2. Desinfeksi kimiawi
Disinfeksi kimia adalah pemberian bahan kimia cair untuk
menghilangkan sebagian besar mikroorganisme patogen (kcuali spora
bakteri) yang terdapat pada benda mati atau permukaan benda.
Desinfeksi cair memiliki daya antimikroba yang lebih rendah
dibandingkan sterilisasi lain. Beberapa contoh alat yang didesinfeksi
secara kimiawi adalah peralatan endoskopi yang tak dapat disterilkan,
permukaan lingkungan, alat akses intravena, dan pelestarian spesimen.
Jenis tindakan:
Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT) yaitu membunuh semua organisme kecuali
spora bakteri
Persiapan alat:
a. Celemek f. Sikat gigi
b. Handscoon g. Deterjen
c. Panci untuk kukusan h. Klorin 0,5%
d. Masker i. Korentang
e. Bak atau baskom untuk j. Alat instrumen yang kotor
merendam
Cara kerja:
Persiapan
1. Mencuci tangan terlebih dahulu
2. Menggunakan celemek
3. Menggunakan handscoon
4. Menggunakan masker
Cara kerja
1. Rendam alat yang akan dibersihkan ke dalam bak/baskom yang berisikan
larutan klorin 0,5% dan air selama 10 menit
2. Setelah selesai di rendam, sikat alat-alat tersebut menggunakan sikat gigi
dan deterjen
3. Masukkan alat yang sudah di cuci tadi ke dalam panci. Untuk bahan yang
terbuat logam letakkan di panci bawah. Sedangkan alat yang terbuat dari
bahan non logam seperti handscoon letakkan di panci atas.
4. Setelah 10-15 menit angkat dan tiriskan alat-alat dengan menggunakan
korentang
5. Kemudian cuci tangan setelah melakukan semua tindakan
Analisis/kesimpulan:
Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT) yaitu membunuh semua organisme kecuali
spora bakteri. Untuk menghilangkan spora bakteri bisa melakukan tindakan
sterilisasi seperti merebus atau mengukus agar semua organisme dan spora bakteri
hilang.
Jenis tindakan:
a. Sterilisasi panas kering
Metode ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet atau
plastik. Sterilisasi panas kering hanya digunakan secara minimal dalam
fasilitas perawatan kesehatan saat ini. Cara ini memerlukan suhu yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan basah.
Sterilisasi ini menggunakan oven.
b. Sterilisasi pemanasan basah
Metode ini dilakukan dengan cara merebus air hingga mendidih, lalu
memasukkan alat medis ke dalamnya. Proses ini juga dapat membunuh
endospora bakteri. Metode ini bisa menggunakan panci atau autoklaf
Persiapan alat:
a. Lysol 1% , 2-3% k. Spons
b. Sabun l. Sikat
c. Detergen m. Lap
d. Handscoon n. Ember
e. Kain steril o. Sterilisator (oven)
f. Masker p. Alat makan
g. Celemek q. Alat medis
h. Bayclin r. Alat tenun
i. Karbol s. Alat BAK dan BAB (pispot)
j. Korentang
Cara kerja:
a. Sterilisasi alat makan
1) Bersihkan sisa kotoran dengan air mengalir
2) Bersihkan dengan spons yang diberi sabun
3) Bilas dengan air mengalir
4) Keringkan dengan lap
5) Masukkan ke dalam sterilisator (oven) dengan suhu 170oC selama 60
menit
Analisis/kesimpulan:
Sterilisasi panas kering hanya digunakan secara minimal dalam fasilitas perawatan
kesehatan saat ini. Cara ini memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan sterilisasi pemanasan basah. Sterilisasi ini menggunakan oven dengan
Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan. Kemudian alat
dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya dengan suhu 170 C selama
o
satu jam atau 140 C selama dua jam. Sedangkan sterilisasi pemanasan basah bisa
o
menggunakan cara merebus biasa di panci dan menggunakan uap air di autoklaf
dengan suhu 115oC selama 30 menit
Jenis tindakan
Personal hygiene pada kuku tangan
Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene
karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.perawatan
dapat di gabungkan saat mandi atau pada waktu yang terpisah.
Persiapan alat:
a. Baki
b. Baskom berisi air hangat
c. Perlak kecil
d. Satu pasang washlap
e. Bengkok
f. Sabun
g. Handscoon
h. Gunting kuku dan pengikir kuku
i. Sikat kuku
Cara kerja:
a. Cuci tangan terlebih dahulu
b. Pakai handscoon
c. Alasi tempat dengan perlak
d. Lalu taruh baskom yang berisikan air hangan di atas perlak
e. Kemudian rendam tangan pasien ke dalam baskom tadi
f. Tangan pasien tadi diberi sabun
g. Selanjutnya sikat kuku jari menggunakan sikat kuku
h. Lalu bilas dengan air bersih
i. Keringkan tangan pasien menggunakan washlap
j. Setelah itu lakukan pengguntingan kuku pasien dengan cara menaruh
tangan pasien ke dalam bengkok
k. Selanjutnya rapikan kuku dengan pengikir kuku
l. Setelah menyelesaikan semua tindakan, rapikan alat-alat yang berada di
sekitar pasien
Analisis/kesimpulan:
Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene
karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.perawatan dapat
di gabungkan saat mandi atau pada waktu yang terpisah.
Persiapan alat:
1. Sabun
2. Kran dengan air mengalir.
3. Handuk/lap steril .
Cara kerja:
1. Lepaskan jam tangan atau cincin.
2. Kedua tangan dibasahi di bawah air mengalir .
3. Sabun cair dituangkan dalam telapak tangan (2-4ml), atau bila
menggunakan sabun batang digosokkan pada telapak tangan
secukupnya.
4. Telapak tangan digosokkan dengan gerakan memutar sebanyak 10
kali.
5. Punggung tangan digosok dengan telapak tangan yang lain sambil
meratakan sabun.
6. Membersihkan kuku dan jari-jari tangan dengan mulai kelingking
samapai ibu jari dengan arah memutar masing-masing sebayak 10
kali, kemudian kearah telapak tangan, punggung telapak tangan dan
melingkari pergelangan tangan. Ulangi prosedur untuk tangan yang
lain.
7. Tangan dibersihkan mulai pergelangan tangan, punggung dan telapak
tangan sampai jari-jari tangan.
8. Tangan dikeringkan dengan lap atau alat pengering.
Analisis/kesimpulan:
Tindakan ini dilakukan sebelum dan sesudah melakukan asuhan keperawatan
secara langsung dan tidak langsung pada pasien. Dengan tujuan mencegah infeksi
nosokomial dan melindungi diri dari agen penyakit yang terdiri dari kuman.
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai dengan
Data 1:
Botol dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses direct
labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis
Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang
6. Analisis/kesimpulan :
pengambilan sempel darah yaitu bertujuan untuk mendeteksi penyakit,
mengetahui fungsi organ, mendeteksi racun, obat, atau zat tertentu dan
memeriksa kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai dengan
Data 1:
Botol dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses direct
labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis
Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang
13. Analisis/kesimpulan :
pengambilan sempel darah yaitu bertujuan untuk mendeteksi penyakit,
mengetahui fungsi organ, mendeteksi racun, obat, atau zat tertentu dan
memeriksa kondisi kesehatan secara keseluruhan.
4. Carakerja :
a. Pembuatan preparat :
1) Nyalakan bunsen.
2) Ambil objek glass dan bersihkan dengan tisu atau dengan kapas
alkohol.
3) Ambil penjepit kayu dan pasang pada objek gelas.
4) Lakukan fiksasi dengan melakukan pemanasan pada objek gelas
dengan cara dilewatkan di atas api agar steril.
5) Ambil ose dan bakar ujung ose tersebut dengan menggunakan
bunsen, Bakar hingga besi terlihat membara.
6) Setelah itu teteskan aquades pada ose.
7) Letakkan tetesan aquadest tersebut di tengah kaca objek.
8) Panaskan kembali ose hingga membara.
9) Siapkan isolat pada media kultur nutrien agar(NA) sebelumnya lalui
tepi cawan petri pada api sebelum membuka cawan petri.
10) Ambil biakan secara perlahan dengan jumlah yang sedikit
menggunakan ose yang sebelumnya telah dibakar.
11) Oleskan biakan yang terambil pada bagian tengah objek gelas yang
sebelumnya telah ditetesi aquades dan kemudian ratakan dengan
menggunakan ose (untuk mencegah terjadinya penumpukan biakan
bakteri).
12) Bakar kembali ose yang telah digunakan hingga membara.
13) Setelah itu lakukan tahapan fiksasi secara berhati-hati dengan cara
objek glass dilewatkan atau dilalui oleh api.
b. Tehnik pewarnaan :
1) Simpan sediaan yang telah dibuat diatas rak pewarnaan.
2) Ambil pewarnaan kristal violet dengan pipet tetes dan genangi diatas
sediaan selama 60 detik.
3) Setelah 60 detik bersihkan menggunakan aquadest dengan hati-hati.
4) Setelah itu tambahkan dengan larutan lugol dan diamkan selama 60
detik.
5) Setelah itu bersihkan dengan menggunakan aquades.
6) Teteskan alhokol 95 % pada sediaan dan diamkan selama 5 detik dan
segera bilas dengan menggunakan aquadest.
7) Teteskan safranin sebagai pewarna tandingan selama 30-60 detik.
8) Setelah itu cuci kembali dengan menggunakan aquadest.
9) Setelah pewarnaan selesai letakkan preparat diatas slide dryer untuk
mengeringkan preparat.
10) Setelah kering preparat dapat diamati dibawah mikroskop.
c. Langkah pengamatan:
1) Siapkan preparat yang siap diamati.
2) Sebelumnya tetesi preparat dengan menggunakan oil imercy sebanyak
1 tetes pada objek glass(untuk pengamatan pembesaran 10x100).
3) Letakkan preparat pada meja preparat mikroskop dan lakukan
pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada
lensa objektif.
5. Analisis/Kesimpulan :
Pewarnaan gram merupakan suatu
metode pewarnaan difrensial yang dilakukan dengan melihat struktur lapisan
dinding sel bakteri. Pewarnaan gram ini membagi bakteri menjadi 2 kelas
yaitu bakteri gram positif yang akan berwarna ungun jika diamati di bawah
mikroskop dan gram negatif berwarna merah jika di amati dibawah
mikroskop. Pada pewarnaan gram di bagi menjadi 3 tahap yaitu tahapan
persiapan atau pembuatan preparat, tahapan pewarnaan, dan tahap
pengamatan dibawah mikroskop. Pewarnaan gram menggunakan 4 jenis
macam cat pewarnaan yaitu :
a. Kristal violet yang berwarna ungu yang merupakan cat primer dalan
pewarnaan gram.
b. Iodin atau lugol yang berperan sebagai mordan atau penguat.
c. Alkohol 95% yang berperan sebagai dekolarisasi.
d. Safranin yang mempunyai warna merah yang merupakan pewarna
tandingan dari perwarnan gram bakteri ini.
Pada saat ingin melakukan transfer biakan sebaiknya ose yang
digunakan tidak dalam keadaan panas. Selain itu pada saat melakukan fiksasi
dengan cara melewatkan diatas api harus dilakukan dengan hati-hati tidak
boleh sampe hangus atau gosong. Pada saat melakukan pengamatan dibawah
mikroskop pastikan mikroskop yang digunakan dalam keadaan baik. Dan juga
pada saat menggunakan mikroskop perhatikan penggunaan pengatur mikro
dan makro mikroskop untuk mendapatkan slide atau lapang pandang yang di
inginkan.
Pada interpretasi hasil pengamatan gram di bagi menjadi 2 yaitu gram
positif dan gram negatif. Gram positif akan berwarna ungu karena diwarnai
oleh pewarnaan primer dari kristal violet dan gram positif mempunyai lapisan
peptdoglikan tebal dan tekoik yang menyebabkan bakteri dapat terwarnai oleh
pewarnaan kristal violet.
8. Analisis/Kesimpulan :
Pewarnaan BTA atau biasa disebut pewarnaan bakteri tahan asam di
gunakan untuk mendiagnosa penyakit tuberkulosis. Penyakit TB merupakan
penyakit yang menyerang bagian sistem pernapasan pada organ paru-paru
yang di sebabkan karena infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis.
Diagnosa tuberculosa biasanya ditegakkan dengan penemuan bakteri
mycobacterium tuberculosa pada sputum. Pewarnaan BTA merupakan
pewarnaan difrensial yang digunakan untuk bakteri-bakteri yang tahan
terhadap asam. Pewarnaan Ziehl Neelsen terdiri dari 3 cat pewarnaan yaitu:
1. Carbon fuchsin 0, 3 g
2. Asam alkohol (metanol dan HCL
3. Methylene Blue 0, 3 g.
Pada saat melakukan tindakan pemanasan preparat pada preapat yang
telah di warnai tidak boleh sampe mendidih dan juga tujuan di lakukan
tindakan tersebut karena bakteri tahan asam mempunyai dinding peptidoglikan
yang tebal sehingga harus di panaskan agar cat dapat masuk pada sediaan
yang di buat.
Ciri-ciri bakteri tahan asam ini ialah: Berbentuk batang(basil), warna
merah, susunan bakteri bergerombol atau berderet, sifat bakteri tahan terhadap
asam, pengamatan di lakukan perbesaran 100x. pemeriksaan BTA dilalukan
pengamatan di lihat dengan 100 lapang pandang. Pemeriksaan BTA cukup
dilakukan 50 lapang pandang.
9. Sumber vidio :
https://youtu.be/AoXpJZViAQ8
https://www.youtube.com/watch?v=VR8JEI0rlf4&t=1s
1. JenisTindakan : Pewarnaan SADT
2. Metode tindakan : Pewarnaan Giemsa
3. Prinsip : Penggunaan dua zar warna yang
berbeda yaitu azur b (trimetil tionin) yang bersifat basa dan eosin Y
(tetrabromflurecein)yang bersifat asam. Azur B akan mewarnai komponen sel
yang bersifat asam sepeti kromatin sedangkan eosin Y akan mewarnai
komponen sel yang bersifat basa seperti granula eosinofil, ikatan eosin Y pada
azur B dapat menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek
romanowsky giemsa.
4. PersiapanAlat : Alat :
1. Objek glas
2. Pipet 10 mikro
3. White tip
4. Rak Pewarnaan
5. Beaker glass
6. gelas ukur
Bahan:
1. Aquadest
2. Giemsa
3. Sampel darah EDTA
4. Metanol
5. CaraKerja:
a. Bersihkan objek glass dengan tissu.
b. Bakart objel glas/fiksasi dengan bunsen.
c. Pipet darah sebanyak 10 mikro dan pastikan sampel telah homogen.
d. Letakkan darah yang telah di pipet pada objek glass yang telah di
bersihkan tadi.
e. Lakukan pembuatan apusan darah.
f. Setelah preparat sadt selesai lakukan pelabelan pada objek glass.
g. Tunggu sadt hingga kering.
h. Lakukan pengecatan giemsa dengan cara buat larutan giemsa terlebih
dahulu dengan perbandingan 1:9 dengan cara pembuatan larutan yaitu :
1) Ukur aquadest sebanyak 9 ml dengan menggunakan gelas ukur.
2) Tuang dalam beaker glass
3) Pipit giemsa pekat sebanyak 1 ml.
4) Campurkan pada aquadest kemudian homogenkan.
5) Setelah selesai fiksasi preparat yang telah kering dengan menggunakan
metanol kurang lebih 10 menit hingga preparat terlihat mengering.
6) Setelah selesai lakukan pengecettan dengan menggunakan giemsa yang
telah di buat sebelumnya.
7) Tunggu sekitar 25 menit
8) Setelah selesai bilas dengan air mengalir dan kemudian keringkan.
6. Analisis/Kesimpulan :
Pada saat ingin melakukan pewarnaan reagen dibuat perbandingan yaitu
perbadingan 1:9. Dan proses fiksasi dengan pembakar atau melewatkan objek
glass di atas api untuk menghilangkan lapisan lemak pada objek glass. Pada
saat ingin melakukan pembuatan apusan darah pastikan darah yang terdapat
pada objek glass tersebar dengan rata pada seluruh permukaan kaca.Apusan
darah yang bagus ini ialah apusan darah yang berbentuk lidah dan tidak putus-
putus atau berlubang. Pada saat melakukan pembilasan setelah pewarnaan
lakukan dengan hati-hati jangan sampa preparat terkupas atau sobek.
10. Sumber vidio :
https://youtu.be/R2rtEiepiTU
Dedy arianda, Amd. AK, S,Si.Buku saku analis kesehatan Revisi ke -6
RESUME STUDI LITERATUR
Persiapan Alat:
a. Hematology analyzer
b. Spuit
c. Mikropipet
d. Tourniquet
e. Tabung reaksi dan bak
tabung
f. EDTA 10%
g. Alcohol swab
h. Kapas kering
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Cara kerja:
a. Ambil EDTA 10% sebanyak 30 mikroliter dan masukan dalam tabung
reaksi
b. Lakukan pengambilan sampel darah pasien
c. Masukkan sampel darah sebanyak 3 ml ke dalam tabung yang sudah
berisi 30 mikroliter EDTA 10%
d. Kemudian homogenkan (alangkah baiknya menggunakan parafilm agar
darah tidak lisis)
e. Lalu hubungkan steker dengan aliran listrik
f. Nyalakan UPS dengan menekan tombol power
g. Kemudian nyalakan hematology analyzer dengan menekan 2 tombol di
belakang
h. Tunggu sampai alat siap digunakan
i. Lakukan pengukuran blanko terlebih dahulu
j. Setelah selesai lakukan pengukuran sampel dengan cara memasukkan
sampel darah ke dalam jarum yang keluar dari alat hematology analyzer
k. Hasilnya akan muncul di layar. Dan hasil yang tidak sesuai dengan nilai
normal, akan terdapat tanda minus ataupun plus
l. Matikan alat apabila selesai digunakan
m. Tekan kembali kedua tombol yang berada di belakang alat
n. Mencabut steker dari stop kontak
Analisis/kesimpulan:
Pemeriksaan darah lengkap ini sebagai penunjang penegakan diagnosa.
Jadi dari hasil tes darah tersebut kita bisa mengetahui penyakit dan kelainan
darah yang saat ini di alami
Sumber video:
https://www.youtube.com/watch?v=Ht39qYIrQnA&t=2s
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Persiapan pasien :
sebelum pemeriksaan, pasien tidak dibenarkan makan obat obat tertentu
seperti antasida, pencahar, antidiare, anti parasit, antibiotik, vitamin c, dan
preparat besi.
Persiapan sampel :
\feses untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan dan harus
di periksa dalam keadaan segar kurang dari 1 jam seteleh defekasi. Kalau
dibiarkan, unsur-unsur dalam tinja akan berubah. sampel tidak boleh
tercampur urine, air dari toilet yang mengandung sabun atau desinfektan
dan sekresi tubuh lainnya.
1) Pemeriksaan secara makroskopis
a) Tujuan : Melakukan pemeriksaan feses secara makroskopis dan
menginterpretasi hasil pemeriksaan
b) Prinsip : Mengamati feses secara makroskopis meliputi warna,
bau, konsistensi, adanya darah, lendir, nanah, cacing,
c) Alat yang di perlukan : Wadah , handscoon, masker
d) Prosedur :
- Sampel diperiksa ditempat yang terang,
- Perhatikan :
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
larutan lugol 1-2% jika tdak ada zat warna menggunakan larutan
NaCl 0,9% , mikroskop
c) Prosedur :
Membuat sediaan feses,
Teteskan 1 tetes larutan eosin 1-2% dengan lidi ambil sedikit
tinja dibagian tengah nya atau pada bagian yang mengandung
lendir atau darah atau nanah
Campur feses dengan larutan zat warna sampai homogen.
Buang bagian kasar
Tutup dengan kaca penutup, sehingga tidak terbentuk
gelembung udara
Pada pewarnaan dengan eosin sediaan harus tipis sehingga
warna nya merah jambu muda bila warna jambu tua atau
jingga maka berarti sediaan terlampau tebal
Memeriksa sediaan dibawah mikroskop
Persiksa secara sistematis dgn menggunakan pembesaran 10x
Unsur yg diamati adalah epitel, kristal dan makrosa
Kemudian lakukan pemeriksaan dengan lensa 40x
Unsur yang diamati adalah eritrosit dan leukosit
Hasil pemeriksaan,
Pelaporan
Analisis/kesimpulan:
Pemeriksaan feses adalah salah satu parameter yang digunakan untuk
membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki
suatu penyakit secara lebih mendalam. Pemeriksaan feses dibagi menjadi 2
macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, dan mikroskopis.
a. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah,
pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi,
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Sumber video:
https://www.youtube.com/watch?v=9yQTGteeS24&t=649s
Cara Kerja
Pada pemeriksaan makroskopis:
a. Memeriksa volume urin, dengan cara:
1) Siapkan gelas ukur
2) Dituang urin dan diukur jumlahnya pada skala
3) Catat hasilnya
b. Memeriksa warna dan kejernihan urin, dengan cara:
1) Isi tabung reaksi dengan urin
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
12. Pemeriksaan kimia urin indikasi tes benda keton metode rothera
a. Masukkan 5 ml urin dalam tabung reaksi
b. Tambahkan sepucuk reagen rothera
c. Kocok sampai larut
d. Teteskan 1-2 ml NH4OH pekat melalui dinding tabung
e. Amati hasil
(+) ada cincin ungu kemerahan
14. Pemeriksaan kimia urin indikasi tes darah samar bensidine basa
a. Panaskan 2 ml urin diatas bunsen kemudian simpan
b. Tambahkan setetes bensidine basa ke dalam tabung reaksi lain
c. Tambahkan 4 ml asam asetat glasial
d. Kocok sampai larut
e. Bubuhilah 2 ml urin yang telah dipanaskan tadi dan campurlah
f. Berilah 2 ml H2O2 kemudian campur
g. Amati hasilnya dalam waktu 5 menit
(+) perubahan warna
Analisis/kesimpulan:
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Sumber video:
https://www.youtube.com/watch?v=t23brmlxKPA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Cara Kerja:
a. Sampel dimasukkan di dalam centrifuge ditambahkan larutan Alkohol
70% pada sampel sputum sampai tercelup, dan diaduk sampai larut
b. Kemudian di centrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 mnt.
c. Pembuangan supernata secara cepat dan sedimen di homogenkan
d. Pembuatan sediaan dan sputum tanpa pewarnaan :
1) pipet sedimen sebanyak 20 mikro liter dan diteteskan pada ujung
objek glass
2) kemudian dilakukan squas smear,
3) dikeringkan dan dicatat waktunya,
4) setelah kering sediaan difiksasi dengan alkohol 96% slma 15-30
menit.
e. Selanjutnya lakukan pengamatan di mikroskop dengan perbesaran
lensa objektif 10x. Hasil dri metode squas smear tanpa pewarnaan
adalah terdapat sel leukosit, eritrosit, dan bakteri.
f. Pembuatan sediaan sputum dengan Pewarnaan giemsa:
1) Pipet sediaan 20 mikro liter,
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Analisis/Kesimpulan:
Pada hasil pemeriksaan sediaan sputum dahak tanpa pewarnaan terdapat
sel epitel squamius, leukosit, eritrosit, dan bakteri sedangkan dengan
pewarnaan terdapat bnyak sel epitel squamius. Tujuan untuk
mempermudah melihat morfologi sel.
Sumber video:
https://www.youtube.com/watch?v=Rzv8MtMNAIY&t=1s
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
2. Cara kerja
Pembuatan media
a. Media KIA/TSIA
Timbang reagent sesuai dengan kebutuhan/volume yang akan
dibuat berpedoman kepada cara pembuatan yang tertera
pada botol reagent. Kemudian larutkan KIA pada aquadest
yang diatur pHnya sesuai dengan volume yang akan
digunakan. Bahan yang telah ditimbang dimasukkan kedalam
erlenmeyer, sisa bahan yang menempel pada cawan yang
digunakan menimbang dibilas dengan aquadest sebanyak 3
kali, kemudian tambahkan aquadest dengan pH yang telah
diatur sebelumnya sampai pada garis tanda 50 ml kemudian
dipanaskan dan aduk hingga tidak ada lagi butiran zat pada
dinding tabung atau larutan. Kemudian larutan di pipet
kedalam tabung sebanyak 2 ml larutan. Tabung-tabung yang
telah terisi dengan larutan ditutup dengan kapas kemudian
disterilkan kedalam autoclave selama 15 menit setelah
mencapai 121 C. setelah proses sterilisasi selesai, media
didinginkan dengan posisi miring, setelah padat atau
membuka lalu disimpan lemari es.
Oral
Intra vena
Intra pleura
Intra muscular/sub kutan
Intra tekal
Intra peritoneal
Intra arterial
Persiapan petugas :
B. Tahap kerja
Sebelum pemberian kemoterapi :
C. Kesimpulan
Pemberian kemoterapi harus diberikan oleh petugas yang
sudah terlatih
Habdling sitoksik sangat penting karena bersifat
karsinogenik,mutagenic, teratogenic, sehingga perlu adanya
pemeriksaan berkala bagi petugas yang menangani langsung
kemoterapi
Potensi paparan terjadi selama persiapan, penanganan cairan
tubuh, penanganan produk limbah kemoterapi,
tumpahan/kebocoran kemoterapi
Perawat memegang peran penting dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien yang menerima kemoterapi
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Monokokus (monococcus) yaitu hanya terdiri atas satu bakteri bentuk bulat
seperti bola yang hidup sendiri. Contoh bakteri bentuk monokokus
adalahNeiserria gonorrhoea (bakteri penyebab penyakit gonorhoe).
•Diplokokus (diplococcus) yaitu bakteri kokus yang hidup berpasangan dua-
dua. Bentuk diplokokud terjadi apabila bakteri kokus membelah diri pada satu
arah dan tetap melekat berpasangan dua-dua. Contoh bakteri diplokokus
adalah Diplococcus pneumoniae (penyebab penyakit radang paru-paru) dan
Diplococcus bacillus.
•Streptokokus (streptococcus) yaitu bakteri kokus yang hidup berkoloni
saling berikatan memanjang seperti rantai. Bentuk streptokokus terjadi jika
bakteri kokus membelah diri pada satu garis ke satu atau dua arah dan tetap
melekat berbaris. Contoh bakteri streptokokus adalah Streptococcus lactis,
Streptococcus salivarius, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus
thermophillus, dan Streptococcus pyrogenes (penyebab penyakit kuning).
Tetrakokus (tetracoccus) yaitu bakteri kokus yang hidup berkelompok dan
pada setiap kelompok terdiri dari 4 sel berbentuk bujur sangkar yang saling
melekat. Bentuk tetrakokus terjadi apabila bakteri kokus membelah diri pada
dua arah. Contoh bakteri tetrakokus adalah Pediococcus cerevisiae.
•Sarkina (sarcina) yaitu bakteri kokus yang hidup berkoloni terdiri atas 8 sel.
Bentuk sarkina terjadi jika bakteri kokus membelah diri pada tiga arah dalam
suatu pola teratur membentuk penataan seperti kubus. Contoh bakteri bentuk
sarkina adalah Sarcina ventriculi.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang
(Mold).
a.Khamir.
1. Khamir Murni
2. Khamir Liar
3. Khamir Atas
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
4. Khamir Dasar
Khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian
awal fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar.
Galur terpilih digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces
carlsbergensis).
b. Kapang.
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium
dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan
kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10
μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm.
Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
1. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum.
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup secara
heterotrof. Jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang
ada dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit,artinya hidup
dari penguraian sampah sampah-sampah organic seperti bangkai, sisa
tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik. Ada
pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan
organic dari inangnya misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan.
Adapula yang hidup secara simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama
dengan orgaisme lain agar saling mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis
dengan ganggang membentuk lumut kerak. Jamur uniseluler misalnya ragi
dapat mencerna tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula dicerna menjadi
alkohol. Sedangkan jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat
mengaraikan protein kedelai menjadi protein sederhana dan asam amino.
Makanan tersebut dicerna diluar sehingga disebut pencernaan ekstraseluler,
sama seperti pada bakteri. Caranya,sel-sel yang bekerja mengeluarkan enzim
pencernaan. Enzim-enzim itulah yang bekerja menguraikan molekul-molekul
kompleks menjadi molekul-molekul sederhana.
C. virus
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Virus hanya memiliki salah satu jenis asam nukleat pada inti tubuh nya. DNA
atau RNA, materi genetik tersebut dibungkus oleh selaput protein yang di
sebut dengan kapsid. sebagai virus memiliki selubung berupa lipid yang
menutupi lapisan protein, sehingga golongan virus ini dapat di hancurkan
oleh sabun. berdasrakan inti asam nukleatnya, virus di bangai menjadi 2 yaitu
DNA dan RNA.
1. Virus DNA adalah virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat yang
rantai ganda berpilin. jenis virus ini cenderung lebih stabil dan bermutasi
Herpesviridae
2. Virus RNA adalah virus yang materi nya genetiknya berupa asamnukleat
yang berbentuk rantai tunggal atau ganda tidak terpilin. jenis virus ini
memiliki tingkat mutasi di bandingan virus DNA sehingga memunculkan
tipe baru oleh imun tubuh inang.
Retrovirus
D. Rickettsia
Rickettsia rickettsii (disingkatkan sebagai R. rickettsii) ialah
kokobasilus sel tunggal gram-negatif yang asli di Dunia Baru. Ia tergolong
dalam kelompok demam bintik (SFG) bagi Rickettsia dan paling kerap
dikenali sebagai agen penyebab bagi demam bintik Pergunungan Rocky
(RMSF). Dari segi sifat, R. rickettsii ialah parasit antara sel obligat yang
terselamat dalam hubungna endosimbiosis dengan sel-sel lain.
a. Protozoa
1) Jenis tindakan : Dampak penyakit yang disebabkan oleh Protozoa
2) Pengertian : Parasit protozoa merupakan organisme bersel satu yang dapat
menular dari manusia ke manusia lain melalui gigitan serangga, atau
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi feses manusia yang
terinfeksi parasit.
protozoa digolongkan menjadi beberapa jenis :
Amoeba, contohnya Entamoeba yang mengakibatkan penyakit
amebiasis (infeksi usus besar yang disebabkan oleh makanan atau
minuman yang terkontaminasi)
Flagellata, contohnya Giardia penyebab giardiasis (demam berang-
berang yang disebabkan oleh tercemarnya makanan atau
air)Leishmania penyebab leishmaniasis (infeksi kulit luar yang
disebabkan oleh ditularkan lewat gigitan lalat)
Siliata, contohnya Balantidium coli yang menimbulkan balantidiasis
( infeksi usus langka gelajanya untuk manusia bisa diare ringan atau
sakit perut dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi)
Sporozoa,contohnya toxoplasma penyebab tokopplasmosis
(menyebabkan komplikasi pada wanita haml dan orang sistem
kekebalan tubuh yang lemah)
Plasmodium penyebab malaria,atau Cryptosporidium penyebab (diare)
Trypanosoma brucei, menyebabkan penyakit trypanosomiasis Afrika
atau penyakit tidur.
b. Platyhelminthes
1. Jenis tindakan : Dampak penyakit yang disebabkan oleh
Platyhelminthes
2. Pengertian Platyhelminthes : Platyhelminthes adalah kelompok cacing
yang tubuhnya berbentuk pipih. Secara bahasa platyhelminthes berasal
dari dua kata bahasa yunani , yaitu “Platy” yang artinya pipih dan
“helmin” yang artinya cacing.
3. Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu :
Turbellaria (cacing bulu getar) merupakan cacing pipih yang
menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya
adalah Planaria
Trematoda (cacing isap) memiliki alat isap yang dilengkapi dengan
kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup
sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa
contoh Trematoda adalah Fasciola (cacing hati), Clonorchis,
dan Schistosoma
Cestoda (cacing pita) memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga
tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan
parasit pada hewan : contohnya adalah Taenia solium dan T.
saginata, Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada
usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang
telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang
disebut onkosfer.
4. Penyakit yang disebabkan : Beberapa spesies Platyhelminthes dapat
menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan, Salah satu diantaranya
adalah genus Schistosoma yang dapat menyebabkan skistosomiasis
(penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia).
Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi
kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati,
limpa, dan ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Link Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Platyhelminthes
http://www.softilmu.com/2015/06/Pengertian-ciri-Struktur-Tubuh-
Klasifikasi-Platyhelminthes-adalah.html
https://youtu.be/obFhcaifZcI
c. Nemathelminthes
1. Jenis tindakan : Dampak penyakit yang disebabkan oleh
Nemathelminthes
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Link Sumber :
https://www.gurupendidikan.co.id/makalah-nemathelminthes/
https://aslam02.wordpress.com/materi/kelas-x-2/kingdom-
animalia/nematyhelminthes/
https://youtu.be/8EReJDcrk2o
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
d. Arthopoda
1. Jenis tindakan : Dampak penyakit yang disebabkan oleh Arthopoda
2. Pengertian Arthopoda : Arthropoda merupakan hewan dengan kaki
beruas-ruas, berukuku dan bersegmen. Kata Arthropoda berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata yakni arthro yang artinya ruas
dan podos yang artinya kaki. Arthropoda adalah salah satu hewan
tripoblastik selomata dan bilateral simetris. Tubuh Arthropoda terdiri
dari kepala, dada dan abdomen yang keseluruhan dibungkus oleh zat
kitin serta kerangka luar (eksoskeleton).
3. Penyakit yang disebabkan atau ditransmisikan oleh artropoda antara
lain:
Lyme disease oleh kutu yang menyerang ibu hamil, dan orang yang
mempunyai sistem imun lemah (contohnya sakit kepala)
Rocky Mountain spotted fever oleh gigitan kutu yang terinfeksi.
(contohnya Demam)
relapsing fever disebabkan Kutu tubuh terinfeksi oleh bakteri pada
saat mengisap darah penderita. (contohnya sakit kuning dan gagal
jantung)
Anaplasmosis disebabkan oleh riketsia, infeksi yang disebabkan
adalah kerusakan sel darah merah. (contohnya anemia)
Babesiosis disebabkan oleh gigitan kutu yang membawa parasit
terinfeksi (contohnya anemia)
Tularemia disebarkan melalui kutu, lalat rusa, atau kontak langsung
dengan hewan yang terinfeksi (contohnya pneumonia atau infeksi
tenggorokan)
Leishmaniasis disebabkan oleh parasit yang ada di dalam serangga
kecil (agas), penderita akan mengalami (conohnya demam tinggi,
berat badan turun drastis, anemia, dan bisul)
African trypanosomiasis disebabkan oleh lalat, penderita gejala
dapat berupa luka, ruam, atau gatal di lokasi gigitan, lemas
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Mahasiswa,
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KEEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa JananIlir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http//www.poltekkeskaltim.ac.idSurat Elektronik:poltekkes_smd2007@yahoo.co.id
Annisa Syaputri