Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 HIPERTENSI

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang

dibebabkan satu atau beberapa factor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya

dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Wijaya & Putri, 2017)

Hipertensi adalah darah sistolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi merupakan pembunuh

diam-diam karena sangat jarang gejala dapat dilihat pada tahap awal sampai terjadi krisis

medis yang sangat jarang dapat dilihat pada thap awal sampai terjadi krisis medis yang

parah seperti serangan jantung, stroke, atau penyakit ginjal kronis (Singh et al, 2017).

Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas

140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolic sama dengan atau diatas 90 mmHg. Darah

dibawa dari jantung ke seluruh bagian tubuh di pembuluh darah. Setiap kali jantung

berdenyut, ia memompa darah ke pembuluh darah. Tenakan darah tercipta dengan

kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa oleh

jantung. Semakin tinggi tekanan semakin keras jantung harus dipompa (WHO, 2013)

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan hipertensi atau

tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan Ketika seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal atau tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg dan

diastoliknya di atas 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka

waktu lama dapat menyebabkan gagal ginjal, penyakit jantung coroner, stroke bila tidak

dideteksi secara dini

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :


1. Hipertensi Hipertensi Primer

Penyebab dari hipertensi ini belum diketahui, namun factor resiko yang

diduga kuat adlah karena beberapa factor berikut ini (Riyadi S, 2011) : keluarga

dengan riwayat hipertensi, pemasukan sodium berlebih, konsumsi kalori berlebih,

kurangnya aktivitas fisik, pemasukkan alcohol berlebih, rendahya pemasukkan

potassium, lingkungan. Selain itu adapula faktor-faktor yang diduga berkaitan

dengan berkembangnya hipertensi primer diantaranya (Ardiansyah, M. 2012) :

genetik, kelamin, diet tinggi garam atau kandungan lemak, berat badan atau obesitas,

gaya hidup mengkonsumsi alkohol dan merokok

2. Hipertensi Sekunder

Penyebab dari hipertensi jenis ini secara spesifik seperti : penggunaan

ekstrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan (Riyadi, S. 2011). Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,

penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah

kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB) (Kemenkes RI,

2014).

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah sebagai berikut :

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan

diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg

2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan

diastolik 91-94 mmHg

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160

mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII (The Eighth Joint National Committe)

yang didasarkan pada rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau
lebih kunjungan klinis untuk pasien dewasa (umur ≥18 tahun). Klasifikasi tekanan darah

tersebut mencakup empat kategori dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS)

<120 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg. Prehipertensi dianggap

sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien yang tekanan darahnya cenderung

meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang.

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII

Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik

(mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertensi stage II ≥160 ≥100

2.1.4 Manifestasi Klinis

Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun ada

kalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya

hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi atau

melalui pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh (Kirana, Rahardja dan Tan

Hoan Tjay, 2010).

Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.

Penderita hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik akan mempunyai risiko besar

untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskuler seperti stroke, serangan jantung, gagal

jantung dan gagal ginjal.

Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain sakit kepala

(rasa berat di tengkuk), nausea, vomiting, ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri

dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan

tidur (Udjianti, 2013).


2.1.5 Faktor Risiko Hipertensi

Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai factor. Faktor risiko hipertensi dibagi

menjadi dua, yaitu:

1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat diubah,

antara lain :

a. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Denganbertambahnya umur,

risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Pada usia lanjut, hipertensi terutama

ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Kejadian ini disebabkan

oleh perubahan struktur pembuluh darah besar

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria mempunyai

risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik

dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang

cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun, setelah memasuki menopause,

prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun,

hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan pria akibat factor

hormonal.

c. Genetic

Riwayat kaluarga dekat yang menderita hipertensi (factor keturunan) juga

meningkatkan risiko hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial).

Tentunya factor lingkungan lain ikut berperan. Factor genetic juga berkaitan

dengan metabolism pengaturan garam dan rennim membrane sel. Bila kedua

orangtuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun keanak-anaknya


dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekita 30%, akan

turun ke anak-anaknya.

2. Faktor risiko yang bisa diubah

Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi

antara lain meroko, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih, jurang aktivitas fisik,

berat badan berlebih/kegemukan, konsusi alcohol, dislipidemia, dan stress

a. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang

dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh yaitu perbandingan antara berat badan

dengan tinggi badan kuadray dalam meter. Obesitas bukanlah penyebab

hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko

relative untuk menderita hipertnesi pada orang-orang gemuk 5 kali tinggi

dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita

hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight)

b. Merokok

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan kabron monoksida yang dihisap

melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses artereosklerosis dan

tekanan darah tinggi. Meroko juga meningkatkan denyut hjantung, sehingga

kebutuhan oksigen otot-otot jantung bertambah. Merokok pada penderita tekanan

darah tinggi akan semakin meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah arteri

c. Kurang aktivitas fisik

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan

bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan melakukan olah raga aerobic

yang teratur tekanan darah dapat turun, meskipun berat badan belum turun

d. Konsumsi garam berlebihan


Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik

cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan

tekanan darah. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang,

ditemukan tekanan darah rerata yang rendah, sedangkan pada masyarakat asupan

garam sekitar 7-8 gram darah rerata lebih tinggi.

e. Dislipidemia

Kelainan metabolism lemak ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol

total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunkan kadar kolesterol HDL

dalam darah. Kolesterol merupakan daktor penting dalam terjadnya aterosklerosis,

yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer pembuluh darah

sehingga tekanan darah meningkat

f. Konsusi alcohol berlebih

Pengaruh alcohol terhadap kenaikan darah telah dibuktikan, namun

mekanismenya masih belum jelas. Diduga peningkatan kertisol, peningkatan sel

darah merah dan peningkatan kekentalan darah berperan dalam kenaikan tekanan

darah

g. Psikososial dan stress

Stresa tau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam, rasa

takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone

adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga

tekanan darah meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

Menurut studi Framingham, wanita usia 45-64 tahun mempunyai sejumlah

factor psikososial seperti keadaan tegang, masalah rumah tangga, tekanan

ekonomi, stre harian, mobilitas pekerjaan, ansietas dan kemarahan terpendam.


Kesemuanya ini berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan manifestasi

klinik penyakit kardiovaskuler apapun.

2.1.6 Penatalaksanaan Hipertensi

Tekanan darah tinggi dapat dikurangi dengan menggunakan obat. Efek

penggunaan obat dapat mengganggu kualitas hidup dan efek resistensi insulin terhadap

metabolism tubuh. Penggunaan obat saja tidak cukup untuk mengatasi kejadian hipertensi,

baik yang belum terdiagnosis maupun sudah terdiagnosis sehingga perlu dilakukan

intervensi pada gaya hidup (Hinderliter et al, 2011).

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi

adalah dengan melakukan program gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, olah raga

teratur, mengurangi asupan garam natrium, lemak, banyak konsumsi buah dan sayur,

mengontrol berat badan, menciptakan suasana rileks dan lain-lain. Seseorang yang

trdiagnosis hipertensi diperlukan pengobatan hipertensi dalam mengurangi morbilitas dan

mortalitas kardiovaskuler akibat dampak kelanjutan dari tekanan darah tinggi. Perubahan

gaya hidup juga diperlukan terutama diet rendah garam. (Arifin, 2016).

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan obat medifikasi gaya hidup.

Modifikasi gaya hidup dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari 1/4 – 1/2

sendok the (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman beerkafein,

rokok, dan minuman berakhohol. Olah raga dianjurkan bagi penderita hipertensi, seperti

jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5x/minggu. Perlu

juga cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Pemilihan dan penggunaan obat

hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter (Kemenkes RI, 2014)

Adapun makanan yang harus dihindari atau dibatasi olej penderita hipertensi

adalah :

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih)
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, cracker, keripik

dan makanan kering yang asin)

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-

buahan dalam kaleng, soft drink)

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,

udara kering, telur asin, selai kacang

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani

yang tinggi kolesterol sepeti daing merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam)

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta

bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium

7. Alcohol dan makanan yang mengandung alcohol seperti durian, tape (Kemenkes RI,

2014)

2.1.7 Komplikasi

Ada beberapa faktor dari komplikasi hipertensi (Soeryoko, 2010) :

1. Stroke

Stroke adalah penyakit otak yang disebabkan berhentinya suplai darah ke

otak, stroke merupakan salah satu penyakit komplikasi akibat tekanan darah tinggi.

Penyakit stroke sangat di takuti masyarakat karena dapat mengakibatkan berhentinya

aktivitas hidup, baik pada sebagian anggota badan maupun total (meninggal).

2. Serangan Jantung

Ketika seseorang menderita tekanan darah tinggi kronis (bertahun-tahun),

ada dua orang yang paling rawan mengalami gangguan, yaitu ginjal dan jantung.

Ginjal merupakan penghasilan hormon pengatur takana darah, pada kondisi tekanan

darah tinggi ginjal harus bekerja ekstra keras dan dalam kondisi tidak nyaman.

Sedangkan jantung dalam kondisi tekanan darah tinggi terus menerus memompa

darah lebih keras dibandingkan dalam kondisi normal. Pemompaan ini bertujuan
untuk mengalirkan darah merata ke semua organ tubuh namun bila pemompaan ini

terus menerus terjadi dalam kondisi berat atau tidak nyaman maka kondisi ini

menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropi) atau pembengkakan ventrikel kiri.

Akibat yang menimbulkan LVH tersebut adalah penderita hipertensi merasakan nyeri

dada, sesak nafas dan mudah lelah ketika beraktivitas.

3. Edema paru

Edema paru adalah pembengkakan yang terjadi di dalam paru. Edema paru

menunjukkan adanya akumulasi cairan di dalam paru, paru dapat mengalami

pembengkakan akibat tekanan darah tinggi. Seperti kita ketahui dalam kaitannya

dengan tekanan darah, terdapat dua hal yang harus di ukur yaitu sistole dan diastole.

Bila terjadi beban yang berlebihan pada ventrikel kiri pada saat sistole maka terjadi

resiko terjadinya embengkakan paru semakin besar, demikian pula bial bila terjadi

beban pada saat diastole, volume paru akan membesar. Paru yang mengalami

pembengkakan menyebabkan penderita kekurangan okssigen karena ruang untuk

oksigen telah tertutupi oleh cairan, akibat yang lebih parah adalah penderita merasa

seperti dicekik, tidak bisa bernafas dan timbul ketakutan yang luar biasa. Ketakutan

dan kesulitan bernafasini menambah beban jantung dan menurunkan fungsi jantung

karena kekurangan oksigen. Bila kejadian ini tidak segera ditangani penderita akan

meninggal dunia.

4. Gagal ginjal

Gagal ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat lagi melakukan

fungsinya lebih baik. Ginjal tidak mampu lagi mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit Keadaan semacam ini menyebabkan penumpukan

urea dan sampah nitrogen di dalam darah. Seseorang yang megalami gagal ginjal dan

tidak melakukan cuci darah secara teratur ditandai dengan rasa sakit yang luar biasa

pada sekujur tubuh maupun tidak bisa tidur. Selain itu, gejala tersebut sering kali
diikuti keinginan untuk muntah terus-menerus, hal ini terjadi karena darah telah

bercampur dengan berbagai racun atau sampah darah.

5. Kebutaan

Tidak sedikit penderita hipertensi berakhir dengan kebutaan permanen.

Kebutaan ini muncul akibat hipertensi yang berlangsung selama bertahun-tahun atau

yang disebut dengan hipertensi kronis. Pada penderita tekanan darah tinggi, tekanan

pada bola mata dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah mata. Akibatnyan

mata tidak mendapatkan pasokan mutrisi yang dibawa oleh darahtersebut, pada kasus

tertentu tekanan darah pada bola mata ini diikuti dengan keluarnya bola mata

sehingga penderita seperti melotot.

6. Pendengaran menurun

Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita hipertensi adalah

menurunnya fungsi pendengaran. Selain itu, telinga sering berdenging sepanjang hari

namun hal tersebut terjadi pada penderita hipertensi menahun. Hipertensi akut atau

hipertensi baru belum memberi dampak yang hebat, pendengaran yang tidak

mendapatkan penanganan yang memadai bisa mengurangi kualitas hidup karena

akan menggangu komunikasi dengan orang lain.

2.2 USIA DEWASA MUDA

Dewasa muda merupakan tahapan dalam perkembangan kehidupan manusia yang

harus dijalani. Masa muda seseorang diawali dengan masa transisi dari masa remaja

menuju dewasa muda yang melibatkan eksperimentasi dan eksplorasi yang disebut

emerging adulthood. Perkembangan dewasa dibagi menjadi 3, yaitu dewasa muda (young

adulthood) dengan usia antara 20-40 tahun, dewasa menengah (middle adulthood) dengan

usia anatara 40-65 tahun dan dewasa akhir (late adulthood) dengan usia ≥ 65 tahun.

Usia dewasa muda menurut WHO yaitu usia 20-44 tahun. Usia ini disebut juga

usia prakerja pada kelompok populasi dengan usia tertentu. Rentang usia 20-44 tahun
merupakan usia dimana manusia sudah matang secara fisik dan biologisnya. Pada usia ini

pula manusia sedang berada pada puncak aktivitas yang cenderung lebih berat dari usia

remaja dan lansia. Padarnya aktivitas menyebabkan seseorang mengalami stress.

Timbulnya stress dapat mengubah fungsi-fungsi normal tubuh yang berpengaruh terhadap

pola makan seseorang dan menimbulkan penyakit degenerative seprti hipertensi

(Pebriyandini, 2015).

2.3 GAYA HIDUP

Gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk menjaga Kesehatan dan

merupakan bagian yang terpenting dalam hipertensi. Semua penderita hipertensi harus

melakukan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah. Perubahan gaya hidup

juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada penderita dengan

tekanan darah prahipertensi (Panjaitan, 2015)

Gaya hidup yang mengagungkan sukses, kerja keras, dalam situasi penuh tekanan,

dan stress yang berkepanjangan merupakan hal paling umum serta kurang beralahraga dan

berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alcohol dan kopi, padahal semuanya

termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan risiko hipertensi (Muhannadun, 2010)

Hipertensi berkaitan erat dengan pola hidup manusia. Hipertensi dapat dicegah

dan diatasi dengan diet yang sehat, aktivitas fisik teratur, emnghindari konsumsi alcohol,

mempertahankan berat abdan dan lingkar pinggang ideal, serta hidup dilingkungan bebas

asap rokok. Yang dimaksud dengan diet sehat adalah makanan dengan kalori berimbang

banyak buah dan sayuran, produk makanan dan susu rendah lemah jenuh, rendah

kolestrerol, rendah garam dan gula (Kemenkes RI, 2013).

2.5 Faktor penyebab hipertensi

Faktor penyebab hipertensi dikalangan usia muda adalah sebagai berikut:

1. Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko mendapatkan

hipertensi karena disebabkan oleh perubahan dalam tubuh yang dapat memperngaruhi

hormon, pembuluh darah dan jantung

2. Lingkungan (stres)

Stress juga memiliki pengaruh terhadap hipertensi apabila seseorang stress

akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis sehingga dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah

3. Gaya hidup tidak sehat (life style)

a. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi,

sebab rokok mengandung nikotin, nikotin dapat menyebabkan penyempitan

pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan

darah yang lebih tinggi. Merokok dipengaruhi oleh faktor sosial atau lingkungan,

dewasa muda akan mencari jati dirinya dan belajar menjalani hidup dengan

melihat apa yang dilakukan orang lain dan kemudian akan mencobanya termasuk

kebiasaan merokok.

Menghisap sebatang rokok akan memberi pengaruh besar terhadap naiknya

tekanan darah. Ini karena asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia

yang 200 diantaranya beravun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker

bagi tubuh.

Kebiasaan merokok merupakan salah satu factor penyebab penyakit

hipertensi. Zat nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan pelepasan

epinefrin yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri. Zait

lain dalam rokok adalah Karbon monoksida (Co) yang mengakibatkan jantung

akan bekerja lebih berat untuk memberi cukup oksigen ke sel-sel tubuh. Rokok
berperan membentuk arterosklerosis dengan cara meningkatkan pengumpulan sel-

sel darah.

b. Aktifitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik pada jaman sekarang, seseorang dewasa muda

lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja, sehingga sangat jarang untuk

melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur. Pada orang yang tidak

aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung

yang lebih tinggi. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat menyebabkan terjadinya

obesitas yang dapat meningkatkan tekanan darah. Olahraga ringan dapat

membantu jantung mereka tetap kuat dengan membuat pembuluh darah tidak kaku

sehingga jantung bisa memompa darah dengan lebih mudah dan menurunkan

tekanan darah. Olaharaga ringan berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-

25 menit dengan frekuensi 3-5 kali perminggu.

Kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan risiko hipertensi karena

meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang kurang melakukan

aktivitas fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi

sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin

keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang

dibebankan pada arteri (Simanullang, 2018)

Aktivitas fisik dapat mencegah perkembangan hipertensi dengan

mengurangi brat badan, resistensi pembuluh darah, kekakuan arteri, stress

oksidatif, peradangan, dan aktivitas system renin-angiotensin juga dengan

meningkatkan fungsi endotel, sensitivitas insulin, fungsi ginjal, penanganan

natrium, aktvitas parasimpatis, angiogenesis, kepatuhan arteri dan diameter lumen

arteri (Shimbo, 2016)


Aktivitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung

secara keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif umumnya mempunyai tekanan

darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkena tekanan darah tinggi. Mereka

yang secara fisik aktif cenderung mempunyai fungsi otot dan sendi yang lebih

baik, karena organ-organ lebih kuat dan lentur. Aktivitas seperti gerakan atau

Latihan aerobic bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran,

serta ketahanan kardio-respirator (Hasanudin, 2018)

c. Pola makan tidak sehat

Pola makan dapat diartikan suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk

melakukan sesuatu. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan

sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola

makan juga ikut menentukan kesehatan bagi tubuh. Pola makan yang sering

dikonsumsi dewasa muda yaitu makanan siap saji, maupun makanan yang banyak

mengandung lemak atau minyak dan tinggi garam. Makin tinggi lemak

mengakibatkan kadar kolesterol dalam darah meningkat yang akan mengendap dan

menjadi plak yang menempel pada dinding arteri, plak tersebut menyebabkan

penyempitan arteri sehingga memaksa jantung bekerja lebih berat dan tekanan

darah menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi.

Pola makan merupakan salah satu factor penyebab terjadinya berbagai

penyakit salah satunya adalah hipertensi. Menjaga pola makan yang baik yaitu

dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayur, mengurangi asupan yang banyak

mengandung lemak dan asupan garam merupakan cara untuk mengruangi atau

menghindari hipertensi (Rihiantoro & Widodo, 2017)

Seseorang yang tidak sehat pola makannya maka peluang untuk menderita

hipertensi semakin tinggi. Banyaknya seseorang yang mengkonsumsi makanan

yang banyak mengandung kadar lemak jenuh tinggi, garam natrium tinggi,
makanan dan minuman dalam kaleng, makanan yang diawetkan dan makanan

mengandung alcohol. Makanan yang tidak sehat tersebut dapat menyebabkan

terjadinya hipertensi.

Seseorang yang tidak sehat pola makannya maka peluang untuk menderita

hipertensi semakin tinggi. Banyaknya seseorang yang mengkonsumsi makanan

yang banyak mengandung kadar lemak jenuh tinggi, garam natrium tinggi,

makanan dan minuman dalam kaleng, makanan yang diawetkan dan makanan

mengandung alcohol. Makanan yang tidak sehat tersebut dapat menyebabkan

terjadinya hipertensi.

2.5 Kerangka Teori

Faktor risiko
hipertensi

Faktor yang tidak Faktor yang dapat


dapat di ubah diubah

Obesitas
Usia
Hipertensi
Kebiasaan Merokok
Jenis Kelamin

Aktivitas fisik
Riwayat keluarga Usia dewasa muda
(20-40 tahun)
Pola makan
Genetik
Kebiasaan istirahat

Minuman berkafein

Dislipidemia

Konsumsi alcohol
berlebih

Psikososial dan
stres

Anda mungkin juga menyukai