Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.

7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI TANAH BERDASARKAN DATA


STANDART PENETRATION TEST (SPT)
STUDI KASUS : DERMAGA BITUNG, SULAWESI UTARA
Kurnia Christy Tijow
Oktovian B. A. Sompie, Jack H. Ticoh
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Salah satu dampak yang disebabkan oleh gempa bumi adalah fenomena hilangnya kekuatan lapisan
tanah akibat getaran yang disebut dengan likuifaksi. Likuifaksi biasanya terjadi pada tanah pasir
yang bersifat lepas (loose). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui potensi terjadinya likuifaksi pada
Dermaga Bitung, Sulawesi Utara. Analisis potensi likuifaksi dilakukan dengan menggunakan metode
yang diusulkan oleh Seed dan Idriss (1981), yaitu pertama mengumpulkan data pengujian tanah SPT
di lokasi tersebut, serta melihat data percepatan gempa di lokasi tersebut. berdasarkan data tersebut
kemudian dihitung nilai Cyclic Stress Ratio (CSR) yang merupakan nilai perbandingan antara
tegangan geser rata-rata yang diakibatkan oleh gempa dengan tegangan vertikal efektif di setiap
lapisan serta nilai Cyclic Resistance Ratio (CRR) yaitu besarnya ketahanan tanah terhadap likuifaksi.
Dari nilai-nilai tersebut ditarik satu angka keamanan yang menentukan apakah lapisan tanah yang
ditinjau itu berpotensi terjadi likuifaksi atau tidak. Berdasarkan analisis perhitungan yang dilakukan
melalui dua titik hasil pengujian tanah yaitu titik bor BH-01 dan titik bor BH-02, dapat disimpulkan
bahwa kondisi tanah di Dermaga Bitung, Sulawesi Utara tidak memiliki lapisan tanah yang
berpotensi terjadi likuifaksi.
Kata kunci : Gempa bumi, Likuifaksi, Cyclic Stress Ratio, Cyclic Resistance Ratio

PENDAHULUAN atau problem-problem lain pada keseimbangan


lereng (landslides and slope stability problems),
Latar Belakang batu longsor (rockslides), batu jatuh (rockfalls),
Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan likuifaksi (liquefactions). Dalam hal ini,
di Indonesia juga mengakibatkan pesatnya penulis mengangkat kerusakan fisik akibat
pembangunan suatu struktur untuk gempa bumi yaitu likuifaksi. Kejadian ini
menghubungkan transportasi-transportasi baik biasanya terjadi pada tanah pasir yang jenuh air.
darat, laut maupun udara. Salah satu Likuifaksi didefinisikan sebagaitransformasi
pembangunan struktur tersebut adalah dermaga. material berbutir dari kondisi solid menjadi cair
Pada pembangunan dermaga, tentunya sebagai akibat dari peningkatan tekanan air pori
dibutuhkan sebuah struktur yang mampu dan berkurangnya tegangan efektif (Marcuson,
menahan berat konstruksi itu sendiri serta gaya- 1978). Likuifaksi lebih mungkin terjadi pada
gaya dari luar yaitu pondasi. Selain struktur, tanah tersaturasi air yang belum terkonsolidasi
lapisan pendukung yaitu tanah harus didesain dengan porositas yang rendah, seperti lempung
dengan memperhitungkan pengaruh jika terjadi pasiran atau pasir dan kerikil halus. Selama
bencana alam. Salah satu bencana alam yang bisa gempa bumi terjadi, lapisan pasir yang belum
merusak struktur lapisan tanah yaitu gempa terkonsolidasi akan cenderung mengalami
bumi. penyusutan volume. Pada waktu yang sama
Gempa bumi dapat mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan air pada pori-pori
kegagalan struktur dan hilangnya kestabilan batuan dan menyebabkan penurunan pada
tanah. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kekuatan geser batuan tersebut, yaitu
gempa bumi dapat dikategorikan menjadi dua pengurangan pada effective stress. Likuifaksi
bagian pokok, yaitu kerusakan pada bangunan- mengakibatkan keruntuhan daya dukung,
bangunan di atas tanah dan kerusakan pergerakan tanah lateral, serta beda penurunan
lingkungan fisik pada permukaan dalam tanah itu pada bangunan.
sendiri. Kerusakan-kerusakan tanah secara fisik Menyangkut hal ini, sangat penting bagi kita
tersebut misalnya adalah terjadinya penurunan untuk menganalisis potensi likuifaksi pada tanah
tanah (settlement), salju longsor/tanah longsor yang akan kita dirikan bangunan. Hal ini yang

491
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

melatarbelakangi penulis untuk menganalisis 3. Dapat berguna sebagai sumber pengetahuan


potensi likuifaksi pada tanah. bagi masyarakat umum mengenai bahaya
likuifaksi.
Rumusan Masalah
Karena likuifaksi biasanya terjadi pada
tanah pasir yang jenuh air serta dapat meng- LANDASAN TEORI
akibatkan keruntuhan daya dukung, pergerakan
tanah lateral serta penurunan, maka sangat perlu Gempa Bumi
dilakukan analisis potensi likuifaksi pada daerah Gempa bumi adalah getaran yang terjadi
yang telah dibangun dermaga Bitung, Sulawesi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari
Utara untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam secara tiba-tiba yang menciptakan
struktur bangunan, serta kemungkinan kerugian gelombang seismik. Sulawesi Utara merupakan
yang besar bagi masyarakat. salah Satu

Tujuan Penelitian daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami


Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat di Indonesia. Dari beberapa pemantauan yang
menganalisis potensi likuifaksi pada suatu daerah dilakukan oleh para ahli, terdapat beberapa kasus
dengan kasus pada dermaga Bitung, diantaranya likuifaksi yang terjadi di beberapa daerah di
1. Mencari parameter-parameter yang mempe- Sulawesi Utara. Untuk itu sangat penting untuk
ngaruhi potensi likuifaksi tanah di lokasi menganalisis potensi likuifaksi di daerah proyek
penelitian dermaga Bitung agar aman terhadap bahaya
2. Menganalisis perhitungan Cyclic Stress Ratio likuifaksi apabila terjadi gempa besar.
(CSR) dan Cyclic Resistance Ratio (CRR)
dengan menggunakan data Standart
Penetration Test (SPT) serta data gempa
yang pernah terjadi
3. Menghitung faktor keamanan akibat
peristiwa likuifaksi pada tanah yang ditinjau
berdasarkan data Standart Penetration Test
(SPT)

Batasan Masalah
Batasan-batasan penelitian yaitu :
1. Analisa potensi likuifaksi menggunakan
metode yang diusulkan Seed and Idriss Gambar 1. Peta Tektonik Kepulauan Indonesia
(1982) dan sekitarnya (Back., 2003)
2. Data penyelidikan tanah yang digunakan
untuk menganalisis potensi likuifaksi adalah Percepatan Gempa (amax)
data Standart Penetration Test (SPT) Percepatan Gempa di Batuan Dasar
3. Variasi yang dibuat dalam analisis hanya Percepatan gempa di batuan dasar dapat
pada variasi MAT dari 5 m, 3,5 m, 1,5 m dan dihitung dengan mempergunakan fungsi
0,5 m serta variasi nilai Magnitude Gempa atenuase. Fungsi atenuase adalah suatu fungsi
(Mw) mulai 5,5 SR, 6,0 SR, 6,5 SR, 7,0 SR, yang menggambarkan korelasi antara intensitas
7,5 SR, 8,0 SR, 8,5 SR, 9,0 SR, dan 9,5 SR gerakan tanah setempat (a), Magnitude Gempa
(Mw) serta jarak dari suatu titik dalam daerah
Manfaat Penulisan sumber gempa (r).
1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam Rumus fungsi atenuase Joyner & Boore adalah
kegiatan perencanaan bangunan sipil
dikemudian hari 𝑎 = 1.0[0,71+0,23(𝑀𝑤−6)−log(r)−0,0027r] (1)
2. Sebagai referensi dalam perencanaan pondasi
khususnya untuk pembangunan dermaga Percepatan Gempa di Permukaan Tanah
dengan memperhitungkan potensi likuifaksi Perubahan percepatan gempa di batuan dasar
pada tanah yang ditinjau dengan akan berpengaruh langsung pada percepatan
menggunakan data Standart Penetration Test gempa di permukaan tanah. Untuk daerah
(SPT) penelitian Bitung, Sulawesi Utara termasuk
dalam Wilayah Gempa 5 dengan nilai percepatan

492
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

puncak di batuan dasar sebesr 0,25g (Sumber : 𝜎𝑣 = 𝛴 (𝛾. H) (3)


SNI 03-1726-2002 “Tata Cara Perencanaan dimana :
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung”) 𝜎𝑣 = Tegangan Vertikal Total (kN/m2 )
𝛾 = Berat isi lapisan tanah (kN/m3 )
Tanah H = Tebal lapisan tanah (m)
Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras,
tanah sedang dan tanah lunak dengan tebal Tegangan Vertikal Efektif (𝛔′𝐯 )
maksimum 30 m ditunjukkan pada Tabel 1. Tegangan vertikal efektif dapat dihitung
dengan rumus :
Tabel 1. Jenis-Jenis Tanah 𝜎′v = 𝜎𝑣 − µ (4)
dimana :
𝜎′v = Tegangan Vertikal Efektif (kN/m2 )
𝜎v = Tegangan Vertikal Total (kN/m2 )
µ = Tegangan air pori (kN/m2) = γw.H
γw = Berat isi air (kN/m3)
H = Tebal lapisan (m)

Korelasi Nilai SPT (Standart Penetration Test)


Berdasarkan nilai SPT, bahaya potensi
(Sumber: SNI 03-1726) likuifaksi dapat dituliskan sebagai berikut :
N SPT = 0–20 (Potensi likuifaksi besar)
Likuifaksi N SPT = 20–30 (Potensi likuifaksi sedang)
Likuifaksi adalah proses berkurangnya N SPT > 30 (Potensi likuifaksi tidak berarti)
kekuatan geser tanah akibat beban seismik ketika
terjadi gempa bumi. Menurut Towhata (2008) Faktor Reduksi (rd)
likuifaksi terjadi pada tanah yang berpasir lepas Faktor reduksi merupakan nilai yang dapat
(tidak padat) dan jenuh air. Kondisi ini dapat mempengaruhi tegangan di dalam tanah.
dinyatakan sebagai berikut : Semakin jauh kedalaman tanah maka faktor
reduksi akan semakin kecil.
σ' = σ – u (2)
Berikut adalah rumus rd yang diusulkan oleh T.
dimana, F. Blake (1996) dalam Youd and Idriss (2001),
σ' = tegangan efektif, yaitu :
σ = tegangan total (berat permukaan tanah) rd = (1.000
(1.000 − 0.4113𝑧 0.5 + 0.04052𝑧 + 0.001753𝑧 1.5 )
(5)
− 0.4177𝑧 0.5 + 0.05729𝑧 − 0.006205𝑧 1.5 +0.001210𝑧 2 )
u = tekanan air pori
Seed et al (1975) menyatakan bahwa Dimana z adalah kedalaman lapisan tanah yang
likuifaksi adalah proses perubahan kondisi tanah ditinjau.
pasir yang jenuh air menjadi cair akibat
meningkatnya tekanan air pori yang harganya Metode-Metode Untuk Mengevaluasi Potensi
menjadi sama dengan tekanan total oleh sebab Likuifaksi
terjadinya beban dinamik, sehingga tegangan Pada dasarnya, analisis potensi likuifaksi
efektif tanah menjadi nol. adalah mencari 2 parameter utama, yaitu : Cyclic
Menurut Wang dan Law (1994) faktor- Stress Ratio (CSR) yang merupakan tegangan
faktor yang mempengaruhi terjadinya likuifaksi siklik yang terjadi akibat gempa dibagi dengan
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian pokok tegangan efektif dan Cyclic Resistance Ratio
yaitu gaya gempa (intensitas dan arah getaran) (CRR) yang merupakan ketahanan tanah untuk
serta kondisi tanah dan lingkungan (properti menahan likuifaksi.
tanah, kondisi topografi, muka air tanah, dsb).
Cyclic Stress Ratio (CSR)
Parameter-Parameter Yang Mempengaruhi Cyclic Stress Ratio adalah tegangan siklik
Potensi Likuifaksi Pada Tanah yang terjadi akibat gempa dibagi dengan
tegangan efektif. Seed dan Idriss (1971)
Tegangan Vertikal Total (𝛔𝐯 )
memformulasikan persamaan untuk rasio
Tegangan vertikal total dapat dihitung tegangan siklik (CSR), yaitu :
dengan rumus :

493
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

τ amax σ
CSR = 𝜎′av = 0.65 ( ) ( 𝜎vo
′ ) rd (6) nilai-nilai α dan β dipengaruhi oleh
𝑣𝑜 𝑔 𝑣𝑜
Dimana : persentase fines content FC,
α = 0, β = 1, FC ≤ 5%
amax = percepatan horizontal maksimum tanah
g = percepatan gravitasi α = exp[1,76-(190/FC2)] 5% < FC < 35 (13)
𝜎𝑣𝑜 = tegangan vertikal overburden total β = [0, 99-(FC1,5/1000)] 5% < FC < 35% (14)
𝜎′𝑣𝑜 = tegangan vertikal overburden efektif α = 5,0 β = 1,2 FC ≥ 35%
Youd dan Idriss (2001) dan Cetin dll. (2004)
Menurut metode yang disarankan oleh memberikan koreksi untuk mendapatkan nilai
Seed dan Idriss, tegangan geser yang (N1 )60 , yaitu :
menyebabkan likuifaksi dapat dihitung dari (N1 )60 = 𝑁𝑀 𝐶𝑁 𝐶𝐸 𝐶𝐵 𝐶𝑅 𝐶𝑆 (10)
tegangan geser siklik 𝜏𝑎𝑣 yang dihasilkan pada 𝑁𝑀 = N-SPT yang diperoleh dari tes
setiap titik pada lapisan tanah, dan dinyatakan lapangan
dengan rumus : 𝐶𝑁 = Faktor koreksi untuk normalisasi
𝑎
𝜏𝑎𝑣 = 0.65. 𝛾. 𝑧. 𝑚𝑎𝑥
𝑔
. 𝑟𝑑 (7) effective overburden pressure σ’vo
dimana: 𝐶𝐸 = Koreksi untuk efficiency energy
𝛾 = berat satuan total 𝐶𝐵 = Koreksi untuk diameter borehole
z = kedalaman 𝐶𝑅 = Faktor koreksi dari panjang tali (rod
g = percepatan gravitasi length)
amax = percepatan horizontal maksimum tanah 𝐶𝑆 = Koreksi untuk sampel d atau tidaknya
rd = faktor reduksi kedalaman (linier)
Faktor 0.65 adalah asumsi bahwa tegangan
geser seragam ekivalen adalah 65% dari Magnitude Scaling Factors (MSF)
tegangan geser maksimum absolut yang Gempa dengan M = 7,5 dinyatakan sebagai
dihasilkan oleh gempa. gempa referensi Youd dan Idriss, 2001; Olson
dkk, 2005) sehingga perlu dilakukan koreksi
Cyclic Resistance Ratio (CRR) untuk gempa dengan besaran magnitude yang
Nilai Cyclic Resistance Ratio dapat diperoleh lebih kecil atau lebih besar dari 7.5.
melalui pengujian lapangan seperti Standart Berdasarkan hasil re-evaluasi oleh Seed dan
Penetration Test (SPT). Idriss, mereka mendapatkan nilai MSF untuk
magnitude lebih kecil dari 7,5 dan magnitude
Standart Penetration Test (SPT) lebih besar dari 7,5 yaitu sebagai berikut :
Metode evaluasi Cyclic Resitance Ratio Mw < 7,5 MSF = 102.24 /Mw 2.56
(11a)
M −2,56
(CRR) dengan kriteria untuk evaluasi tahanan Mw > 7,5 MSF = ( 7,5w ) (11b)
likuifaksi berdasarkan nilai SPT yang telah
digunakan selama bertahun-tahun. Dasar dari Nilai magnitude gempa yang akan diambil
analisis potensi likuifaksi adalah pasir bersih adalah dari 5,5 sampa 9,5. Magnitude gempa
(clean sands), dimana kandungan butiran dibawah 5,5 biasanya tidak ada potensi
halusnya kurang dari 5%. mengalami likuifaksi. Sedangkan magnitude
Universitas di Texas, A. F. Rauch (1998) gempa diatas 9,5 adalah magnitude gempa yang
memperkirakan plot kurva clean-sands dengan jarang sekali terjadi di Indonesia, khususnya di
persamaan sebagai berikut : Sulawesi Utara dan tidak pernah terjadi di daeah
CRR 7,5 =
1
+
(N1 )60cs
+
50

1 sekitar penelitian yaitu daerah Bitung.
(34 − (N1 )60CS 135 [10. (N1 )60cs + 45]2 200
Untuk menghitung CRR dengan besar
(8)
magnitude jjgempa selain 7,5, diperlukan faktor
Karakteristik lain dari tanah seperti
koreksi yang disebut Magnitude Scale Factor
plastisitas tanah, dapat mempengaruhi ketahanan
(MSF). Seed (1983) memberikan persamaan,
likuifaksi, namun koreksi untuk faktor-faktor ini
yaitu :
belum dikembangkan. Persamaan berikut ini
CRR MW = CRR 7,5 ∗ MSF ∗ Kσ ∗ Kα (12)
dikembangkan oleh I. M. Idriss dengan bantuan
Untuk nilai varibel Kσ & Kα
R. B. Seed untuk faktor koreksi (N1 )60cs :
dalamperhitungan biasanya hanya dalam kasus
khusus sehingga dalam kasus ini, Kσ & Kα
(N1 )60cs = 𝛼 + 𝛽(N1 )60 (9)
bernilai 1.

494
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

Faktor Keamanan (FS) Tabel 2. Pemeriksaan Jenis Tanah


Faktor keamanan merupakan perbandingan di Titik BH-01 dan BH-02
dari nilai Cyclic Stress Ratio (CSR) dan Cyclic
Raseistance Ration (CRR) seperti ditunjukkan
pada persamaan berikut :
CRR
FS = CSR (13)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan penulis dalam


pembuatan penelitian ini adalah berdasarkan data
tes lapangan, yaitu Standard Penteration Test
(SPT) dengan studi kasus pada dermaga Bitung,
Sulawesi Utara.

Diagram Alir Penelitian

Dari hasil yang ditunjukkan dalam dalam tabel,


menunjukkan bahwa nilai standart penetrasi rata-
rata berada di 15 ≤ N̅ < 50 dan sesuai dengan
tabel 2. menandakan bahwa jenis tanah di lokasi
yang ditinjau memiliki jenis tanah sedang.

Menghitung nilai Cyclic Stress Ratio (CSR)


yang disebabkan oleh gempa bumi.
Nilai CSR dihitung dengan melihat seberapa
besar nilai percepatan gempa yang terjadi.

Tabel 3. Daftar Kejadian Gempa yang pernah


terjadi di Bitung, Sulawesi Utara 10 tahun
terakhir & Perhitungan nilai percepatan gempa di
permukaan tanah

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

PEMBAHASAN

Data tanah di lokasi yang ada adalah data


dari pengujian Standard Penetration Test (SPT),
maka yang dilihat adalah nilai standart penetrasi
rata-rata (N̅ ). Berikut ini adalah tabel
pemeriksaan tanah yang ada di titik bor lokasi
penelitian.

495
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

dimana : Tabel 6. Perhitungan Nilai Tegangan Total dan


amax amax = Nilai percepatan gempa dihitung Tegangan Efektif Tanah
dengan rumus fungsi atenuase
Depth (h) = Kedalaman fokus gempa
Mag (Mw) = Magnitude gempa
ro = Jarak lokasi dengan episenter
r = √ro2 + 82
R = Jarak Hipocenter √r 2 + h2 (Km)
Nilai percepatan gempa yang didapat untuk
daerah penelitian yang sudah dihitung
menggunakan rumus fungsi atenuase didapat
harga percepatan gempa di permukaan tanah
sebesar 0,24875g dan dibulatkan menjadi 0,25g.

Korelasi nilai N-SPT dengan Parameter


Tanah

Tabel 4. Korelasi antara nilai N-SPT dengan nilai Menghitung Nilai Cyclic Resistance Ratio
parameter tanah γd & γsat (CRR)

CRR dengan Koreksi Clean Sands

Tabel 7. Perhitungan Nilai CRR7,5 pada Titik BH-01


dengan koreksi Fines Content 5%
KEDALAMAN
(N1)60 FC α β (N1)60CS CRR7.5
(m)
2.00 4.3702 5 0 1 4.3702 0.0675
4.00 11.4257 5 0 1 11.4257 0.1259
6.00 14.2019 5 0 1 14.2019 0.1521
8.00 15.9546 5 0 1 15.9546 0.1698
10.00 17.8317 5 0 1 17.8317 0.1899
12.00 16.3305 5 0 1 16.3305 0.1737
14.00 15.5828 5 0 1 15.5828 0.1660
16.00 15.8443 5 0 1 15.8443 0.1687
18.00 16.3806 5 0 1 16.3806 0.1742
20.00 16.3800 5 0 1 16.3800 0.1742
Perhitungan Nilai Tegangan Total dan 22.00 17.2196 5 0 1 17.2196 0.1832
24.00 17.2647 5 0 1 17.2647 0.1837
Tegangan Efektif Tanah 26.00 14.2292 5 0 1 14.2292 0.1524
28.00 15.6378 5 0 1 15.6378 0.1665
Tabel 5. Perhitungan Nilai Tegangan Total dan 30.00 15.4564 5 0 1 15.4564 0.1647

Tegangan Efektif Tanah


Titik BH-01, MAT 5,0 m CRR dengan Faktor Koreksi Magnitude
Scaling Factor (MSF)

Tabel 8. Hasil Perhitungan Nilai MSF dengan


magnitude gempa 5,5 SR, 6,0 SR, 6,5 SR 7,0 SR, 7,5
SR, 8,0 SR, 8,5 SR, 9,0 SR, 9,5 SR
DEPTH MSF
(m) 5,5 SR 6,0 SR 6,5 SR 7,0 SR 7,5 SR 8,0 SR 8,5 SR 9,0 SR 9,5 SR
2.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
4.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
6.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
8.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
10.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
12.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
14.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
16.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
18.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
20.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
22.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
24.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
26.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
Metode Evaluasi Potensi Likuifaksi 28.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460
Menghitung Nilai Cyclic Stress Ratio (CSR) 30.00 2.2122 1.7705 1.4424 1.1932 1.0000 0.8477 0.7258 0.6270 0.5460

496
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

Dari hasil perhitungan yang ditunjukka Dari hasil perhitungan yang didapat,
dalam tabel diatas, bisa dilihat untuk setiap mengartikan bahwa lapisan tanah di lokasi
lapisan tanah dengan variasi magnitude gempa, penelitian, yang diwakili oleh titik bor BH-01
bisa dilihat bahwa semakin nilai MSF akan dengan variasi MAT 5 m dan besaran magnitude
semakin kecil seiring dengan bertambahnya gempa 8,0 SR memiliki angka keamanan lebih
besaran skala magnitude gempa yang terjadi. dari 1 yang mengartikan lokasi tersebut tidak
Setelah didapat nilai MSF untuk masing- memiliki potensi untuk teradi likuifaksi jika
masing magnitude gempa, maka dicari nilai terjadi gempa dengan skala 8,0 SR dan jika muka
Cyclic Resistance Ratio (CRR) dengan faktor air tanah berada pada kedalaman 5 m.
koreksi MSF dengan mengikuti persamaan (20).
Tabel 9. menunjukkan hasil perhitungan CRRMw Hasil Pengolahan Data Analisis Potensi
dengan besaran MSF yang sudah ada. Likuifaksi di Titik BH-01

Tabel 9. Hasil Perhitungan Nilai CRRMw dengan Grafik Kedalaman Vs. CSR Vs. CRR Vs. FS
magnitude gempa 5,5 SR, 6,0 SR, 6,5 SR 7,0 SR, 7,5 Hubungan-hubungan Kedalaman Vs. CSR
SR, 8,0 SR, 8,5 SR, 9,0 SR, 9,5 SR Vs. CRR Vs. FS , diperlihatkan pada Gambar 3.

Hasil analisis perhitungan faktor keamanan yang


ditunjukkan dalam tabel 4.9 yaitu hasil analisis
pada titik bor BH-01 dengan MAT 5 m dan Gambar 3. Grafik Hubungan antara Kedalaman
dintinjau dengan skala magnitude Mw 8,0 SR. Vs. CSR Vs. CRR Vs. FS

Tabel 10. Hasil Perhitungan Angka Faktor Keamanan


Variasi Nilai Muka Air Tanah (MAT) dan
untuk Titik Bor BH-01 dengan MAT 5 m dan Skala
Magnitude Gempa 8,0 SR Nilai Magnitude Gempa (Mw)
Hubungan antara nilai muka air tanah dan
nilai magnitude gempa sebagai berikut:
▪ Semakin kecil nilai muka air tanah (MAT)
maka nilai faktor keamanan akan semakin
kecil.
▪ Semakin besar nilai magnitude gempa (Mw),
nilai faktor keamanan akan semakin kecil.
▪ Faktor keamanan yang didapat dari setiap
variasi menunjukkan semuanya tidak ada yang
berpotensi terjadi likuifaksi.
▪ Tanah pada lokasi pengujian umumnya
didominasi oleh jenis lanau berpasir.
▪ Analisis data dilakukan dengan dua metode
yaitu Cyclic Stress Ratio dan Cyclic Resistance
Ratio dimana hasilnya adalah nilai CSR
harganya lebih kecil dibandingkan dengan
harga CRR

497
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

Tabel 11. Variasi Nilai Faktor Keamanan (FS) Hasil Analisis Potensi Likuifaksi di Titik BH-01
dengan MAT 5 m dengan Variasi Magnitude Gempa 5,5 SR – 9,5 SR

Gambar 4. Hubungan Faktor Keamanan (FS) Hasil Analisis Potensi Likuifaksi di Titik BH-01 dengan
MAT 5m dengan Variasi Magnitude Gempa 5,5 SR – 9,5 SR

▪ Harga CSR untuk Titik Bor BH-01 untuk didapat juga semakin besar yaitu lebih dari
masing-masing magnitude gempa nilainya satu.
sama dengan harga CSR untuk titik bor BH-02 ▪ Nilai faktor keamanan yang didapat disetiap
▪ Harga CRR untuk Titik Bor BH-01 untuk lapisan tanah untuk titik bor BH-01 dan BH-02
masing-masing magnitude gempa nilainya nilainya lebih dari satu dengan arti bahwa dua
lebih besar dibandingkan dengan harga CRR titik yang diuji ini dua-duanya tidak berpotensi
untuk titik bor BH-02 terjadi likuifaksi.
▪ Dengan berbedanya harga CRR untuk masing- ▪ Semakin besar skala magnitude gempa yang
masing titik bor, maka nilai faktor keamanan terjadi, maka harga CRR semakin kecil
juga berbeda untuk setiap titik bor. sehingga menyebabkan nilai faktor keamanan
▪ Dari hasil analisis yang dilakukan didapat semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil skala
bahwa semakin dalam suatu kedalaman lapisan magnitude gempa yang terjadi maka harga
tanah, maka nilai faktor keamanan yang CRR akan semakin besar menyebabkan nilai
faktor keamanan semakin kecil.

498
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

▪ Nilai muka air tanah sedikit dalam yaitu 5,5 m titik bor berbeda tapi keduanya memiliki
sangat menentukan nilai faktor keamanan nilai dibawah angka 1.Untuk masing-masing
sehingga lapisan tanah di dua titik tersebut titik bor nilai CRRnya lebih besar dari nilai
tidak berpotensi terjadi likuifaksi. Semakin CSR.
dangkal nilai muka air tanah, maka semakin 3. Analisis perhitungan yang didapat untuk
kecil juga nilai faktor keamanan yang setiap titik bor dengan variasi nilai MAT dan
mengakibatkan suatu tanah berpotensi terjadi nilai magnitude gempa, semuanya
likuifaksi. menujukkan harga faktor keamana lebih dari
satu yang mengartikan untuk setiap titik bor
tidak berpotensi terjadi likuifaksi dengan
magnitude gempa yang sudah divariasikan.
PENUTUP
Saran
Kesimpulan 1. Hasil analisis perhitungan yang diperoleh
1. Parameter-parameter tanah yang dianalisis, sebaiknya dibandingkan dengan metode
yaitu pemeriksaan jenis tanah yang ada di perhitungan lainnya, seperti perhiungan
lokasi menunjukkan jenis tanah sedng dengan menggunakan data laboratorium atau
dengan nilai N ratarata= 30 serta nilai juga data pengujian sondir atau Cone
tegangan total dan tegangan efektif untuk Penetrometer Test (CPT)
masing-masing titik bor BH-01 dan BH-02 2. Jumlah titik pengujian sebaiknya banyak
nilainya berbeda karena dianalisis untuk menganalisis potensi likuifaksi agar
berdasarkan data N-SPT masing-masing titik boleh ada data pembanding antara satu titik
2. Dengan menggunakan rumus fungsi atenuase dengan titik lainnya.
yang dikemukakan oleh Joyner dan Boore 3. Sistem pondasi yang akan digunakan untuk
maka didapat nilai percepatan gempa untuk suatu struktur bangunan sipil baik dermaga
daerah Bitung, Sulawesi Utara yaitu 0,25g maup\pun bangunan sipil lain sebaiknya
yang mengartikan bahwa lokasi penelitian menggunakan pondasi dalam sehingga boleh
perlu dilakukan analisis terhadap potensi mencapai suatu kedalaman yang aman
likuifaksi karena nilai amax melebihi 0,1g. terhadap perilaku likuifaksi.
Nilai CSR dan CRR untuk masing-masing

DAFTAR PUSTAKA

__________ (2002). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung.
SNI-1726.

__________ (2008). Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT. Jakarta.

__________ (2010). Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia. Bandung.

Badan Standardisasi Nasional, SNI-03-1726-2002. (2002). Tata Cara Perencanaan Ketahanan


Gempa Untuk Bangunan Gedung.

Lee, C. Y., (2007). APRN Journal of Engineering and Applied Sciences. Earthquake-Induced
Settlements In Saturated Sandy Soils. Universiti Tenaga Nasional Selangor Malaysia

Legrans, R. R. (2016). Studi Potensi Likuifaksi Berdasarkan Uji Penetrasi Standar (SPT) di Pesisir
Pantai Belang Minahasa Tenggara.

Muntohar, A. S. (2009). Mikro-Zonasi Potensi Likuifaksi dan Penurunan Tanah Akibat Gempa Bumi.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

499
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.7 Juli 2018 (491-500) ISSN: 2337-6732

Sompie, O. B. A., et all., (2017). Pengaruh Tekanan Air Pori Tanah terhadap Perkuatan Tembok
Penahan dan Geotextile, Jurnal Tekno Vol 15 no. 67

Sompie, O. B. A., et all., (2011). Rekayasa Geoteknik dalam Disain DAM Timbunan Tanah, Jurnal
Ilmiah Media Engineering, Vol 1, No. 2.

T. L. Y., & Christopher, T. G. (1992). Liquefaction-Induced Ground Surface Disruption.

Widodo, P. (2012). Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.

Youd T., & Garris T. (1996, 1998). Liquefaction-Induced Ground Surface Disruption. Brigham
Young University

Youd, T., & dkk. (1996, 1998). Liqueaction Resistance Of Soils. Summary Report From The 1996
NCEER and 1998 NCEER/NSF Workshop On Evaluation Of Liquefaction Resistance
Soils.

500

Anda mungkin juga menyukai