Anda di halaman 1dari 45

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMBIMBING KLINIK DENGAN

PENCAPAIAN KOMPETENSI KLINIK MAHASISWA PROFESI NERS


DI UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

PROPOSAL
Di Ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian
Sarjana Keperawatan

Oleh
RINI RAHIM
841417152

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perguruan tinggi keperawatan merupakan pendidikan tinggi yang

berorientasi pada IPTEK. Masayarakat dapat mengikuti perkembangan dengan

meletakkan landasan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Menurut

Nursalam dan Effendi (2012) pendidikan tinggi harus didorong sebagai sarana

untuk mencapai profesionalisme keperawatan. Pengembangan sistem pendidikan

tinggi keperawatan sangat penting karena berperan penting dalam pengembangan

layanan keperawatan, pengembangan keterampilan keperawatan pembinaan

kehidupan profesional, dan pendidikan keperawatan berkelanjutan yang dicapai

melalui lulusan dengan kemampuan profesional.

Berdasarkan AIPNI (2012) bahwasanya pendidikan keperawatan yang

dilaksanakan diperguruan tinggi menghasilkan berbagai lulusan yakni ahli madya

keperawatan, ners, magister keperawatan, ners spesialis, dan doktor keperawatan.

Menurut Undang-Undang Republik indonesi tentang pendidikan tinggi

keperawatan Nomor 38 tahun 2014 BAB III keperawatan, jenis dan jenjang

keperawatan yaitu :

1. Pendidikan Vokasi, Pendidikan vokasi yang dimaksud yakni program

diploma.

2. Pendidikan akademik terdiri atas program sarjanan keperawatan, program

magister keperawatan, program doktor keperawatan.


3. Pendidikan profesi terdiri atas progarm profesi keperawatan, program

spesialis keperawatan.

Pendidikan tahap profesi Ners adalah proses adaptasi profesional. Secara

bertahap dapat menerima pendelegasian kewenanagan secara bertahap dalam

melakukan asuhan keperawatan profesioanal, memberikan pendidikan kesehatan

untuk menjalankan fungsi advokasi pada klien membuat keputusan legal dan etis

dan menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan keperawatan

(KEMENKES, 2018).

Menurut Haiya (2020), Tahapan pendidikan profesi merupakan tahapan

pendidikan yang dilaksanakan sepenuhnya di lapanagan atau lahan praktik

seperti rumah sakit, puskesmas, klinik kebidanan, panti wherda dan komunitas.

Landasan pendidikan profesi keperawatan memiliki sosialisasi profesional atau

adaptasi profesional dan landasannya diberikan dalam bentuk pengalaman

belajar klinik dan lapangan sesuai dengan tatanan nyata dalam pelayanan atau

asuhan keperawatan. Penilaian pada tahap profesi lebih menitikberatkan pada

pembuktian bahwa mahasiswa telah memiliki kompetensi yang ditetapkan dan

diseratai dengan pelaksanaan kompetensinya secara mandiri, untuk

mencerminkan kewenangan yang telah dimilkinya.

Menurut Tursina et all (2016) Kompetensi merupakan perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak. Menurut Alifah dan Rochana (2017) pencapaian

kompetensi klinik mahasiswa tidak hanya dipengaruhi oleh pembimbing klinik,

akan tetapi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti metode
pembelajaran, fasilitas/peralatan, konten materi, lingkungan pembelajaran,

pengetahuan, keterampilan, sikap pengalaman, pelatihan, dan motivasi. Merujuk

pada pernyataan tersebut mahasiswa profesi ners diharapkan mampu mencapai

kompetensi kliniknya dengan bantuan dari pembimbing klinik. Kompetensi

tersebut berupa pengetahuan dimana mahasiswa profesi ners dapat mengetahui,

menerapkan, mengevaluasi serta dapat menganalisis. Kemudian sikap yang dapat

mencerminkan keperibadian ataupun karakter yang dapat mempengaruhi proses

pelayanan kesehatan. Selain itu tak kalah pentingnya juga keterampilan dimana

mahasiswa mampu melakukan praktik sesuai dengan apa yang dipelajari sejak

masa pendidikan akedemik, mahasiswa profesi ners juga dapat memiliki soft skill

dalam hal praktik keperawatan. Untuk memcapai kompetensi tersebut

pembimbing klinik berperan penting dalam hal mengarahkan, mengajarkan pada

saat praktik keperawatan.

Pembimbing klinik adalah seseorang yang ditunjuk dan ditugaskan oleh

suatu lembaga pendidikan atau pelayanan kesehatan untuk memberikan

bimbingan kepada mahasisswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek

klinik di rumah sakit (Shalahuddin et all 2018).

Menurut Sulistyowati (2020) pembimbing klinik berperan dalam

memastikan bahwa mahasiswa memperoleh pengalaman keterampilan klinik dan

mencapai kompetensi yang ditentukan. Berdasarkan penelitian (Alifah &

Rochana, 2017) mahasiswa Di Universitas Diponigoro Fakultas Keperawatan

mempersepsikan bahwa pembimbing kliniknya kurang baik, yang menyebabkan


tidak tercapainya kompetensi klinik mahasiswa yang mempersepsikan hal

tersebut sebanyak 35 orang dengan persentase 56,7%.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan dengan cara

menyebarkan kuisioner pencapaian kompetensi melalui google formulir dari 10

orang profesi ners yang sudah melewati praktik klinik sebagian kompetensi lebih

banyak hanya pernah melakukan dan menerapkan, hal tersebut mengukur bahwa

skill kompetensi klinik mahasiswa profesi ners masih kurang karena tidak

dilakukan secara berkala dan menurut salah satu presentase survei yang

dilakukan tentang pemberian Suction, Oksigen, Nebulasi, Fisioterapi Dada Dan

Postural Drainage yakni 63,6 %. Hal tersebut dapat mempengaruhi ketika

melakukan tindakan yang bersifat urgen atau emergency dalam hal upaya

mempertahankan ketepatan jalan nafas dan kebersihan jalan nafas yang dapat

menyebabkan kekeliruan ketika melakukan tindakan tersebut.

Selain itu penerapan prosedur pemberian obat secara benar juga memiliki

persentase tertinggi kedua yakni 54,5% dengan indikator hanya pernah

melakukan dan menerapkan yang menunjukkan hal tersebut tidak sering

dilakukan, padahal telah diketahui pentingnya pemberian obat secara benar demi

keamanan pasien. Sesuai dengan penelitian Aswatun et all bahwa Perawat

memberikan obat kepada pasien sesuai dengan resep yang telah di berikan oleh

dokter, sehingga perawat bertanggung jawab atas keamanan obat tersebut,

sebelum diberikan obat ke pasien perawat berhak mengetahui fungsi obat

tersebut, pemberian obat ini harus sesuai dengan prinsip benar. Sesuai dengan

uraian diatas mahasiswa membutuhkan bimbingan dari pembimbing klinik untuk


diberikan arahan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Selaras dengan

dikemukakan oleh (Wilianti, 2017) Bahwa Peran pembimbing klinik adalah

sebagai supervisi yang dimana pembimbing klinik harus memberikan arahan

kepada mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Hubungan Karakteristik Pembimbing Klinik Dengan Pencapaian

Kompetensi Klinik Pada Mahasiswa Profesi Ners Di Universitas Negeri

Gorontalo.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Dikalangan mahasiswa profesi ners universitas negeri gorontalo yang

telah menyelesaikan praktik klinik masih ada beberapa kompetensi yang

masih kurang tercapai

1.2.2 Kurangnya humoris perseptor klinik sehingga menyebabkan mahasiswa

profesi ners merasa segan untuk bertanya untuk melakukan tindakan

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana Hubungan Karakteristik Pembimbing Klinik Dengan

Pencapaian Kompetensi Klinik Mahasiswa Profesi Ners Di Universitas Negeri

Gorontalo ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Karakteristik Pembimbing Klinik Dengan

Pencapaian Kompetensi Klinik Mahasiswa Profesi Ners Di Universitas Negeri

Gorontalo.
1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik pembimbing klinik di kalangan mahasiswa

Profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo

2. Mengetahui pencapaian kompetensi klinik mahasiswa Profesi Ners

Universitas Negeri gorontalo

3. Mengetahui Hubungan Karakteristik Pembimbing Klinik dengan

Pencapaian pencapaian kompetensi klinik mahasiswa Profesi Ners

Universitas Negeri Gorontalo

1.5 Manfaat

1.5.1 Secara Teoritik

Mempermudah, menambah wawasan dan pengetahuan serta informasi

dalam bidang keperawatan.

1.5.2 Secara Praktis

1. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dan dokumen bagi mahasiswa

dan sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga Dan

Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo, serta sebagai pedoman untuk

mengevaluasi pencapaian kompetensi Mahasiswa Profesi Ners saat

melakukan praktik klinik.

2. Bagi peneliti

Sebagai referensi dan wawasan serta ilmu pengetahuan tentang Hubungan

Karakteristik Pembimbing Klinik Dengan Pencapaian Kompetensi Klinik

Mahasiswa Profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo


3. Bagi Instansi Kesehatan

Manfaat Bagi instansi kesehatan adalah data dan hasil yang diperoleh

dari penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi supervisior klinis

institusi tersebut untuk memahami karakteristik yang menjadi pedoman

bagi mahasiswa untuk memperoleh kompetensi klinis yang baik. Evaluasi

terhadap karakteristik pembimbing klinik dapat digunakan sebagai acuan

untuk pelatihan instruktur klinik

4. Bagi mahasiswa

Manfaat yang diperoleh mahasiswa khususnya mahasisswa profesi Ners

dari penelitian ini dapat menilai pencapaian kemampuannya sendiri, dan

dapat memberikan pandangan bahwa pentingnya mengasah kompetensi

yaitu meliputi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Pendidikan Tinggi Keperawatan

2.1.1 Defenisi Pendidikan Tinggi Keperawatan

Pendidikan tinggi keperawatan adalah pendidikan tinggi yang berorientasi

pada ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta masyarakat mampu mengikuti

perkembangan sekaligus memberikan landasan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

(IPTEK). Pendidikan tinggi keperawatan sebagai sarana mencapai

profesionalisme dalam keperawatan yang harus terus dipacu. Pengembangan

sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dan berperan dalam

pengembangan pelayanan keperawatan profesional, pengembangan tekhnologi

keperawatan pembinaan kehidupan keprofesian, dan pendidikan keperawatan

berkelanjutan yang dicapai melalui lulusan dengan kemampuan profesional.

(Nursalam dan Efendi, 2012).

Pendidikan keperawatan yang diselenggarakan di Perguruan Tinggi

menghasilkan berbagai lulusan Ahli Madya Keperawatan, Ners, Magister

Keperawatan, Ners Spesialis, dan Doktor Keperawatan. Pendidikan keperawatan

terdiri dari 3 jenis, yaitu pendidikan akademik, vokasi , dan profesi. Pendidikan

akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu

pengetahuan. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama

pada kesiapan penerapan keahlian tertentu sebagai perawat. Pendidikan profesi

merupakan pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi keperawatan.

(AIPNI, 2012).
2.1.2 Jenis Dan Jenjang Pendidikan Keperawatan

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014

Tentang Keperawatan BAB III Tentang pendidikan tinggi keperawatan jenis dan

jenjang pendidikan keperawatan sebagai berikut :

1. Jenis Pendidikan Tinggi Keperawatan

1) Pendidikan Vokasi

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Huruf a Merupakan program diploma,

dimana program diploma tiga keperawatan adalah tingkatan paling rendah.

2) Pendidikan Akedemik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b yang

terdiri atas :

a. Program Sarjana Keperawatan,

b. Program Magister Keperawatan,

c. Program Doktor Keperawatan

3) Pendidkan profesi sebagaiaman dimaksud dalam pasal 5 huruf c terdiri atas :

a. Program Profesi Keperawatan,

b. Program Spesialis Keperawatan. (UU Keperawatan No 38 Tahun 2014)

2. Jenjang pendidikan tinggi keperawatan, meliputi :

1) Pendidikan Diploma III keperawatan

2) Pendidikan Ners

3) Pendidikan Magister Keperawatan

4) Pendidikan Spesialis Keperawatan terdiri dari:

a. Spesialis Keperawatan Maternitas

b. Spesialis Keperawatan Anak


c. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah

d. Spesialis Keperawatan Jiwa

e. Spesialis Keperawatan Komunitas

Pendidikan spesialis tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan kebutuhan

pengembangan ilmu.

5) Pendidikan Doktor Keperawatan (AIPNI, 2012)

2.1.3 Peran Pendidikan Keperawatan

Dalam Nursalam dan Effendi (2012), Pendidikan tinggi keperawatan

diindonesia sangat berperan dalam :

1. Membina sikap pandangan dan kemampuan profesional

Diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan profesional,

berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah

keperawatan memadai, dan menguasai keterampilan profesional secara baik

dan benar. Sebagai Perawat profesional diperoleh kepuasan kerja yang

selanjutnya memacu pencapaian kemampuan melalui penampilan kerja yang

lebih baik lagi.

2. Meningkatkan mutu pelayanan/asuhan keperawatan profesional

Pendidikan tinggi keperawatan menimbulkan perubahan yang berarti

terhadap cara perawat memandang asuhan keperawatan dan secara bertahap

keperawatan beralih dari yang semula berorientasi pada tugas menjadi

berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan keperawatan efektif

dengan menggunakan pendekatan holistik dan proses keperawatan.


Pendidikan tinggi keperawatan juga berperan membawa iklim budaya ilmiah

pada tiap tatanan pelayanan kesehatan baik yang digunakan sebagai lahan

praktik bai mahasiswa maupun sebai tempat bekerja pada lulusan pendidikan

tinggi.

3. Menyelesaikan masalah keperawatan Mengembangkan IPTEK keperawatan

melalui penelitian

Kerjasama yang terjalin dengan baik antara institusi pendidikan dan

pelayanan memungkinkan terjadinya transformasi IPTEK, termasuk

terindetifikasinya masalah kesehatan, khususnya terkait dengan masalah

keperawatan untuk penelitian keperawatan. Penelitian secara khusus

bertujuan :

1) Menghasilkan jawaban terhadap pertanyaan

2) Menghasilkan solusi masalah, baik melalui produk berupa tekhnologi

ataupun metode baru maupun produk jasa

3) Menemukan dan menghasilkan fakta baru

4) Menguji teori berdasarkan kondisi atau fakta baru, dan

5) Merumuskan teori baru (Leddy dan Pepper,1993 ; Mayer, Madden dan

Lawrence 1990)

4. Meningkatkan kehidupan keprofesian melalui organisasi profesi

Pendidikan tinggi keperawatan akan memfasilitasi perkembangan kehidupan

organisasai keperawatan untuk lebih profesional. Dengan pendidikan

profesional, perawat sebagai anggota dari suatu organisasi akan lebih

memahami dan menghayati peran, tangung jawab, dan haknya Sebagai


anggota organisasai profesi. Peran aktif anggota organisasi memiliki sifat,

pandangan, dan kemampuan profesional sangat memungkinkan organisasai

keperawatan berperan sebagai pengendali mutu pelayanan/asuhan

keperawatan kepada masyarakat melalui pengaturan hak tanggung jawab dan

kewenangan tiap perawat berdasarkan kompetensi yang dimiliki.

2.2 Pendidikan Profesi Ners

2.2.1 Defenisi Pendidikan Profesi Ners

Program pendidikan profesi Ners merupakan lanjutan pendidikan Sarjana

Terapan Keperawatan dengan beban studi minimal 144 sks yang terdiri 137 sks

(115 sks ditambah 22 sks) muatan inti dan 7 sks muatan institusi. Tahap

pendidikan profesi Ners dilaksanakan minimal 36 sks yang terdiri 29 sks muatan

inti dan 7 sks muatan institusi (Buku Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia,

2015). Pendidikan tahap profesi Ners merupakan tahapan proses adaptasi profesi

untuk dapat menerima pendelegasian kewenangan secara bertahap dalam

melakukan asuhan keperawatan profesional, memberikan pendidikan kesehatan

menjalankan fungsi advokasi pada klien, membuat keputusan legal dan etik serta

menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan keperawatan.

(KEMENKES, 2018)

2.2.2 Tujuan Pendidikan Profesi Ners

Pendidikan profesi Ners bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk

mampu melaksanakan fungsi dan peran sebagai Ners. Sesuai dengan keputusan

menteri pendidikan nasional Republik Indonesia No. 232/U/2000 pasal 2 ayat 2


bahwa program pendidikan profesional bertujuan untuk menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan profesional dalam

menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi dan atau

kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf

kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. (KEMENKES,

2018)

Menurut Haiya (2020) Pendidikan tinggi keperawatan mempunyai tujuan

menghasilkan perawat yang professional. Dimana perguruan tinggi tersebut

sangat berperan dalam membina sikap, pandangan dan kemampuan professional

lulusan, sehingga diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan

professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan

ilmiah keperawatan yang memadahi dan menguasai ketrampilan profesional

dengan baik dan benar.

2.2.3 Tempat Praktek Pendidikan Profesi Ners

Menurut Haiya (2020), Tahap pendidikan profesi merupakan tahap

pendidikan yang sepenuhnya dilaksanakan di lapangan atau lahan praktik seperti

Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik bersalin, Panti Wherda dan komunitas. Undang-

Undang Keperawatan No. 38 Tahun 2014 menjelaskan penyelenggaraan

Pendidikan Tinggi Keperawatan harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan

Keperawatan. Pemenuhan standar pendidikan ners dengan tujuh kriteria standar.

Salah satu kriteria standarnya adalah wahana pembelajaran yang terdiri dari

wahana pembelajaran klinik (Rumah Sakit) dan wahana pembelajaran di


Komunitas. Wahana pembelajaran klinik dan komunitas disesuaikan dengan

kompetensi yang akan dicapai.

Menurut Estri dan Fajarini (2017), Tempat yang digunakan harus

memiliki CI ( Clinical Instructur) yang sudah berkompeten dalam membimbing

mahasiswa, yang ditunjukan dengan pengalaman kerja, lama kerja, up date ilmu

yang dilakukan, pelatihanpelatihan dan sertifikat yang menunjang keilmuanya.

serta diliihat dari kertecapaian kasus yg ada dilahan tersebut.

2.2.4 Metode Pembelajaran Program Profesi

Berdasarkan Buku Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia 2015,

Metode pembelajaran pada tahap profesi berfokus pada pelaksanaan

pendelegasian kewenangan dari preceptor kepada peserta didiknya (Buku

Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia, 2015).

Pendidikan profesi keperawatan memilki landasan yang kukuh

bermakna menumbuhkan dan membina sikap dan tingkah laku profesional

keperawatan dalam menjalankan praktik keperawatan. Pendidikan profesi

keperawatan memiliki landasan yang disebut sosialisasi profesional

(Professional Socialization) atau adaptasi profesional (Profesional adaption)

yang diberikan dengan bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan sesuai

dengan tatanan nyata dalam pelayanan atau asuhan keperawatan. Tatanan

nyata pelayanan juga terdapat dalam komunikasi profesional keperawatan

yang berhubungan erat dengan model peran (Role model) dan suasana

lingkungan yang kondusif untuk memberikan perubahan pada perilaku peserta

didik (Nursalam, 2012). Pembelajaran yang digunakan pada tahap pendidikan


program profesi ners, yaitu :

a. Prekonferensi yaitu mengevaluasi kesiapan peserta didik melalui laporan

pendahuluan (LP);

b. Konferensi yaitu pelaksanaan pembelajaran (membaca status pasien,

melakukan pengkajian-evaluasi) dengan menerapkan bedside teaching,

ronde keperawatan;

c. Post konferensi yaitu mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan

rekomendasi untuk pencapaian kompetensi yang harus dicapai pada hari

berikutnya.

2.2.5 Sistem Evaluasi Program Profesi Ners

Program profesi memerlukan evaluasi berkelanjutan atas bagian yang

telah melewati tingkat bobot yang telah ditentukan. Diakhir ronde dilakukan

ujian lisan yang komperehensif mewujudkan kemampuan (pengetahuan dan

keterampilan) dan aspek sikap (disiplin, tanggung jawab, daya tanggap dan

prinsip etika keperawatan). Metode evaluasi diwujudkan melalui observasi dan

penulisan. (Putri, 2018)

Evaluasi pencapaian pembelajaran untuk menetapkan kelulusan dari

Program Studi dilakukan dalam bentuk uji kompetensi sebelum yudisium. Ketika

peserta didik program profesi dinyatakan lulus maka ia diberi sebutan Ners dan

kemudian memiliki hak untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR).

Namun, jika ternyata peserta didik tidak lulus, maka seyogyanya yang

bersangkutan diberi kesempatan untuk mendapatkan remedial dan diuji kembali


setelah program remedial selesai. (Buku Kurikulum Inti Pendidikan Ners

Indonesia, 2015)

2.3 Kompetensi Klinik Mahasiswa Profesi Ners

2.3.1 Defenisi Kompetensi Klinik

Menurut Sartika (2016), Mendefinisikan kompetensi merupakan

kemampuan yang dimiliki oleh seorang untuk menjalankan tugas yang diberikan

kepadanya dengan baik. Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan

tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Menurut Tursina et al (2016) Kompetensi merupakan perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak

2.3.2 Karakteristik Kompetensi

Penilaian pencapaian kompetensi mahasiswa mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang (Permendikbud

Nomor 66, 2013)

a. Pengetahuan

Penilaian potensi intelektual yang terdiri dari tahapan mengetahui,

memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.

Pengetahuan merupakan hal yang selalu dapat diperbarui dan dikembangkan

lebih lanjut sesuai dengan perkembangan kematangan intelektual individu.

b. Keterampilan

Kemampuan psikomotor dan motorik seperti bekerja atau aktivitas yang

memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Keterampilan dapat dipelajari secara


bertahap. Saat penguasaan atas keterampilan sudah tercapai, maka akan

timbul rasa puas yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi

kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks.

c. Sikap

Sikap merupakan ekspresi perasaan yang mencerminkan apakah seseorang

senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju

terhadap suatu obyek yang berupa merek, layanan, orang, perilaku, dan lain-

lain.

2.3.3 Pengukuran Pencapaian Kompetensi Klinik Profesi Ners

Menurut Alifah dan Rochana (2017), pencapaian kompetensi klinik

mahasiswa tidak hanya dipengaruhi oleh pembimbing klinik, akan tetapi dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti metode pembelajaran,

fasilitas/peralatan, konten materi, lingkungan pembelajaran, pengetahuan,

keterampilan, sikap pengalaman, pelatihan, dan motivasi.

Kompetensi dalam defenisi keperawatan harus mencerminkan

pengetahuan, pemahaman, evaluasi, serangkaian keterampilan kognisi,

psikomotorik dan interpersonal, serta kepribadian sikap, dan perilaku. Menurut

international Council Of Nursing (ICN), kemampuan perawat generalis

dibedakan menjadi tiga kemampuan utama, yaitu :

a. Praktik profesional, etik, legal, serta peka budaya

b. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan

c. Pengembangan profesional (AIPNI, 2015)


Capaian pembelajaran klinik diindonesia terdiri dari unsur sikap,

keterampilan (umum dan khusus), dan pengetahuan yang telah disusun dan

disesuaikan dengan AIPNI tahun 2014 (AIPNI, 2015).

Mahasiswa yang akan masuk ke klinik telah dinyatakan lulus uji masuk

klinik yang diadakan oleh institusi pendidikan atau mahasiswa sudah mengikuti

serangkaian pembeljaran persiapan praktik klinik dan sudah sinyatakan lulus

(AIPNI, 2015) Minimal keterampilan yang harus dikuasai adalah :

1. Pemeriksaan fisik

2. Prosedur oksigen, suction, nebilasi, fisioterapi dada, dan postural drainage

3. Prosedur pemasangan infus dan enteral

4. Prosedur pemasangan selang nasogastrik (NGT)

5. Prosedur pencegahan cedera

6. Resusitasi jantung paru

7. Perawatan luka

8. Pemberian transfusi darah dan produknya

9. Prosedur pencegahan infeksi

10. Pendokumentasian dan pelaporan.

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Klinik

Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

(Permendikbud, 2016)

Faktor yang mempengaruhi pembimbing keberhasilan pembelajaran

klinik yaitu faktor internal dan faktor eksternal. salah satu faktor eksternal yang
paling mempengaruhi keberhasilan pembelajaran pembimbing klinik yaitu

pembimbing klinik (Alifah dan Rochana 2017)

1. Faktor internal

Menurut Saputra dan Lisiswati (2015) faktor internal yang dapat

mempengaruhi keberhasilan pembelajaran klinik yaitu pengetahua, motivasi,

karakteristik kepribadian, pengalaman, pelatihan dan gaya belajar.

2. Faktor eksternal

Marlia (2017) mengemukakan bahwa pencapaian kemampuan belajar klinik

atau kompetensi klinik tergantung pada instruktur klinik atau pembimbing klinik,

peer group dan lingkungan belajar. Selain itu faktor eksternal lainnya terdapat

metode yang digunakan dalam bimbingan kelengkapan sarana, serta kerjasama

antara klien dan keluarga juga dapat menjadi faktor yang memepengaruhi

keberhasilan pembelajaran klinik.

2.4 Peran Pembimbing Klinik

2.4.1 Defenisi Pembimbing Klinik

Berdasarkan Shalahuddin et all (2018) Pembimbing klinik adalah seseorang

yang diangkat dan diberikan tugas oleh institusi pelayanan/ pendidikan kesehatan

untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti

kegiatan pembelajaran praktek klinik di Rumah Sakit. Shalahuddin ett all (2018)

mengemukakan Pembimbing klinik (Clinical teacher) adalah pembimbing

perawat (Nurse teacher).


Selama proses pembelajaran klinik keperawatan terjadi proses interaksi

antara pembimbing klinik-mahasiswa dan pasien. Ketiga komponen ini akan

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran praktek klinik

keperawatan, perer group, dan lingkungan pembelajaran.

2.4.2 Peran Pembimbing Klinik

Peran pembimbing klinik adalah sebagai supervisi yang dimana

pembimbing klinik harus memberikan arahan kepada mahasiswa dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien. (Wilianti, 2017).

Menurut Shalahuddin et all (2018) Pembimbing praktek klinik memiliki

berbagai peran dan dapat menjadi indikator kinerja pembimbing praktek klinik.

Peran pembimbing praktek klinik tersebut meliputi peran manajer, peran

konselor, peran instruktur, peran observer, peran feedback dan peran evaluator.

Bilamana pembimbing praktek klinik mampu memberikan perannya tersebut,

kinerja pembimbing praktek klinik menjadi baik dan pembelajaran praktek klinik

akan menjadi efektif yang artinya pembelajaran praktek klinik dapat mencapai

tujuan, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas lulusan pendidikan

keperawatan.

Pembimbing klinik memiliki peran dalam memastikan mahasiswa

mendapatkan pengalaman ketrampilan klinik, dan mencapai kompetensi yang

ditentukan (Sulistiyowati, 2020)

2.4.3 Karakteristik Pembimbing Klinik

Karakteristik CI atau pembimbing klinik terbagi menjadi 2 yaitu

karakteristik personal dan karakteristik profesional. Karakteristik personal adalah


karakteristik pribadi seseorang yang melekat pada diri individu. Karakteristik

profesional adalah karakteristik seseorang yang berkaitan dengan profesi yang

dimilikinya (Niken dkk, 2016).

Adapun karakteristik personal meliputi intelektual,komitmen pribadai,

integritas, antusia percaya diri, imaginative, dinamis dan inovatif, memeiliki

kecerdasan emosional, sabar, ramah, memiliki rasa humor, memahami

keberadaaan mahasiswa secara individual mendengarkan secara aktif, jujur dan

adil, menyukai mengajar di lingkungan klinik, memiliki sifat sebagai motivator

dan memiliki kecakapan memimpin, kooperatif, dleksibel, bertanggung jawab,

dan handal dan memiliki kecapakan dengan orang lain. Sedangkan karakteristik

profesional meliputi, menguasai mengajar, inovatif, personal appereance, perilaku

profesional, melakukan etika keperawatandengan sungguh-sungguh, memberikan

kesempatan mahasiswa untuk melakukan asuhan keperawatan langsung kepada

pasien, menggunakan metode yang variati, menciptakan lingkungan belajar, yang

didasari saling menghargai dan saling percaya, memeberikan umpan balik,

memahami metode belajar memahami beberapa individu membutuhkan

bimbingan yang insentif, memeberi bimbingan kepada mahasiswa, mempunyai

komitmen untuk belajar, dan mampu menumbuhkan semangat belajar. (Adiyasa

et all 2020)

Menurut hasil penelitian Sulistiyowati, 2020 karakteristik pembimbing

klinik yaitu :

1. Karakteristik pembimbing klinik berdasarkan tingkat pendidikan


Pendidikan dapat menimbulkan perubahan terhadap cara pandang seseorang.

melalui pendidikan keperawatan akan dihasilkan perawat yang bersikap

professional dalam ketrampilan intelektual, interpersonal, dan teknikal. Selain

itu, pendidikan juga akan meningkatkan kemampuan dalam mempertanggung

jawabkan secara legal keputusan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan

standar dan kode etik profesi serta dapat mnejadi contoh peran bagi perawat

lain. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi pula

tingkat pengetahuannya.

2. Karakteristik pembimbing klinik berdasarkan jenjang karir

Implementasi jenjang karir profesional perawat merupakan upaya

pengembangan profesi dan pelayanan keperawatan ke arah yang lebih baik.

Penerapan sistem jenjang karir professional perawat di setiap sarana

kesehatan dapat meningkatkan kinerja perawat sehingga mutu pelayanan

kesehatan juga meningkat. Hal ini sejalan dengan adanya tuntutan akreditasi

rumah sakit berstandar internasional yang mempersyaratkan perawat

memiliki kewenangan dan penugasan klinis yang jelas. Pola penjenjangan

karir perawat klinik menggambarkan fungsi perawat sebagai pelaksana dalam

praktik asuhan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan, pendidik

pasien, keluarga dan masyarakat serta fungsi perawat sebagai peneliti ( Ike

Puspitaningrum, 2017). Berdasarkan jenjang karir, semua pembimbing klinik

memiliki jenjang level Perawat Klinis III. Perawat Klinis III adalah jenjang

perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan

komprehensif pada area spesifik dan mengembangkan pelayanan keperawatan


berdasarkan bukti ilmiah dan melaksanakan pembelajaran klinis. Salah satu

kompetensi perawat klinis III adalah melaksanakan preceptorship dan

mentorship pada area spesifik. ( Permenkes No.44 Tahun 2017).

3. Karakteristik berdasarkan pelatihan pembimbing klinik

Kompetensi yang harus dimiliki oleh pembimbing klinik untuk dapat

memfasilitasi mahasiswa dalam proses pembelajaran di klinik adalah

kompetensi sebagai perawat profesional, kompetensi dalam membina

hubungan interpersonal, kompetensi dalam mengajar (pedagogic), dan

kemampuan manajerial (Vitaria,2016). Kemampuan pembimbing klinik

menjadi salah satu komponen yang penting dalam mengembangkan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan mahasiswa. Pelatihan pembimbing klinik

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pembimbing

dalam melaksanakan proses bimbingan kepada mahasiswa. Pelatihan

bermanfaat untuk meningkatkan mutu bimbingan klinik, dan meningkatkan

kemampuan menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan

2.4.4 Kriteria Pembimbing Klinik

Woran et all (2018), dalam penelitiannya Kriteria yang harus dimiliki

seorang perceptor adalah sebgai berikut:

1. Berpengalaman dan ahli si lingkungannya

2. Mempunya kemampuan membuat keputusan

3. Mendukung perkembangan professional,

4. Mempunyai kemausan untuk mengejar dan mau mengambil peran dalm

penerapan model perceptorship


5. Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja,

6. Asertif

7. Fleksibilitas untuk berubah

8. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembeljaran individu (Woran et all

2018)

Menurut Nursalam dan Efendi dalam (Adiyasa et all 2020) untuk menjadi

perseptor klinik atau pembimbing klinik harus mempunyai kriteria seperti :

1. Berpengalaman dan kompeten dlingkungan klinik serta memiliki latar

belakang pendidikan setara dengan jenjang pendidikan peserta didik

2. Berjiwa pemimpin

3. Mempunyai keterampilan omunikasi yang baik

4. Mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan

5. Mempunyai kemampuan dalam mengajar

6. Tidak mempunyai sikap menilai terlalu awal pada rekan kerja

7. Mempunyai fleksibilitas untuk berubah

8. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajran individu

2.4.5 Tugas Pembimbing Klinik

Menurut AIPNI (2015) tugas yang dapat dikerjakan oleh pembimbing

klinik selama kegiatan pembelajaran yaitu :

d. Preseptor mengidentifikasi kebutuhan belajar klinik peserta didik melalui

silabu/ course Study Guide/ modul praktik dari institusi pendidikan.

e. Cukup berpengalaman dan kompeten untuk membantu peserta didik

menerapkan pengetahuan teoritis kedalam praktik


f. Memeperlihatkan komitmen tinggi untuk membimbing peserta didik selama

proses belajar klinik berlangsung

g. Membantu menyelesaikan masalah yang bersifat transisi peran dari peserta

didik menjadi ners kompeten yang dihadapi oleh peserta didik

h. Bersama peserta didik memformulasikan tujuan belajar untuk

menjembatanai masalah transisional tersebut diatas.

i. Menyelesaikan masalah, membantu membuat keputusan dan menumbuhkan

akuntabilitas peserta didik selama proses belajar.

j. Memfasilitasi sosialisasi profesional peserta didik kedalam peran profesi

ners peserta didik

k. Memberikan umpan balik secara terus menerus dan periodik pada peserta

didik terkait terkait kemajuan atau kelemahan peserta didik selama belajar

diklinik

l. Berperan sebagai narasumber dalam memberikan dukungan personal dan

profesional kepada peserta didik

m. Membantu peserta didik dalam mengkaji, memvalidasi, serta mencatat

pencapaian kompetensi klinik.

2.5 Kajian Penelitian Relevan

No Peneliti/T Judul Metode Hasil


ahun
1. Alifah, M Hubungan Penelitian ini Berdasarkan hasil
Rochana, N persepsi menggunakan metode penelitian
(2017) mengenai penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa
pembimbing dengan rancangan sebagaian besar
klinik terhadap penelitian non mahasiswa
pencapaian eksperimental. Desain mempersepsikan
kompetensi yang digunakan pembimbing klinik
klinik dalam penelitian dalam kategori baik
mahasiswa adalah ini adalah dan sebagian besar
keperawatan penelitian cross mahasiswa dapat
sectional. Teknik mencapai kompetensi
pengambilan sampel kliniknya. Hasil uji
pada penelitian ini statistika
yaitu purposive menggunakan uji
sampling dengan cross sectional
jumlah 177 sampel menunjukkan bahwa
mahasiswa profesi p 0.000 dengan nilai
keperawatan dari dua kendall tau-b 0,636
institusi yaitu UNDIP yang menunjukkan
dan UNIMUS yang bahwa ada hubungan
sudah menjalani yang kuat antara
semua stase persepsi mahasiswa
(keperawatan mengenai
maternitas, pembimbing klinik
keperawatan anak, terhadap pencapaian
KMB, keperawatan kompetensi klinik
gawat darurat dan mahasiswa
kritis, keperawatan keperawatan. Nilai p
jiwa, keperawatan berarah mempunyai
keluarga, keperawatan makna bahwa
komunitas, mahasiswa yang
keperawatan dasar, mempersepsikan
dan manajemen pembimbing klinik
keperawatan). baik maka
Pengumpulan data kompetensi kliniknya
dengan menggunakan akan meningkat
lembar Kuesioner
NCTEI dan
Kuesioner
Kompetensi Klinik.
2. Harini, Ria Hubungan Penelitian ini Berdasarkan hasil
Tri Faktor Menggunakan perhitungan analisis
Rusiawati, Bimbingan pendekatan ex post regresi sederhana
Dwi Praktik facto. Menurut tingkat diperoleh : Freg =
(2018) terhadap eksplanasinya, 18,391 > Ftab = 3,96
Pencapaian penelitian ini tergolong (α = 0,05) adalah
Kompetensi dalam penelitian signifikan dan linier,
Keterampilan asosiatif, yaitu rhit = 0,386 > rtab =
Asuhan menganalisa 0,220 (α = 0,05)
Kehamilan determinasi satu adalah signifikan,
pada Praktek variabel bebas kontribusi = 22,0 %
Klinik terhadap satu variabel dan SE = 7,50 %.
terikat. Penelitian ini Dengan demikian,
termasuk dalam dapat disimpulkan
penelitian kuantitatif. ada hubungan yang
Populasi yang signifikan antara
digunakan dalam faktor bimbingan
penelitian ini adalah praktek dengan
mahasiswa Prodi D 3 pencapaian
Kebidanan Undiksha kompetensi
semester V berjumlah keterampilan asuhan
80 orang, dengan dasar kehamilan mahasiswa
pertimbangan bahwa Prodi D 3 Kebidanan
mahasiswa pada Undiksha. Makin
semester ini telah baik bimbingan
mendapatkan mata praktik yang
kuliah asuhan diberikan maka akan
kehamilan dan telah semakin baik pula
menjalani proses pencapaian
bimbingan praktek kompetensi
untuk mata kuliah keterampilan.
tersebut baik di
laboratorium institusi
pendidikan maupun di
lahan praktek. Tehnik
sampling yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
total sampling.
Instrumen yang
digunakan dalam
penelitian ini berupa
kuisioner bimbingan
praktek, dan format
penilaian untuk
menilai kompetensi
keterampilan asuhan
kehamilan. Selanjutnya
data yang diperoleh
dianalisis dengan
menggunakan statistik
deskriptif dan
inferensial, yaitu
Bivariate Analysis
Variance
3. Ahmad, Analisis Jenis penelitian yang Uji statistik
Erwan , Faktor-Faktor digunakan adalah menunjukkan bahwa
Yani, Achir Yang penelitian kuantitatif terdapat empat
, Azidin, Berhubungan dengan rancangan hubungan dengan
Yustan Dengan deskriptif korelasi kualitas pembelajaran
(2020) Kualitas bersifat cross sectional. klinik yaitu
Pengelolaan Sampel pada penelitian komptensi
Pembelajaran ini adalah mahasiswa pembimbing,
Klinik profesi ners berjumlah pengaturan
84 orang dengan bimbingan, metode
teknik Total Sampling. pembelajaran dan
Pengumpulan data lingkungan
menggunakan lembar pembelajaran dengan
kuesioner. Analisis p value
data yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah regresi logistic
ganda.
2.6 Kerangka Berpikir
2.6.1 Kerangka Teori
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Klinik :
Pendidikan tinggi keperawatan Internal Eksternal
Pendidikan Vokasi Pengetahuan
Pendidikan Akademik Keterampilan a. Metode Yang Digunakan
Pendidikan Profesi Sikap b. Fasilitas/Peralatan
(UU No. 38, 2014, AIPNI (2012)) KOMPETENSI KLINIK Motivasi c. Konten Materi
MAHASISWA Karakteristik Kepribadian d. Lingkungan Pembelajaran
Pengalaman e. Pembimbing Klinik
Pelatihan f. Kerjasama Klien Dan
Kelompok Ilmu Keperawatan Penguikuran Pencapian Gaya Belajar Keluarga
Pendidikan Profesi Ners Kompetensi Klinik g. Peer Group
Medikal Bedah, Anak, Maternitas, Kompetensi praktik profesional etis,
Jiwa, Manajemen Keperawatan, Gadar legal dan peka budaya
Dan Kritis, Keperawatan Gerontik, Pemberian asuhan keperawatan
Keperawatan Keluarga, Dan Pengembangan kualitas personal dan Karakteristik Pembimbing Klinik
Komunitas profesional Karakteristik personal
(AIPNI,2015) Keterampilan klinik Intelektual, memiliki kecerdasan emosional, sabar, ramah, memiliki
(AIPNI, 2015) rasa humor, adil, memiliki sifat sebagai motivator dan memiliki
kecakapan memimpin, kooperatif, dleksibel, bertanggung jawab, dan
handal dan memiliki kecapakan dengan orang lain
Tempat Praktek Pendidikan Profesi Peran pembimbing klinik Karakteristik profesional
Ners Meliputi peran manajer, peran konselor, Menguasai mengajar, inovatif, personal appereance, perilaku
Seperti rumah sakit, puskesmas, klinik peran instruktur, peran observer, peran profesional, melakukan etika keperawatan dengan sungguh-sungguh,
bersalin, panti wherda dan komunitas. feedback dan peran evaluator memberikan kesempatan mahasiswa untuk melakukan asuhan
(Haiya, 2020) ( Shalahuddin, et all 2018). keperawatan langsung kepada pasien, menggunakan metode yang
variati, menciptakan lingkungan belajar, yang didasari saling
menghargai dan saling percaya, memeberikan umpan balik, (Adiyasa
et all 2020)
Gambar 1 Kerangka Teori
2.6.2 Kerangka Konsep

Karakteristik pembimbing Indikator kompetensi klinik


klinik 1. Kompetensi praktik
profesional etis, legal dan
1. Karakteristik personal peka budaya
2. Pemberian asuhan
2. Karakteristik profesional keperawatan
3. Pengembangan kualitas
(Adiyasa et all, 2020) personal dan profesional
4. Keterampilan klinik
(AIPNI, 2015)
Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Hubungan

Gambar 2 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih perlu di uji kebenarannya.

Selain itu hipotesis juga merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah

penelitian (I Ketut Suwarjana, 2016). Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

H0 : Tidak ada hubungan antara karakteristik pembimbing klinik dengan

pencapaian kompetensi klinik pada mahasiswa profesi ners.

H1 : Ada hubungan antara antara karakteristik pembimbing klinik dengan

pencapaian kompetensi klinik pada mahasiswa profesi ners.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Gorontalo Program

Studi Profesi Ners.

3.1.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari-Maret

2021.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang memiliki prinsip

menjawab pertanyaan. Penelitian kuantitatif merupakan ungkapan atau hipotesis

yang digunakan untuk menjawab pertanyaan sementara dengan menggunakan

berbagai teori sebelumnya (Sugiyono, 2016).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah adnalisis deskriptif dengan

pendekatan cross sectional, yaitu menggunakan metode pengumpulan data stu

kali atau metode observasi untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor

resiko dan pengaruh (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini menganalisis hubungan karakteristik pembimbing klinik

dengan pencapaian kompetensi klinik mahasiswa Profesi Ners Angkatan XI

Universitas Negeri Gorontalo.


3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain lain) untuk pengukuran atau

manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2017).

3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen atau biasa disebut variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. (Nursalam,

2017). Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah

karakteristik pembimbing klinik.

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen atau biasa disebut variabel terikat merupakan variabel

yang memepengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain yang diamatai dan

diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel

bebas (Nursalam, 2017). Variabel dependen atau variabel terikat pada penelitian

ini adalah pencapaian kompetensi klinik mahasiswa profesi ners.

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah studi tentang variabel operasi berdasarkan

karakteristik yang diamati. Defenisi operasional mengungkapkan variabel dari

skala pengukuran masing masing variabel. (Donsu, 2016).

Tabel 1 Defenisi Operasional


No Variabel Defenisi Indikator Alat ukur Skala
1. Variabel Hasil 1. Interpersonal Kuisioner Interval
independen: asesmen atau relationship sejumlah 38
Karakteristik penilaian (Hubungan butir yang
pembimbing mahasiswa interpersonal) diambil dati
Personality traits
klinik terhadap Whitehead
(Ciri dan
karakteristik karakter Characteristics
pembimbing kepribadian) affrctive
klinik di 2. Teaching clinical
rumah sakit Practices ( Kem instructor rating
ampuan scale
Mengajar)
(WCECIRS)
3. Knowledge and
Experience dengan pilihan
(Pengetahuan jawaban
dan sebagai
Pengalaman) berikut :
4.Evaluation 1. Tidak
Procedures penting
(Evaluasi) 2. Agak
penting
3. Paling
penting
( Thompson et
al, 2016).
2. Variabel Evaluasi diri 1. Praktik Kuisioner Ordinal
dependen: mahasiswa profesional, kompetensi
Pencapaian tentang legal, etis, dan klinik sejumlah
kompetensi memperoleh peka budaya 33 butir yang
2. Pemberian
klinik kompetensi diambil dari
asuhan dan
mahasiswa klinik selama alifa (2017)
manajemen
profesi ners melaksanaka keperawatan dengan pilihan
n profesi ners 3. Pengembangan jawaban
yang kualitas sebagai
mencakup personal dan berikut :
pengetahuan, profesional 1. Mengetahui
keterampilan, 4. Keterampilan 2. Pernah
sikap klinik melihat
demonstrasi
nya
3. Pernah
melakukan 
atau pernah
menerapkan
dibawah
supervisi
4. Mampu
melakukan
secara
mandiri
3.5 Populasi Dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2020). Populasi penelitian ini

adalah seluruh profesi Ners Angkatan XI Universitas Negeri Gorontalo.

3.5.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam 2020). Sampel dari

penelitian ini adalah semua profesi Ners Angkatan XI Universitas Negeri

Gorontalo yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Penggunaan teknik

tertentu untuk mendapatkan sampel penelitian sehingga dapat

merepresentasikan populasi penelitian dengan tepat disebut metode sampling

(Notoadmodjo, 2012)

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik total

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel apabila semua anggota populasi

dijadikan sampel. Jika populasinya kecil (yaitu kurang dari 100 orang) atau

penelitian berharap membuat kesalahan yang sangat kecil, gunakan total

sampling (Sugiyono, 2007). Total sampling pada penelitian ini sebanyak 78

orang mahasiswa Profesi Ners yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan

eksklusi. Berikut kriteria inklusi dan eksklusi :


1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah ciri-ciri atau karakteristik yang dimilki oleh setiap

populasi dan dapat diambil sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Berikut

Kriteria Inklusi pada penelitian ini :

a. Mahasiswa profesi ners angkatan XI universitas Negeri Gorontalo

b. Bersedia menjadi Responden

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik anggota populasi yang tidak dapat

dijadikan sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012) berikut kriteria eksklusi pada

penelitian ini :

a. Mahasiswa profesi keperawatan Universitas Negeri Gorontalo Yang

sedang aktif Bekerja di Lingkungan Klinik (rumah sakit)

3.6 Tekhnik Pengumpulan Data

3.6.1 Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (peneliti) (Sugiyono, 2016). Data primer penelitian ini

dapat diperoleh langsung dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket

karakteristik pembimbing klinik dan pencapian kompetensi klinik mahasiswa

profesi ners.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen
(Sugiyono, 2016). Data sekunder penelitian ini diperoleh dari data mahasiswa

profesi keperawatan yang telah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi

dan pada laporan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian tentang

hubungan karakteristik pembimbing klinik dengan pencapaian kompetensi klinik

mahasiswa profesi ners.

3.6.3 Instrument Penelitian

Instrumen penelitian atau alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan

data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu sejumlah pernyataan atau

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti laporan dari pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto,2013).

Pada penelitina ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner

yang akan dibagikan kepada mahasiswa profesi ners sebagai responden dan

diminta untuk mengisi kuisioner.

Kuisioner karakteristik yang digunakan peneliti adalah kuisioner

penilaian pribadi tentang karakteristik pembimbing klinik yang digunakan dalam

penelitian thompson et al, (2016). Sedangkan kuisioner pencapaian kompetensi

klinik yang digunakan adalah instrumen yang digunakan oleh Alifa (2017)

1. Kuisioner Karakteristik Pembimbing Klinik

Instrumen ini menggunakan kuesioner Whitehead Characteristics of

Effective Clinical Instructor Rating Scale (WCECIRS) yang diadopsi dari

penelitian Thompson et al (2016) Kuesioner ini sebelumnya digunakan dalam

studi Whitehead tahun 1997, yaitu penilaian individu tentang karakteristik

pembimbing klinik yang efektif. Instrumen ini berisi 39 item pertanyann.


Instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert yang terbagi menjadi

beberapa poin yaitu tidak penting, agak penting, tidak beropini, penting, sangat

penting.

2. Kuisioner Kompetensi Klinik

Instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan dalam penelitian

Alifah (2017) yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi perawat

Indonesia. Kuesioner kompetensi klinis mencakup 35 pertanyaan. Instrumen

penelitian ini menggunakan skala Likert yang terbagi menjadi 4 poin yaitu

mengetahui dan menjelaskan, pernah melihat atau mendemonstrasikan, pernah

melakukan atau pernah menerapkan dibawah supervisi, dan mampu melakukan

secara mandiri.

3.7 Tekhnik Pengolahan Data Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Menurut Sujarweni (2014) berikut tahapan pengolahan data :

1. Pengumpulan data

Tahap pengumpulan data dilakukan melalui alat pengumpulan data.

Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah kuisioner untuk menuntun

karakteristik yaitu kuisioner karakteristik white head dari skala penilaian

instruktur klinis efektif (WCECIRS) dan kuisioner kemampuan klinik.

2. Editing

Pada tahap ini data yang terkumpul akan dilakukan pengecekan untuk

memastikan kejelasan dan kelengkapan pengisian alat pengumpulan data selama


proses penelitian. Jika ada data yang tidak lengkap, segera klarifikasi langsung

dengan responden terkait.

3. Coding

Tahap ini merupakan tahap penyediaan kode di mana data dalam bentuk

kalimat diubah menjadi angka untuk diproses dalam program Windows SPSS

(Statistical Product and Service Solution) versi 21 for windows.

4. Entry

Pada tahap ini data akan diolah untuk analisis data. Menggunakan

aplikasi komputer untuk memproses data yaitu Windows SPSS (Statistics

Products and Services Solutions) versi 21.

5. Tabulasi

Setelah pengolahan data menggunakan SPSS versi 21 for Windows,

kelompokkan data tersebut ke dalam tabel kerja, seperti tabel distribusi

karakteristik responden, dan distribusi jawaban kuesioner responden.

3.7.2 Analisa Data

Analisa data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap antara

lain (Notoatmodjo, 2012)

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung pada

jenis datanya. Untuk data numeric digunakan nilai mean atau rata-rata, median,

dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya mengkasilkan

distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Misalnya distribusi frekuensi
responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2012).

2. Analisis Bivariat

Analisisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa bivariat. Analisa

bivariat adalah analisa yang dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2012). Analisa

bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan Kinerja dengan kepasan

kerja.

Teknik yang digunakan untuk analisis bivariat ini adalah uji alternatif Chi

Square dengan menggunakan eksak fisher menunjukkan bahwa pada α 5 %

derajat kepercayaan 95 % sehingga jika nilai p<0,05 berarti menunjukkan ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

3.8 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2014), secara umum prinsip utama dalam etika

penelitian keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Lembar Persetujuan (Informent Consent)

Informent Consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengn responden

dengan memberikan lembar persetujuan yang tujuannya agar responden

mengerti maksud penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika responden

bersedia, maka mereka harus mendatangani lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati peserta didik.


2. Tanpa Nama (Anonymity)

Tanpa nama adalah masalah etika yang ditujukan untuk memberikan jaminan

dalam penggunaan responden penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah etika ini adalah untuk memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang

dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti. Hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

4. Terhindar dari bahaya

Peneliti menjelaskan kepada responden, bahwa penelitian yang akan

dilakukan tidak akan membahayakan bagi status kesehatan responden karena

bukan perlakuan yang fatal.


Daftar Pustaka

Alifah, M, and N Rochana. 2017. Hubungan Persepsi Mengenai Pembimbing

Klinik Terhadap Pencapaian Kompetensi Klinik Mahasiswa Keperawatan.

Jurnal Jurusan Keperawatan 000: 1–8.

AIPNI. 2012. Draft Naskah Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan di

Indonesia

AIPNI. 2015. Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia. Asosiasi Institusi

Pendidikan Indonesia

Donsu, J, D, T. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka

Baru. Cetakan 1.

Efendi, F., 2012. Pendidikan Dalam Keperawatan. 1st ed. Salemba Medika.

Estri, B A, and N Fajarini. 2017. Gambaran Standar Lahan Praktek Yang

Diterapkan Oleh Lahan Praktik Klinik Mahasiswa Kebidanan. Jurnal

Keperawatan Intan …5(1). 

http://e-jurnal.akperinsada.ac.id/index.php/insada/article/view/82

Haiya, Nutrisia Nuim. 2020. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Sikap

Dan Tanggung Jawab Mahasiswa Profesi Ners Di Stase Komunitas.

NURSCOPE: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan 6(1): 9.

Hanida Norma Aswatun, Rahayu Winarti, Dwi Nur Aini Novia. 2019. Hubungan

Beban Kerja Perawat Dengan Pelaksanaan Prinsip 6 Benar Pemberian Obat

Pada Pasien. Jurnal Ners Widya Husada Volume 6(2): 65–72.


Hidayat, A., Aziz. A. 2014. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Jakarta : Salemba Medika.

Iwan Shalahuddin, Udin Rosidin, I. M. 2018. Pengaruh Kompetensi Dan

Motivasi Pembimbing Klinik Terhadap Kinerja Dalam Membimbing

Praktek Klinik Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Kampus

Garut, 18, 23–32.

KEMENKES. 2018. Pedoman Pelaksanaan Program Studi Profesi Ners Pada

Poltekes Kemenkes RI.

Putri, Della Anissa Widayu. 2018. Hubungan Karakteristik Pembimbing Klinik

Dengan Pencapaian Kompetensi Klinik Mahasiswa Profesi Ners. Skripsi.

Jember. Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Sartika, Mila. 2016. Terhadap Kinerja Perawat Baru Di Rumah Sakit Sentra

Medika Cisalak

Suwarjana, I., 2016. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang

Keperawatan

Nursalam. 2012. Manajemen Penelitian Ilmu Keperawatan : Aplikasi Dalam

Praktik Keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2017. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam 2020. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.

Edisi 5. Surabaya : Salemba Medika


Notoadmojo, Soekidjo, Dr Prof. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta:Rineka Cipta

Ratna Puspita Adiyasa, Wayan Sudarta, Y. P. (N.D.). 2020. Karakteristik Clinical

Instructor Dan Indeks Prestasi Keperawatan . 75–82.

Sartika, Mila. 2016. Hubungan Penilaian Kompetensi Klinik Terhadap Kinerja

Perawat Baru Di Rumah Sakit Sentra Medika Cisalak Tahun 2016 Mila

Sartika.”

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Sulistiyowati, Maria Agustina Ermi Tri. 2020. Gambaran Karakteristik

Pembimbing Klinik. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan 4(1): 1–5.

Tursina, Ami, Triantoro Safaria, and Mujidin Mujidin. 2016. Pengaruh

Bimbingan Preceptorship Model Kognitif Sosial Terhadap Peningkatan

Kompetensi Klinik Pada Mahasiswa. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal

Bimbingan dan Konseling 5(1): 79.

Wilianti, A. 2017. Analisis Persepsi Pembimbing Klinik Terhadap Penerapan

Praktik Klinik Profesi Keperawatan Mahasiswa PSIK UNTAN. Naskah

Publikasi.Universitas Tanjung Pura Pontianak

Woran, Irvine L, Ardiansa A.T Tucunan, and Franckie R.R Maramis. 2018.

Hubungan Antara Supervisi Dan Keamanan Kerja Dengan Kinerja Perawat

Di Ruang Rawat Inap Rsud Noongan. Jurnal KESMAS 7(5): 1–9.

Anda mungkin juga menyukai