Rra1b109016 781
Rra1b109016 781
Rra1b109016 781
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Levita Rachmawati
RRA1B109016
I. PENDAHULUAN
SMA PGRI 2 Kota Jambi dalam menulis cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur
pembangun cerpen.
penelitian ini diharapkan akan membantu pembelajaran cerpen di sekolah. Maka
dari itu, peneliti menfokuskan penelitian ini dengan judul “Kemampuan menulis cerpen
siswa kelas X 1 SMA PGRI 2 Kota Jambi.
Hakikat Kemampuan
Menurut Alwi (2002: 707) bahwa kemampuan (ability) dimaksudkan sebagai
kesanggupan (capasity), kecakapan dan kekuatan seseorang untuk melaksanakan
pekerjaannya. Kemampuan mengandung berbagai unsur seperti keterampilan manual dan
intelektual, bahkan sampai kepada sifat-sifat pribadi yang dimiliki. Unsur-unsur ini juga
mencerminkan pendidikan, latihan dan pengalaman yang dituntut sesuai rincian kerja.
Kemampuan sesungguhnya merupakan suatu unsur pelaksanaan kerja yang diperlukan
untuk memungkinkan para karyawan bekerja dengan cara tertentu.
Menurut Gitosudarmo dan Sudita (2008: 26) pencapaian prestasi berkaitan dengan
kemampuan menyelesaikan tujuan yang menantang (challenging goal). Sebagian orang
menyenangi tujuan-tujuan yang menantang (tujuan yang cukup berat tetapi masih
mungkin dicapai), dan sebagian lagi menyenangi tujuan yang moderat maupun rendah.
Kemampuan seseorang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Ini berarti
bahwa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan selalu masih tersedia suatu tingkatan
kemampuan yang belum dipergunakan oleh seseorang.
Pengertian Menulis
Tarigan (2008: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa grafik itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah suatu kegiatan yang menggambarkan suatu pikiran ataupun ide-ide
melalui lambang-lambang ataupun grafik.
Widyamartaya (2002: 5) menyatakan bahwa mengarang atau menulis adalah kegiatan
yang kompleks. Mengarang dapat kita pahami sebagai suatu rangkaian kegiatan seseorang
mengungkakan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk
dipahami tepat seperti yang dimasudkan pengarang.
4
Fungsi Menulis
Fungsi menulis menurut Tarigan (2008: 22) adalah
1) Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.
2) Dapat menolong penulis untuk berpikir secara kritis
3) Dapat memudahkan penulis untuk dapat merasakan dan menikmati hubungan-
hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang
dihadapi, dan menyusun urutan bagi pengalaman.
4) Menulis dapat membantu penulis untuk menjelaskan pikiran-pikiran.
Pendeskripsian tujuan menulis menurut Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008: 24-25)
adalah sebagai berikut.
1) Assigment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa
yang diberi tugas merangkum buku)
2) Altruistik purpose (tujuan altruistik)
Menulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan
para pembaca, menolong pembaca, memahami, menghargai perasaan dan penalaranya.
3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan.
4) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan
kepada para pembaca.
5) Self expresive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca.
6) Creative purpose (tujuan kreatif)
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik kesenian.
7) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara
cermat pikira-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima
oleh para pembaca.
5
Hakikat Cerpen
Dalam sastra dikenal dengan tiga macam bentuk, yaitu puisi, prosa, dan drama.
Bentuk prosa terdiri dari bermacam-macam jenis, salah satu prosa adalah cerpen. Sesuai
dengan namanya cerpen adalah cerita pendek, tetapi panjang pendek ukuran fisiknya
tidak jadi ukuran mutlak. Tidak ditentukan cerpen harus sekian halaman atau sekian kata,
walaupun cerpen mempunyai kecenderungan untuk berukuran pendek.
Tarigan (2008: 170-171) mengatakan bahwa panjang cerita pendek kurang lebih
sepuluh ribu kata, tiga puluh halaman folio, dibaca dalam 10-30 menit, mempunyai
impresi tunggal, seleksi sangat ketat dan kelanjutan cerita sangat cepat. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa cerpen dapat dibaca dalam sekali duduk.
Wiyanto (2005:96) mengemukakan bahwa menulis cerpen harus banyak
berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa yang terjadi
dalam cerpen hanya direkayasa pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat
dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-
reka oleh pengarangnya. Oleh karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita
rekaan.
Unsur-Unsur Cerpen
Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi
sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi.
Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan
atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.
Tidak mungkin sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang
hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah
masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si
pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan
temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah
masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan
menyelesaikannya.
6
Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau rancangan rahasia
guna mencapai tujuan tertentu. Rancangan tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi
semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.
Penokohan
Rofi’udin, (1999: 151) menyatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita fiksi adalah
individu rekaan. Artinya, tokoh-tokoh itu adalah ciptaan pengarangnya. Walaupun tokoh-
tokoh hanya ciptaan pengarang tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca
merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen
ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut.
Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa
dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita.
Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena
latar harus bersatu dengan teman dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang
gempal, padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar
tidak integral dengan tema dan plot.
Sudut Pandang
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek
adalah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh
ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh
bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.
7
Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
1. Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama.
Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus
diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
2. Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau
“dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan
“Nurul” misalnya.
3. Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat
pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi
komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh
dan kejadian yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah
Djamin sangat baik menggunakan teknik ini.
4. Sudut pandangan yang berkuasa. Merupakan teknik yang menggunakan
kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut
pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga
ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka
banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut
pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.
Gaya Bahasa
Amanat
Amanat (pesan) ialah sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
Penyampaian amanat (pesan) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara lisan dan cara
tulisan. Cara pertama, penyampai amanat langsung berhadapan dengan penerima sebagai
lawan bicara atau pendengar, sedangkan cara kedua, penyampai amanat tidak berhadapan
langsung dengan penerima, tetapi menggunkan perantara/alat bantu ; dapat berupa cerita,
buku (fiksi dan nonfiksi).
8
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X 1 SMA PGRI
2 Kota Jambi yang berjumlah 33 siswa.
Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil dari tulisan cerita pendek siswa
kelas X 1 SMA PGRI 2 Kota Jambi Tahun ajaran 2013/2014.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini siswa diberi tugas menulis cerpen dengan waktu 2 X 40
menit (1 X Pertemuan) dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Peneliti memberi tugas berupa tes unjuk kerja, yaitu memberi perintah menuliskan
cerpen.
2. Siswa mengumpulkan tugasnya.
3. Setelah tugas menuliskan cerpen yang dikerjakan oleh siswa terkumpul peneliti
menfotocopy karangan tersebut kemudian menyerahkan 1 eksemplar kepada peneliti 2
untuk dikoreksi berdasarkan kreteria penilaian
Dilihat dari hasil persentase, kemampuan menulis cerpen siswa kelas X 1 SMA
PGRI 2 Kota Jambi dalam hal penerapan unsur-unsur cerpen yaitu pemilihan tema
memperoleh nilai 90, berada pada frekuensi nilai 85 – 100%. 23 siswa sangat baik/sangat
mampu, 10 siswa baik/mampu. Penggunaan alur atau plot memperoleh nilai 77.65,
berada pada frekuensi nilai 75 – 84%. 13 siswa sangat baik/sangat mampu, 20 siswa
baik/mampu. Penggambaran tokoh dan penokohan memperoleh nilai 90,30, berada pada
frekuensi nilai 85 – 100%. 22 siswa sangat baik/sangat mampu, 11 siswa baik/mampu.
Mendekripsikan latar (seting) memperoleh nilai 80,68, berada pada frekuensi nilai 75 –
84%. 11 siswa sangat baik/sangat mampu, 22 siswa baik/mampu, 1 cukup baik/cukup
mampu. Penggunaan sudut pandang memperoleh nilai 81,81, berada pada frekuensi nilai
75 – 84%. 11 siswa sangat baik/sangat mampu, 21 siswa baik/mampu, 1 cukup
baik/cukup mampu. Penggunaan gaya bahasa memperoleh nilai 91,21, berada pada
frekuensi nilai 85 – 100%. 9 siswa sangat baik/sangat mampu, 24 siswa baik/mampu.
Amanat memperoleh nilai 90,60, berada pada frekuensi nilai 85 – 100%. 10 siswa sangat
baik/sangat mampu, 23 siswa baik/mampu.
Ketentuan nilai mampu diberikan kepada siswa yang mampu menulis cerpen yng
memenuhi deskriptor penilaian menerapkan unsur-unsur cerpen yaitu pemilihan tema,
penggunaan alur atau plot, penggambaran tokoh dan penokohan, mendekripsikan latar
(seting), penggunaan sudut pandang, penggunaan gaya bahasa, amanat. Dalam penerapan
tema yang diangkat merupakan masalah makna kehidupan, bersifat universal, tema yang
diangkat mampu membangkitkan reaksi emosi bagi pembaca, dan mampu menyampaikan
temanya secara tidak langsung. Pada penggunaan alur atau plot, alur yang digunakan
konsisten, alurnya masuk akal, sangat memberikan kejutan, dan adanya keutuhan dari
keseluruhan cerita yang dibangun. kemudian penggambaran tokoh dan penokohan, jika
tokoh dan penokohan mengandung unsur kewajaran, mengandung aspek imajinasi, serta
mampu menggambarkan watak tokoh secara komplek dan disampaikan secara dramatik.
Selanjutnya, mendekripsikan latar (seting), jika latarnya membuat cerita lebih logis, dapat
menggerakan perasaan atau emosi pembaca, mampu menceritakan mood atau perasaan
pembaca, dan mampu menggunakan latar sebagai tempat untuk mengungkapkan nilai-
nilai. Pada penggunaan sudut pandang, sudut pandang yang dipilih mampu melebur atau
menggabungkan tema dengan fakta cerita, mampu menyeleksi kejadian-kejadian yang
disajikan, mampu mengarahkan pembaca dan mengikuti cerita yang disajikan, dan
mampu menyadarkan pembaca tentang siapa yang sedang dipaparkan. Penggunaan gaya
bahasa, mampu memilih kata dan penggunaan kalimat yang baik, mampu menyuguhkan
12
dialog yang indah, terampil menggambarkan detail dan mampu memandang persoalan
secara bijak dan logis. Terakhir kemampuan mengemas amanat, mampu menyimpan
amanat dalam keseluruhan isi cerpen, amanat yang disampaikan mengandung ajaran
moral didaktis.
Dari tujuh unsur di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat satu unsur yang paling
rendah kemampuan siswa dalam menulis cerpen yaitu dalam mendekripsikan alur atau
plot. Mendekripsikan alur atau plot memperoleh nilai 77,65, berada pada frekuensi nilai
75 – 84%.
Saran
DAFTAR RUJUKAN