795-Article Text-1563-2-10-20121227

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

JERE 1 (2) (2012)

Journal of Educational Research and Evaluation


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere

PERENCANAAN TEACHING FACTORY DALAM UPAYA MENANAMKAN


NILAI-NILAI ENTERPRENEURSHIP DI SMK NEGERI 6 SEMARANG

Agung Kuswantoro, Joko Widodo, Asih Kuswardinah

Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan adalah menyiapkan siswa untuk memasuki
Diterima Agustus 2012 lapangan kerja dan membuka lapangan pekerjaan dengan kewirausahaan. Oleh karena itu, teaching
factory memegang peranan penting dalam membentuk entrepreneurship. Fokus permasalahan adalah
Disetujui September 2012
perencanaan teaching factory. Pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan penelitian ini adalah (1) Bagaimana
Dipublikasikan November mengidentifikasi kebutuhan dan masalah teaching factory? (2) Kebijakan-kebijakan apa saja yang
2012 digunakan teaching factory? (3) Bagaimana strategi dalam teaching factory? (4) Bagaimana merumuskan pola
pengembangan teaching factory? (5) Bagaimana evaluasi pendahuluan teaching factory? Pendekatan penelitian
Keywords: ini adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Teknik pengumpulan yaitu observasi, wawancara, dan
Teaching Planning Factory studi dokumen. Keabsahan data yaitu derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.
Entrepreneurship Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) Adanya kesamaan identifikasi kebutuhan dan masalah dari
masing-masing unit produksi yang mengadopsi dari teaching factory, (2) Teaching factory memberikan
kebijakan tersendiri pada masing-masing unit produksi berupa kebijakan pokok, bagian, dan umum (3)
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan analisis SWOT. Kelebihan teaching
factory yaitu sarana dan prasarana lengkap, produk dan jasa berkualitas, kreativitas siswa tinggi, siswa
memiliki pangsa pasar, letak strategis, kerjasama kuat dengan DUDI, dan dukungan kepemimpinan kepala
sekolah. Kelemahannya adalah sumber daya manusia belum profesional, belum memiliki outlet-outlet, dan
pemasaran sederhana. Peluangnya adalah kerja sama DUDI di luar negeri, ekspansi pasar, moment-moment
tertentu yang berkaitan dengan produk dan jasa. Ancamannya adalah penolakan order pelanggan. (4)
Pengembangannya melalui peningkatan kualitas produk dan jasa, sumber daya manusia profesional, dan
keikutsertaan swasta dalam penanaman modal (5) Evaluasi pendahuluannya dilakukan melalui pelaporan
keuangan yang dibuat masing-masing UP, dan koreksi terhadap kegiatan di UP, dan adanya SOP. Saran
dalam penelitian ini adalah bagi teaching factory, seharusnya memiliki kebijakan yang luas dalam mengelola
UP dan adanya keseragaman program berdasarkan jangka waktu, (2) Bagi sekolah, sekolah menempatkan
teaching factory sejajar dengan sekolah, (3) Bagi lembaga pendidikan lain, masukan dalam mengembangkan
teaching factory, (4) Bagi peneliti lain, sebagai bahan refensi tentang teaching factory, dan dapat mengkaji
pada sisi lainnya.

Abstract
Vocational education as one of the aims is to prepare students to enter the workforce and creating jobs with entrepre-
neurship. Therefore, teaching factory plays an important role in shaping entrepreneurship students. The focus of this
research is the problem of teaching factory planning. Formulation of the questions in this study were (1) How to identify
needs and problems of teaching factory? (2) What policies are used teaching factory? (3) What teaching strategies in
the factory? (4) How to formulate the development of teaching factory pattern? (5) How does a preliminary evaluation
of teaching factory? This research approach is qualitative approach with case studies. Collection techniques of obser-
vation, interviews, and document study. Validity of the degree of confidence, keteralihan, dependency, and certainty.
The conclusions in this study were (1) The identification of common needs and problems of each production unit is
adopted from the teaching factory, (2) Teaching factory provides its own policy on each policy of basic production unit,
part, and common (3 ) strategy used in this study with SWOT analysis approach. Excess teaching factory is a complete
infrastructure, product and service quality, the creativity of students is high, students have the market share, where the
teaching of strategic factory, a strong partnership with Dudi, and school leadership support kepasa. The disadvantage
is not a human resource professional, do not have outlets, and simple marketing. Chances are Dudi cooperation abroad,
market expansion, certain moments relating to products and services. The threat is a denial of the customer order. (4) The
development by improving the quality of products and services, human resource professionals, and private participation
in investment (5) Evaluation conducted through the introduction of financial reporting is made of each UP, and the
correction of the activities in the UP, and the SOP. Suggestions in this research is to teaching factory, should have a broad
policy in managing the UP and the uniformity of the program based on the length of time, (2) For schools, the school put
the factory level with the school teaching, (3) For other educational institutions, input in developing teaching factory, (4)
For other researchers, as a factory Referrals about teaching, and to examine the other side.

© 2012 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6420
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50233
E-mail: agungbinmadik@yahoo.com
Agung Kuswantoro dkk. / Journal of Educational Research and Evaluation 1 (2) (2012)

Pendahuluan kebutuhan dan masalah teaching factory? (2)


Kebijakan-kebijakan apa saja yang digunakan
Pentingnya peranan pendidikan teaching factory? (3) Bagaimana strategi dalam
sebagaimana dalam UUD 1945, pemerintah teaching factory? (4) Bagaimana merumuskan
mengusahakan untuk menyelenggarakan pola pengembangan dalam teaching factory? (5)
suatu sistem melalui lemabaga pendidikan. Bagaimana evaluasi pendahuluan teaching factory?
Lembaga pendidikan yang mampu mengatasi Perencanaan merupakan bagian dari
permasalahan negara seperti pengangguran, manajemen. Tidak ada proses dalam manajemen
pengangguran tertinggi sebagaimana ada pada yang dilakukan tanpa melalui perencanaan.
SMA dan SMK sebagaimana Badan Pusat Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Hanafi,
Statistik (2012). 2003:6) yang mendefinisikan manajemen
Prosser dalam (Adriyanto, Mohamad, sebagai proses merencanakan, mengorganisir,
2011:2) bahwa sekolah vokasional dapat mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan
mendapatkan pekerjaan yang ada di industri. untuk mencapai tujuan organisasi dengan
SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan menggunakan sumber daya organisasi.
yang tujuannya adalah menyiapkan siswa untuk (Handoko, 2003:77) menyatakan bahwa
memasuki lapangan kerja dan mengembangkan perencanaan adalah proses dasar di manajemen
sikap profesional, menyiapkan siswa agar mampu memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya.
memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu Perencanaan dalam organisasi adalah esensial,
mengembangkan diri, menyiapkan tenaga kerja, karena dalam kenyataannya perencanaan
dan memiliki tanggung jawab yang sangat relevan memegang peranan lebih dibanding fungsi-fungsi
terhadap pembentukan jiwa entrepreneurship bagi manajemen lainnya. Menurut (Sagala, 2009:113)
lulusannya. perencanaan strategis di sekolah mencakup lima
Pendidikan kewirausahaan di Indonesia langkah yaitu: (1) perumusan misi (2) asesmen
masih kurang memperoleh perhatian yang lingkungan eksternal (3) asesmen organisasi (4)
cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan perumusan tujuan khusus dan (5) penentuan
maupun masyarakat. Secara kurikulum strategi. Beberapa elemen penting dalam teaching
pendidikan kewirausahaan masuk dalam factory yang perlu dikembangkan yaitu standar
adaptif, artinya bahwa terdapat beberapa teori kompetensi, siswa, media belajar, perlengkapan
yang harus dipelajari oleh siswa, sehingga dan peralatan, pengajar, penilaian prestasi
cenderung pendidikan kewirausahaan bersifat belajar, dan pengakuan kompetensi (Zaman,
teoritis di kelas, sedangkan masyarakat masih Banaeni, Fajar, 2010:11). (Guruvalah, 2010:2)
memandang bahwa menjadi pegawai lebih Unit produksi dan jasa merupakan suatu aktivitas
nyaman dibandingkan dengan entrepreneurship. bisnis dilakukan secara berkesinambungan
Meredith dalam (Suprojo Pusposutardjo, dalam mengelola sumber daya sekolah sehingga
1999), memberikan ciri-ciri seseorang yang dapat menghasilkan produk dan jasa yang
memiliki karakter wirausaha sebagai orang mendatangkan keuntungan. Teaching factory
yang percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, hanya melibatkan indvidu sekolah yang
berani mengambil risiko, berjiwa kepemimpinan, berkompeten, sedangkan unit produksi, tidak
berorientasi ke depan, dan keorisinalan. memperhatikan kompetensinya Bambang dan
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Suci (2006:8).
peneliti, bahwa ada keunikan nya yaitu penanaman Menurut para ahli kewirausahaan, ada
kewirusahaan saling mengintegrasikan antara banyak nilai-nilai kewirausahaan yang mestinya
pembelajaran pendidikan kewirusahaan dengan dimiliki oleh peserta didik maupun warga sekolah
teaching factory dan keterserapan lulusannya yang lain. Namun, di dalam pengembangan
bekerja sesuai dengan bidang, bahkan ada yang model naskah akademik ini dipilih beberapa
memiliki usaha sendiri. (Bimbingan Konseling nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap paling
SMK Negeri 6 Semarang). Hal ini karena di pokok dan sesuai dengan tingkat perkembangan
seklah tersebut terdapat teaching factory. peserta didik. Beberapa nilai-nilai kewirausahaan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beserta deskripsinya yang akan diintegrasikan
maka rumusan masalah permasalahan dalam melalui pendidikan kewirausahaan yaitu mandiri,
penelitian ini adalah bagaimana perencanaan kreatif, berani mengambil resiko, berorientasi
teaching factory dalam upaya menanamkan nilai- pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras,
nilai entrepreneurship di SMK Negeri 6 Semarang? jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerja
Pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik sama, pantang menyerah, komitmen, realistis,
sebagai berikut (1) Bagaimana mengidentifikasi resa ingin tahu, komunikatif, dan motivasi kuat

94
Agung Kuswantoro dkk. / Journal of Educational Research and Evaluation 1 (2) (2012)

untuk sukses (Kementerian Pendidikan Nasinal perhotelan, jasa boga, busana butik, dan
(2011:10-11). kecantikan. Perencanaan teaching factory yang
ada di SMK Negeri 6 Semarang berupa visi, misi,
Metode tujuan, dan program-program. Perencanaan
teaching factory diwujudkan dalam perencanaan
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pada tiap-tiap unit produksi. Masing-masing unit
pendekatan kualitatif dengan rancangan produksi memiliki perencanaan tersendiri yang
studi kasus. Rancangan penelitian (1) peneliti berbeda dengan unit produksi antar satu dengan
melakukan studi eksplorasi dan dokumentasi yang lainnya.
perencanaan teaching factory yang meliputi visi, Visi teaching factory adalah mewujudkan
misi, tujuan, kebijakan, program, strategi, dan SMK Negeri 6 Semarang sebagai pencipta
evaluasi pendahuluan (2) pengumpulan data sumber daya manusia profesional melalui
awal guna memfokuskan masalah penelitian, teaching factory dalam bidang tata boga, tata
(3) penjadualan penelitian dengan sekolah (4) busana, tata kecantikan, dan akomodasi
pemodifikasian rancangan penelitian dan peneliti perhotelan. Misi teaching factory adalah
pengembangan masalah, (5) peneliti melakukan membentuk tamatan yang berkepribadian unggul
pengumpulan data dan pengelompokannya (6) dan mampu mengembangkan diri sesuai bidang
peneliti melakukan kegiatan analisis data yang yang ada di unit produksi, menyiapkan tenaga
telah diperoleh dari hasil penelitian. terampil dibidang tata kecantikan, busana, tata
Data utama diperoleh dari ketua boga dan akomodasi hotel, dan menyiapkan
teaching factory dan manager on duty, DUDI, wirausahawan.
siswa, dan guru. Sedangkan data pendukung Program kerja teaching factory SMK
adalah dokumen-dokumen yang ada pada unit Negeri 6 Semarang adalah membuat struktur
produksi dan teaching factory (Moleong,). Teknik organisasi, menyusun program kerja tahunan,
pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara rapat sosialisasi program kerja teaching factory
observasi, wawancara, dan studi dokumen. kepada unit produksi keahlian, mengarahkan
Observasi ini dapat dilakukan pada ruang garmen, dan membimbing pelaksanaan kegiatan kegiatan
labolatorium boga, lapangan gebyar karya, salon unit produksi, promosi, rapat koordinasi,
kecantikan, dan lobby hotel Rumpita. Sasaran malaksanakan kegiatan kewirausahaan,
wawancara dalam penelitian ini adalah ketua membuat kerja sama dengan industri dan sekolah
teaching factory, manager on duty, siswa, guru, dan lain, melaksanakan pembinaan, memeriksa
DUDI. Dokumen dalam penelitian ini dokumen pembukuan dan administrasi unit produksi
mengenai teaching factory berupa produk dan program keahlian, malaksanakan studi banding,
jasa, data yang diperoleh di surat kabar, website dan membuat laporan akhir semester.
mengenai teaching factory. Visi unit produksi perhotelan adalah
Pelaksanaan teknik pemeriksaan mewujudkan SMK Negeri 6 Semarang sebagai
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada pencipta sumber daya manusia profesional di
empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat bidang akomodasi perhotelan yang berkompeten
kepercayaan, keteralihan, (kebergantungan dan untuk menuju era globalisasi. Misinya adalah
kepastian. Triangulasi metode digunakan sebagai mewujudkan tamatan yang berkepribadian
upaya untuk mengecek keabsahan data melalui unggul dan mampu mengembangkan diri
pengecekan kembali apakah prosedur dan proses serta menyiapkan tenaga profesional di bidang
pengumpulan data sesuai dengan metode yang akomodasi perhotelan, menjadikan SMK
absah. Menurut Miles dan Huberman dalam Negeri 6 Semarang yang mandiri, menghasilkan
(Sugiyono: 2009) mengatakan bahwa teknik wirausawahan dan sebagai sumber pusat
analisis data dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu informasi perhotelan.
reduksi data, data display, dan tahap verifikasi. Program keahlian hotel dan restoran
bertujuan untuk melaksanakan pekerjaan
Hasil dan Pembahasan dilingkup front office sebagai reception, reservation,
telephone operator dan porter, melaksanakan
Teaching factory yang ada pada SMK pekerjaan dilingkup housekeeping sebagai public
Negeri 6 Semarang memiliki pengelola area attendant, room attendant, order taker, linen
tersendiri. Pengelola terdiri dari kepala sekolah, dan uniform attendant dan laundry attendant,
ketua teaching factory, bendahara, dan sekretaris. mengolah dan menyajikan makanan kontinental
Ketua teaching factory memiliki kewenangan yang terdiri dari makanan pembuka, makanan
terhadap empat unit produksi yaitu unit produksi utama dan makanan penutup, mengolah dan

95
Agung Kuswantoro dkk. / Journal of Educational Research and Evaluation 1 (2) (2012)

menyajikan makanan Indonesia yang terdiri Program Keahlian tata busana bertujuan
dari makanan pembuka, makanan pokok, lauk untuk mengukur, membuat pola, menjahit, dan
pauk dan makanan penutup, melayani makan meyelesaikan busana, memilih bahan tekstil
dan minim baik di restoran maupun di kamar dan bahan pembantu secara tepat, menggambar
tamu, serta meja makan dan meja prasmanan, bermacam - macam busana sesuai kesempatan,
mengolah dan menyajikan aneka minuman non menghias busana sesuai desain, dan mengelola
alkohol, mengorganisir operasi pelayanan makan usaha dibidang busana. Fasilitas Program
dan minum di restoran hotel. Keahlian tata busana adalah ruang praktik,
Program kerja tahunan unit produksi mesin jahit manual dan otomatis, mesin obras,
akomodasi perhotelan meliputi menyusun mesin lubang kancing, mesin industri, gunting
program, menyusun struktur organisasi dan pemotong listrik, alat pembuat pola, desain
uraian tugas unit produksi, meningkatkan dan sarana pelatihan di sekolah berupa sanggar
wawasan dan keterampilan guru dan siswa dalam busana.
kewirausahaan melali unit produksi akomodasi Visi unit produksi jasa kecantikan yaitu
perhotelan serta mengembangkannya, promosi mewujudkan SMK Negeri 6 Searang sebagai
produk unit produksi akomodasi perhotelan, pencip sumber daya manusia profesional di bidang
pemasaran produk di dalam dan di luar tata kecantikan yang bertaqwa untuk menuju era
lingkungan sekolah, dan evaluasi program unit globalisasi. Misi unit produksi jasa kecantikan
produksi. adalah membentuk tamatan yang berkepribadian
Visi Unit Produksi Jasa Boga adalah unggul dan mampu mengembangkan diri
mewujudkan tamatan program keahlian tata serta menyiapkan tenaga terampil di bidang
boga sebagai pencipta sumber daya manusia tata kecantikan, menyiapkan wirausahawan/
yang mampu menghadapi era global. Misinya beutican dan haordresser, menjadikan SMK 6
adalah membentuk tamatan yang berkepribadian Semarang yang mandiri, dan sebagai sumber
unggul, kreatif, dan inovatif, mendidik dan informasi tata kecantikan.
menyiapkan wirausahawan yang disiplin, Program keahlian tata kecantikan terbagi
tangguh, dan mandiri, mempersiapkan tenaga menjadi dua program studi yaitu kecantikan kulit
kerja terampil di bidang tata boga. dan rambut. Kecantikan kulit bertujuan untuk
Program keahlian tata boga bertujuan menerapkan pengetahuan anatomi dan fisiologi
untuk mengelola dan menyajikan makanan kecantikan, menentukan kosmetika kecantikan,
kontinental yang terdiri dari makanan pembuka, merawat kulit wajah, merias wajah, merawat
makanan utama dan makanan penutup, tangan dan kaki, merawat tubuh, mengelola
mengolah dan menyajikan makanan Indonesia salon kecantikan kulit. Kecantikan rambut
yang terdiri dari makanan pembuka, makanan bertujuan untuk menerapkan pengetahuan
pokok, lauk pauk dan makanan penutup, anatomi dan fisiologi kecantikan, menentukan
melayani makan dan minum baik di restoran kosmetika kecantikan, mencuci rambut, merawat
maupun di kamar tamu serta menata meja makan kulit kepala dan rambut, mengeringkan rambut
dan meja prasmanan, mengolah dan menyajikan dengan alat pengering, memangkas rambut,
aneka minuman non alkohol, mengorganisir melakukan pratata, melakukan penataan rambut,
operasi pelayanan makan dan minum di restoran. mengeriting rambut, merawat dan membentuk
Fasilitas Program keahlian tata boga yaitu hairpiece, menata sanggul (up style), menata
khitchen dan perlengkapannya, sarana pelatihan sanggul daerah, memangkas rambut dengan
di sekolah berupa kafetaria dan unit produksi, teknik barber, mewarnai rambut, meluruskan
sarana praktik pelayanan tata hidang dan sarana rambut (smoothing), meluruskan rambut
produksi lainnya. (rebounding).
Visi program studi busana adalah Program kerja tahunan unit produksi
memujudkan SMK Negeri 6 Semarang sebagai kecantikan yaitu membuat struktur organisasi,
pencipta sumber daya manusaia profesional di menyusun program kerja tahunan, rapat
bidang tata busana yang bertakwa untuk menuju koordinasi dan sosialisasi program kerja,
era globalisasi. Misinya adalah membentuk pengarahan dan pembimbingan kegiatan unit
tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu produksi, promosi, dan repat koordinasi.
mengembangkan diri, menyiapkan tenaga Membuat struktur organisasi bertujuan untuk
terampil di bidang tata busana, menyiapkan membagi tugas sesuai kedudukan masing-masing.
wirausahawan, dan menjadikan SMK Negeri Tujuan menyusun program kerja tahunan adalah
6 Semarang yang mandiri dan sebagai sumber sebagai acuan pelaksanaan unit produksi.
informasi tata busana. Tujuan rapat koordinasi dan sosialisasi program

96
Agung Kuswantoro dkk. / Journal of Educational Research and Evaluation 1 (2) (2012)

kerja adalah menyampaikan program kerja seperti itu, teaching factory menolak beberapa
kepada semua warga SMK. Tujuan pengarahan tawaran yang diberikan pelanggan karena unit
dan pembimbingan adalah agar kegiatan unit produksi kekurangan tenaga. Tantangan lain
produksi terkoordinasi, tujuan promosi adalah adalah pemasaran yang global melalui website.
mengenalkan produk unit produksi kecantikan. Pengembangan teaching factory dilakukan
Rapat koordinasi bertujuan utnuk mengevaluasi melalui menjaga kualitas produk dan jasa
kegiatan kerja. yang dihasilkan, pengembangan sumber daya
Kebijakan dalam teaching factory adalah yang profesional, pengembangan lain adalah
kebijakan yang ada pada pokok, umum, dan dibutuhkan partisipatif dalam masyarakat dalam
bagian. Kebijakan pokok berupa tiap unit pengelolaan modal. Modal yang selama ini adalah
produksi membuat laporan keuangan setiap berasal dari bantuan pemerintah. Pengembangan
bulan. Laporan keuangan ini dibuat oleh lain pemasaran melalui outlet-outlet.
manajemen yang ada pada unit produksi, yang Evaluasi pendahuluan teaching factory
ditandatangani oleh ketua unit produksi dengan dalam hal ini adalah evaluasi dalam perencanaan
sepengetahuan kepala sekolah. Kebijakan berupa laporan keuangan yang dibuatkan pada
yang secara umum adalah kebijakan mengenai akhirnya bulan yang dibuat oleh masing-masing
ketentuan siswa dalam praktek di teaching unit produksi, membuat beberapa koreksi
factory, bahwa siswa kelas X belum memasuki dari tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk
tempat teaching factory. Sedangkan siswa kelas mendukung pengawasan unit produksi kecantikan
XI, memasuki teaching factory dan siswa kelas memiliki SOP) sesuai dengan kebutuhan yang di
XII, tidak masuk secara penuh praktek di teching unit produksi
factory. Visi SMK Negeri 6 Semarang juga
Kekuatan teaching factory SMK Negeri 6 dijabarkan melalui misi sekolah yang sesuai
Semarang adalah peralatan yang lengkap pada dengan visi sekolah. Visi teaching factory
masing-masing unit produksi yaitu perhotelan, menunjukkan sangat sederhana dan simpel
jasa boga, busana butik, dan kecantikan. yaitu mewujudkan sumber daya manusia yang
Peralatan tersebut sangat menunjang dalam profesional pada bidang keahlian yang dimiliki
memproduksi dan melayani pelanggan baik yaitu tata boga, tata busana, tata kecantikan,
berupa produk maupun jasa. Kekukuatan dan akomodasi perhotelan. Visi tersebut kurang
lainnya adalah selain siswa memiliki kreativitas kompleks dalam penjabarannya, karena visi
yang tinggi dan siswa juga memiliki pangsa pasar sekolah adalah menjadi sekolah yang bertaraf
tersendiri. Siswa menjual produknya sendiri ke internasional yang dilandasi beriman, bertakwa
pelanggan baik teman atau pun tetangga rumah. dan berbudaya Indonesia. Teaching factory yang
Selain itu, sekolah memiliki koneksi yang banyak merupakan milik sekolah, maka teaching factory
dengan DUDI. harus mampu menjabarkan visi yang lebih detail
Kelemahan teaching factory adalah Sumber berdasarkan pada kemampuan dan potensi
Daya Manusia yang mengelolanya. Tidak adanya teaching factory. Dengan kemampuan dan potensi
pengelola yang secara penuh mengurusi teaching yang dimiliki di teaching factory, maka seharusnya
factory, belum profesionalnya pengelolaan teaching teaching factory lebih detail dan kompleks dalam
factory. Pengelolaan teaching factory, masih sama penjabarannya. Visi perlu dirumuskan kembali
halnya dengan pengelolaan unit produksi. secara berkala sesuai dengan perkembangan dan
Peluang teaching factory adalah pemasaran tantangan di masyarakat. Visi dapat dijadikan
yang lebih luas, mengingat tempat teaching cita-cita bersama warga yang terlibat di masing-
factory dekat dengan perkotaan diharapkan dapat masing unit produksi yang berjumlah empat.
menjual lebih banyak produk dan jasa. Pemasaran Misi teaching factory masih bersifat lebih
yang luas, mengingat palanggan unit produksi luas dibanding dengan misi sekolah, dengan
dan jasa yang ada di teaching factory sudah banyak adanya tambahan kepribadian unggul dan
baik instansi pemerintah, swasta, dan beberapa mampu mengembangkan diri. Sifat profesional
tetangga sekolah. Peluang lain adalah jika ada yang ada pada visi teaching factory dijabarkan
moment tertentu, membuat proposal yang akan dengan pribadi unggul dan pengembangan
diajukan, sebagaimana Semarang Night Carnival diri. Misi tersebut sudah ada penekanan pada
(SNC) . mutu lulusan yang diharapkan oleh siswa. Hal
Ancaman teaching factory terletak pada ini juga sejalan dengan misi yang ada pada
sumber daya manusianya dalam mengelola unit unit produksi jasa akomodasi perhotelan yang
produksi, sehingga berpengaruh pada produksi hampir sama dengan teaching factory. Akan tetapi,
dan jasa yang dihasilkan. Selama ini yang terjadi berbeda dengan unit produksi jasa boga, dalam

97
Agung Kuswantoro dkk. / Journal of Educational Research and Evaluation 1 (2) (2012)

misinya adanya tambahan karakter menyiapkan Dengan adanya kebijakan bagian yang
wirausahawan. Sebagaimana dalam misi sekolah terlalu luas pada unit produksi, menjadikan
yaitu pengembangan institusi sekolah sebagai teaching factory tidak dapat memberikan
training center, testing center, dan keterampilan kontribusi yang lebih pada unit produksi. Di
kejuruan. Dengan adanya training center dan mana unit produksi, bagian dari teaching factory.
kelengkapan sarana serta kemampuan guru Ada kelebihan ketika teaching factory memberikan
yang dimiliki unit produksi maka diharapakan kebijakan bagian yang lebih pada unit produksi.
mampu menciptakan wirausahawan. Misi unit Unit produksi mengelola secara optimal, tanpa
produksi jasa tata busana hampir sama dengan adanya campur tangan kepada teaching factory.
unit produksi jasa boga yaitu tamatan unggul dan Unit produksi dapat memanfaaatkan semua
wirausahan, akan tetapi pada misi unit produksi sumber daya yang ada pada unit produksi seperti
busana adanya penekanan pada pusat informasi, guru, siswa, peralatan, dan pemasaran yang
karena dengan kerja sama yang banyak dan digunakan oleh unit produksi tersebut. Hal yang
pelanggan yang loyal menjadikan unit produksi menarik menurut peneliti dalam pembelajaran
untuk menjadi pusat informasi. Misi unit kewirausahaan adalah ketika siswa OJT. Siswa
produksi jasa kecantikan juga sama dengan diberi pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi
unit produksi busana, berbeda pada keahlian program studi. Kebijakan bagian yaitu ketika ada
unggulan yang ada di unit produksi yaitu dengan siswa yang memasarkan produk atau melayani
meyiapkan lulusan untuk menjadi wirausahawan jumlah pelanggan lebih banyak dari target, maka
atau beutican dan hairdresser. siswa tersebut berhak mendapatkan nilai yang
Dari keempat unit produksi adanya lebih baik dan mendapatkan bonus tersendiri
kesamaan dalam visi dan misi, akan tetapi pada dari produk tersebut. Kebijakan ini diberikan
unit produksi jasa boga, busana, dan kecantikan oleh unit produksi melalui guru yang mengampu
memunculkan karakter wirausaha. Hal ini juga mata pelajaran kewirausahaan dan produksi. Hal
ditunjang oleh beberapa program dari sekolah ini untuk memberikan motivasi pada siswa dalam
dengan mengadakan workshop entrepreneurship berwirausaha. Siswa menjadi bersemangat dalam
dan praktek-praktek di unit produksi yang memasarkan produk dan jasa yang ada pada unit
menanamkan sikap-sikap wirausaha. Program produksi.
kerja unit produksi akomodasi hotel dalam Kekuatan teaching factory adalah sarana
kewirausahaan diajarkan bagaimana cara dan prasarana yang lengkap. Teaching factory
bersikap berwirausaha melalui pekerjaan front memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya
office sebagai reception, reservation, telephone operator yaitu lokasi sekolah strategis. Teaching factory juga
dan porter. Dalam hal ini siswa diajarkan untuk memanfaatkan kemampuan siswa yang dimiliki
kerja keras yang diwujudkan dengan perilaku dengan memasarkan produk. Kemampuan
yang bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan yang digunakan adalah dengan pemasaran yang
tugas dan mengatasi hambatan yang dihadapi sederhana, yaitu door to door, pemasaran yang
ketika siswa praktek sebagai reception. secara langsung dengan menawarkan kepada
Tujuan program kerja teaching factory orang yang di sekitar kampus, tamu hotel, dan
mendukung pada misi sekolah yaitu membuat beberapa ke instansi pemerintah atau swasta.
kerja sama dengan industry dan sekolah lainnya Kelemahan yang ada di teaching factory
dan melaksanakan studi banding. Kerja sama adalah sumber daya manusia sebagai pengelola,
ini dilakukan oleh teaching factory dengan DUDI secara struktur organisasi bahwa dalam teaching
di dalam dan di luar negeri, sedangkan studi factory terdiri dari ketua, bendahara, dan sekretaris
banding dilakukan oleh sekolah atau sekolah lain serta didukung oleh unit-unit yang berjumlah
menjadi objek studi banding untuk mempelajari empat (akomodasi hotel, kecantikan, busana,
teaching factory. dan tata boga). Teaching factory membutuhkan
Dari keempat tujuan unit produksi pengelola yang full time, karena selama ini
diperoleh bahwa ada kesamaan dalam pencapaian ketua teaching factory adalah guru yang sudah
tujuan, yaitu tujuan menggambarkan tingkat tersertifikasi di mana beben mengajar adalah
mutu yang perlu dicapai, terpacu pada visi dan 24 jam. Beliau mengajar selam 12 jam, dan
misi unit produksi, teaching factory, dan sekolah, jabatan menjadi teaching factory diequivalenkan
terpacu pada standar kompetensi lulusan yang 12 jam. Hal ini berari ketua teaching factory
sudah ditetapkan oleh sekolah sesuai dengan memberikan waktu selama 12 jam. Ketika dia
program studi masing-masing. Hal ini terlihat membuat laporan keuangan, menyusun beberapa
pada tujuan pada masing-masing unit produksi kebijakan teaching factory, menyiapkan beberapa
yang bersifat khusus dan spesifik tawaran jika ada moment khusus, dan lainnya

98
Agung Kuswantoro dkk. / Journal of Educational Research and Evaluation 1 (2) (2012)

dikerjakan oleh pengelola unit produksi yang Simpulan


sudah diequivalenkan dan diakui oleh sekolah.
Kelemahan lain adalah teaching factory belum Simpulan dalam Penelitian ini adalah
memiliki outlet-outlet sebagai mana dalam sebuah (1) Adanya kesamaan identifikasi kebutuhan
perusahaan yang menjual produk dan jasa yang dan masalah dari masing-masing unit produksi
akan dilayani. Selama ini, teaching factory hanya yang mengadopsi dari teaching factory, (2)
menjualkan secara door to door. Artinya bahwa Kebijakan pokok teaching factory yaitu tiap unit
penjualan dilakukan dengan secara langsung. produksi wajib melaporkan kegiatan, program
Peluang teaching factory adalah adanya dan keuangan kepada teaching factory tiap akhir
kerja sama dengan luar negeri seperti Malaysia bulan. Kebijakan umum yaitu siswa kelas X
dan Singapura, maka hal ini dapat memberikan mendapatkan pengenalan kewirausahaan,
bagi teacing factory dalam memperluas atau kelas XI terlibat secara langsung di teaching
mengembangkan teaching factory di berbagai dunia factory dan siswa memasarkan produk dan jasa
industri dan dunia usaha yang diluar negeri. dari yang telah dibuat, kelas XII keterlibatan
Ancamannya adalah ketika teaching factory praktek di teaching factory berkurang karena
menolak akan pesanan berupa produk dan jasa fokus pada Ujian Nasional. Kebijakan bagian
dari pelanggan. Ancaman ini dapat dihindari teaching factory adalah tiap unit produksi diberi
dengan adanya pengelola yang lebih full time. kewanangan dalam merumuskan masalah
Pengelola yang full time dapat mengurangi dan seperti visi, misi dan tujuan serta program unit
menghindari dari penolakan order. produksi, serta guru yang mengampu di teaching
Pengembangan yang paling utama adalah factory dapat memberikan nilai lebih bagi siswa
pada pengembangan sumber daya manusia. yang mampu memasarkan lebih dari target
Pengembangan sumber daya manusia menjadi yang ditentukan, (3) Strategi yang digunakan
focus utama dalam teaching factory. Karena dalam penelitian ini dengan pendekatan analisis
teaching factory membutuhkan pengelola yang full SWOT. Kekuatan teaching factory yaitu sarana
time. Kendala yang selama ini adalah menolak dan prasarana yang memadai, produk dan jasa
tawaran dari pelanggan, karena tenaga yang yang dihasilkan sudah dikenal orang, kreativitas
terbatas. Mengingat beban kinerja guru yang siswa yang tinggi, siswa memiliki pangsa pasar
tinggi, maka dibutuhkan sumber daya manusia tersendiri, letak teaching factory yang strategis,
dari luar, yaitu dengan merekrut tenaga dari luar DUDI yang kuat, dan kepemimpinan kepala
sekolah. Hal ini digunakan agar sekolah dapat sekolah. Kelemahan teaching factory adalah
memproduksi dan melayani jasa dari pelanggan. sumber daya manusia terutama pengeloa
Evaluasi pendahuluan dilakukan teaching factory, belum memiliki outlet-outlet
dengan menanyakan pada unit produksi dan yang menjual produk dan jasa teaching factory,
jasa mengenai order dari masing-masing unit pemasaran produk dan jasa teaching factory masih
produksi dan jasa. Setiap unit produksi dan jasa sederhana. Peluang teaching factory adalah adanya
memiliki kegiatan dan program tersendiri. Dari kerjasama dengan beberapa DUDI di luar negeri
kegiatan dan program tersebut, teaching factory dapat memperluas pangsa pasar di luar negeri,
mengecek setiap kegiatan dan program yang akan ekspansi pasar pada instansi pemerintah dan
dilaksanakan atau yang sedang dilaksanakan. swasta, dan memanfaatkan moment-moment
Karena antar unit produksi dan jasa memiliki tertentu yang berkaitan dengan produk dan jasa
kegiatan dan program yang berbeda-beda. yang dihasilkan oleh teaching factory. Ancaman
Sehingga berpengaruh pada omzet teaching factory, teaching factory adalah penolakan order yang akan
ketika teaching factory omzet menurun, maka mengakibatkan pada menurunnya kepercayaan
teaching factory mengkajinya. Sebagaian besar pelanggan, (4) Pengembangan teaching factory
permasalahan omzet menurun adalah ketika melalui peningkatan kualitas produk dan jasa
memasuki bulan Juni, Juli, dan Agustus. Hal ini melalui pengakuan Kementerian terkait. Sumber
diakibatkan oleh karena siswa tidak beraktivitas daya manusia yang professional sesuai dengan
atau tidak memproduksi dan melayani jasa yang kompetensi yang berdasarkan standar quality yang
ada di teaching factory. Hal ini dapat dihindari dimiliki oleh siswa, dan partisipasi masyarakat
dengan cara mengangkat pegawai baru dari luar atau swasta dalam memberikan modal kepada
sekolah. Karena sebuah factory atau perusahaan teaching factory, sehingga tidak hanya bergantung
jika tidak memproduksi akan barang, maka dapat pada pemerintah atau bantuan dari pemerintah.
dikatakan perusahaan tersebut tidak beroperasi. Pengembangan lokasi melalui outlet-outlet

99
Agung Kuswantoro dkk. / Journal of Educational Research and Evaluation 1 (2) (2012)

sebagai upaya meningkatkan pemasaran, (5) Daftar Pustaka


Evaluasi pendahuluan teaching factory dilakukan
melalui pelaporan keuangan yang dibuat oleh Adriyanto, Mohamad. 2011. 16 Prinsip Pendidikan Vo-
masing-masing unit produksi, dan koreksi kasional dari Prosser. Yogyakarta: UNY. didown-
load pada www.1ptk.blogspot.com pada tang-
terhadap kegitan yang telah dilakukan pada
gal 3 Agustus 2012
moment tertentu. Selain itu, adanya SOP pada Bambang dan Suci. 2006. Manajemen Unit Produk-
setiap langkah kerja di unit produksi dijadikan si dan Jasa. http://sucianimade.blogspot.
sebagai evaluasi pendahuluan. com/2009/04/pendidikan-dan-pelatihan-
Saran dalam penelitian ini adalah (1) manajemen-unit. html. didownload tanggal 12
Bagi teaching factory, perlu adanya keseragaman Januari 2012
dalam membuat program-program kegiatan Badan Pusat Statistik (BPS). 2012.Tingkat Pengang-
yang berdasarkan waktu seperti program jangka guran Terbuka (TPT)Menurut Pendidikan Tinggi
panjang, menengah, dan pendek. Karena tidak yang Ditamatkan 2010-2011. www.bps.go.id
Bimbingan Konseling. 2012. Data Prosentase Ket-
semua unit produksi dan jasa memiliki program
erserapan Tamatan Tahun 2009/ 2010 sampai
berdasarkan waktu. Selain itu teaching factory, 2010/2011. BK SMK Negeri 6 Semarang
seharusnya memiliki kebijakan yang luas Guruvalah. 2010. Kepala Sekolah sebagai Wirausahawan.
dalam mengelola di unit-unit produksi dengan www.dc96.4shared.com/doc. 23 Maret 2012
memberikan perumusan masalah (visi, misi, dan Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen.Yogyakarta:
tujuan) teaching factory untuk dibackground menjadi UGM Press
perumusan masalah di unit-unit produksi. Hanafi, Mamduh. 2003. Manajemen.Yogyakarta:
Dengan kebijakan luas teaching factory dapat YKPN
memberikan perintah dan wewenang kepada Hasibuan, Malayu, SP. 2001. Manajemen. Jakarta:
Bumi Aksara
unit produksi, (2) Bagi sekolah, seharusnya
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Bahan Pela-
sekolah menempatkan teaching factory sejajar tihanPengutan Metodologi Pembelajaran Berdasar-
dengan sekolah, bukan teaching factory berada kan nilai-nilai Budaya untuk membentuk Daya
di bawah sekolah. Hal ini menjadikan teaching saing dan karakter Bangsa. Jakarta: Badan Pene-
factory dalam memberikan keputusan terutama litian dan Pengembangan Kurikulum
dalam koordinasi harus melibatkan kepala Moleong, Lexy, J. 2010. Metodelogi Penelitian. Bandung
sekolah, sehingga menjadikan ketidaknyamanan : PT Remaja Rosdakarya
dalam membuat keputusan bagi pengelola SMK Negeri 6 Semarang. 2012. Visi dan misi SMK Neg-
teaching factory, (3) Bagi sekolah lain, sebagai eri 6 Semarang. http://smkn6smg.sch.id/
Sagala, 2009. Memahami Organisasi Pendidikan. Band-
bahan referensi dalam mengembangakn teaching
ung : Alfabeta. Sugiyono. 2009. Memahami
factory dan kweirausahaan (4) Bagi peneliti lain, Penelitian Kualitas. Bandung : CV Alfabeta
dibutuhkan penelitian lanjutan yang mengkaji Suprojo, Pusposutarjo. 1999. Pengembangan Budaya
tentang pengorganisasian, penggerakan, Kewirausahaan melalui Matakuliah Keahlian.
dan pengawasan teaching factory atau model Disampaikan dalam Semiloka Wawasan En-
permodalan yang ada di teaching factory, dan trepreneurship. IKIP Yogyakarta pada tanggal
lainnya. 17 dan 19 Juli 1999
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara

100

Anda mungkin juga menyukai