Anda di halaman 1dari 3

TUGAS SEJARAH

NAMA : DEWA KETUT RYAN ANANTA PURNAMA

NO : 10

KELAS : XII MIPA 1

Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru, terutama
terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru pada awal
kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul
suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo. Hal ini
menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut.
Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan
yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.

Pemerintahan Orde Reformasi yang pada awalnya bercita-cita memangkas semua kesalahan
yang dilakukan pemerintahan Orde Baru ternyata dalam menjalankan pemerintahan tidak jauh
berbeda dengan pola lama Orde Baru. Hal tersebut terlihat dari adanya budaya rangkap jabatan.
Padahal salah satu tuntutan dari agenda reformasi adalah penghapusan rangkap jabatan.

Sebagai era keterbukaan, reformasi banyak dimaknai oleh masyarakat sebagai kebebasan yang
berlebihan. Masyarakat terjebak oleh euforia kebebasan yangtelah menimbulkan bahaya
disintegrasi nasional dan sosial. Peristiwa-peristiwa ini muncul pada masa kemelut akibat transisi
dari masa Orde Baru ke Orde Reformasi dalam pemerintahan Republik Indonesia. Pelaksanaan
Reformasi di Indonesia memberi dampak bagi masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang,
yaitu:

A) Bidang Politik

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik.
Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak di
pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan
adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Pada dasarnya secara de jore
(secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat,
tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga
sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme).
1. MPR hasil Pemilu 1999 mengeluarkan amandemen terhadap UUD 1945,

-Hasil amandemen UUD 1945 pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 bahwa MPR hasil Reformasi
tidak lagi memiliki wewenang memilih, mengangkat presiden, dan menetapkan GBHN
serta MPR hasil Reformasi hanya terdiri dari DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu
legislatif.

-Penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan pendegradasian status DPA sebagai
pembantu presiden.

1. Adanya perangkapan jabatan yang dilakukan oleh beberapa pejabat pemerintahan


sehingga mengakibatkan tidak dapat berkonsentrasi penuh pada jabatan politik.
2. Pelaksanaan otonomi daerah banyak terdapat penyimpangan.

B) Bidang Sosial

1. Munculnya unjuk rasa terhadap kinerja dan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbukaan dan kebebasan bagi masyarakat
untuk ikut serta dalam memberikan tanggapan dan kritikan kepada pemerintah.
2. Munculnya aksi unjuk rasa menyebabkan masing-masing kelompok dalam masyarakat
saling menjatuhkan sehingga menimbulkan terjadinya perpecahan bangsa atau
disintegrasi bangsa.

C) Bidang Pertahanan dan Keamanan

Adanya alam kebebasan dan keterbukaan menyebabkan setiap orang berusaha untuk
mengemukakan asprasinya secara bebas tanpa ada tekanan, sehingga di Indonesia muncul
gerakan-gerakan separatisme yang didasarkan pada sifat kesukuan atu etnik, kepentingan partai
politik, dan kepentingan masing-masing kelompok masyarakat. Peristiwa-peristiwa itu antara
lain,

1. Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

GAM menuntut kemerdekaan Aceh yang lepas dari pemerintahan Republik Indonesia. Diketuai
Teuku Hasan Tiro, dan bertujuan ingin memerdekakan diri secara hukum lepas dari
pemerintahan RI, dapat diatasi dengan memberlakukan adanya DOM (Daerah Operasi Militer).

1. Organisasi Papua Merdeka (OPM)

Organisasi Papua Merdeka menuntut agar Irian Jaya merdeka dan lepas dari pemerintahan RI
sehingga melakukan beberapa aksi yang mengancam stabilitas keamanan di Papua. Gerakan ini
dilatarbelakangi oleh kekecewaan rakyat Irian Jaya karena pemerintah tidak memperlakukan
mereka serti penduduk Indonesia lainnya, kekayaan alam mereka hanya untuk mendatangkan
devisa, tetapi kesejahteraan mereka tidak diperhatikan seperi proyek Freeport.
1. Peledakan Bom

Peda masa refprmasi, banyak terjadi peledakan bom di berbagai daerah di Indonesia seperti di
Bali, Jakarta dan gereja-gereja yang dilakukan oleh kelompok teroris. Akibatnya, banyak negara
asing mengeluarkan larangan untuk berkunjung ke Indonesia, sehingga mempengaruhi
kemerosotan pariwisata Indonesia, dll.

D) Bidang Ekonomi

Sejak berlangsungnya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, ekonomi Indonesia
mengalami keterpurukan. Hal tersebut terlihat dari nilai rupiah yang masih bertahan di Rp 8.000,
00-Rp 9.000,00 per dolar AS, keadaan perekonomian semakin memburuk dan kesejahteraan
rakyat semakin menurun. Pengangguran semakin meluas, karena segala usaha sudah tidak cukup
menguntungkan sehingga dilakukan perampingan dan pemutusan hubungan kerja. Bahkan
investasi dari dalam maupu luar negeri tidak berjalan seperti sebelumnya. Indonesia bukan lagi
tempat investasi yang menarik bagi investor luar negri. Akibatnya pertumbuhan ekonomi
menjadi sangat terbatas dan pendapatan per kapita cenderung memburuk sejak krisis 1997.

E) Bidang Hukum

pada masa pemerintahan orba telah di dengungkan pembaruan bidang hukum,namun pada
realisasinyaproduk hukum pada masa itu tetap tidak melepaskan karakter elitenya. DPR pada masa orba
cenderung telah berubah fungsi, sehingga produk yang disahkan DPR bukan memihak kepentingan
rakyat, melainkan memuaskan penguasa.pembaruan hukum selama orbajauh dari maksud reformasi
hukum. sebaliknya, justru makin memperkukuh dominasi penguasa yang mengecilkanhak-hak publik.
tumbangnya pemerintahan Soeharto belum cukup sebagai syarat untuk reformasi hukum, tetapi harus
diikuti dengan reformasi secara total. Sehinggga terbentuk DPR dan pemerintahan yang dipilih secara
demokratis. Target reformasi hukum menyangkut tiga hal, yaitu substansi hukum, aparatur penegak
hukum yang bersih dan berwibawa, serta instuisi yang independen. Pada masa pemerintahan BJ Habibie
bertekad melakukan reformasi hukum sesuai dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat. Salah
satu tahap menuju reformasi hukum, beliau melakukan tahap rekonstruksi atau pembongkaran atas
watak bangunan hukum orba. Untuk membongkar berbagai produk undang-undang orba maka akan
tampak adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak masyarakat. Dalam berbagai undang-undang
terdapat pasal-pasal yang umumnya memberikan peluang besar dominasi kekuasaan eksekutif pada
DPR dan masyarakat. Karakter hukum selama 30 tahun dalam masa pemerintahan orba cenderung
konservatif/ortodoks/elite. Kondisi tersebut dalam pengetian produk hukum, isinya mencerminkan
keinginan pemerintah yang bersifat positif-instrumentalis, yakni menjadi lat bagi pelaksanaan ideologi
program kerja. Dampak produk hukum orba sangat tidak kondusif untuk menjamin perlindungan HAM
dan berkembangnya demokrasi serta munculnya kreativitas masyarakat. Daya kritis masyarakat tidak
berkembang, terbelenggu berbagai tembok aturan. Aturan hukum yang buruk dan berkarakter
konsevatif tidak bisa disalahkan begitu saja, sebab hukum khususnya UU sekedar merupakan produk
pemerintah dan DPR. Orde baru mula-mula demokratis, namun berubah menjadi nondemokratis.
Konfigurasi politisi yang nondemokrastis selama orba menyebabkan UU tak mencerminkan keadilan dan
demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai