Studi tentang Konstruksi Fiqh Kyai
tentang Bencana di Jember, Jawa Timur, Penelitian Individual, (Yogyakarta: CRCS-UGM, 2008).
281
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
Mata pelajaran fiqh dalam konteks PRB gempa bumi di MIN Jejeran dijelaskan seperti
analisis di bawah ini. Fiqh merupakan suatu tuntunan bagi umat Islam dalam beribadah kepada
Allah dan muamalah (horisontal) dengan sesama manusia. Mata pelajaran fiqh mengandung
banyak materi yang sesungguhnya relevan dengan PRB. Bagian-bagian dari materi fiqh yang
dapat direkonstruksi kedalam PRB adalah bagian yang mengajarkan hubungan manusia dengan
sesama manusia (ibadah sosial). Cakupan materi ini dalam fiqh lebih besar dibanding bagian
materi yang mengajarkan hubungan manusia dengan Allah (ibadah mahdlah). Materi fiqh yang
relevan dengan PRB di antaranya adalah bahwa dalam kehidupan manusia harus senantiasa
menjaga kebersihan secara umum baik diri maupun lingkungan. Selain itu, dalam fiqh juga
terdapat bagian yang mengajarkan tentang muamalah. Pada bagian ini, manusia diharapkan agar
selalu menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan dalam mengeksplorasi alam, dan tidak
41
melakukan perilaku isrof (berlebihan) maupun tabdzir (penghamburan).
Mata pelajaran fiqh mempunyai beberapa tujuan atau agenda besar, yaitu yang di dalam
fiqh disebut dengan maqashid al-syari’ah (tujuan syariat). Maqashid al-syari’ah mencakup lima
hal, yaitu menjaga agama (Hifdz al-Din), menjaga diri (Hifdz al-Nafs), menjaga akal (Hifdz
42
al-‘Aql), menjaga keturunan (Hifdz al-Nasl), dan menjaga harta (Hifdz al-Mal). Lima maqashid
di atas, dalam penerapannya banyak mempunyai kesamaan misi dengan PRB, di antaranya dalam
hifdz al-Nafs misalnya, segala potensi dan kemungkinan yang dapat membahayakan diri sendiri
maupun diri orang lain dan lain sebagainya harus dicegah. Prinsip ini sesuai dengan kaidah Usul
al-Fiqh yang berbunyi; Daf’ul mafassid muqaddam ala Jalbi al-Mashalih (mencegah kerusakan
43
lebih didahulukan daripada mengambil yang baik). Bahkan kelima maqashid di atas tidak
mungkin terwujud tanpa adanya sarana alam yang tersedia. Sedangkan alam sendiri
mengharuskan adanya perawatan agar tidak tertimpa bencana.
Pelajaran Fiqh terintegrasi dalam PRB tidak hanya berhubungan dengan bencana
gempa bumi saja. Namun juga terkait isu lingkungan yang lebih mendasar, misalnya
penggunaan dan pengelolaan air secara optimal. Dalam upaya mensosialisasikan mata
pelajaran Fiqh, Hanik mengatakan:
... nah, dari situ saya merasa lebih mudah mengintegrasikan PRB ke dalam pokok
bahasan yng pertama, mandi besar pasca haid. Karena ketika mandi besar itu
berhubungan dengan air, air itu adalah suatu benda yang bisa sangat bermanfaat
bagi kita, juga bisa menimbulkan bahaya bagi kita, untuk itu saya mudah
mengintgerasikan PRB ke dalam pokok bahasan tersebut secara tekstual,
44
maksudnya tekstual itu bisa saya perjelas ke dalam RPP.
Metode dan tahapan yang digunakan dalam mata pelajaran tersebut, Hanik menambahkan bahwa,
dalam pembelajaran selalu menggunakan multimetode, dalam arti guru tidak melulu ceramah,
tetapi guru hanya memberikan pesan-pesan pokok apa yang harus dikerjakan oleh siswa. Di sini
acuan yang dipakai adalah UU No. 20 Tahun 2003, bahwa dalam pembelajaran para guru harus
memprioritaskan dan mengutamakan agar siswa membaca materi sebelum pembelajaran dimulai.
Di MIN Jejeran sudah disediakan buku untuk siswa, satu banding satu, dan siswa mempunyai
45
buku pengayaan masing-masing dengan membeli satu persatu Dalam hal ini, guru meminta
siswa untuk memperdalam apa yang ada di dalam buku tersebut di kelas. Untuk itu dalam
pembelajaran di MIN Jejeran, siswa akan diminta untuk membaca materi
41 Lihat: Materi Bahan Ajar, Pelajaran Fiqih dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB),
MIN Jejeran, Pleret, Yogyakarta, 2014.
42 Abdul Wahab Khalaf, Ushul al-Fiqh, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, (Beirut, Lebanon, 1997),
h. 31.
44 Wancara dengan Hanik, Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), tanggal 29 November 2016.
45 Wawancara dengan Hanik, Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), tanggal 29 November 2016.
282
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
terlebih dahulu, kemudian diberi tugas berupa mengambil poin-poin materi yang telah dibaca,
46
jadi semacam inquiry, dengan metode diskusi atau diskusi berpasangan.
Diskrispi di atas merupakan potret atau bentuk affirmative action secara nyata
lembaga pendidikan Islam ikut berperan dalam upaya pengurangan resiko bencana (PRB).
Bencana Gempa Bumi di Yogyakarta maupun di belahan Indonesia lainnya secara potensial
masih sangat mungkin terjadi. Baru saja, 28 September 2018, di Donggala, Palu, dikejutkan
dengan gempa bumi dengan kekuatan 7,4 skala richter yang diikuti gelombang tsunami
menyapu sebagian besar Donggala dan Ibu Kota Palu, Sulawesi Tengah. Puluhan ribu jiwa
melayang secara sia-sia. Hanya dalam hitungan bulan, sebelumnya selama beberapa bulan,
Lombok Utara juga digoncang berkali-kali gempa. Walaupun tidak diikuti tsunami, tetap saja
merenggut ratusan jiwa manusia dan puluhan ribu rumah penduduk hancur berantakan.
Upaya mitigasi maupun pengurangan resiko bencana yang dilakukan oleh MIN
Jejeran, Yogyakarta, menjadi model sikap kewaspadaan dalam menghadapi hazard (ancaman)
yang sewaktu-waktu dapat menghadirkan bencana bagi masyarakat. Edukasi kebencanaan
melalui stakeholder pendidikan, tidak hanya akan menyelamatkan ribuan peserta didik. Lebih
dari itu, para peserta didik dapat menjadi agent of transformation bagi keluarga maupun
masyarakat di setiap lingkungan peserta didik.
D. Penutup
Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi kata kunci sebagai identitas dari eksistensi
lembaga sekolah yang bernama MIN (Madrasah Ibtida’iyah Negeri) dalam partisipasi aktif
terhadap PRB, khususnya dalam hal bencana Gempa Bumi sebagai pengalaman empirik
masyarakat Yogyakarta paska peristiwa Gempa Bumi 27 Mei 2006, tepatnya di Bantul,
Yogyakarta yang dampaknya juga di daerah lain seperti Klaten, Temanggung, Magelang,
Semarang, dan sebagainya.
Materi (mata pelajaran) PAI terbukti dapat dielaborasi secara konseptual maupun
praksis dalam upaya-upaya pengurangan hazard (ancaman) maupun vulnerability
(kerentanan) masyarakat dalam menghadapi bencana (khsususnya Gempa Bumi). PAI secara
signifikan memiliki peran dalam jangka pendek, menengah, dan panjang bagi para siswa
dalam proses maupun tahapan penting terkait dengan diseminasi, edukasi, sosialisasi, bahkan
praksis kebencanaan.
Konseptualisasi PAI dalam PRB ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari upaya-upaya
sistemik-konseptual sebelumnya yang telah dirancang oleh para pihak. Berbagai upaya
dimaksud adalah lahirnya berbagai deklarasi, kesepakatan, maupun perundang-undangan,
bahkan keputusan terkait dengan fenomena kebencanaan. Lahirnya Hyogo Framework Action
(HFA), Rencana Aksi Nasional (RAN), UU No. 24 tahun 2007, hingga Keputusan
Kemendiknas dalam PRB menjadi landasan bagi lahirnya kebijakan MIN Jejeran PRB Gempa
Bumi berbasis kurrikulum PAI.
Daftar Pustaka
Hasanah, Iswatul, Sri Wahyuni, Rayendra Wahyu Bachtiar. “Pengembangan Model Mitigasi
Bencana berbasis Potensi Lokal yang Terintegrasikan ke dalam Kurikulum IPA di
SMP”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 5, No. 3 (Desember 2016).
Ibn Hajar al-Asqalani. Bulugh al-Maram min Adilat al-Ahkam. Surabaya: Maktabah Balai
Buku, 1996.
Khalaf, Abdul Wahab. Ushul al-Fiqh, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon, 1997.
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana. Jakarta:
KPB, 2011.
Muhammad Ibnu Qosim al-Ghazi, Fath al-Qorib al-Mujib. Darul Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah
al-Indonesia, tt.
Pribadi, Krisna S. Konsep Pengelolaan Bencana, Makalah TOT Pengelolaan Resiko Bencana
Berbasis Pesantren Nahdlatul Ulama. Bandung: Pusat Mitigasi Bencana ITB
Bandung, 2007.
Rahma, Aldila Rahma. “Implementasi Program Pengurangan Risiko Bencana (Prb) Melalui
Pendidikan Formal”. Jurnal Varia Pendidikan, Vol. 30, No. 1, (Juli 2018): 1-11.
284
Al Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian-ISSN: 1978-9726 (p); 2541-0717 (e)
Volume 13, Nomor 2 (November, 2018)
Rubaidi, Islam, Kyai, dan Fenomena Bencana: Studi tentang Konstruksi Fiqh Kyai tentang
Bencana di Jember, Jawa Timur. Penelitian Individual, CRCS-UGM, 2008.
Sabda, Syaifuddin. Model Kurikulum Terpadu IPTEK dan IMTAQ. Ciputat: Ciputat Press
Group, 2006.
Undang-Undang;
Undang-undang (UU) Nomor 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial. Dengan
lahirnya UU No 7 tahun 2012.
Undang-undang (UU) Nomor 9 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pendanaan Terorisme.
Website;
IDN Times, 5 Hal Mengenai Gempa Bumi Yogyakarta Pada Tahun 2006.
http://www.rappler.com/indonesia/134463. Diunduh pada tanggal 15 Mei 2017.
Fakhri, Fakhrizal. “Berada di Ring of Fire, ESDM Sebut Seluruh Wilayah Indonesia Rawan
Gempa”. OKEZONE NEWS, Rabu 03 Oktober 2018.Diunduh tanggal 5 Oktober 2018.
DetikNews, “12 Sekolah di Padang Jadi Pilot Project Kurikulum Siaga Bencana”,
http://news.detik.com/read/2008/12/17/132427/1055104/10/12. Diakses pada
tanggal 7 November 2016.
Surat Kabar;
285
Parahita et al, Peran Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) dalam .....
Kabupaten Jember
(The Role of Community-Based Disaster PreparednessTeam in
Universitas Jember
e-mail : indie_kp@yahoo.com
Abstract
Many regions in Indonesia have potency to occur disaster every time including
Jember Regency. Community-Based Disaster Preparedness Team is one of PMI’s
programs as disaster preparedness effort. The most active of Community-Based
Disaster Preparedness Team in Jember Regency is Community-Based Disaster
Preparedness Team of Sumberjambe Subdistrisct. This research is purposed to
know the role of Community-Based Disaster Preparedness Team in disaster
preparedness in Sumberjambe Subdistrisct Jember Regency. This research is
descriptive research with qualitative approachment locating in Sumberjambe
Subdistrisct Jember Regency. The informants of research were determinded by
snowball sampling and purposive sampling technique. The informants were
obtained 6 persons, there were a key informant (coordinator of Community-Based
Disaster Preparedness Team in Jember Regency), 3 main informants (Community-
Based Disaster Preparedness Team Team of Sumberjambe Subdistrict and Head
of Social Prosperousness in Sumberjambe Subdistrict), and 2 additional informants
(Sumberjambe Subdistrict people). Data were gathered by in-depth interview,
triangulation, and documentation. The result of research showed that Community-
Based Disaster Preparedness Team had roles as escort, adviser, instructor, and
motivator in disaster preparedness in Sumberjambe Subdistrict. Community-Based
Disaster Preparedness Team was not only as a community empowerment, but the
advocacy could also be found in their programs/events.
Berbagai daerah di Indonesia berpotensi untuk terjadi bencana kapan saja, termasuk
Kabupaten Jember. Tim SIBAT adalah salah satu program PMI sebagai upaya
kesiapsiagaan bencana. Tim SIBAT yang paling aktif di Kabupaten Jember adalah
Tim SIBAT Kecamatan Sumberjambe. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
peran Tim SIBAT dalam kesiapsiagaan bencana di Kecamatan Sumberjambe
Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif yang lokasinya adalah Kecamatan Sumberjambe Kabupaten
Jember. Penentuan informan menggunakan teknik snowball sampling dan purposive
sampling. Informan penelitian berjumlah 6 orang yang terdiri atas 1 informan kunci
(koordinator Tim SIBAT di Kabupaten Jember), 3 informan utama (Tim SIBAT
Kecamatan Sumberjambe dan Kepala Sie Kesejahteraan Sosial Kecamatan
Sumberjambe), dan 2 informan tambahan (masyarakat Kecamatan Sumberjambe).
Teknik perngumpulan data penelitian ini dengan teknik wawancara mendalam,
triangulasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tim SIBAT
berperan sebagai pendamping, pembimbing, penyuluh, dan motivator dalam
kesiapsiagaan bencana di Kecamatan Sumberjambe. Tim SIBAT tidak hanya
sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat, namun proses advokasi juga dapat
ditemukan dalam program/kegiatan Tim SIBAT.
bencana,yaituProgramKBBM
346
Parahita et al, Peran Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) dalam .....
347
Parahita et al, Peran Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) dalam .....
348
Parahita et al, Peran Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) dalam .....
349
Parahita et al, Peran Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) dalam .....
350
Parahita et al, Peran Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) dalam .....
*rikomaiyudi88@gmail.com
Abstract. Natural disasters in recent years are very common and need
preparedness, awareness and vigilance in the face of disaster, especially in
the city of Solok, starting from earthquakes, landslides and other. To
reduce the risk of disaster management is required in accordance with law
number 24 year 2007 about disaster management.
The absence of disaster mitigation training provided for students in
particular SMA N 3 Solok and less optimal students ' role/young
generation in disaster mitigation because students have not had the
knowledge to mitigate make the dedication to conduct training mitigation
and preparedness of disaster to them so that the participants understand
about how mitigation and preparedness. This training is provided in the
form of lectures, discussions, and field practices.
After training was obtained the increase of knowledge about the
mitigation of natural disasters by the students SMAN 3 Solok. At pre-
training (before training) only 65.8% of students who understand the
mitigation of natural disasters and at the time of post- training increased
to 96.2% of students understand the mitigation of natural disasters.
1. PENDAHULUAN
Bencana alam beberapa tahun belakangan ini – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
sering terjadi di Kota Padang, khususnya di penanggulangan bencana dan PP Nomor 21
Kota Solok, mulai dari gempa bumi, longsor tahun 2008 tentang penyelenggaraan
dan lain sebagainya. Untuk menanggulangi penanggulangan bencana, perlu dilakukan
bencana-bencana yang terjadi dan untuk kegiatan pengelolaan bencana. Pengelolaan
mengurangi risiko dari bencana tersebut 69
bencana terdiri dari beberapa tahap yang saling
diperlukan pengelolaan bencana sesuai dalam berkaitan dalam suatu siklus antara lain meliputi
Undang kejadian bencana, penanganan darurat,
rehabilitasi, rekonstruksi, mitigasi, dan kesiapsiagaan, respon, dan pemulihan
kesiapsiagaan menghadapi bencana berikutnya. (Sudibyakto, 1997; Kaku dan Held, 2013).
Apabila disederhanakan, secara umum Kota Solok terletak pada posisi 0º32″ LU –
aktivitas dalam pengelolaan kebencanaan dapat 1º45″ LS, 100º27″ BT – 101º41″ BT dengan
dibatasi pada tiga hal pokok yaitu luas 57,64 km². Wilayah administrasi Kota
mitigasi dan Solok berbatasan dengan Kabupaten Solok dan
Kota Padang.
Banjir bandang adalah banjir yang datang Mitigasi adalah suatu upaya yang
secara tiba- tiba dengan debit air yang besar dilakukan untuk mengurangi dan/ atau
yang disebabkan terbendungnya aliran sungai menghapus kerugian dan korban yang mungkin
pada alur sungai. terjadi akibat bencana, yaitu dengan cara
membuat persiapan sebelum terjadinya
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh bencana.
di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan Tujuan dari mitigasi adalah:
hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan a. Meminimalisir terjadinya dampak atau bahkan
lingkungan. Adapun yang dimaksud risiko yang kemungkinan akan terjadi karena
kekeringan di bidang pertanian adalah suatu bencana. Misalnya kematian, kerusakan
sumber daya alam, kerugian ekonomi, serta
kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang
kerugian dan kerusakan lainnya.
ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-
b. Sebagai pedoman untuk pemerintah agar
lain) yang sedang dibudidayakan.
membuat perencanaan pembangunan yang
lebih baik lagi di suatu daerah.
Kebakaran adalah situasi dimana bangunan 71
c. Meningkatkan kesadaran serta pengetahuan
pada suatu tempat seperti rumah/pemukiman,
terhadap masyarakat, untuk menghadapi
pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api
dampak serta risiko yang akan terjadi akibat
yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.
bencana. a. Mitigasi struktural adalah upaya yang
d. Mengurangi dampak yang ditimbulkan, dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya
khususnya bagi penduduk bencana dengan cara melaksanakan
pembangunan prasarana fisik yaitu melalui
Mitigasi terdapat dua macam yaitu mitigasi spesifikasi tertentu serta memanfaatkan
struktural dan mitigasi non-struktural. teknologi agar pencegahan dilakukan secara
maksimal.
Contoh dari mitigasi struktural:
1). Memanfaatkan alat deteksi aktivitas
gunung berapi, agar mengetahui
bagaimana kondisi vulkanik gunung.
2). Pembangunan kanal khusus dalam rangka
mencegah terjadinya banjir
3). Melakukan pembangunan dengan struktur
bangunan yang tahan terhadap gempa
4). Penggunaan sistem peringatan dini agar
bisa memperkirakan kapan kemungkinan
terjadi gelombang tsunami.
75
3.3 Kesiapsiagaan 6). Menyiapkan Rencana Tindak Lanjut setelah
pelaksanaan kegiatan
Kesiapsiagaan merupakan bentuk latihan 7). Latihan kesiapsiagaan.
koordinasi, komunikasi dan evakuasi dengan 8). Mengintegrasikan kegiatan simulasi
melibatkan seluruh pemangku kepentingan kesiapsiagaan menjadi kegiatan rutin dalam
jangka panjang.
(pemerintah dan masyarakat umum). Situasi
9). Menetapkan jadwal kegiatan latihan
bencana sesungguhnya disimulasikan oleh seluruh
kesiapsiagaan.
pihak yang terlibat menggunakan skenario bencana
yang dibuat mendekati atau sesuai kondisi nyata.
b. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan hal utama yang harus
Jenis-jenis latihan kesiapsiagaan terdiri dari tiga
dilakukan adalah:
tahapan latihan yaitu:
1). Memberikan pengarahan untuk mematangkan
a. Tahap pelatihan,
perencanaan latihan. Pihak-pihak yang perlu
b. Tahap simulasi, dan
melakukan pengarahan antara lain tim
c. Tahap uji sistem.
perencana, peserta simulasi, dan tim
evaluator/observer. Informasi penting yang
Manajemen kesiapsiagaan bencana dapat
disampaikan selama kegiatan adalah waktu,
dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
batasan simulasi, lokasi,dan keamanan.
2). Memberikan poster, leaflet, atau surat edaran
kepada siapa saja yang terlibat latihan
kesiapsiagaan.
3). Menyiapkan gedung dan beberapa peralatan
pendukung.
4). Memasang peta lokasi dan jalur evakuasi di
tempat umum yang mudah dilihat oleh semua
orang.
c. Tahap Pelaksanaan
Hal yang perlu diperhatikan saat latihan
Gambar 1 Latihan Kesiapsiagaan kesiapsiagaan berlangsung adalah mengetahui
tanda peringatan, rekasi terhadap peringatan,
a. Tahap Perencanaan
dan dokumentasi.
1). Tanda Peringatan
Tahap perencanaan merupakan tahap
Tentukan tiga tanda peringatan berikut
awal dalamsuatu proses manajemen
mana terlebih jawab pada
kesiapsiagaan yang
dahulu harus perencanaan,
membentuk tim pelaksanaan,
perencana yang hingga akhir
terdiri dari latihan. Tugas
pengarah, dari tim
penanggung perencanaan ini
jawab, bidang meliputi:
perencanaan/peng 1). Menentukan
endali. risiko/anca
Anggota man yang
organisasi akan
bertanggung disimulasika
n.
2). Menentukan Kesiapsiag panjang
skenario aan menerus dan
bencana yang Bencana cepat, atau
akan Nasional yang telah
disimulasikan. Tanda
disepakati.
3). Merumuskan latihan
dimulai Tanda
strategi latihan
(tanda
pelaksanaan gempa) berakhir
latihan Tanda dapat
kesiapsiagaan Evakuasi kembali
. Tanda menggunaka
4). Menyiapkan Latihan
n peluit
kerangka Berakhir
panjang.
kegiatan Tan
simulasi da bunyi
kesiapsiagaan yang
(tipe simulasi, menandak
maksud, an
tujuan dan dimulainy
ruang lingkup a latihan,
latihan). tanda
5). Mendukung evakuasi,
persiapan, dan tanda
pelaksanaan, latihan
dan evaluasi
berakhir.
latihan.
Tanda
mulainya
latihan
dapat
mengguna
kan tiupan
peluit,
atau tanda
bunyi
lainnya.
Tanda ini
harus
berbeda
dengan
tanda
peringata
n dini
untuk
evakuasi
seperti
pukulan
lonceng/si
rine/mega
phone/bel
390
2). Reaksi Terhadap Peringatan b. Pelatihan Mitigasi Bencana
Latihan ini ditujukan untuk menguji Pelatihan mitigasi bencana yang dilakukan
reaksi peserta latih dan prosedur yang dalam pengabdian PKM ini berupa pemberian
ditetapkan. Pastikan semua peserta latih, materi, diskusi dan simulasi mitigasi bencana.
memahami bagaimana harus bereaksi c. Evaluasi Pelaksanaan Mitigasi Bencana
terhadap tanda-tanda peringatan di atas. Tahap berikutnya adalah melakukan evaluasi
Seluruh komponen latihan, harus bahu terhadap pelaksanaan mitigasi bencana.
membahu menjalankan tugasnya dengan
baik. Evaluasi adalah salah satu komponen yang
3). Dokumentasi paling penting dalam latihan. Tanpa evaluasi, tujuan
Rekamlah proses latihan dengan dari latihan tidak dapat diketahui, apakah tercapai
kamera foto. Jika memungkinkan, rekam atau tidak Dalam mengevaluasi latihan, beberapa
juga dengan video. Tahap Evaluasi dan hal berikut ini perlu dipertimbangkan:
Rencana Perbaikan 1). Apakah peserta memahami tujuan dari
Tahap evaluasi bertujuan untuk mengetahui latihan?. 2). Siapa saja yang berperan aktif
apakah latihan tercapai atau tidak sehingga dalam latihan?.
3). Bagaimana kelengkapan peralatan pendukung
apabila tidak tercapai maka akan dilakukan
latihan?.
rencana perbaikan.
4). Bagaimana respon peserta latih?.
5). Berapa lama waktu yang diperlukan untuk
3.4 Metoda Pelaksanaan melakukan tindakan-tindakan?.
Langkah-Langkah dalam Melaksanakan Solusi dari 6). di dalam setiap langkah latihan?.
Permasalahan Mitra (SMA N 3 Solok) adalah: 7). Apa hal-hal yang sudah baik dan hal-hal yang masih
a. Tahap persiapan perlu diperbaiki?.
Tahapan persiapan yang dilakukan antara lain:
1). Mengadakan observasi terhadap objek
sasaran, agar informasi yang diperoleh lebih 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
memberikan gambaran yang jelas terhadap
kegiatan yang akan dilakukan nantinya.
2). Melaksanakan pertemuan/diskusi dengan 4.1 Hasil
anggota tim pelaksana pengabdian dan Susunan kegiatan pengabdian mitigasi ini
merumuskan langkah-langkah apa yang harus dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
dilaksanakan dalam kegiatan ini. Pengabdian masyarakat dengan judul PKM
3). Penentuan peserta pelatihan Pelatihan Mitigasi Bencana Alam bagi Siswa SMA
4). Supaya kegiatan ini lebih efektif, maka jumlah N 3 Solok dihadiri dengan peserta berjumlah 21
peserta pelatihan dalam kegiatan ini orang. Peserta sangat antusias untuk mengikuti
ditetapkan adalah 30 orang. pelatihan mitigasi bencana, baik pada sesi
5). Desk study menelusuri dan mengevaluasi data pemberian materi maupun pada sesi praktek
sekunder dan studi yang terkait. mitigasi bencana (gambar 2).
6). Melaksanakan survey data lapangan untuk Ta
memperoleh data lokasi dan kondisi sosial bel.
masyarakat secara mendetail. 1
Sus
una
n
Ac
ara
Ke
giat
an
Pro
391
gr
a
m
K
e
mi
tra
an
M
as
ya
ra
ka
t
Gambar 2. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian di SMA N 3
Solok.
Solok
Peserta diberikan kuisioner umpan balik pada saat pada pertanyaan 3 (Q3), sebanyak 2 orang peserta
sebelum pelatihan maupun setelah pelatihan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan saat
diadakan untuk mengetahui hasil yang diperoleh terjadinya bencana atau sebesar 9,52%.
dari kegiatan pengabdian pelatihan mitigasi
bencana alam.
Berdasarkan Quisioner didapatkan bahwa terjadinya peningkatan pengetahuan tentang mitigasi bencana
alam oleh siswa SMAN 3 Solok. Pada saat pra pelatihan sebesar 65,8% mengerti tentang mitigasi
bencana alam dan pada saat pasca pelatihan sebesar 96,2% mengerti tentang mitigasi bencana alam.
Hal ini berarti terjadi peningkatan pengetahuan peserta sebesar 30,4% terhadap pelatihan yang
diberikan.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilaksanakan pada sekolah SMA N 3 Solok,
maka dapat diambil kesimpulan
a. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Program Kemitraan Masyarakat tentang Pelatihan Mitigasi Bencana Alam
bagi Siswa SMA N 3 Solok diberikan dengan metode ceramah/pemberian materi, diskusi dan praktek.
b. Nilai rata-rata dari skala 5 pada saat pra pelatihan/ sebelum pelatihan didapatkan sebesar 3,29 atau sebesar
65,8% , dan pada saat pasca pelatihan/
c. setelah pelatihan didapatkan sebesar 4,81 atau sebesar 96,2%.
d. Bertambahnya pengetahuan peserta terhadap
mitigasi bencana alam, hal ini dibuktikan dengan
terjadinya peningkatan pengetahuan peserta sebesar 30,4% terhadap pelatihan yang diberikan.
5.2. Saran
a. Sebaiknya kegiatan pelatihan mitigasi bencana ini bisa berkelanjutan karena antusiasnya peserta pelatihan
dalam mengikuti kegiatan pelatihan mitigasi bencana.
b. Diharapkan ada narasumber dan materi lain yang dapat diberikan kepada peserta.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Buku Pedoman Pelatihan KesiapSiagaan Bencana, “Membangun Kesadaran, Kewaspadaan dan
Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana”.
BNPB 2017
[3] Buku Saku BNBP , “Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana”, BNBP Edisi 2017.
REFERENSI BUKU
GOOGLE BOOK
https://books.google.co.id/books?
id=5yLkDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=
onepage&q=Suwaryo%20%26%20Yuwono%2C%202017&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=QxALEAAAQBAJ&pg=PT65&dq=bencana+keperawatan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj
1lq_8q7PuAhVJ63MBHedyAmsQ6AEwAXoECAQQAg#v=onepage&q&f=false
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/821/1/2_PENGANTAR%20PROMOSI
%20KESEHATAN_2.pdf
https://books.google.co.id/books?
id=JfKIDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pengurangan+resiko+bencana&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwjQ77vu07XuAhXozDgGHZnfBGcQ6AEwAHoECAQQAg#v=onepage&q&f=f
alse
https://books.google.co.id/books?
id=4hcREAAAQBAJ&pg=PA11&dq=pengurangan+resiko+bencana&hl=id&sa=X&ved=2ah
UKEwjQ77vu07XuAhXozDgGHZnfBGcQ6AEwAXoECAMQAg#v=onepage&q=pengurangan
%20resiko%20bencana&f=false