Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN RESPIRASI II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


HYPERSENSITIVITAS PADA SISTEM RESPIRASI
ASMA

KELOMPOK 3

Anis Maslahah                 131111019

Eli Sazana                       131111020

Dian Agustin                   131111021

Rifa Aprillia C.                  131111022

Novita Nindya M.             131111023

Gilang Ramadhan 131111024

Selfi Ratna P. 131111025

Siti Roudhotul J. 131111026

Miftakhur Roifah 131111027

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 1


Lembar Pernyataan

Dengan ini kami menyatakaan bahwa:


Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 05 November 2012


Nama NIM TTD Mahasisiwa
Anis Maslahah 131111019
Eli Sazana  131111020
Dian Agustin  131111021
Rifa Aprillia Cahyani 131111022
Novita Nindy Mentari 131111023
Gilang Ramadhan 131111024
Selfi Ratna P. 131111025
Siti Roudhotul Jannah 131111026
Miftakhur Roifah 131111027

Lembar Penilaian Makalah dan Presentasi


FORMAT PENILAIAN MAKALAH

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 2


NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT KRITERIA PENILAIAN
1 Pendahuluan 1% Latar belkang MSKS (Masalah –
skala masalah-kronologis-solusi),
letak peran makalah dalam solusi
masalah
2 Pembahasaan 10% a. Tinjauan Pustaka : Definisi,
etiologi, Patofisiologi/WOC,
manefistasi klinis, pemeriksaan
diagnostic, penatalaksanaan,
komplikasi, prognosis.
b. Proses keperawtan: pengkajian
(riwayat keperawtan,
pemeriksaan fisik dan
penunjang), diagnosis
keperawatan, intervensi.
3 Kesimpulan dan Saran 1% Menyimpulkan makalah dengan jelas
4 Pengurangan nilai -2% Nilai akan mendapatkan
pengurangan jika criteria berikut
tidak terpenuhi:
a. Tidak mengikuti aturan penulisan
referensi dengan benar
b. Penulisan bahasa Indonesia yang
tidak sesuia EYD

Komentar Fasilitator:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………

FORMAT PENILAIAN PRESENTASI KELOMPOK

No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE


1 Kemampuan Mengemukakan Intisari Makalah 2
2 Kemaampuan mengunakan media & IT 2
3 Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 2
4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2
TOTAL NILAI MAKSIMUM 8
Soft skill yang dinilai selama diskusi : teamwork, komunikasi
Komentar Fasilitator :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
BAB I
PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 3


1.1. Latar Belakang
Kata ‘asma’ digunakan sebagai istilah untuk keadaan sesak napas
akibat penyempitan pada pipa bronchial (pembuluh tenggorokan). Asma
merupakan suatu kondisi di mana jalan udara dalam paru-paru meradang
hingga lebih sensitif terhadap factor pemicu yang menyebabkan jalan udara
menyempit hingga aliran udara berkurang dam mengakibatkan sesak napas
dan bunyi napas mengi (Jon Ayres. 2003)
Penyakit asma banyak ditemukan pada anak-anak, terutama yang
tinggal di daerah perkotaan dan industri. Kejadian asma hampir meningkat
diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Di Amerika
Serikat, sekitar sembilan juta anak dibawah 18 tahun menderita asma dan
empat juta anak mangalami sekurang-kurangnya sekali serangan asma setiap
tahun (Rachelefsky, 2006). Prevalensi asma pada anak di Indonesia cukup
tinggi terutama di kota-kota besar yaitu mencapai sekitar 17% (Vitahealth,
2006). Menurut laporan Ahli Internasional pada tahun 2005, penderita asma di
seluruh dunia sekitar 400 juta orang dengan tambahan 180.000 per tahun.
Menurut Graha (2008) asma menyerang sekitar 10% dari anak-anak
dan remaja. Pada usia anak-anak, asma menimpa anak laki-laki dalam jumlah
dua kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Sekitar satu dari empat
anak akan mengidap asma pada tahap tertentu dalam pertumbuhannya. Sekitar
50% anak-anak penderita asma ringan akan membaik kondisinya dan sembuh
dalam pertumbuhan mereka menjadi dewasa, sisanya harus hidup bersama
penyakit ini,
Berdasarkan hal tersebut, maka penting kiranya untuk lebih memahami
mengenai asma sejak dini guna mencegah semakin berkembangnya penyakit
ini. Oleh karena itu, penulis membuat makalah yang membahas tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan asma. Kondisi hypersensitivitas
sistem respirasi ini sangat menarik untuk dibahas mengingat semakin
meningkatnya jumlah penderita asma dan dapat diaplikasikan langsung pada
pola hidup karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan asma?
2. Bagaimana etiologi asma?
3. Bagaimana patofisiologi asma?
4. Apa sajakah manifestasi klinis dari pasien asma?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik asma?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien asma?
7. Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien asma?
8. Bagaimana prognosis pada pasien asma?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien asma?

Tujuan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 4


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada pasien asma.
1.3.2. Tujuan Khusus.
a. Mengetahui definisi dari asma
b. Mengetahui etiologi dari asma
c. Mengetahui patofisiologi dari asma
d. Mengetahui manifestasi klinis pada pasien dengan asma
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostic dari asma
f. Mengetahui penatalaksanaan dari asma
g. Mengetahui komplikasi dari asma
h. Mengetahui prognosis dari asma

1.4 Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan,
serta komplikasi dari asma. Selain itu, mahasiswa khususnya untuk
mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien asma.
b. Bagi dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana mahasiswa mampu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai bahan
pertimbangan dosen dalam menilai mahasiswa.
c. Bagi masyarakat umum
Masyarakat umum dapat mengambil manfaat dengan mengetahui definisi,
patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan asuhan
keperawatan pada pasien asma .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 5


A. DEFINISI

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel


dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu. (Smeltzer C . Suzanne, 2002, hal 611)
Asma merupakan penyakit yang disebabkan oleh peningkatan
respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimuli yang
ditandai dengan penyempitan sementara bronkus atau bronkhiolus dan
sekresi yang berlebih-lebihan dari kelenjar-kelenjar di mukosa bronchus
(hiperaktivitas terhadap rangsangan).
Jenis-jenis asma antara lain:
1. Asma alergik
Asma alergik disebabkan oleh allergen atau laergen-alergen yang
dikenal (misalanya serbuk sari, binatang, amarah, makanan, dan jamur).
Kebanyakan allergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan asma
alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat
medis masa lalu eczema atau rhinitis alergik. Pemajanan terhadap allergen
mencetuskan serangan asma. Anak-anak dengan asma alergik sering dapat
mengatasi kondisi sampai remaja.

2. Asma idiopatik atau non-alergik


Asma idiopatik atau non-alergik tidak berhubungan dengan
allergen spesifik. Factor-faktor seperti common cold, infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan. Beberapa agens farmakologi, seperti aspirin dan agens anti-
inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis beta-adrenergik, dan
agens sulfit (pengawet makanan) juga mungkin menjadi factor. Serangan
asma idiopatik atau non-alergik menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronis
dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan
Asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karateristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau
non-alergik.

B. ETIOLOGI

a. Faktor Ekstrinsik

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 6


Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan
oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara
(antigen -inhalasi), seperti debu rumah, serbuk-serbuk dan bulu binatang.

b. Faktor Intrinsik
1. Alergen ; makanan, debu rumah, bulu binatang.
2. Infeksi : virus yang menyebabkan ialah para influenza virus,
respiratory syncytial virus (RSV), bakteri misalnya pertusis dan
streptokokkus, jamur misalnya aspergillus, parasit.
3. Iritan : minyak wangi, asap rokok, polutan udara, bau tajam.
4. Cuaca : perubahan tekanan udara, suhu, amgin, dan kelembaban
udara.
5. Emosional : takut, cemas dan tegang.
6. Aktivitas yang berlebihan, misalnya berlari.

c. Faktor Pencetus:
1. Kegiatan jasmani: kegiatan jasmani yang berat seperti: berlari, naik
sepeda.
2. Psikologis seperti stress.

( Ngastiyah, 1997, hal 67-68)

C. MANIFESTASI KLINIS

Tiga gejala umum adalah batuk, dipsnea, dan mengi. Pada beberapa
keadaan, batuk merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma sering
terjadi malam hari. Penyebab tidak dimengerti dengan jelas, tetapi
mungkin berhubngan dengan variasi sirkadian yang mempengaruhi
ambang reseptor jalan napas.

Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa


sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi, laborious.
Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding dengan inspirasi, yang
mendorong pasienuntuk duduk tegak dan menggunkan setiap otot-otot
aksesoris pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyababkan dipsnea.
Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat.
Sputum, yang terdiri atas sedikit mucus mengandung masa gelatinosa
bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah. Tanda selanjutnya
termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat, dan gejala-gejala
retensi karbon dioksida, termasuk berkeringat, takikardi, dan pelebaran
tekanan nadi.

Serangan asma dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam


dan dapat hilang secara spontan. Meski serangan asma jarang yang fatal,
kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut “Status
Asmatikus”. Kondisi ini merupakan keadaan yang mengancam hidup.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 7


Reaksi yang berhubungan. Kemungkinan reaksi alergik lainnya
yang dapat menyertai asma termasuk akzema, ruam, dan edema temporer.
Serangan asmatik dapat etrjado secara periodic setelah pemajanan terhadap
allergen spesifik, obat-obat tertentu, latihan fisik, dan kegairahan
emosional.

1) Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
c. Whezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:


a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Whezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2

2) Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengan (silent Chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA PaO2 kurang dari 80%
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Spirometer
Alat pengukur paru, selain penting untuk penegakan diagnosis juga
untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
2) Peak Flow Meter/PFM

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 8


Peak Flow Meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana,
alat tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari
paru. Pleh karena pemeriksaan jasmani dapat normal, dalam menegakkan
diagnostik asma dilakukan pemeriksaan objektif (spirometer/FEVI atau
PFM). Spirometer lebih diutamakan daripada PFM, oleh karena PFM tidak
begitu sensitif dibanding FEV. Untuk diagnosis obstruksi saluran nafas,
PFM mengukur terutama saluran nafas besar, PFM dibuat untuk
pemantauan dan bukan alat diagnostik, APE dapat digunakan dalam
diagnosis untuk penderita yang tidak dapat melakukan pemeriksaan PEVI.
3) X-Ray dada/thorax
Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan
asma.
4) Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya antibodi
IgE spesifik pada kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan
mencari faktor pencetus. Uji alergen yang positif tidak selalu merupakan
penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi dilakukan dengan cara
radioallegosorbent test (RAST) bila uji tusuk kulit tidak bisa dilakukan
(pada dermographism).
5) Petanda Inflamasi
Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya
tidak berdasarkan atas penilaian objektif inflamasi saluran nafas. Gejala
klinis dan spirometri bukan merupakan petanda ideal inflamasi. Penilaian
semi-kuantitatif inflamasi saluran nafas dapat dilakukan melalui biopsi
paru, pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida nitrit
udara yang dikeluarkan dengan nafas. Analisis sputum yang diinduksi
menunjukkan hubungan antara jumlah eosinofil dan Eosinophyl Cationic
Protein (ECP) dengan inflamasi dan derajat berat asma. Biopsi
endobronkial dan transbronkial dapat menunjukkan gambaran inflamasi,
tetapi jarang atau sulit dilakukan di luar riset.
6) Uji Hipereaktivitas Bronkus/HRB
Pada penderita yang menunjukkan PEVI >90%, HRB dapat
dibuktikan dengan berbagai tes provokasi. Provokasi bronkial dengan
menggunakan nebulasi droplet ekstrak alergen spesifik dapat
menimbulkan obstruksi saluran nafas pada penderita yang sensitif. Respon
yang sejenis dengan dosis yang lebih besar, terjadi pada subjek alergi
tanpa asma. Di samping itu, ukuran alergen dalam alam yang terpajan
dalam subyek alergi biasanya berupa partikel dengan berbagai ukuran dari
2µm sampai 20 µm, tidak dalam bentuk nebulasi. Tes provokasi
sebenarnya kurang memberikan informasi klinis dibanding dengan tes
kulit. Tes provokasi nonspesifik untuk mengetahui HRB dapat dilakukan
dengan latihan jasmani, inhalasi udara dingin atau kering, histamin, dan
metakolin.

7) PENATALAKSANAAN

Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk


meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 9


hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (asma
terkontrol).

Tujuan penatalaksaan penyakit asma antara lain:


1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma.
2. Mencegah eksaserbasi akut.
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin.
4. Mengupayakan aktifitas normal termasuk exercise.
5. Menghindari efek samping obat.
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)
irreversibel.
7. Mencegah kematian karena asma.
8. Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai
potensi genetiknya.
a. Penatalaksanaan asma akut/saat serangan
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus
diketahui oleh pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh
pasien dirumah, dan aabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Penanganan harus cepat dan disesuaikan dengan
derajat serangan. Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat
serangan termasuk gejala, pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan
faal paru, untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan cepat.
Pada serangan asma obat-obatan yang digunakan adalah :
1) Bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)
2) Kortikosteroid sistemik
Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya β2 agonis kerja
cepat yang sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak
memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Pada dewasa dapat
diberikan dengan kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral.
Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat
sebelumnya) kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan dalam
waktu singkat 3-5 hari. Pada serangan sedang diberikan β2 agonis kerja
cepat dan kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipratropium
bromida inhalasi, aminofilin IV (bollus atau drip). Pada anak belum
diberikan ipratropium bromida inhalasi maupun aminofilin IV. Bila
diperlukan dapat diberikan oksigen dan pemberian cairan IV.
Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan
IV, β2 agonis kerja cepat, ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV,
dan aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja cepat tidak
tersedia dapat digantikan dengan adrenalin subkutan.
Pada serangan asma yang mengancam jiwa langsung dirujuk ke
ICU. Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 10


inhalasi menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat meggunakan IDT
(MDI) dengan alat bantu spacer.

b. Penatalaksanaan asma jangka panjang


Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol
asma dan mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang
disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma.
Prinsip pengobatan jangka panjang :
1) Edukasi
2) Obat asma (pengontrol dan pelega)
3) Menjaga kebugaran
Edukasi yang diberikan mencangkup :
1) Kapan pasien berobat/mencari pertolongan
2) Mengenali gejala serangan asma secara dini
3) Mengetahui obt-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu
penggunaannya
4) Mengenali dan menghindari faktor pencetus
5) Kontrol teratur
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega
diberikan pada saat seangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan
untuk pencegahan serangan asma dan diberikan untuk jangka panjang dan
terus menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti inflamasi
(kortikosteroid inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan
sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai
tiga bulan kondisi telah terkontol.
Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain :
1) Inhalasi kortikosteroid
2) Β2 agonis kerja panjang
3) Antileukotrien
4) Teofilin lepas lambat
Pemberian obat asma berdasarkan tingkat keparahan :
1) Tahap 1 : Intermiten
Controller : tidak diperlukan
Reliever : SABA : agonis β2 inhalasi bila perlu tapi kurang dari
sekali seminggu. Intensitas pengobatan tergantung pada berat-ringannya
serangan. Inhalasi agonis β2 ataukromolin atau nedokromil sebelum
exercise atau paparan terhadap alegen.
2) Tahap 2 : persisten ringan
Controller : obat harian : 200-500 mcg, atau kromolin, atau
nedokromil, atau tefilin lepas lambat. Kortikosteroid inhalasi kalau perlu,

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 11


tingkatkan dosis kortikosteroid inhalasi. Kalau dosis yang sedang dipakai
500 mcg tingkatkan sampai 800 mcg, atau tambahkan bronkodilator aksi
lama (terutama untuk serangan asma malam) : agonis β 2 inhalasi aksi lama
atau teofilin lepas lambat, atau agonis β2 oral.
Reliever : SABA : agonis β2 inhalasi jika perlu, tidak lebih dari 3-4
kali sehari.
3) Tahap 3 : persisten sedang
Controller : obat harian : kortikosteroid inhalasi, 800-2000 mcg dan
LABA, terutama untuk asma malam : agonis β 2 inhalasi aksi lama atau
teofilin lepas lambat atau agonis β2 aksi lama oral.
Reliever : SABA : agonis β2 inhalasi jika perlu, tidak lebih dari 3-4
kali sehari.
4) Tahap 4 : persisten berat
Controller : kortikosteroid inhalasi, 800-2000 mcg atau lebih dan
LABA, agonis β2 aksi lama atau teofilin lepas lambat, dan/atau agonis β2
aksi lama oral dan korikosteroid oral jangka panjang.
Reliever : SABA : agonis β2 inhalasi bila perlu.
8) KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat penyakit asma, antara lain


sebagai berikut :
1. Pneumothorax
2. Pneumomediastinum dan emfisema subkutis
3. Atelektasis
4. Gagal nafas
5. Bronkhitis
6. Fraktur iga
9) PROGNOSIS

Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling


akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi
berisiko yang berjumlah kira-kira 10 juta. Namun, angka kematian
cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas.

Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa


prognosis baik ditemukan pada 50 sampai 80 persen pasien, khususnya
pasien yang penyakitnya ringan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah
anak yang menderita asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosis pertama
bervariasi dari 26 sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan
tetapi persentase anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah
(6 sampai 19 persen).

Tidak seperti penyakit saluran napas yang lain seperti bronchitis


kronik, asma tidak progresif. Walaupun ada laporan pasien asma yang
mengalami perubahan fungsi paru yang irreversible, pasien ini seringkali
memiliki tangsangan komorbid seperti perokok sigaret yang tidak dapat

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 12


dimasukkan salam penemuan ini. Bahkan bila tidak diobati, pasien asma
tidak terus menerus berubah dari penyakit yang ringan menjadi penyakit
yang berat seiring berjalannya waktu. Beberapa penelitian mengatakan
bahwa remisi spontan terjadi pada kira-kira 20 persen pasien yang
menderita penyakit ini di usia dewasa dan 40 persen atau lebih diharapkan
membaik dengan jumlah dan beratnya serangan yang jauh berkurang
sewaktu pasien menjadi tua.

10) WOC
EKSTRINSIK INTRINSIK CAMPURAN

Allergen : protein seperti


makanan, debu, bulu halus, Factor non spesifik :
Tdr dr komponen
spora jamur, serat kain flu, emosi, latihan fisik
ekstrinsi dan intrinsik

antigen
Ujung syaraf di jalan Stimulasi Penyekatan reseptor
nafas terangsang syaraf b- adrenergik
Ikatan antigen Antibody simpatis

Stimulas reseptor α
Ig E System parasimpatis
adrenergik

Sel Mast Syaraf vagus


Penurunan cAMP

Histamine, bradikinin,
Peningkatan pelepasan mediator kimiawi
prostaglandin
oleh sel mast
Merangsang otot polos
dan kelenjar jalan nafas

Bronkospasme Pembengkakan
membrane muosa
MK : JALAN NAFAS TIDAK
Bronkokontriksi
EFEKTIF Pembentukan mukus

MK : P0LA NAFAS Sesak nafas Batuk produktif


INEFEKTIF
Udara MK : BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFETIF
terperangkap pd
bag distal
Ekspirasi memanjang

Retraksi otot aksesori Turbulensi arus udara


pernafasan + getaran ke bronkus FEV rendah
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 13

wheezing
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1) Data Biografi
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, bangsa,
bahasa yang digunakan, alamat, sumber biaya.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama, kapan mulai sakit, faktor pencetus, terjadinya tiba-
tiba atau berangsur-angsur, pengobatan yang telah diberikan, efek obat
yang telah diberikan.
3) Riwayat kesehatan yang lalu
a) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
b) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor
lingkungan.
c) Kaji riwayat pekerjaan pasien.
d) Kaji hal-hal yang dapat menjadi pemicu serangan asma, baik fisik
maupun psikologis seperti : alergen inhalasi, infeksi saluran nafas
bagian atas, obat dan makanan, aktivitas olahraga (joging aerobik),
kerja keras dan riwayat asma saat beraktivitas, cemas dan panik.
e) Kaji pengalaman yang dirawat, keluhan yang sering dialami,
pengalaman yang lalu tentang episode asma.
f) Kaji riwayat alergi, makanan berpantang, kebiasaan berobat, dan
obat yang biasa diminum atau digunakan
g) Kaji pengalaman dirawat, keluhan yang sering dialami,
pengalaman yang lalu tentang episode asma.
4) Riwayat psikososial : suasana hati, karakteristik, perkembangan
mental, kepekaan lingkungan, sosialisasi, gaya hidup, pola koping
persepsi klien tentang penyakitnya, pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakit asma,faktor pencetus asma, penatalaksanaan medis
dan keperawatan serta lain-lain.
5) Aktivitas
a) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
b) Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
c) Tidur dalam posisi duduk tinggi.
6) Pernapasan
a) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 14


b) Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
c) Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan
bahu, melebarkan hidung.
d) Adanya bunyi napas mengi.
e) Adanya batuk berulang.
7) Sirkulasi
a) Adanya peningkatan tekanan darah.
b) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c) Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
d) Kemerahan atau berkeringat.
8) Integritas ego
a) Ansietas
b) Ketakutan
c) Peka rangsangan
d) Gelisah
9) Asupan nutrisi
a) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b) Penurunan berat badan karena anoreksia.
10) Hubungan sosial
a) Keterbatasan mobilitas fisik.
b) Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c) Adanya ketergantungan pada orang lain.
11) Seksualitas
a) Penurunan libido

2. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum
Klien tampak kelelahan bingung, gelisah, dan pucat.
2) Status Neurologi
Penurunan tingkat kesadaran pada klien asma, terjadi karena
ketidakseimbangan, asam basa.
3) Status respirasi
a) Inspeksi, Klien tampak sesak, dyspnea, hiperventilasi, peningkatan
kerja, nafas ditandai dengan : penggunaan otot bantu pernafasan,
retraksi otot-otot intercostal, otot substernal, dan supraclavicula,
respirasi rate : lebih dari 24 kali permenit.
b) Auskultasi, Bunyi nafas melemah, ada wheezing pada saat
ekspirasi, ada ronchi
c) Palpasi, Taktil fremitus meningkat / menurun atau tetap.
d) Perkusi, Resonan meningkat / melemah.
4) Status Cardiovaskuler
a) Nadi
Tachikardia, adanya arytmia, distensi vena jugularis.
b) Tekanan Darah
Awalnya meningkat, namun karena terjadi hiperinflasi maka
tekanan intrathorak meningkat, tekanan darah menurun.
c) Adanya pulsus paradoks (penurunan tekanan darah). Sistolik ± 10
mmhg atau lebih pada waktu inspirasi.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 15


d) Pengisian kapiler : awalnya normal dan lebih dari 3 detik bila
serangan makin memburuk.
5) Sistem Gastro Intestinal
Mulut dan membran mukosa kering, adanya mual, muntah karena
alergi terhadap makanan.
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Peningkatan serum Ig E, test alergi (+)
b) Rontgen Thorak Hyperventilasi
c) Analisa Gas Darah
 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
 Pada serangan asma awal : ph meningkat, Pa CO2 menurun, Pa
O2 menurun, chyperventilasi, hipokarbia
 Serangan progresif (progresive attack): Ph normal, pa CO 2
normal, pa O2 menurun (penurunan ventilasi alveolar)
 Prolog attack status asmatikus : Ph menurun, Pa CO2
meningkat, Pa O2 menurun, (hypercarbia ventilasi tidak
adekuat, hipoventilasi, respirastory)
 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
d) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
Kristal eosinopil.
 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus plug.
2) Pemeriksaan penunjang lain
a) Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis,
serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada
paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 16


 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
b) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c) Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru yaitu :
 Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB ( Right bundle branch block).
 Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d) Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
e) Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan


bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekret kental
b) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru selama serangan akut
c) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan supply
oksigen
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
e) Keterbasan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
f) Cemas berhubungan dengan krisis situasi
g) Kurangnya pengetahuan tentang proses-proses penyakitnya
berhubungan dengan kurang informasi.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 17


C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b. d bronkospasme, peningkatan
produksi sekret, sektet kental
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Kriteria Hasil :
1) Bunyi nafas bersih
2) Batuk efektif/mengeluarkan dahak
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan
misalnya: mengi, krekel, ronchi
2) Kaji frekuensi dispnea: gelisah, ansietas distress pernapasan,
penggunan otot bantu
3) Beri klien posisi yang nyaman misalnya peninggian empat
tidur, duduk (fowler)
4) Pertahankan/ bantu batuk efektif
5) Observasi karakteristik batuk
6) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari dan berikan
air hangat
7) Berikan obat sesuai indikasi
8) Kolaborasi pengambilan bahan lab : Hb, Ht, leukosit, foto
thorak

b) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi


paru selama serangan akut
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
1) Sesak berkurang atau hilang
2) RR 18-24x/menit
3) Tidak ada retraksi otot pernapasan
Intervensi:
1) Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea,
penggunaan otot-otot pernapasan
2) Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas dalam arteri
3) Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk
memaksimalkan ekspansi dada
4) Berikan terapi oksigen sesuai pesanan
c) Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen (spasme bronkus)
Tujuan : tidak terjadi gangguan pertukaran gas
Kriteria hasil :
1) Oksigen adekuat
2) Tidak terjadi sianosis
3) Tidak terjadi hipoksemia ataupun hipoksia
Intervensi :
Mandiri
1) Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.
2) Palpasi fremitus
3) Awasi tanda vital dan irama jantung

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 18


Kolaborasi
1) Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil
AGDA dan toleransi pasien.
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
Tujuan:Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
1) Berat badan dalam batas normal
2) Makan habis 1 porsi
3) Turgor kulit baik
Intervensi:
1) Kaji tingkat nutrisi klien
2) Berikan perawatan oral, buang sekret.
3) Berikan makan porsi kecil tapi sering
4) Timbang berat badan tiap 1 minggu.

e) Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan O2
Tujuan: klien dapat beraktivitas secara normal tanpa keluhan
Kriteria hasil:
1) Klien dapat beraktivitas tanpa keluhan sesak
2) Frekuensi pernafasan dan nadi normal
3) RR: 16-20 x/menit.
Intervensi :
1) Kaji tingkat aktivitas klien
2) Berikan kebutuhan dasar klien yang dapat diperlukan.
3) Lakukan istirahat disela-sela melakukan aktivitas.
4) Observasi frekuensi nadi dan pernafasan sebelum dan
sesudah aktivitas.
f) Cemas Berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan : cemas berkurang/ hilang
Kriteria hasil :
1) Klien tampak rileks
2) Klien menyatakan sesak berkurang
3) Tanda – tanda vital normal
Intervensi:
1) Kaji tingkat kecemasan klien
2) Observasi respon non verbal (gelisah)
3) Ukur tanda-tanda vital
4) Dengarkan keluhan klien dengan empati
5) Jelaskan informasi yang diperlukan klien tentang
penyakitnya, perawatan dan pengobatannya
6) Ajarkan klien tehnik relaksasi (memejamkan mata, menarik
nafas panjang)

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 19


7) Menganjurkan klien untuk istirahat (Tucker S. Martin,  1998
hal 242-243)
g) Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan :Pengetahuan klien bertambah
Kriteria hasil :
1) Klien mengerti tentang proses penyakitnya.
2) Pengetahuan klien bertambah
3) Klien dapat menghindari hal- hal yang menjadi pemicu
terjadinya asma
Intervensi :
1) Jelaskan proses penyakit klien
2) Anjurkan klien untuk menghindari agent sedatif kecuali
diberikan oleh dokter.
3) Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang
terinfeksi saluran nafas akut.
4) Hindari faktor intrinsik dan ekstrinsik yang dapat
menimbulkan serangan asma.

D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan klien dapat mempertahankan kebersihan
jalan nafas atas, mempertahankan oksigenasi atau ventilasi adekuat.
Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas meningkatkan
masukan nutrisi, dapat beraktivitas tanpa bantuan, mengurangi kecemasan
dan memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan
program pengobatan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 20


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronchi berspon dalam secaa hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. Asma terdiri dari tiga jenis: Asma alergik, asma idiopatik, dan
asma gabungan.

Faktor penyebab terjadinya asma terdiri dari tiga faktor. Pertama


faktor ekstrinsik, karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh
adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara. Kedua
faktor instrinsik, antara lain : alergen, infeksi, iritan, cuaca, emosional, dan
aktivitas yang berlebihan. Ketiga adalah faktor pencetus, yakni kegiatan
jasmani dan psikologis seperti stress.

Tiga gejala umum adalah batuk, dipsnea, dan mengi. Pada beberapa
keadaan, batuk merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma sering
terjadi malam hari. Penyebab tidak dimengerti dengan jelas, tetapi
mungkin berhubngan dengan variasi sirkadian yang mempengaruhi
ambang reseptor jalan napas.
Pemeriksaan diagnostik pada penderita asma mencankup
spirometer, Peak Flow Meter (PFM), X-Ray dada / thorax, pemeriksaan
IgE, pertanda inflamasi, dan Uji Hipereaktivan Bronkus (UHB).
Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktifitas sehari – hari. Penyakit asma
mempunyai 2 derajat/klasifikasi untuk memudahkan dalam penatalaksaan
medis atau dalam hal ini bisa disebut penanganan penyakit yakni
penatalaksanaan pada asma akut/saat serangan dan penatalaksanaan pada
asma jangka panjang.

B. SARAN
Sebagai seorang perawat sebaiknya kita mengetahui asuhan
keperawatan pada klien dengan asma dengan jelas agar dapat menunjang
keahlian perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
secara tepat, sehingga pelayanan yang diberikan sesuai dan dapat
mengurangi bahkan menyembuhkan klien.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 21


DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2011. Brunner and Suddarth’s Texbook
of Medical-surgical Nursing, 8/e. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah volume 2
Edisi 2 Jakarta : EGC
Doengoes, M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Crockett, A. 1997. Penanganan Asma dalam Penyakit Primer. Jakarta :
Hipocrates.
Baratawidjaja, K. 1990. Asma Bronchiale, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta : FK UI.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”. Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume 1. Jakarta
: EGC.
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. 1999. Keperawatan Medikal Bedah Buku
Satu. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Martin, Tucker S.  1998. Standart Perawatan Pasien Jilid 2. Jakarta: EGC.
Vitahealth. 2006. Asma : Informasi Lengkap untuk Penderita & Keluarganya.
Jakarta: Gramedia.
Ayres, Jon. 2003. Asma. Jakarta : Dian Rakyat.

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma | 22

Anda mungkin juga menyukai