Nur M. Hakam Uas B Indo
Nur M. Hakam Uas B Indo
JAWABAN
Pembelajaran membaca permulaan dengan metode abjad dimulai dengan mengenalkan huruf-
huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan sesuai dengan bunyinya
menurut abjad.
Metode Eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang
dipaki dalam Metode Eja adalah pendekatan harfian. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-
lambag huruf. Pembelajaran Metode Eja terdiri dari pengenalan huruf A sampai dengan Z dan
pengenalan bunyi huruf atau fonem.
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du,
de, do, dan seterusnya. Kemudia suku-suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata-kata yang
bermakna.
Metode ini diawali dengan pengenenalan kata yang bermakna, fungsional, dan kontekstual.
Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata terlebih dahulu.
Metode Global adalah cara belajar membaca kelimat secara utuh. Metode Global ini didasarkan
pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan
menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode Global dapat juga diterapkan degan kalimat, tanpa
bantuan gambar.
Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran
menulis membaca permulaan bagi siswa pemula.
Langkah-langkah :
1. Guru sebagai model pembelajaran membacakan atau memutar rekaman bunyi bahasa
tersebut, seperti fonem , kata mutiara, puisi pendek dengan perlahan-lahan serta intonasi
yang jelas dan tepat.
2. Siswa meniru ucapan guru. Peniruan ini dapat dilakukan secara individu, kelompok atau
klasikal.
3. Simak kerjakan (metode integratif)
Keterampilan menulis, biasanya diberi soal. Diterapkan pada test listening. Simak, kerjakan soal.
Masuk dalam bahasa dan sastra, kaitannya dengan apresiasi. Misalnya pada pemutaran pada
pembacaan cerpen, setelah menyimak maka akan diberi apresiasi berupa menjawab unsur-unsur
instrinsik.
Langkah-langkah :
Misal,
Guru : Bentuknya bulat, kecil, panjang serta lurus. Bagian depan dibuat runcing, dapat
digunakan untuk menulis
Siswa : Pensil
Langkah-langkah :
Metode simak tulis dikenal dengan dikte/imlak. Guru mempersiapkan bahan-bahan yang akan
didiktekan kepada siswanya. Siswa menulis apa yang diucapkan oleh guru.
Misalnya :
Langkah-langkah :
Guru mengucapkan kalimat sederhana. Siswa menirukan ucapan guru. Guru mengucapkan kata
atau kelompok kata. Siswa menirukan ucapan guru. Selanjutnya siswa disuruh menghubungkan
ucapan yang pertama dan kedua sekaligus, sehingga menjadi kalimat yang panjang. Misalnya :
Langkah-langkah :
Guru membisikkan kaliamat kepada seseorang siswa. Siswa tersebut membisikkan kalimat
tersebut kepada siswa kedua, dan seterusnya sampai anak terakhir. Guru memeriksa apakah
kalimat pesan tersebut sampai kepada siswa terakhir dengan benar.
Langkah-langkah :
Siswa-siswa yang merasa malu untuk membicarakan atau bercerita dapat dibimbing dengan
pertanyaan guru, sehingga siswa bersangkutan menjawab pertanyaan guru. Pertanyaan yang
ajukan dapat berupa berbagai jenis pertananyaan sesuai dengan tema yang diajarkan. Misalnya,
untuk memperkenalkan diri siswa, guru dapat mengajukan sejumlah pertanyaan kepada siswa
mengenai nama orang tua, jumlah, umur, jumlah keluarga dan sebagainya.
Langkah-langkah ;
Metode identifikasi tema, kalimat topik, dan kata kunci ini pada prinsipnya sama. Perbedaannya
terletak pada materi yang harus diidentifikasi. Identifikasi tema untuk sebuah wacana/cerita.
Siswa disuruh menerka tema/topik/ judulnya. Kalimat topik untuk semua paragraf. Sedangkan
kata kunci untuk sebuah kalimat. Apabila hal ini belum dapat dilaksanakan, guru dapat melatih
siswa dengan cara memberikan pertannyaan yang memancing ke arah pengidentifikasian yang
tepat. Hal ini juga baik untuk mengembangkan diskusi kelas/kelompok, yang berarti pula
memupuk kerjasama antar siswa. Contoh :
Guru bercerita siswa menyimak cerita tersebut dengan seksama. Guru berhenti bercerita,
ceritanya baru sebagian. Cerita dilanjutkan oleh anak secara bergilir sampai cerita itu selesai
sebagai suatu keutuhan. Cerita seperti ini seolah memaksa siswa untuk menyimak dengan teliti
jalan ceritanya sambil menghayati cerita tersebut. Mengapa ? Karna siswa harus menyelesaikan
cerita secara bergilir. Misalnya :
Murni suka sekali makan rujak. Suatu hari ketika hari masih pagi, Murni sudah menguliti mangga
mentah, nenas, jambu dan sebagainya. Kemudian ia membuat sambal terasi. Diaduknya buah-
buahan tersbut dengan sambal terasi. Seterusnya ia makan dengan lahapnya.
Cerita diatas disampaikan oleh guru, selanjutnya guru menyuruh seoaran siswa untuk meneruskan
cerita tersebut.
Anak pertama : Marni terlalu banyak makan rujak tersebut. Tidak lama kemudian perutnya sakit.
Sebentar-sebentar ia kebelakang.
Guru kemudian menugaskan siswa lainnya untuk melanjutkan cerita tersebut sesuai dengan
pendapat masing-masing siswa tersebut.
Anak kedua : Ibunya mengetahui Marni sakit akibat makan rujak, ibunya memarahi Marni , yang
suka berkali-kali diingatkan oleh ibunya, agar tidak terlalu banyk makan rujak.
Demikian seterusnya hingga cerita tersebut dirasakan cukup. Dalam hal ini tugas guru adalah
memberikan pengutan bahwa sejelek apapun karya siswa adalah yang terbaik bagi siswa tersebut
sehingga layak dihargai. Karna karya tersebut adalah hasil dari buah pikirannya sendiri.
Paraprase berarti alih bentuk, dalam pembelajaran bahasa, paraprase biasanya diwujudkan dalam
bentuk pengalihan bentuk puisi ke prosa atau memprosakan sebuh puisi. Guru mempersiapkan
puisi sederhana yang sekiranya sesuai dengan karakteristik kelas yang dibelajarkan. Puisi tersebut
dibacakan kepada siswa dan siswa menyikam dengan seksama. Pembacaan puisi tersebut
hendaknya dengan jeda yang jelas dan intonasi yang tepat. Setelah selesai siswa disuruh bercerita
isi puisi dengan bahasanya sendiri dalam bentuk prosa.
Merangkum berarti menyingkat atau meringkas dari bahan yang telah disimak. Dengan kata lain
menyimpulkan bahan simakan secara singkat dan kata-katanya sendiri. Siswa mencari intisari
bahan yang disimaknya. Bahan yang disimak sebaiknya wacana yang pendek dan sederhana sesuai
dengan tingkat kematangan anak.