Anda di halaman 1dari 170

Bab 1

Mengucapkan Perpisahan

Bagian 1
Benua Begaritto.
Benua itu berbentuk daratan yang dikelilingi oleh lautan.
Tempat tujuan kami adalah Kota Dungeon Lapan, yang terletak pada pedalaman bagian timur
benua.
Ada dua jenis rute untuk menyebrangi benua tersebut.
Rute pertama adalah berjalan melewati semenanjung Benua Tengah, di sana ada East Port yang
merupakan kota pelabuhan di Kerajaan Raja Naga, kemudian menyebrangi laut dengan perahu.
Itu berarti kau memasuki Benua Begaritto dari sisi timur.
Rute ini agak jauh dan memutar, namun ini adalah rute teraman.
Rute yang satunya adalah menggunakan kapal dari kota pelabuhan di Kerajaan Asura, kemudian
memasuki Benua Begaritto dari sisi utara.
Ini agak berbahaya karena itu berarti melintasi sebagian Benua Begaritto, tetapi kau bisa
menghemat banyak waktu jika memilih rute tersebut.
Rute pertama akan menghabiskan waktu selama 18 bulan.
Sedangkan rute kedua akan menghabiskan waktu selama 12 bulan saja. Kurang-lebih segitu.
Meskipun kita bisa menemukan rute perjalanan yang lebih efisien, namun tidaklah mungkin
mencapai Benua Begaritto kurang dari 7 bulan.
Dengan kata lain, aku tidak akan melihat kelahiran anakku.
Bahkan, itu bukan satu-satunya masalah.
Kali ini, aku benar-benar menentang saran Hitogami.
Tapi, bagaimanapun juga dia adalah Hitogami, bahkan penentanganku inipun sudah masuk di
dalam skenarionya.
Namun, kalau aku menentangnya secara langsung, kisah yang akan kualami pasti berbeda.
Kalau kuingat-ingat, ketika aku melintasi Benua Tengah, aku hampir tidak pergi ke Kerajaan
Shirone.
Andaikan aku tidak pernah bertemu Zanoba, mungkin Lilia dan Aisha tetap menjadi tawanan
bahkan sampai saat ini.
Mungkin, kalau terjadi suatu perubahan yang signifikan, aku tidak akan bertemu dengan Orsted.
Kalau itu yang terjadi, entah sekarang aku jadi apa.
1
Kalau tidak ada masalah serius setelahnya, kami akan tiba di kamp pengungsi.
Namun, aku penasaran, apakah malam pertamaku denga Eris benar-benar terjadi setelahnya,
kemudian kami berpisah?
Sepuluh tahun kemudian, setelah menemukan Lilia dan yang lainnya, aku penasaran apakah aku
akan menyesalinya.
Benar, Hitogami bilang aku akan menyesalinya.
Nasehat saat itu juga berlaku seperti nasehat kali ini, yaitu aku akan menyesalinya jika tidak
kuturuti.
Kemungkinan besar, itu tidak terkait dengan waktu.
Yang jelas, jika aku pergi ke Benua Begaritto, aku akan menyesalinya.
Aku tidak tahu penyesalan seperti apa yang akan terjadi.
Sebenarnya, ada beberapa hal yang bisa kubayangkan.
Misalnya, bisa jadi ... mungkin aku akan kehilangan sesuatu.
Seperti, kehilangan tangan kanan atau tangan kiri.
Atau seseorang yang penting seperti, Paul atau Zenith ...
Tidak, jangan terlalu dipikirkan.
Apapun itu, jika aku memutuskan untuk tidak pergi, aku akan menyesalinya selama 1 atau 2 tahun
ke depan.
Kemudian, jika aku mendengarkan kabar duka tentang kematian seseorang, bisa jadi Paul dan Gisu
akan menyalahkanku tanpa henti.
Ada sejumlah kemungkinan.
Aku tidak punya pilihan selain pergi.
Meskipun aku sudah tahu bahwa aku akan menyesalinya.
Bagian 2
Pertama, aku memutuskan untuk berbicara dengan Elinalise terlebih dahulu.
Jika Sylphy mulai menangis ketika aku berbicara dengannya, maka tekadku mungkin akan
menciut.
Aku ingin memperkuat tekadku, dengan membicarakan masalah ini bersama orang-orang di
sekitarku.
Aku memanggil Elinalise ke ruang kelas yang kosong di sekolah.
Di sana, aku memberitahunya bahwa aku juga akan pergi ke Benua Begaritto. Namun dia hanya
meresponku dengan eskpresi wajah pahit.
"Rudeus, bukankah sudah kubilang agar kau tinggal di sini?"

2
"Ya, tapi ..."
Ketika aku masih ragu menanggapinya, Elinalise melanjutkan omongannya.
"Kau tahu, mungkin saja surat itu dikirimkan oleh Gisu hanya karena dia panik."
"Karena panik ya?"
"Aku yakin kau tahu betul akan hal itu, Rudeus. Pria itu sering memutuskan segala sesuatu dengan
panik tanpa mempertimbangkan hal-hal yang penting terlebih dahulu."
Yah, aku juga menduga kemungkinan seperti itu.
Gisu adalah tipe orang yang jarang mengungkap segala sesuatu dengan jelas, dan dia suka bekerja
di balik layar secara rahasia.
"Kemungkinan besar, kali ini dia juga panik. Sebulan kemudian, mungkin akan datang surat
susulan yang bertuliskan, Ralat pernyataan sebelumnya, Zenith Aman. "
"Aku juga sudah berpikir sampai situ."
Ketika kami sampai di sana, ternyata Paul dan yang lainnya telah menyelesaikan semuanya.
Ini hanyalah masalah perbedaan penyampaian informasi.
Itu sangat mungkin terjadi, tapi ...
"Tapi, coba pikirkan lagi, bukankah aneh bila Gisu tahu tempat di mana aku tinggal sekarang?"
"...Ha?"
"Satu setengah tahun yang lalu, aku mengirimkan surat pada ayah yang menjelaskan bahwa aku
sudah bersekolah dan menetap di Akademi Sihir Ranoa. Jika Gisu sudah berada di Benua Begaritto
selama lebih dari setengah tahun, lantas bagaimana bisa dia mengetahui alamatku, kemudian
mengirimkan surat padaku?"
Pergi ke Benua Begaritto saja memerlukan waktu setidaknya setahun.
Mengirimkan surat akan memakan waktu yang lebih lama.
Di dunia ini tidak pernah ada teknologi seperti ponsel atau email.
Bahkan pengiriman ekspres khusus, membutuhkan lebih dari setengah tahun untuk sampai ke
alamat yang dituju.
Waktunya tidak sesuai.
Kalau Gisu bersama-sama Elinalise berangkat ke Ranoa, kemudian di tengah perjalanan mereka
berpisah, lantas Gisu bertolak menuju Benua Begaritto, maka itu lebih masuk akal.
Bagaimana mungkin seorang pria yang sudah menetap beberapa saat di Benua Begaritto tahu
alamat dan kondisiku di Ranoa?
"Kemungkinan besar, Gisu sudah bergabung dengan ayahmu dan rekan-rekannya. Kemudian dia
tahu alamatmu, kemudian mengirimkan surat itu dengan paket kilat."
"Lalu, mengapa malah Gisu yang mengirimnya, kenapa tidak ayah saja?"

3
"Mungkin Gisu berinisiatif sendiri, atau mungkin ayahmu sungkan meminta bantuan padamu."
"Sungkan...?"
Elinalise meletakkan tangannya ke dagu dan berpikir.
Sebelumnya, Paul sudah mengirimkan surat padaku yang berisi banyak permohonan maaf, dan dia
jelas-jelas meminta bantuanku untuk menitipkan kedua putrinya.
Mungkin saja dia sungkan merepotkanku lagi setelah mengirimkan kedua putrinya ke sini.
Elinalise menatapku.
Namun dia mengatakan, “Hmm”, kemudian kembali berpikir.
Pada akhirnya, dia mengangguk setuju.
"... Yahh, mau bagaimana lagi, ayo kita pergi bersama."
Aku tidak tahu, kesimpulan macam apa yang dia pikirkan sehingga dia langsung setuju pergi
bersamaku.
Namun, sambil tersenyum pahit, Elinalise mengatakan itu.
Seakan-akan, dia sudah tahu sejak awal bahwa ini akan terjadi.
Kami akan pergi ke Benua Begaritto sebagai Party yang hanya terdiri dari 2 orang.
Itulah rencana kami.
Bagian 3
Satu jam kemudian.
"Kalau begitu, ayo kita putuskan rutenya sekalian."
Elinalise kembali ke kamarnya, kemudian dia segera keluar bersama sebuah peta yang besar.
Agar perjalanan ini berlangsung dengan nyaman, dia harus mempersiapkan semuanya dengan
matang.
Kami berdua mempelajari peta itu.
Pada peta itu tertulis rincian jalan dan beberapa lokasi kota yang biasa disinggahi para petualang,
sebenarnya itu hanyalah peta sederhana yang bergambar bentuk benua secara umum, dan letak-
letak pegunungan.
Beberapa hari ini, Elinalise pasti sudah memeriksa jalan mana yang paling memungkinkan untuk
dilewati.
Di peta itu juga terdapat lokasi kasar Lapan, dan beberapa tempat penting sepanjang perjalanan ke
sana.
Seperti dugaanku, ada dua rute.
"Semakin cepat kita sampai ke Lapan, maka akan semakin bagus, kan?"
Elinalise mengarahkan jarinya ke lokasi jalan pintas.

4
Rute masuk dari utara.
"Tapi, rute masuk dari sebelah utara berbahaya, lho."
Rute itu memang berbahaya.
Kami berdua tidak terlalu menguasai medan. Itu adalah rute yang mengharuskan kita menghadapi
beberapa rintangan yang berbahaya pada benua tersebut.
Tapi aku cukup percaya diri dengan kemampuanku bertarung melawan monster.
Begitu pun dengan Elinalise, jadi kami berdua cukup tangguh.
Meskipun begitu, melintasi medan yang tidak kita kuasai adalah pekerjaan yang mengerikan.
"Kalau tidak salah, Rudeus bisa bicara bahasa Dewa Tempur, kan?"
"Eh? Yah. Tidak terdengar seperti orang aslinya sih."
"Kalau begitu, lebih baik kita menyewa pemandu sesampainya di sana."
"Aku paham."
Setelah mengikuti saran Elinalise, kami memutuskan rute perjalanan dengan cepat, karena kami
sudah terbiasa berpetualang.
Setelah itu, kami menentukan tahapan perjalanannya secara umum.
Pertama, kami akan membeli kuda di kota ini.
Kami tidak akan membawa banyak barang sampai tiba di Kerajaan Asura.
Jika bawaan kami terlalu banyak, tentu saja laju kuda tidak begitu cepat.
Semakin ringan barang bawaan kita, makin jauh jarak yang bisa kita tempuh.
Sepanjang jalan kami akan terus mengganti kuda kami, dan bergerak secepat mungkin menuju
Kerajaan Asura.
Setelah kami tiba di kota pelabuhan Asura, kami akan membeli dan mempersiapkan perlengkapan
dan makanan.
Kami harus memperhatikan betul persediaan makanan, karena belum tentu kami bisa
mendapatkannya di Benua Begaritto.
Harga barang di Asura lebih tinggi, tapi bahan makanan di sana lengkap sekali.
Setelah persiapan selesai, kami akan naik kapal ke Benua Begaritto.
Di kota pelabuhan, kami akan menyewa pemandu.
Kalau keadaan memungkinkan, kami juga akan menyewa sejumlah pengawal.
Elinalise akan bernegosiasi pada saat itu. Akulah penerjemahnya.
Dengan bantuan pemandu, kami akan melintasi Benua Begaritto dan tiba di Lapan.
Di sana kami akan bergabung dengan Paul dan yang lainnya dan membantu mereka.

5
Lalu kita semua akan kembali dengan menggunakan rute yang sama.
"Ini adalah perjalanan yang sudah kita lakukan berkali-kali, setidaknya sampai Asura, jadi
seharusnya tidak ada masalah. Adapun, kita harus cermat memilih orang yang akan kita bawa ke
Begaritto ... "
Kita tidak boleh membawa siapapun dan apapun secara acak.
Jika kita bisa mendapatkan sarana seperti kereta, itu akan lebih mudah, tapi Benua Begaritto terdiri
dari gurun yang seakan tidak berujung.
Kemungkinan besar ada beberapa jenis transportasi lain yang bisa digunakan.
Jika aku membandingkannya dengan Benua Iblis, mungkin kita bisa menunggangi kadal.
Menurut prediksiku, seharusnya ada hewan seperti unta.
"Perjalanan ini bisa kita selesaikan dengan mengandalkan pengalaman kita."
"Tante senior memang hebat."
"Tolong jangan menggodaku."
Aku jugalah seorang petualang yang punya pengalaman selama 5 tahun.
Meskipun aku berkata demikian, aku masih layak disebut amatir jika dibandingkan dengan veteran
hebat seperti Elinalise.
Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menyerahkan semuanya padanya.
"Karena kekuatan fisik kita cukup baik, maka harusnya kita bisa bergerak dengan cepat."
"Betul."
Elinalise sih akan baik-baik saja, namun masalahnya adalah seberapa mampu aku
mengimbanginya.
Selama ini aku terus berlatih, tapi aku penasaran, apakah aku justru membebani Elinalise dalam
perjalanan ini.
Kurasa itu tidak masalah sih.
"Ada beberapa ekor kuda yang sengaja dibesarkan khusus untuk menempuh jarak jauh, selama
kita bisa mendapatkan kuda jenis itu, kurasa tidak akan banyak masalah dalam perjalanan kita.”
Tujuannya adalah tiba di Asura dalam waktu kurang dari 2 bulan.
Aku tidak tahu seberapa lama perjalanan dengan kapal, mungkin bisa kita anggap sebulan.
Tak satu pun dari kami pernah bertualang ke Begaritto, tetapi karena medan yang sulit, kami
menargetkan perjalanan selama setengah tahun untuk mencapai benua itu.
... Perjalanan ke sana saja membutuhkan waktu setidaknya 8 bulan.
Itu relatif lebih cepat daripada asumsi sebelumnya.

6
Aku merasa bahwa, kalau aku menggunakan sihir, maka aku bisa bertahan lebih lama, tetapi
pemikiran dangkal seorang amatir sepertiku dapat menjerumuskan tim dalam kesalahan.
Kemungkinan besar, aku bisa buang-buang waktu nantinya.
Di sinilah aku perlu mengandalkan metode yang lebih terpercaya.
Selain itu, ada beberapa hal lain yang perlu kami penuhi, dan itu harus dipastikan satu per satu
selama perjalanan.
Namun, untunglah aku bersama veteran hebat macam Elinalise.
Dia merinci berbagai hal yang perlu kita persiapkan secara detail, itu untuk menghindari
kesalahpahaman dan perbedaan pendapat di antara kita.
Perselisihan yang sia-sia akan menghambat perjalanan jika dibiarkan berlarut-larut.
Kami membahas berbagai hal sampai ke detailnya.
"Masalahnya adalah..."
Dengan ekspresi wajah ragu, Elinalise meletakkan tangannya di dagu.
Kurasa kami telah menetapkan beberapa hal yang penting, namun sepertinya masih ada hal lain
yang perlu dibahas.
"Ini tentang kutukanku."
"Ah..."
Jika dia berhenti berhubungan seksual dengan pria, maka dia bisa mati.
Jadi, selama perjalanan, kami harus menemukan pria yang bisa menjadi mangsanya.
Kalau perjalanan ini begitu lama, maka ada kemungkinan kami akan bergabung dengan suatu Party
lainnya. Tentu saja Party yang banyak beranggotakan pria, supaya Elinalise bisa “digilir”.
Namun, kalau perjalanan ini harus diselesaikan secepatnya, maka bisa jadi dia tidak menemukan
partner ngeseks.
".."
"...."
Kami berdua terdiam.
Ada cara untuk mengatasinya.
Aku sih mau-mau saja menjadi partnernya.
Aku juga seorang pria yang sehat.
Sebenarnya aku dan Elinalise sudah sering bertualang bersama sebelum kami masuk ke Akademi
Sihir Ranoa, namun waktu itu gajahku masih cupu.
Kalau sekarang sudah beda. Gajahku sudah kembali perkasa, sehingga aku bisa saja menjadi
partnernya ngeseks.
Namun aku tidak ingin mengkhianati Sylphy atau Cliff.

7
"Aku tidak bisa menjadi partnermu, Elinalise-san."
"Ya, kau benar."
"Kalau begitu, kita bisa menggunakan jasa rumah bordir atau semacamnya di perjalanan."
Selama perjalanan, kami tidak akan saling sentuh.
Ini harus diperjelas sejak awal.
Kalau itu tidak diperjelas sejak awal, mungkin hubungan kami akan mengarah pada
perselingkuhan.
"Oh iya, bukankah alat sihir buatan Cliff itu bisa melemahkan efek kutukan?"
"Jika aku membawanya, maka Cliff akan mengetahui perjalanan ini."
"Jadi, kau belum berbicara dengan Cliff bahwa kita akan pergi ke Benua Begaritto?"
Sepertinya, Elinalise bermaksud meninggalkan Cliff diam-diam.
Tak peduli apapun alasannya, bukankah itu menyedihkan bagi Cliff?
"Tidak baik jika kau tidak berbicara dengan Cliff."
"Tetapi aku….."
"Serahkan saja padaku. Aku tidak akan membiarkan ini berakhir dengan buruk."
Kami pun menuju tempat Cliff.
Bagian 4
Ruang penelitian Cliff.
Setelah Cliff melihat kami, dia menunjukkan sempak ajaib itu pada kami dengan senyum yang
lebar di wajahnya.
"Lihatlah ini, aku sudah memperbaikinya sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Dengan begini,
meskipun kau memakainya dalam waktu lama, celana dalamnya tidak akan bergesekan dengan
selangkanganmu dan menyebabkan rasa nyeri.... "
"Cliff-senpai, apa kamu mencintai Elinalise-san?"
Aku menyela penjelasannya, dan langsung bertanya ke intinya.
Cliff menatapku dengan wajah bingung.
"Itu sudah jelas, kan?"
Itu adalah wajah seperti seseorang yang bertanya, ”Kemaren kau sudah makan, kan?”
Jawaban itulah yang kuharapkan darinya.
"Apakah kau akan terus mencintainya, tak peduli apapun yang terjadi?"
"Tentu. Aku mencintai Lize. Kau tahu itu, kan?"
"Aku ingin mendengar kata-kata itu."

8
Aku menjelaskan duduk permasalahannya.
Aku mengatakan bahwa kemungkinan besar keluargaku sedang mengalami kesulitan di benua
seberang.
Aku juga menjelaskan bahwa ayahku pernah memiliki ikatan yang dalam dengan Elinalise, dan
dia meminta bantuan pada kami.
Kami akan melakukan perjalanan yang panjang untuk mencapai benua seberang.
Di tengah jalan, ada kemungkinan Elinalise akan berhubungan dengan pria lain.
Selain itu, aku berbicara tentang berbagai hal.
"..."
Cliff tetap terdiam sambil mendengarkan cerita demi cerita yang kusampaikan.
Kemudian, dia berkata dengan nada datar.
"... Jika aku pergi bersamamu, aku hanya akan membebanimu."
Itu benar sekali, tapi aku tak bisa membalas perkataannya itu.
Justru, Elinalise lah yang menjawabnya.
"Itu benar. Jujur saja, dengan kekuatan fisik seperti itu, Cliff tidak akan bertahan lama dalam
perjalanan ini."
Biasanya, Elinalise akan membalasnya dengan nada penuh godaan, namun tidak kali ini.
Kali ini, dia menolaknya mentah-mentah.
"Aku paham..."
Cliff menunduk dengan penuh penyesalan.
Dadaku sakit ketika melihatnya depresi seperti itu.
Tapi, aku pun penasaran, seberapa serius Elinalise menggunakan perasaannya.
Jika dia melanjutkan perjalanan ini, maka Elinalise tidak punya pilihan selain selingkuh dengan
pria lain.
Aku yakin, tak peduli seberapa ikhlas Cliff menerima kutukan itu, jauh di dalam hatinya dia masih
merasa sakit.
"Hei, Elinalise-san, kenapa kita tidak mengajak Cliff-senpai sekalian? Dia bisa menggunakan sihir
penghalang, lho. Bahkan, dia sudah menguasai sihir penyucian tingkat lanjut. Tentu saja kekuatan
fisiknya kurang memadai, tapi aku yakin kemampuannya itu pasti akan berguna ... "
"Tidak, tidak apa-apa Rudeus. Ketika kami berlatih menjadi petualang, yang bisa kulakukan
hanyalah merepotkan senior-seniorku. Kali ini pun aku yakin, jika aku ikut dalam perjalanan ini,
aku hanya akan berakhir sebagai pengganggu kalian.”
Sambil mengatakan itu, Cliff menempatkan sempak ajaib itu di tanganku.
"Rudeus."

9
"Ya."
"Aku mempercayakan Lize kepadamu."
Sejujurnya, kurasa dia akan menangisi ini nanti.
Namun, herannya, Cliff tampak memahami betapa rendah kemampuannya sebagai petualang.
"Lize."
Cliff menghadap ke arah Elinalise.
Kemudian, dengan tubuh yang lebih pendek darinya, Cliff memeluk Elinalise.
"Cliff."
Dengan begitu, keduanya berpelukan sanat erat.
"Lize. Setelah kau kembali nanti, mari kita langsungkan upacara pernikahan. Aku masih belum
bisa memecahkan cara melenyapkan kutukan itu, tapi setidaknya aku yakin bisa menyiapkan
rumah untuk kita diami sebagai keluarga nanti. Aku telah membuatmu tidak nyaman karena kita
belum pernah berhubungan badan sampai sekarang, kan? Cuma ini yang ingin kusampaikan."
"Ah, Cliff, tapi aku bukan wanita baik-baik. Bahkan, tadinya aku berencana untuk pergi tanpa
mengucap apapun padamu."
"Upacara pernikahannya akan menjadi upacara Milis, tapi… apakah itu tidak masalah bagimu?
Lize kan bukan penganut ajaran Milis .."
Aku penasaran, apakah Cliff sengaja mengabaikan kata-kata Elinalise yang terakhir.
Apapun alasannya, tampaknya Elinalise tidak keberatan.
Hanya mendengar kata-kata Cliff saja, pikirannya sudah dipenuhi oleh emosi.
"Ah, Cliff..aku mencintaimu! Lebih dari siapapun di dunia ini!"
Elinalise menjatuhkan Cliff dalam pelukannya.
Elinalise semakin brutal, pada saat baju atas Cliff sudah mulai terlepas, aku pun meninggalkan
ruangan.
Sekarang, saatnya mereka berdua tanpa ada yang mengganggu.
Biarkan mereka yang menyelesaikan semuanya.
Namun, Cliff benar-benar tahu bahwa Elinalise merasa begitu galau ketika dia melamarnya.
Bagian 5
Aku berkeliling untuk pamit dengan teman-teman lainnya.
Aku akan pergi selama setahun setengah.
Kalau terjadi masalah lebih serius, mungkin perjalananku akan semakin lama, setidaknya dua
tahun.
Dua tahun bukanlah waktu yang singkat.

10
Tidak baik jika aku tidak berpamitan pada teman-temanku di sini.
Pertama-tama, yang kukunjungi adalah ruangan guru.
Itu adalah ruangannya Jinas.
Aku harus melakukan beberapa prosedur formal untuk meminta ijin meninggalkan sekolahan ini
selama beberapa tahun ke depan.
Seperti biasanya, dia selalu saja bekerja penuh semangat dengan setumpuk dokumen di mejanya.
"Salam, wakil kepala sekolah, Jinas."
"Ah, Rudeus-san rupanya. Lama tak jumpa. Aku dengar percobaan kalian di ruang penelitian
Seven Star berhasil dengan baik. "
"Ya, itu berkat bantuan Zanoba dan Cliff."
"Begitukah?"
Sepertinya, hasil eksperimen itu terdengar sampai telinga Jinas.
Aku penasaran, bagaimana bisa informasi seperti itu beredar ke orang lain dengan begitu
mudahnya.
"Lalu, ada perlu apa kau ke sini?"
"Ya, aku harus membuat ijin untuk absen sekitar dua tahun atau lebih."
"Dua tahun ya, untuk apa?"
"Ada sesuatu yang penting."
"Begitukah..."
Bukannya aku berusaha menghindari topik, tapi hanya sampai situ Jinas bertanya.
"Aku mengerti. Aku akan mengurus dokumen untuk absen sementara dari sekolah, pada saat kau
kembali nanti, tolong menghadaplah padaku lagi."
"Tidak masalah kah jika aku absen sementara selama dua tahun?"
"Kalau murid biasa sih, bisa jadi masalah, tapi murid khusus sepertimu punya hak istimewa."
Aku yakin, bagi pelajar biasa, hukumannya sama seperti drop out.
"Terima kasih banyak."
"Tidak perlu berterimakasih, bagaimanapun juga kau adalah murid khusus, dan kau berhak
mendapatkan kemudahan ini."
"Kalau begitu, apakah Anda memperbolehkan jika siswi bernama Elinalise juga diberi ijin
sementara seperti diriku? Dia bukan murid khusus, tapi dia berencana pergi bersamaku sebagai
pemandu."
"Begitukah ... aku mengerti. Entah bagaimana caranya, aku akan mengusahakannya."
Jinas dengan senang hati mengusahakannya.

11
Aku sangat menghargai itu.
Aku mengucapkan terima kasih kepada Jinas, kemudian meninggalkan ruangan guru.
Bagian 6
Tak lama setelah meninggalkan ruang guru, aku menuju tempat Rinia dan Pursena.
Setelah melihat aku, mereka berdua melambaikan tangan dan berjalan mendekatiku.
Aku memberitahu mereka bahwa aku akan pergi selama setidaknya dua tahun.
"Aku mengerti. Kami akan kesepian, Nya."
"Kalau boss absen selama dua tahun penuh, bisa-bisa kami lulus duluan. Jadi, kita tak akan bisa
bertemu lagi, Nano."
Setelah Pursena mengatakan itu, aku pun menyadarinya.
Mereka adalah murid kelas enam. Dalam dua tahun lagi, mereka akan lulus.
Mereka akan kembali ke Hutan Agung.
Mereka pasti kesepian jika aku tidak hadir pada upacara kelulusan.
"Benar kan ..."
Kalau diingat-ingat, Hitogami juga sempat menyarankan agar aku menjalin hubungan serius
dengan salah satu dari kedua gadis ras hewan ini.
Dua bulan lagi atau lebih, musim kawin ras hewan akan segera tiba. Aku penasaran, apakah
hubungan kami akan berkembang pada saat-saat seperti itu.
Lantas, aku menatap keduanya.
"Ada apa, Nya? Apakah ada sesuatu di wajahku?"
Rinia.
Telinga kucing itu berkedut ketika bergerak, ekornya berayun ke kiri-kanan, dan pahanya juga
cukup montok.
Ukuran dadanya lumayan besar. Mungkin sekitar D atau E Cup.
Tapi, hampir semua ras hewan memiliki Oppai yang besar, jadi kurasa ukuran segitu termasuk
biasa saja bagi mereka.
Dia adalah seorang gadis kyonyu-chan [1] yang sehat.
Pastinya akan sangat menyenangkan jika dia menggodaku di ranjang.
"[Sniff] [Sniff] ... boss, jangan-jangan… karena kita hendak berpisah, kau memikirkan yang tidak-
tidak tentang kami, Nano.”
Pursena.
Telinga anjingnya tampak lembut, dan tubuhnya juga montok.

12
Di antara ras hewan, tampaknya tubuh jenis anjing adalah yang terbesar, tapi kurasa ukuran
Oppainya sekitar F Cup
Aku sudah meremasnya beberapa kali, dan memang cukup empuk.
Kalau mukaku terbenam di dalam Oppainya, pasti akan terasa nyaman sekali.
"Maafkan aku. Beberapa hari yang lalu, seseorang memberiku saran untuk berhubungan lebih
serius dengan kalian selama musim kawin. Jadi, aku terus memikirkannya.”
"Serius bos? Jadi kau benar-benar mempunyai niatan seperti itu pada kami, Nya?"
"Aku sudah pernah mencoba merayumu, tapi bos tidak pernah menanggapi, jadi kupikir bos
membenciku, Nano.”
Meskipun keduanya mengatakan itu dengan tak acuh, aku masih bisa melihat seringai di wajah
mereka.
Membuat anak bersama mereka.
Berdasarkan cara Hitogami menyampaikan nasehatnya, sepertinya aku boleh menyimpulkan
bahwa Sylphy tidak akan menyalahkanku atas perselingkuhan ini.
Aku penasaran, apakah itu karena dia masih hamil, atau dia sengaja tidak ingin membuat masalah
dengan menghajar mereka, aku tidak tahu mana yang benar.
Namun, jika aku bisa lebih bahagia dengan melakukan itu, maka apakah perselingkuhan itu justru
berujung pada sesuatu yang baik bagiku.
Aku harus menjadi seorang ksatria yang menghunuskan pedangnya untuk melindungi Sylphy,
namun aku masihlah seorang pria biasa.
Entah kenapa, aku cukup tertarik dengan nasehat itu.
Memiliki harem adalah impian semua pria.
Menerima mereka sebagai selir, kemudian bermain foursome [2] bersama Sylphy.
Sepertinya itulah masa depan kami.
"Rinia, Pursena."
"Ya, Nya."
"Ya, Nano."
Setelah kupanggil namanya, mereka melihatku dengan ekspresi agak tegang.
"Terus bertemanlah denganku."
Seakan mereka hancur.
Mereka mengangkat bahu, kemudian saling berkomentar.
"... Yah, apa boleh buat, Nya. Bagaimanapun juga, Bos adalah tipe pria kesepian, Nya.”
"Kita akan tetap berteman, aku tak mau merusak itu, Nano."

13
Kemudian, kami pun saling berjabat tangan.
Kalau gak salah, inilah pertama kalinya aku menjabat tangan mereka.
Teman perempuan, ya.
Tapi, aku pernah mendengar seseorang berkata, “persahabatan tidak akan pernah terjalin antara
pria dan wanita”.
Yah, meskipun hasrat asmara bisa saja bercampur, namun persahabatan tetaplah persahabatan.
Yang penting adalah mempertahankan rasa saling pengertian.
"Kalau begitu, sampai jumpa nanti. Sepuluh tahun kemudian, atau dua puluh tahun kemudian, aku
tidak tahu kapan kita akan berjumpa lagi."
"Benar, Nya. Dalam sepuluh tahun lagi, aku akan menjadi orang hebat, jadi kau harus bersujud
terlebih dahulu jika mau bertemu denganku, Nya."
"Demi menaklukkan Hutan Agung."
Keduanya membicarakan ambisi mereka, namun aku hanya membalasnya begini, "Yahh, aku
berharap tidak akan terjadi kasus Gekokujo [3] pada kalian."
Kalau ada nasib baik, aku yakin kita akan bertemu lagi.
Bagian 7
Setelah tiba di depan ruang penelitian Nanahoshi.
Aku penasaran, bagaimana aku harus mencairkan suasana.
Dia tipe orang penyendiri.
Meskipun sering bersikap tsun-tsun, sebenarnya dia kesepian juga.
Aku akan absen selama dua tahun.
Kalau itu membuat penelitiannya juga terhenti, maka tujuannya untuk kembali ke Jepang akan
semakin jauh.
Harusnya sih, dia akan berusaha menahanku agar tidak pergi.
Mungkin dia akan mengatakan beberapa alasan.
Mungkin juga dia akan berusaha mengancamku.
”Kalau kau masih ingin pergi juga, Sylphy akan ******** [4]!!”, kalau dia mengatakan hal seperti
itu padaku, aku bingung harus berbuat apa.
Tapi kurasa dia tidak akan berbuat sejauh itu.
"Fu ..."
Kuambil nafas panjang, kemudian kuketok pintunya.
"Silahkan masuk."
Setelah terdengar balasan dari dalam, aku pun memasuki ruang penelitian.

14
Nanahoshi mengangkat wajahnya dari meja, kemudian dia melihat ke arahku.
"Apa? Tidak biasanya kau ke sini jam segini."
"Sebenarnya, aku ke sini untuk memberitahumu hal yang kurang menyenangkan."
"Memberitahu hal yang kurang menyenangkan?"
Nanahoshi menunjukkan ekspresi bingung pada wajahnya.
Yah, tapi itu tidak akan merubah apa yang akan kusampaikan padanya.
Aku tetap akan menyampaikannya.
"Aku akan berangkat untuk melakukan suatu perjalanan. Karena keluargaku dalam masalah. Aku
akan pergi menuju Kota Dungeon Lapan di Benua Begaritto. Perjalanan pulang-pergi akan
memakan waktu sekitar dua tahun atau lebih. "
"... Eh?"
Setelah menghabiskan beberapa saat untuk tercengang, Nanahoshi berdiri dengan hentakan keras
dari kursinya.
Dia meletakkan tangannya di atas meja dan menatapku dengan tercengang lagi.
".... Begaritto, Kota Dungeon Lapan, dua tahun ..."
Dia terus mengulang kata-kataku, seakan-akan perkataan itu terngiang di pikirannya.
"Aku juga sangat menyesalkan hal ini, padahal aku sudah berjanji untuk terus membantumu. Tapi,
aku harus pegi ke sana, tak peduli apapun akibatnya."
Nanahoshi membelalakkan matanya setelah mendengar kata-kataku, kemudian dia menarik nafas
dalam-dalam.
Kemudian, dia duduk kembali ke kursi dengan hentakan keras yang kedua, lalu dia menatap
kosong ke langit-langit.
"Dua tahun..."
"Setelah aku kembali, aku janji akan melanjutkan penelitian kita."
"...Dua tahun."
Nanahoshi menyilangkan lengannya dan tidak mengatakan apa-apa kecuali ‘dua tahun’.
Tak ada kata lain yang keluar dari mulutnya.
Dia tidak mencoba menahanku, ataupun merengek agar aku membatalkan niatku.
Dia hanya melihat langit-langit seolah sedang memikirkan sesuatu.
Waktu pun terus berlalu, dan dia tetap berpose seperti itu.
Sepertinya, hari ini aku akan mengecewakan banyak orang.
"Baiklah, aku mohon maaf sekali lagi."
Apa mau dikata.

15
Dia juga harus mengerti bahwa aku melakukan ini dengan niatan baik.
Aku yakin dia benar-benar ingin menahanku, namun dia tidak menyatakannya terus terang.
Aku berbalik, dan hendak meninggalkan ruangan,
"Tunggu sebentar."
Aku menghentikan kakiku ketika mendengar kalimat itu.
Sejujurnya, saat ini aku tidak begitu ingin ngobrol dengannya.
Aku tahu dia akan coba menghentikanku.
Tapi, aku yakin lebih baik kita membicarakannya baik-baik.
Sembari memikirkan itu, aku pun berbalik.
Dari laci terendah di mejanya, Nanahoshi mengeluarkan benda seperti buku catatan.
Dia membalik-balik halaman demi halaman, lalu dia membuka suatu halaman tertentu dan
menunjukkannya padaku.
"Lihat ini."
Dia memperlihatkan sesuatu padaku.
Ada potongan peta yang melekat pada halaman itu.
Aku ingat peta apakah itu… itu adalah peta wilayah sekitar kota.
Meskipun begitu, skalanya agak besar.
Di bagian atas peta, tertulis "N1" dengan huruf yang agak besar.
Pada suatu hutan tertentu di sebelah barat daya, terdapat tanda silang merah.
Di atas tanda silang tersebut, tertulis "B3".
"Apa ini?"
"...."
Nanahoshi jelas-jelas terlihat ragu.
Dia bimbang apakah harus mengatakannya ataukah tidak.
Namun, pada akhirnya dia mengatakannya.
"Ini adalah peta lokasi reruntuhan yang tersebar di seluruh dunia. Di setiap lokasi reruntuhan
tesebut, terdapat lingkaran sihir teleportasi."
Lingkaran siir teleportasi?
"Eh?"
Aku mengamati sekali lagi halaman itu.
Terlihat jelas, hurufnya adalah "B3".

16
Mungkinkah ini….
"Ya, ini adalah lingkaran sihir teleportasi yang terdapat di Benua Begaritto."
"Oh…..”
Kalau kuingat-ingat sebelumnya….
Nanahoshi pernah bilang bahwa dia berkeliling dunia bersama Orsted dengan memanfaatkan
lingkaran-lingkaran sihir yang tersebar di berbagai reruntuhan kerajaan.
"Katamu, kau tidak ingat lokasinya ..."
Betul. Nanahoshi mengatakan, bahwa dia tidak ingat letak lingkaran-lingkaran sihir tersebut.
"Orsted melarangku berbicara tentang hal itu, itulah kenapa aku tidak pernah mengungkapkannya
pada siapapun. Waktu itu, aku memang bilang bahwa aku tidak bisa mengingat lokasinya, tapi
sebenarnya aku tidak boleh mengatakannya padamu….."
Tapi, nyatanya dia telah mencatat semua lokasi penting tersebut, sehingga dia bisa mengetahui
tempatnya kapanpun dia membutuhkan.
Secara diam-diam, dia menggambar peta lokasi-lokasi tersebut, kemudian dia tandai titik-titik
yang terdapat lingkaran sihir teleportasi.
Dia pun menanyakan nama tempat itu pada Orsted.
Dia juga mencaritahu kota-kota manakah yang terdekat dengan lokasi tersebut ...
Kemudian, dia simpan semua informasi itu dengan rapih pada suatu catatan rahasia.
Aku membalik-balik halaman buku catatan tersebut.
Penulisannya jauh dari kata ‘sempurna’.
Pada tempat-tempat dimana dia tidak bisa membeli peta, atau saat dia tidak bisa mengunjungi kota
terdekat, Nanahoshi hanya mendeskripsikannya dengan kalimat-kalimat seperti : ”Pegunungan
yang bisa dilihat di sisi kiri.” atau ”Untuk mencapainya, setidaknya diperlukan waktu tiga hari
menuju ke timur, kemudian ada sungai di sana, lalu berjalan lagi selama dua hari.”. Tentu saja,
itu adalah cara penulisan yang tidak jelas dan hanya dia sendiri yang memahaminya.
Alfabet menunjukkan nama benua, sedangkan nomor menunjukkan urutan lokasi yang dilewati
terlebih dahulu.
N adalah simbol untuk bagian utara Benua Tengah.
S adalah simbol untuk bagian selatan Benua Tengah.
W adalah simbol untuk bagian barat Benua Tengah.
MT adalah Benua Iblis.
ML adalah Daratan Milis.
Aku sudah menduga bahwa tidak ada Benua Angkasa pada peta tersebut.
Kemudian, B adalah simbol untuk Benua Begaritto.

17
Saat dia tidak tahu berada pada benua apa, dia menggunakan simbol X dan Y.
Ini adalah suatu buku catatan penuh informasi penting yang telah dibuat dengan susah payah oleh
Nanahoshi.
"Aku sungguh pernah mendengar kota yang bernama Lapan. Aku ingat betul kota itu. Lingkaran
sihir teleport ini akan membawamu ke suatu tempat di dekatnya, yaitu bazar, kalau kau berjalan
ke utara selama sekitar sebulan, maka kau pasti akan sampai di kota bernama Lapan. Harusnya sih
begitu."
"Kau bilang ... hanya sebulan…?"
Aku membuka kembali halaman yang terdapat tanda B3.
Ada suatu lingkaran sihir di dekat sini (sebut saja B3’) yang akan membawamu ke lokasi B3, yang
tidak lain adalah titik di dekat Lapan.
Perjalanan ke titik B3’ hanya membutuhkan waktu selama 10 hari dari sini, atau mungkin lebih
dekat.
Aku membalik halaman.
"B3" ada di halaman sebelumnya.
Setelah kau sampai pada B3, maka kau hanya memerlukan waktu seminggu perjalanan untuk
sampai ke kota berikutnya. Dari kota tersebut, kau memerlukan waktu lagi selama sebulan
perjalanan untuk mencapai Lapan.
Itu berarti, waktu total perjalanannya adalah….
47 hari.
Maka, perjalanan pulang-pergi akan memakan waktu selama 94 hari.
Hanya memerlukan waktu sekitar 3 bulan untuk pulang-pergi dari Benua Begaritto.
Kalau kita membutuhkan waktu sebulan lagi untuk menyelesaikan berbagai urusan di sana, maka
totalnya adalah...
Empat bulan.
Kami bisa kembali tepat waktu saat persalinan Sylphy.
Mungkin tidak akan tepat waktu pada musim kawin Rinia dan Pursena, tapi itu, yah ... tidak
masalah sama sekali.
"Tapi, gak masalah nih? Bukannya kau dilarang membocorkan informasi ini?"
"Aku juga tidak yakin, tapi aku sungguh memerlukanmu untuk melanjutkan penelitianku. Tentu
saja, aku harap kau juga merahasiakan informasi ini dari siapapun. Karena lingkaran sihir
teleportasi adalah teknik terlarang, maka para pasukan kerajaan bisa menghancurkannya dengan
mudah jika mereka mengetahui posisinya.”
Jika lingkaran-lingkaran sihir itu dihancurkan, maka pergerakan Orsted juga akan terbatas.
Tentu saja, Orsted akan meminta pertanggung jawaban Nanahoshi ataupun diriku sendiri jika itu
benar-benar terjadi.
18
Orsted ...
Mengingatnya saja sudah membuatku gemetaran ...
Aku tidak akan membocorkan informasi ini kepada siapa pun.
"Terima kasih, Nanahoshi. Ini sangat membantu."
"Aku hanya ingin agar kau pulang lebih cepat."
Nanahoshi mengatakan itu sambil mengeluarkan suara dengusan “Hmph” melalui hidungnya.
Tsundere yang malu.
Aku mengambil buku catatan itu dengan tanganku, lalu aku menunduk untuk mengucapkan
terimakasih padanya.
Kemudian, aku berbalik dan meninggalkan ruangan dengan semangat tinggi.
"Ah, aku lupa mengatakannya, tapi di halaman pertama ada tanda yang menunjukkan lokasi
lingkaran sihir teleportasi yang terdapat di reruntuhan, kemudian ada juga keterangan yang
menjelaskan bagaimana cara memecahkan sihir penyembunyi lingkaran tersebut, jadi pastikan kau
membaca semua keterangannya dengan seksama.”
"Dimengerti. Aku berhutang budi kepadamu."
"Aku hanya membalas hutangku yang lalu."
Sembari tersenyum pahit pada Nanahoshi, aku pun meninggalkan ruang penelitian.
Bagian 8
Kemudian, aku kembali ke tempat Elinalise.
Aku kembali dengan cepat.
Ini kabar baik. Aku yakin dia juga akan senang.
Tidak ada pilihan selain mengubah rencana perjalanan.
Satu setengah bulan.
Bahkan, kita bisa saja membawa Cliff.
Tentu saja, kami akan kembali tepat waktu saat persalinan Sylphy
Senyum mulai muncul di bibirku.
Aku menampari pipiku untuk memastikan ini bukanlah mimpi. Sesampainya di ruangan Cliff, aku
langsung membuka pintunya.
Detik berikutnya, ada sesuatu yang begitu mengejutkanku.
"Aku minta maaf Rudeus. Sepertinya aku tidak bisa pergi denganmu."
Elinalise terlihat tidak stabil.
Tubuhnya yang bagaikan model terbungkus selimut, dan itu sungguh menggoda.

19
Oppai Elinalise tampak semegah Air Terjun Niagara, dan tubuhnya yang ramping terlihat begitu
simetris, kau pasti akan menganggapnya keindahan ciptaan Tuhan.
Namun, aku tidak merasakan karya seni atau semacamnya.
Itu hanyalah pikiranku yang kotor.
Sejak awal, aku tidak memahami apapun tentang seni.
Kalau aku membuat figure-nya, dia pasti terlihat eksotis dan keren!
Cliff berada di pojok ruang penelitian, dan dia terlihat seperti mumi Fir’aun.
Tapi ekspresi gembira terlihat di wajahnya.
"Tidak mungkin aku bisa terpisah dengan Cliff selama dua tahun! Bahkan wanita jalang sepertiku
tidak akan tahan terpisah dari orang yang kucintai!”
Wanita selalu mendasari apapun dengan perasaan.
Kalimat itu terpintas di benakku.
"Bahkan, tanpa bantuanku sekalipun, kemampuan Rudeus sebagai petualang sudah cukup untuk
melintasi benua itu seorang diri. Lagipula, Paul belum tentu mau menemuiku. Kalau Rudeus pergi,
bukankah tugas seorang nenek adalah menjaga cucunya yang hendak melahirkan?”
"..."
Tidak ada lagi pernyataan sok keren seperti : ”Serahkan semuanya padaku dan tunggulah.”
Pernyataan yang banci.
Aku yakin, beberapa jam yang lalu mereka berdua bersenang-senang layaknya berada di surga.
"Aku mengerti. Tapi, sebenarnya aku sudah menemukan cara untuk memangkas waktu
perjalanannya sampai dengan tiga bulan saja.”
"Eh !!?"
Elinalise menghentikan gerakannya.
"Cara macam apa itu?"
Setelah memastikan bahwa Cliff sudah tidur, aku berbisik ke telinga Elinalise.
"Sejujurnya, Nanahoshi punya .."
"Ah ... telingaku… telingaku…. Geli ah ♥ ♥ ♥."
"Hey, dengarkan aku dengan serius."
"Cheh. Aku kan hanya bercanda."
Aku menunjukkan catatan Nanahoshi dan menjelaskan garis besarnya.
Aku juga menyampaikan larangan dari Nanahoshi untuk menyebarluaskan informasi penting ini.
Setelah Elinalise membalik-balik halaman buku catatan itu, dia tidak bisa menyembunyikan
ekspresi heran di wajahnya.

20
"Hanya beberapa hari saja, kita bisa….."
"Benar, dengan cara ini, kita bisa pulang tepat waktu saat Sylphy bersalin."
"...Kita bisa melakukannya."
Perjalanan pergi, satu setengah bulan.
Itu tidaklah lama.
Sorot mata Elinalise berubah.
Ohh, jadi kalau tidak lama-lama berpisah dengan Cliff, begitu ya sorot matanya, fufu.
"Yah, kalau begini, tidak masalah. Aku akan pergi bersamamu."
Keputusannya pun berubah seketika, ternyata wanita ini cukup egois.
Tapi, yah, dua tahun memanglah lama sekali, pasangan manapun yang sedang dimabuk cinta tidak
akan tahan berpisah selama itu.
"Kalau hanya perjalanan selama satu setengah bulan, kurasa kita bisa membawa orang selemah
Cliff-senpai.”
"... Tidak, kita tidak akan membawa Cliff."
"Yakin?"
"Ya, karena kalau Cliff tahu informasi tentang peta persebaran lingkaran sihir itu, dia tidak akan
bisa tutup mulut.”
Masa sih…. Menurutku Cliff bukanlah orang seperti itu.
Tapi ...
Tapi kalau dibandingkan dengan teman-temanku yang lain, sepertinya Cliff memang orang yang
paling sulit menjaga rahasia besar.
Humu. Bagaimanapun juga, bepergian dalam rombongan yang besar tidaklah baik.
Semakin banyak orang yang mengetahuinya, maka semakin besar pula peluang bocornya rahasia
tersebut.
Tapi, mungkin kita bisa membawa seseorang yang benar-benar tangguh.
Sebut saja, suatu Party kecil yang berisikan anggota elit.
Orang yang akan kupilih untuk bergabung, misalnya Ruijerd.
Tidak ada orang lain yang lebih kuandalkan selain dia.
Ruijerd adalah orang yang pendiam, aku cukup yakin dia tidak akan membocorkan rahasia tentang
lingkaran sihir teleportasi itu pada siapapun.
Atau mungkin, Badigadi.
Sebagai orang yang sudah hidup selama ribuan tahun, pastinya dia sudah tahu informasi tentang
lingkaran sihir teleportasi itu.

21
Sepertinya dia tahu tentang Orsted juga, tapi aku tidak ingin membicarakan itu padanya, karena
bisa jadi masalah.
Yahh, tapi karena belakangan ini dia jarang nongol, maka aku tidak bisa mengajaknya.
Kalau begini sih, tidak banyak orang yang bisa kuajak…..
Zanoba pun tampaknya jarang bertualang..
...Ah, betul juga.
Kalau kita pergi dengan membawa sedikit orang, maka ketika pulang nanti, beberapa orang bisa
ikut bergabung.
Ini adalah pertama kalinya kami pergi ke Begaritto, jadi kami harus berhati-hati, tapi kalau kita
sudah pernah pergi ke suatu tempat, setidaknya sekali, maka kita bisa memandu orang lain
bersama.
Meskipun kita menggunakan lingkaran sihir teleportasi untuk pergi ke sana, kita masih harus
mempersiapkan beberapa hal.
Perjalanan pulang-pergi akan memakan waktu 3 bulan lebih, tapi ketika pulang nanti, kita akan
membawa banyak orang yang bisa membantu persalinan Sylphy.
"Untuk saat ini, hanya kita berdua lah yang akan berangkat."
"Ayo cepat pergi, cepat selesaikan masalah di sana, dan cepat kembali pulang."
Dengan demikian, Elinalise pun sudah tidak bimbang lagi.
Bagian 9
Dan akhirnya, tiba saatnya aku berdiskusi dengan Sylphy.
Di ruang tamu rumah kami, aku berkumpul bersama Sylphy, Aisha, dan Norn.
Aku mulai berbicara.
"Aku berencana untuk membantu ayah dan ibu."
Sylphy bergumam dengan suara kecil, "Eh?", wajahnya menunjukkan kecemasan.
Dia juga terlihat bingung.
Namun, dia segera menggelengkan kepalanya dan mengangguk dengan ekspresi serius.
"Ya, aku mengerti. Serahkan urusan rumah padaku."
"Aku minta maaf karena tidak bisa memenuhi janjiku, tapi aku tidak akan pergi begitu saja."
"Kau masih memenuhi janjimu, lagian kau juga membicarakannya terlebih dahulu dengan kami,
jadi kupikir tidak masalah."
Akhirnya, Sylphy tersenyum malu.
Namun, entah kenapa aku merasakan kesan dibuat-buat pada senyuman itu.
Meskipun dia berkata begitu, aku yakin dia cukup terpukul.

22
Rasanya seperti melarikan diri dari kenyataan.
"Umm, aku penasaran, berapa lama kau akan pergi? Sekitar dua tahun mungkin?"
"Tidak. Sebenarnya berkat Nanahoshi, kami bisa menggunakan lingkaran sihir teleportasi. Oleh
karena itu, kurasa aku bisa pulang tepat saat kau melahirkan.”
Aku juga berbicara tentang lingkaran sihir teleport.
Di dunia ini, siapa lagi yang pantas kuberitahu soal itu selain Sylphy.
"Eh!!"
Sylphy menatapku dengan wajah terkejut.
Namun, kesan khawatir juga masih terlihat jelas di rona wajahnya.
"Teleportasi katamu, apakah aman?"
Ya, kami berdua mengalami masa-masa sulit karena bencana metastasis.
Tentu saja dia langsung mempertanyakan itu ketika mendengar kata teleportasi.
"Aku tidak tahu. Tapi sepertinya Nanahoshi sendiri sudah pernah menggunakannya, jadi kurasa
tidak masalah."
"Y-Ya."
Sylphy masih terlihat gelisah.
Lalu aku pun memeluknya dan berbisik dekat dengan telinganya.
"Tidak apa-apa, karena aku pasti akan kembali ke rumah."
"Ya."
"Maaf."
"Ya..."
Aku akan menyerahkan semuanya padamu, sebagai bukti kepercayaanku.
Aku pun memanggil adik perempuanku yang berpakaian Maid di belakang Sylphy.
"Aisha."
"Onii-Chan...?"
Aisha bahkan menunjukkan wajah yang lebih gelisah daripada Sylphy.
"Bisakah aku mempercayakan semuanya padamu?"
"Tentu ... tentu saja. Karena aku benar-benar sudah belajar cara merawat ibu hamil dari Okaa-san."
"Kalau kau merasa ragu melakukan sesuatu, jangan pernah sungkan meminta tolong pada orang-
orang yang bisa diandalkan. Jangan coba melakukan semuanya sendirian. Kamu memang luar
biasa, tapi pengalamanmu kurang. Hubungilah orang dewasa yang lebih berpengalaman untuk ikut
membantu."

23
"Wa, Ya."
Aisha mengangguk.
Wajahnya masih tampak gelisah, namun apa boleh buat.
Segala sesuatu tidak pernah berjalan dengan sempurna.
"Norn."
"Ya."
"Jika kau merasa bahwa Aisha atau Sylphy sudah begitu kelelahan, segeralah bantu mereka. Kau
bisa memberikan bantuan dalam bentuk apapun, meskipun hanya mendengarkan keluh kesah
mereka, itu sudah cukup. Kau pasti sudah sangat mengerti tentang penderitaan batin, kan?"
"Ya! Nii-san!"
"Terus, jangan pula mengabaikan pelajaranmu di sekolah."
"Ya!"
Entah kenapa, hari ini Norn sangat antusias.
Sampai-sampai, aku ingin memastikan bahwa dia tidak akan bertengkar dengan Aisha karena
terlalu antusias.
Nah…. Sekarang apa lagi ya.
Apa lagi yang perlu aku katakan.
"... Ah iya, haruskah kita memutuskan nama anak itu sebelum aku pergi?"
Tentu saja, aku berniat pulang sebelum si cabang bayi lahir.
Tapi, untuk jaga-jaga saja kalau aku pulang terlambat.
Setidaknya, mungkin lebih baik jika aku pergi setelah menamainya.
Aku penasaran, nama macam apa yang harus kuberikan padanya.
Nama dengan kesan Chuunibyou akan keren di dunia ini, sepertinya akan kupakai nama seperti
itu.
Kalau anakku perempuan, mungkin namanya Ciel atau Sion.
....Kalau anakku laki-laki, mungkin namanya Nero atau Wallachia. [5]
Tidak, tidak, ini bukan dunia game.
Umm, karena dia adalah anaknya Rudeus dan Sylphy.
Jika dia cowok, mungkin namanya Shius atau Sirius?
Jika dia cewek, mungkin namanya Lucy atau Lulushi?
Itu mungkin terlalu sederhana.
Mungkin lebih baik aku bertanya pada Paul tentang nama-nama yang baik di dunia ini.

24
Ketika kulihat ketiga wanita di hadapanku, semuanya memasang wajah bingung.
"K-kau bilang nama, Rudi??"
"Onii-chan, kenapa kamu mengatakan hal seperti itu?"
"Nii-san?"
Semuanya memandangku dengan tatapan gelisah.
Air mata mulai menggenang di kelopak mata Aisha.
Aku penasaran, apakah aku sudah mengatakan hal yang aneh.
Aku penasaran, apakah di dunia ini tidak baik memberikan nama bayi sebelum kelahiran.
"Kalau kau memberikan nama anakmu sebelum pergi jauh, bukankah itu artinya kau tidak akan
pernah kembali lagi?”
Wajah Sylphy penuh dengan kegelisahan.
Sepertinya aku tidak tahu tentang dead flag di dunia ini.
Ah tidak juga.
Sekarang aku ingat.
Kalau kuingat-ingat, sepertinya ada kisah semacam ini di Legend of Pergius.
Salah satu dari sekutu Pergius, "The Man of Fortune" penyihir api kelas Kaisar, bernama Furouzu
Star, mengatakan bahwa dia mungkin tidak akan kembali dari pertempuran, jadi dia memberi nama
pada anaknya sebelum pergi.
Nama yang dia berikan sama dengan nama miliknya.
Furou Junior.
Namun, sayangnya Furozu Star benar-benar kehilangan nyawanya dalam pertempuran.
Di saat-saat terkahirnya dia mengingat putranya itu, kemudian dia kalah di tangan Raja Iblis
Raineru Kaizeru. [6]
Putranya ingin meneruskan nama besar ayahnya, sehingga dia berkembang menjadi seorang
penyihir yang hebat.
Setidaknya, begitulah kisahnya, namun cerita itu begitu berdampak pada masyarakat di kehidupan
nyata.
Kisah itu begitu terkenal, sampai-sampai orang-orang menganggap bahwa memberikan nama anak
yang akan lahir sebelum pergi jauh adalah suatu hal yang tabu.
Bukannya Furozu meninggal karena memberikan nama putranya sebelum pergi, namun orang-
orang sudah menganggap itu sebagai pertanda buruk.
"... Kalau begitu, lebih baik kita tidak memutuskan namanya terlebih dahulu?"
"S-Sepertinya begitu."

25
"Tapi, aku ingin sekali ikut serta dalam pemberian nama anak itu…. Meskipun kemungkinan
terburuknya aku akan pulang terlambat….”
"Jangan membicarakan kemungkinan terburuk."
"Maaf."
Bagaimanapun juga, itu adalah anak pertamaku.
Nyatanya, ini masih jauh dari hari kelahirannya, tapi aku sangat ingin memberikan nama.
"Uhukk…."
Aisha sengaja berdeham.
Sepertinya dia punya semacam rencana.
"Onii-chan. Sekarang begini saja…. Jika anak itu lahir, kita akan sepakat untuk memanggilnya
Rudeus Junior. Kita baru akan memutuskan nama anak itu yang sebenarnya setelah Onii-chan
pulang nanti. Seperti halnya Dewa Utara Kaaruman, jika kita memberikan kata "Rudeus" pada
nama tengahnya, maka itu sah-sah saja.”
Rudeus Junior ya.
Di dunia ini, menamai anak dengan nama yang sama seperti orang tuanya bukanlah hal yang aneh.
Misalnya, kalau diberi nama Lucy, maka akan menjadi Luci..el Greyrat.
Itu tidak buruk.
Harapannya adalah, agar anak itu menjadi orang yang sama hebatnya dengan orang tuanya, ahh
aku jadi malu….
Sepertinya, sudah banyak orang yang melakukan itu.
Hn?
Tunggu, kalau dia cewek, dan aku tidak pernah pulang…. Maka apa yang akan terjadi padanya?
Apakah dia akan bernama Rudeus Junior selamanya?
Bukankah ada yang salah dengan nama itu?
Saat dewasa nanti, mungkin dia akan mengatakan, ”Apakah salah jika seorang wanita bernama
Rudeus??!”, kemudian dia akan tumbuh menjadi seorang cewek tomboy yang suka berteriak dan
berkelahi.
Tidak, tidak mungkin, aku jadi ingat seorang gadis dengan julukan Mad Dog.
... Ya, lebih baik kita menamainya setelah aku pulang nanti.
"Aku mengerti, aku pun menyetujuinya. Sylphy."
"Ya."
"... Umm."

26
Aku ingin mengatakan beberapa hal lain kepada Sylphy, tapi tak sepatah katapun terangkai di
pikiranku.
Pada saat-saat seperti ini, aku hanya bisa mengatakan sesuatu yang berujung pada firasat buruk.
"Sylphy."
Aku berdiri di depan Sylphy dan meletakkan kedua tanganku di pundaknya.
"Eh ... Ah."
Sylphy mengerti apa yang akan kulakukan, kemudian dia pun menutup matanya.
Dia mengangkat rahangnya, kemudian menyilangkan tangan di depan dadanya dengan gemetaran.
Ini bukanlah ciuman pertama kami, namun mungkin saja inilah pertama kalinya dia begitu pasrah
dengan keinginanku.
Sekilas, aku melirik Aisha, entah sejak kapan dia sudah memalingkan pandangannya dari kami,
sembari sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.
Norn menutupi matanya dengan tangan, tapi dia masih mengintip kami dari sela-sela jarinya.
Aku berkedip pada mereka berdua, sebagai tanda bahwa kami akan segera melakukannya.
Kemudian, tiba-tiba Norn merapatkan jari-jarinya.
Aisha malah balik mengedipkan matanya padaku.
Dia benar-benar adik yang menyenangkan.
Kau begitu ingin melihat adegan ciuman ya.
Yah, kali ini, kurasa tidak apa-apa.
Aku mencium Sylphy dengan lembut.
Sambil mendengarkan jeritan kecil "kya ~" dari Aisha ...

27
Bab 2
Menuju Benua Begaritto

Bagian 1
Kami mengubah rencana perjalanan.
Pertama-tama, kami membeli kuda.
Lalu kami berdua menungganginya menuju hutan yang terdapat lingkaran teleportasi B3’.
Kami akan menggunakannya untuk berteleport langsung ke Benua Begaritto.
Menurut cerita Nanahoshi, jika kita berteleport ke utara dari titik itu, maka kita akan tiba pada
Oasis dan Bazar.
Hanya saja, di sana ada gurun pasir yang teramat panas.
Saat itu, Nanahoshi benar-benar kesulitan melintasi gurun tersebut, bahkan mungkin saja dia
melanjutkan perjalanan sambil digendong oleh Orsted di punggungnya.
Oleh karena itu, kami harus mempersiapkan segalanya dengan matang.
Yah, aku juga bisa sihir.
Mungkin aku bisa menciptakan balok es raksasa di tengah gurun yang begitu panas.
Yang jelas, kemampuanku akan sangat diperlukan nanti.
Tidak ada peta sampai Bazar.
Namun, tampaknya Elinalise begitu percaya diri akan kepekaannya terhadap arah mata angin, dia
pun memintaku untuk tidak khawatir dan menyerahkan semuanya padanya.
Tampaknya, para Elf tidak kehilangan kepekaannya akan arah, meskipun berada jauh di dalam
hutan.
Aku mengingatkan Elinalise bahwa hutan dan gurun adalah dua hal yang sangat berbeda, namun
dia malah marah, dan mengatakan, “Kau pikir sudah berapa tahun aku berpetualang?”
Jika dia begitu percaya diri, maka kurasa tidak akan ada masalah serius.
Setelah kami tiba di Bazar, dari sana kami akan menyewa pemandu.
Dari sana, kira-kira kami akan menghabiskan waktu sebulan perjalanan untuk tiba di Lapan.
Menurut Elinalise, jika kita sudah tahu arah, maka perjalanan akan lebih cepat jika kita
mempekerjakan orang.
Kami akan terus berjalan sampai tiba di Lapan, kemudian secepat mungkin membantu Paul dan
yang lainnya, lalu pulang dengan menggunakan rute yang sama.
Sebenarnya aku cukup takut memberitahu mereka tentang adanya lingkaran sihir teleportasi, tapi
apa boleh buat.
28
Aneh jadinya, kalau kami bersama Paul dan yang lainnya pulang melalui rute normal.
Seingatku, kelompok mereka terdiri dari 6 orang.
Kalau disertakan Gisu, jumlahnya jadi 7 orang.
Setidaknya, aku harus memberitahu mereka untuk tetap menjaga rahasia tentang lingkaran sihir
teleportasi.
Dan aku sudah melarang Sylphy dan kedua adikku untuk membocorkan informasi itu.
Aku mengatakan pada kedua adikku bahwa, jika mereka membocorkan informasi itu, akan muncul
seseorang yang bisa membunuh Ruijerd hanya dengan sentilan jari. Setelah mendengar itu,
harusnya mereka tidak akan berani membicarakan informasi itu di depan umum.
Bagian 2
Persiapan demi persiapan sudah selesai.
Kami sudah mengumpulkan semua jenis peralatan dasar untuk bertualang.
Aku sudah menyiapkan partnerku, Aqua Hartia, dan jubah yang Sylphy berikan padaku.
Selain itu, aku juga membawa gulungan berisi lingkaran sihir pemanggil yang pernah Nanahoshi
buatku untukku.
Aku tidak tahu apakah aku akan menggunakan benda seperti itu, tapi untuk jaga-jaga, aku bawa
10 gulung.
Kalau aku terlalu cemas, mungkin aku bisa menghabiskan sehari penuh untuk menyiapkan barang-
barang yang akan kubawa.
Aku juga membawa peralatan gambarku, kalau itu tidak cukup, maka kau bisa menggunakan
cetakan. Jika aku bisa menjual patung-patung buatanku, maka itu bisa menjadi salah satu sumber
pemasukan.
Berbicara tentang uang, tidak ada pertukaran mata uang di sana.
Mata uang yang digunakan di Begaritto tidaklah diketahui.
Sehingga, untuk mendapatkan uang, kami harus menyiapkan sesuatu yang bisa menghasilkan
uang.
Salah satu cara untuk mengisi perbekalan adalah membawa makanan yang sudah diawetkan.
Karena ini adalah pertama kalinya kami bertualang ke Benua Begaritto, kami tidaktahu apakah
ada peralatan khusus lain yang perlu kami bawa.
Aku yakin, perjalanan ini akan semakin lancar jika kami membawa barang-barang tepat yang
diperlukan di sana.
Katanya Benua Begarittoberisikan hamparan gurun.
Untuk mencegah sengatan sinar matahari secara langsung, lebih baik kami menyiapkan mantel.
Ah bukan, lebih tepatnya jubah, atau kerudung pun tak apa.

29
Selebihnya, aku bisa menggunakan sihir untuk menangani berbagai macam hal.
Jika perjalanannya hanya berlangsung sekitar satu setengah bulan, maka kami punyacukup waktu
luang untuk melengkapi bagasi kami.
Kami bisa memilah-milah barang manakah yang tidak perlu dibawa.
Kita tidak bisa membawa barang apapun yang sepertinya akan dipakai.
Lebih baik hanya membawa barang yang diperlukan.
Katanya, kami akan tiba di Bazaar setelah melakukan perjalanan selama seminggu dari titik B3,
artinya daerah itu bukanlah daerah tanpa penghuni sama sekali.
Di sana, kami akan mencari barang-barang yang akan dibutuhkan, dan mendapatkannya.
Untuk berjaga-jaga, aku membawa banyak buku yang menjelaskan serba-serbi tentang teknik sihir
teleportasi.
Orsted sering kali menggunakan lokasi-lokasi yang terdapat lingkaran sihir teleportasi untuk
berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya, dan itulah yang membuatku tidak nyaman
menggunakan lingkaran-lingkaran sihir tersebut.
Setelah menyelesaikan berbagai urusan di ruang guru, aku pun menundukkan kepala untuk
berterimakasih pada Jinas, aku pun mendapatkan ijin untuk meminjam buku-buku tersebut dalam
waktu yang lama.
Selain itu, aku meminjam satu jilid buku tentang Bahasa Dewa Tempur dari perpustakaan sekolah.
Untuk berjaga-jaga, jikalau aku tidak bisa berkomunikasi lancar dengan orang-orang di Begaritto.
Dua jilid buku berjudul :"Catatan Eksplorasi Dungeon Teleport." dan "Benua Begarittodan Bahasa
Dewa Temput", harusnya akan banyak membantuku.
Bagian 3
Sepertinya Gingercukup banyak tahu tentang kuda.
Oleh karena itu, aku memintanya menemaniku untuk memilih kuda di kandang.
Aku sekalian pamit pada Zanoba.
"Begitukah, jadi kau sudah bisa kembali pulang hanya dengan perjalanan selama setengah tahun?"
"Ya. Kurang-lebih begitu, tapi aku tidak bisa menjelaskannya secara detail."
"Begitukah ... itukah sebabnya kau ingin ditemani oleh Ginger?"
"Jangan mengatakan hal-hal yang konyol."
Aku tidak ingin Ginger menyimpan dendam padaku.
"Humu. Begitukah."
"Tolong jagalah Sylphy dan kedua adikku."
"Tidak perlu mengatakan itu. Kalau begitu, bagaimana kalau aku tempatkan Ginger untuk berjaga-
jaga di kediamanmu."

30
Aku tertawa kaku tanpa sengaja.
"Kenapa kau malah sering menjauhkan Ginger darimu? Hal yang sama juga pernah kau lakukan
di Shirone tempo hari, saat kau memerintahkannya menjaga Aisha."
Setelah menanyakan itu, Zanoba melirik Ginger, kemudian di diam-diam berbisik di telingaku.
"Dia suka ngomel. Semenjak aku kecil, dia selalu mengomel tentang hal-hal yang sepele.
Belakangan ini, dia selalu mengomentari tentang ini dan itu, tak terkecuali tentang Julie, itu sangat
menjengkelkan, danaku lama-lama tidak tahan."
Karena Ginger terlalu ceriwis, Zanoba pun ingin dia menjauh.
Itu hampir mirip seperti seorang ibu yang terlalu banyak mengomeli anaknya.
Umur Zanoba masih berada di pertengahan dua puluhan.
Bukannya dia tidak memahami hal-hal sepele tersebut, namun lama-lama eneg juga kalau selalu
diingatkan oleh Ginger.
Ginger juga masih muda.
Namun dia menghabiskan hampir seumur hidupnya untuk mengabdi pada Zanoba.
"Julie, bagaimana pendapatmu tentang dia?"
Sekarang, aku coba meminta pendapat pada Julie secara langsung.
Aku harus mengingatkannya agar dia melanjutkan latihan harian, meskipun aku absen selama
beberapa bulan ke depan.
Ketika aku kembali nanti, mungkin sudah saatnya kita memulai proyek pembuatan patung Ruijerd.
"Ginger-sama. Dia selalu mengajariku untuk tidak meniru tindakan-tindakan buruk Tuan."
"Jadi itu yang sering dia ajarkan padamu. Kalau begitu, Julie harus memberi contoh pada Zanoba
bagaimana membenarkan kesalahan-kesalahan itu.”
"Mumu...."
Dia seperti seorang ibu yang mencampuri urusan anak-anaknya yang ingin hidup lebih bebas.
Seperti itulah suasana di tempat ini.
Sebenarnya, itu cukup menyenangkan.
"Ah iya…. Julie,meskipun aku akan absen selama beberapa bulan, jangan lupa untuk terus
melanjutkan latihan harianmu ya.”
"Ya, Master, aku akan memberikan yang terbaik."
Bahasa manusia Julie juga semakin membaik.
Aku yakin, ini jugalah hasil ajaran Ginger.
Dan, saat itu, Ginger kembali dari mencari kuda.
Dia sedang memegang tali kendali seekor kuda.

31
"Rudeus-dono. Silakan menilai apakah kuda ini bagus menurutmu."
"Oh."
Itu kuda yang besar.
Kuda di sekitar daerah sini umumnya besar-besar, sepertinya orang-orang sini memanfaatkan
kekuatannya untuk membajak salju.
Sepertinya ukuran mereka bahkan lebih besar daripada kuda-kuda dari pacuan kudaBan'ei.[7]
Kecepatan mereka tidaklah sebagus itu, namun kekuatan fisiknya cukup prima, dan mereka
sanggup berlari seharian penuh.
Sepertinya ada banyak kuda yang seperti monster di dunia ini.
Sekarang, kurasaaku akan memberikannya nama: Matsukaze.
"Terima kasih, Ginger-san."
"Tidak. Tidak perlu berterima kasih."
"Sebagai hadiah, apakah kau ingin Zanoba melakukan sesuatu padamu, misalnya memijit
pundakmu?”
"…..Rudeus-dono. Ksatria bangsawan tidak memerlukan imbalan seperti itu…”
"Ah, maafkan aku, itu hanya lelucon."
Dia pun mulai menatapku dengan serius.
Pokoknya, kami telah membeli kuda, dan kami sudah berpamitan pada teman-teman kami di
sekolah, bahkan aku sudah mengurus dokumen dispensasi selama beberapa bulan ke depan.
...Hah?
Sepertinya aku sudah melupakan seseorang.
Ah tidak, aku cukup yakin sudah berpamitan dengan seluruh kenalan dekatku di sekolahan ini.
Kalau Badigadi sih ... karena dia sudah jarang kelihatan, maka lupakan saja dia.
Ya, itu tidak apa-apa.
Aku pun telah meminta siapapun yang sudah mengetahui informasi tentang lingkaran sihir
teleportasi itu untuk menjaganya sebagai rahasia.
Ya, itu tidak ada masalah.
Bagian 4
Hari keberangkatan.
Aku mengucapkan salam perpisahan terakhir pada keluargaku.
Di depan gerbang masuk, istri dan kedua adikku mengantar kepergianku.
"Sylphy, aku akan segera kembali."

32
"Rudi ..."
Dengan berlinang air mata, Sylphy memelukku.
Sensasi rangkulan ini sudah sering kurasakan selama setengah tahun terakhir.
Dadanya memang kecil, tapi sensasinya sungguh hangat.
Bahunya bergetar.
"Hiks..."
Sylphy tidak mengatakan apapun, dia hanya terisak-isak.
Ketika dihadapkan dengan respons seperti itu, aku merasa semakin berat meninggalkan mereka.
... Aku pun kembali ragu, apakah aku harus membatalkan perjalanan ini.
... Tidak bisakah Paul dan yang lainnya bertahan, setidaknya sampai proses persalinan selesai?
... Setelah dipikir-pikir lagi, normalnya perjalanan ini membutuhkan waktu hampir setahun untuk
berangkatnya saja, jadi dengan adanya cara teleportasi, aku sudah begitu banyak menghemat
waktu.
... Tapi, meskipun aku tinggal di sini selama tujuh bulan ke depan, kemudian menemani istriku
selama proses persalinannya, apakah baik jika aku langsung pergi setelah bayi itu lahir?
... Dengan teleportasi, perjalanan ke sana hanya membutuhkan waktu satu setengah bulan saja,
namun apakah aku sanggup meninggalkan keluarga dalam keadaan seperti itu.
Pemikiran seperti itu terus melayang di benakku.
Namun, Gisu sudah bersusah payah menggunakan jasa pesan kilat untuk menyampaikan surat itu
padaku.
Itu adalah jasa kirim pesan kilat antar benua.
Pesannya tidak boleh panjang-panjang, dan biayanya juga sangat mahal, jadi dia tidak mungkin
melakukan itu berkali-kali.
Meskipun hanya pesan singkat, Gisu pasti sudah berupaya keras mengirimkannya.
Ini darurat.
Tidak diragukan lagi, dalam situasi seperti ini, setiap menitnya sangatlah penting.
Meskipun begitu, aku akan berusaha keras untuk kembali tepat saat persalinan.
Aku mengusap air mata Sylphy.
Kemudian, aku memanggil dua saudari kecilku yang berdiri di belakangnya.
"Aisha…dan Norn juga. Aku akan menyerahkan semuanya padamu."
Sebenarnya, apa yang aku serahkan kepada mereka?Aku sendiri tidak tahu.
Namun dua adikku mengangguk dengan ekpresi lembut di wajahnya.

33
"Nii-san. Tolong jangan mengkhawatirkan apapun, karena aku akan memberikan yang terbaik
untuk menjaga keluargamu."
"Aku mengerti. Onii-chan juga, semoga keberuntungan bersamamu!"
Aku mengangguk tanpa kata pada mereka.
"Ya. Pokoknya, kalian berdua, pastikan untuk tidak berkelahi."
"Ya."
"Ya."
Keduanya mengangguk dengan pasti, namun senyum pahit masih bisa kulihat di wajah mereka.
"Sylphy!"
Elinalise yang sedang menunggang kuda mendekati kami.
Kuda itu membawa koper berisikan berbagai barang persediaan selama dua minggu penuh, namun
gerakannya sama sekali tidak melambat.
Sudah kuduga, Matsukaze memang hebat.
"Tidak apa-apa, bahkan tanpa seorang suami, seorang anak akan tetap dilahirkan. Asalkan ibunya
masih bersamanya."
"... Ya, Obaa-chan juga, tolong jaga dirimu baik-baik."
"Tidak perlu khawatir, semuanya akan berjalan dengan baik."
Elinalise dengan gagah mengebaskan rambutnya.
Keren sekali.
Dia terlihat mirip seperti ksatria wanita dari negeri dongeng.
Ternyata neneknya istriku sekeren ini kalau mau bertugas, yahh lupakan saja Elinalise lacur yang
tempo hari suka main kuda-kudaan dengan sembarang pria.
Kesanku padanya tidak lagi seburuk dulu.
Yah, Elinalise pun juga punya sisi lemah yang selalu dia sembunyikan.
Setiap orang selalu memiliki saat-saat dimana mereka kehilangan jati dirinya.
"Kalau begitu, kita akan pergi dan kembali secepatnya."
Aku melompat ke atas kuda yang sama dengan yang ditunggangi Elinalise.
Aku membonceng di belakang Elinalise.
Itu adalah punggung yang tidak begitu tangguh, namun sangat bisa diandalkan.
Dan juga hangat.
Maafkan aku Cliff, aku meminjamnya sebentar.
"Rudi?"

34
Sylphy memiringkan kepalanya sedikit.
Tidak, jangan khawatir sayangku, aku gak nafsu sama nenekmu.
Aku hanya berkosentrasi penuh pada kemudi kuda ini, kalau tidak, aku bisa jatuh.
"Aku pergi dulu, tenang saja, aku akan kembali secepat mungkin."
Ayo berangkat.
Bagian 5
Perjalanan selama lima hari ke arah barat daya Kota Sihir Sharia.
Kami tiba di hutan.
Lima hari terakhir ini, kami berjalan bersama seorang pria yang kami sewa dari Guild Petualang.
Dia juga bertugas merawat kuda dan mengembalikannya nanti.
Sesampainya di hutan, kuda hanya akan menjadi penghalang,lagian kami belum tahu ukuran
lingkaran sihir teleportasi B3’.
Akan lebih baik bila kami berteleport dengan hanya membawa barang-barang yang akan kami
perlukan di padang pasir. Tapi menurutku, kita tidak perlu membawa barang banyak-banyak,
karena kita bisa membeli sisanya ketika sampai di sana nanti.
Sedangkan, kuda tidaklah cocok dengan iklim gurun. Pasti ada hewan khusus yang sering
digunakan orang untuk mengarungi gurun.
Maka, lebih baik kuda ini kami kembalikan.
Tapi, kami sudah memiliki kuda ini, karena harganya juga tidak murah.
Karena aku tidak bisa menunggangi kuda, maka sepanjang perjalanan, aku membonceng di
belakang Elinalise.
Tentu saja, ada hal lain yang kulakukan selain membonceng.
Tapi tenang saja, bukan hal-hal yang berbau erotis.
Setiap hari, aku menuangkan Mana pada sempak ajaib penangkal kutukan itu.
Aku terus memegangi pinggul Elinalise untuk menyalurkan Mana, itu membuat si petualang yang
kami sewa melihatku dengan tatapan iri.
Kami berpisah dengan kuda ketika memasuki hutan.
Kemudian kami suruh petualang itu membawanya kembali ke rumah.
Selamat tinggal Matsukaze.
Besemangatlah, mungkin Aisha yang akan merawatmu setiap hari, baik-baiklah padanya.
Nah, ini adalah hutan barat daya.
Apa sih namanya, lupa aku.
Kalau tidak salah, namanya adalah Hutan Lumen, atau semacamnya.

35
Kalau diterjemahkan secara harfiah, artinya adalah Perut Hutan.
Kalau aku harus mendeskripsikan hutan ini dengan satu kata, maka kata itu adalah “lebat”.
Pohonnya padat dan besar-besar.
Batangnya juga tebal-tebal.
Karena daun telah tumbuh menghalangi sinar matahari, maka seluruh area hutan ini terkesan
redup. Untuk tanahnya…. Sebenarnya lebih pantas disebut gumpalan akar tebal yang menjalar ke
mana-mana, sehingga agak sulit berjalan di hutan ini.
Pohon-pohon besar, begitupun dengan akaranya, namun ukuran pohon cukup bervariasi.
Ada beberapa pohon dan akar yang seakan-akan membentuk tangga.
Bagaikan Dungeon alami.
Kalau begini, meskipun seseorang sudah terbiasa melintasi hutan ini, dia masih bisa tersesat
kapanpun.
Ada juga resiko serangan monster. Kau juga bisa mati terjatuh ke tanah dari akar-akar yang
menjuntai tinggi.
Kemudian, bangkaimu akan menjadi nutrisi alami bagi hutan ini.
Itulah sebabnya, hutan ini disebut perut, karena bisa memangsa siapapun yang bernasib siap di
sini.
Kemungkinan besar, para penebang pohon jarang bekerja di hutan ini.
Mungkin karena seringnya terjadi serangan dari monster-monster yang kuat. Atau mungkin ada
hutan lain yang juga menyediakan kayu dengan resiko bahaya lebih kecil.
Aku yakin, itulah alasan-alasan mengapa jarang ada orang yang melintasi hutan ini.
Ohya ampun, jangan pernah meremehkan pekerjaan penebang pohon.
Para penebang pohon di dunia ini lebih kuat daripada para petualang secara umum, dan mereka
sering bekerja dalam kelompok.
Ada banyak kayu di hutan, tapi resiko serangan monster juga tinggi.
Meskipun hanya menebang pohon, tapi kau perlu mempertaruhkan nyawamu untuk mendapatkan
sejumlah batangan kayu.
Mereka sering membentuk tim, kemudian menyewa para petualang yang mampu bertarung
melawan monster. Kalau semua persiapan itu sudah selesai, barulah kau bisa menebang pohon.
Tidak mungkin orang-orang di Guild Penebang Pohon lemah.
Namun, jika tak seorang penebang pohon pun menjamah suatu hutan, maka pohon-pohon akan
terus tumbuh menjulang.
Jika pohon tidak ditebang, Treants akan tumbuh semakin besar dan kuat.
"Rudeus, kita akan gunakan formasi yang telah kita rencanakan sebelumnya."

36
"Dimengerti."
Meskipun aku sudah bersama seorang veteran, aku tidak boleh lengah.
Kami pun memasuki hutan tanpa begitu antusias.
Elinalise akan menjaga muka, sedangkan aku akan jaga belakang.
Ras Elf seperti Elinlaise memang unggul dalam hal seperti ini.
Caranya melintasi hutan ini juga sangat baik.
Telinganya tajam, itu membuatnya bisa mendeteksi musuh dengan begitu cepat.
"Di sebelah kanan kita, ada tiga musuh!"
"Dimengerti."
Ketika dia memberi aba-aba, aku menembakkan peluru batu ke arah yang dia tunjuk.
Kemudian, dari kejauhan, aku bisa melihat darah terciprat dari jasad babi hutan berwarna hijau
zamrud.
Dua lainnya melarikan diri dengan panik.
Cari dan habisi.
Elinalise mencari lokasi mereka, kemudian aku lah yang mengeksekusi dengan sihirku.
Monster pundihabisi tanpa bisa mendekat.
Sangat menyenangkan dan mudah.
Sejujurnya, bahkan kami tidak perlu melakukan pertempuran jarak dekat.
Sembari kami terus melaju, Elinalise tampaknya menghindari tempat-tempat di mana monster
berkerumun.
Nampaknya, tindakannya itu bukanlah karakteristik khusus bangsa Elf, melainkan hasil dari
pengalamannya sendiri setelah bertahun-tahun menjadi petualang.
"Kita sudah menemukannya, itu adalah monumen batu, kan."
Setelah berjalan sebentar, Elinalise menemukan tengara tersebut.
Itu adalah monumen batu dengan ukiran berbentuk suatu lambang.
Di depannya, ada penghalang mirip dinding yang ditutupi tanaman rambat yang tumbuh subur.
Sebenarnya aku sudah mempersiapkan diri untuk mencari tengara ini dengan berkeliling di hutan
selama 2 – 3 hari, tetapi kami berhasil menemukannya lebih cepat, bahkan sebelum matahari
terbenam.
Aku yakin betul Elinalise memiliki skill seperti, "Detect Secret Doors". [8]
Monumen batu itu mirip dengan monumen batu TujuhKekuatan Dunia, dan ada lambang Dewa
Naga yang terukir padanya.
Disainnya berbentuk segitiga yang meruncing.

37
Entah kenapa, ketika kau melihat lambang itu, kau akan langsung merasakan sesuatu kekuatan
besar yang terkandung di dalamnya.
Namun, detailnya sungguh salah, kurasa sebenarnya lambang ini menggambarkan wajah naga
yang terukir pada suatu papan kayu.
Namun ... lambang ini.
Sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya ...
Ah, akuingat.
Pada ruang bawah tanah rumahku, aku juga melihat lambang ini pada penelitian patung hidup yang
dikerjakan Zanoba.
Tapi, detail lambangnya agak berbeda.
Hanya saja, terkesan mirip dengan lambang tersebut.
Aku penasaran, apakah pembuat patung hidup itu adalah orang yang punya hubungan denganDewa
Naga ...
Ah tidak juga, aku yakin ada banyak lambang serupa.
Bahkan di duniaku sebelumnya, ada banyak negara yang benderanya mirip.
"Ada apa?"
"Tidak, tidak ada apa-apa."
Elinalise bertanya padaku, namun aku hanya membalasnya dengan menggelengkan kepala.
Sekarang bukan waktunya untuk mengkhawatirkan hal seperti ini.
"Sekarang, ayo kita lepaskan penghalangnya."
"Aku serahkan padamu."
Setelah saling bertukar kata singkat, Elinalise mulai mengawasi area sekitar.
Aku meletakkan tanganku di atas monumen batu, kemudianaku melihat catatan pada buku
Nanahoshi.
Kata-kata yang tertulis di buku tersebut adalah suatu mantra.
"Naga hidup semata-mata mengikuti keyakinannya. Tak ada yang bisa meloloskan diri
darigenggaman tangan yang agung. Naga kedua yang mati. Dia lah yangmemiliki mata yang
paling fana, Jenderal NagaBersisik Hijau yang Menyilaukan. Dengan nama besar Kaisar Naga
Suci Shilard, sekarang ijinkan aku menembus penghalang ini!!"
Saat itu, monumen batu mulai mengisap Mana dari lenganku.
Bersamaan dengan itu,ruang tepat di hadapanku mulai terdistorsi.
Kami bisa melihat sesuatu di balik ruang yang terdistorsi itu.
Pada tempat yang ditumbuhi pepohonan, munculah benda berbentuk seperti dinding, rupanya itu
adalah suatu struktur yang terbuar dari batu.

38
"Oh, luar biasa."
"Aku belum pernah melihat sihir seperti ini sebelumnya .."
Ketika melihat itu, kami berdua hanya bisa mengucapkan kata-kata penuh kekaguman.
Namun, aku pernah merasakan sensasiMana-ku tersedot keluar seperti ini.
Ini adalah sensasi yang sama seperti ketika kau menggunakan alat sihir.
Kemungkinan besar, monumen batu ini adalah sejenis alat sihir.
Aku penasaran, apakah monumen batu Tujuh Kekuatan Dunia jugalah alat sihir.
Jika kau membelahnya, mungkin di dalamnya ada semacam lingkaran sihir.
Namun, mantra ini.
Aku merasakan aura Dewa Naga yang kental pada mantra ini.
Di sini disebutkan Kaisar Naga Suci Shilard, atau semacamnya.
Benar juga.
Dia adalah salah satu dari "Lima Jenderal Naga" yang ada di legenda, kan?
Mantra ini, karena tidak memiliki nama sihir, maka kemungkinan besar kau tidak akan bisa
mengetahui efeknya hanya dengan merapalkan bagian tengahnya saja. Tapi jika kau membacanya
sampai akhir, mungkin kau bisa mengerti bahwa efeknya mirip seperti monumen batu ini.
Yaitu, menembus segala jenis pernghalang.
Tapi aku tidak yakin.
"Ayo kita pergi."
"Tentu saja."
Kalau memungkinkan, aku ingin membawa pulang monumen batu ini.
Tapi jika Orsted tahu tentang itu, dia mungkin akan datang untuk membunuhku.
Gak jadi deh.
"Monumen ini jelas-jelas terkesan seperti reruntuhan bangunan yang lebih besar."
"Kadang-kadang, kau akan merasakan aura yang sama seperti saat ini ketika memasuki pintu
dungeon."
Yang muncul di hadapan kami hanyalah bangunan tingkat satu yang terbuat dari batu.
Banyak tanaman yang menjulur di dindingnya, bahkan di beberapa titik sudah aus dan runtuh.
"Rudeus, ini pertama kalinya kau masukdungeon, iya kan."
"Ya."
"Hati-hati, jangan pernah mendahului langkahku."
"Dimengerti ... jadi tempat ini benar-benardungeon?"

39
"Untuk berjaga-jaga, anggap saja begitu."
Perangkap dungeon memang menakutkan.
Namun, aku yakin ada beberapa hal yang Elinalise tidak kuasai, meskipun dia adalah seorang
petualang veteran.
Aku penasaran, apakah ini tidak apa-apa.
Meskipunkami terjebak dalam perangkap, apakah kami bisa bertahan.
Sekarang, lebih baik aku mengaktifkan mata iblisku.
Sehingga, jika terjdi sesuatu, aku bisa mengantisipasinya.
"Kalau begitu, ayo kita pergi, kalau terjadi sesuatu, lindungi aku."
"Dimengerti."
Bersama dengan Elinalise, aku pun masuk ke reruntuhan itu.
".."
Bagian dalam bangunan ini juga terbuat dari batu, dan ada pula tumbuhan-tumbuhan yang
menjalar dari dalam ke luar bangunan.
Memang seperti inilah reruntuhan bangunan yang tertanam dalam pada suatu hutan yang jarang
dijamah.
Meskipun begitu, bangunan ini tidaklah begitu besar.
Hanya ada empat ruangan.
Kami memutuskan untuk melihatnya secara berurutan.
Ruangan pertama di dekat pintu masuk kosong.
Itu hanyalah suatu ruangan berukuran 4,5 tikar tatami yang penuh dengan bunyi gemerisik.
Di ruangan ketiga, ada benda mirip lemari.
Setelah kami buka, ada semacam pakaian musim dingin pria yang ditempatkan di dalamnya.
Pakaian ini sudah pernah dipakai beberapa kali.
Aku penasaran, apakah ada orang yang bersalin di sini.
Kalau pun ada seseorang yang sering masuk ke sini, bisa jadi dia adalah Orsted.
Menurut Nanahoshi, titik teleportasi ini mengarah pada suatu gurun di seberang sana, sehingga
ketika ada orang yang berteleportasi sebaliknya, maka dia akan sampai di hutan ini. Ketika musim
dingin tiba, tentu saja hutan ini juga akan diselimuti salju, mungkin itulah mengapa disediakan
baju musim dingin di sini. Tak seorang pun menjual baju musim dingin di gurun pasir.
Humu, kalau ada beberapa ruangan seperti ini, sepertinya kami bisa membawa barang-barang lebih
banyak.
Yahh, sudah terlambat sekarang.

40
"Ada apa? Kenapa kau terus menatap baju itu, apakah ada yang mengganggumu?”
"Ah tidak…. Jika kita meninggalkan sesuatu di sini, mungkin kita bisa menggunakannya suatu
saat nanti.”
"... Itu seperti membuang sesuatu ketika kau bepergian."
Yah, tentu saja kau tidak bisa meninggalkan bahan makanan atau perbekalan lainnya di tempat
seperti ini.
Meskipun ada penghalang, sepertinya hewan liar macam serangga masih bisa menjamah barang-
barang tersebut.
"Ayo lanjut."
"Ya."
Ada tangga di ruangan terakhir.
Tangga di bawah tanah.
"Ya ampun, betapa mencurigakannya ..."
Elinalise dengan hati-hati menyelidiki area di sekitar tangga.
Itu seperti gerakan membersihkan pada FPS.
Tampaknya, sering kali ada jebakan di sekitar tangga.
"Aman……..."
Tapi sepertinya dia tidak menemukan apapun yang berbahaya.
Kalau memang ada perangkap, kurasa kita sudah banyak menemukannya di tempat lain.
Misalnya, pintu masuk reruntuhan.
"Kita akan turun. Ikuti aku."
"Dimengerti."
Elinalise berjalan dengan hati-hati.
Aku juga mengikuti langkah Elinalise.
Aku memijak tempat yang barusan dipijaki Elinalise.
Meskipun secara teknis kami berada di dalam tanah, herannya tempat ini cukup terang.
Mengapa begitu?
Alasannya menjadi jelas saat kami turun ke dasar.
"... Itu, kan?"
Setelah menuruni tangga, di hadapan kami terpapar lingkaran sihir yang cukup besar.
Kurasa ukurannya sekitar 4,5 tikar tatami.

41
Lingkaran sihir sebesar ini hampir sama seperti yang pernah kulihat, ketika aku ditahan di gudang
bawah tanah Kerajaan Shirone.
Lingkaran sihir ini memancarkan cahaya kebiruan.
"Inikah lingkaran sihir teleport?"
"Kemungkinan besar begitu."
Saat itu juga, aku mengambil buku dari ranselku, kemudian aku membandingkannya dengan
gambar yang ada di buku tersebut.
Ini mirip seperti lingkaran sihir yang bisa mengakomodasi teleportasi dua arah.
Detailnya berbeda, tapi karakteristiknya sama persis.
Jika cerita yang kudengar dari Nanahoshi benar, maka kami cukup menempatkan kaki kami pada
permukaan lingkaran sihir ini, kemudian dalam sekejap mata, kami akan diteleportasi keBenua
Begaritto.
Elinalise hanya menatap lingkaran sihir tersebut tanpa bergerak sedikit pun.
"Ada apa? Ayo pergi."
"Tidak, aku punya pengalaman burukberteleportasi."
Pengalaman buruk berteleportasi, ya.
Pasti pernah terjadi sesuatu ketika dia masih aktif menjadi petualang.
"Kalau hanya kenangan buruk sih, aku juga punya."
"Iya, kan?"
Elinalise menggelengkan kepalanya, sembari meyakinkan dirinya sendiri seakan mengatakan
“tidak apa-apa…. tidak apa-apa… tidak apa-apa”
"Jika kita terdampar di suatu tempat lain, maka akan kuhukumNanahoshi."
"... Ya. Akan kuikat dia dengan kedua tanganku sendiri, dan saat itu juga, kau boleh menusuknya.”
"Maksudmu “menusuk” dalam artian erotis? Itu agak…..."
"Hey… aku tidak bilang bagian tubuh mana yang harus kau tusuk. Mungkin kau bisa menusukkan
jarimu pada lubang hidungnya, kalau kau memikirkan hal seperti itu, maka otakmu memang
jorok!!”
"Apa enaknya menusukkan jari pada hidung seseorang, aku sih gak tertarik.”
"Oh, begitu ya? Lain kali, akan kuminta Cliff mencobanya."
"Aku gak ikutan deh."
Sembari kami saling lempar lelucon jorok, Elinalise mulai menggenggam tanganku.
Itu adalah tangan yang ramping tetapi berotot.
Inilah tangan seorang petualang.

42
Hangat dan agak berkeringat.
Jantungku berdegup kencang.
Meskipun aku sudah memiliki Sylphy……
Meskipun Elinalise sudah memiliki Cliff…….
Kalau aku balik memegang tangannya, aku penasaran… apa yang akan terjadi selanjutnya.
Bukannya berselingkuh, ini lebih mirip seperti perzinahan.
Bukannya kami saling suka satu sama lain sih.
"Jangan salah sangka ya…. tetapi jika kau tidak saling berkontak fisik dengan rekanmu, maka
tidak ada jaminan kau akan diteleport bersamanya ke tempat yang sama.”
"Ah, benarkah? Kalau begitu… permisi ya."
Gawat, gawat.
Aku sudah bukan perjaka, tapi situasi seperti ini sungguh gawat.
"Ah ~ lihatlah, aku merayu suami cucuku, betapa besar dosaku!”
"Untuk menebus dosa, lakukan saja sekalian."
"Ah, tunggu, jangan mengatakan hal-hal semacam itu."
Humu.
Kalau kami bisa sebebas ini saling olok, harusnya sih tidak akan kelewat batas.
Elinalise memanglah seorang wanita yang sangat peka.
"Sekarang, kita pergi?"
"Ya."
Kami pun menginjakkan kaki di lingkaran sihir teleport.

43
Bab 3
Menemui Musuh Alami

Bagian 1
Aku merasakan sensasi hampir mirip seperti terbangun tiba-tiba dari tempat tidur.
Sepertinya, rasanya seperti tersentak.
Kesadaranku seakan terputus sejenak.
Setelah mendapatiku di sebelahnya, Elinalise melihat sekeliling dengan wajah seperti seekor rubah
yang mencari mangsa.
"Kita sudah berteleportasi, kan?"
"Kurasa begitu."
Aku juga mengamati sekelilingku.
Sama seperti sebelumnya, kami sedang berada pada reruntuhan bangunan yang terbuat dari batu.
Tidak terlalu ketara perbedaannya.
Ah tidak juga, di sudut sana ada sedikit pasir yang menumpuk.
Dan di dinding tidak ada lagi tanaman yang merambat.
Warna ruangan ini terlihat lebih coklat daripada sebelumnya.
Ini pasti tempat yang berbeda dengan sebelumnya.
Kami perlahan-lahan dan berhati-hati beranjak dari lingkaran sihir tersebut.
Tidak ada yang aneh dengan tubuh kami.
Ranselnya pun masih bersama kami.
Tidak tampak ada perubahan signifikan pada Elinalise.
Setelah kami beranjak, lingkaran sihir itu mulai aktif kembali dengan memancarkan cahaya putih
kebiruan.
Ini sungguh praktis.
Kalau aku lihat, di sekitar sini tidak ditempatkan kristal sihir, maka aku pun penasaran bagaimana
cara kerja lingkaran tersebut.
Atau mungkin kristal sihirnya ditanam di dalam tanah?
Kalau kristal tersebut bisa menyerap Mana di sekitarnya, aku sungguh ingin tahu bagaimana cara
kerjanya, tapi……..
"Dan. Saat ini, aku ingin memastikan bahwa kita bisa kembali ke tempat semula."

44
"Betul."
Katanya sih ini lingkaran sihir teleportasi 2 arah, tapi belum tentu kita bisa kembali ke tampat tadi
tanpa syarat-syarat tertentu.
Kalau hanya bisa berteleportasi searah, maka kami akan pulang dengan jalan kaki.
Kami memang sudah berhasil sampai ke sini dalam sekejam mata, tapi kalau harus kembali lewat
jalur normal, maka tetap saja kami akan menghabiskan waktu selama setengah tahun.
"Kalau begitu, aku akan ..."
"Tidak, biar aku yang pergi, kalau aku tidak kembali juga, kau lanjutkan perjalanan tanpa diriku.”
Perkataan Elinalise itu membuatku mundur.
"Kemungkinan terburuknya adalah, kau menghilang entah kemana, kalau itu terjadi, aku akan
melaporkannya pada Paul."
"Aku mengerti, kalau begitu, kuserahkan padamu."
Yah, siapapun yang mencobanya, aku sih gak keberatan.
Sepertinya kami benar-benar sudah berteleport, namun tidak jelas apakah kami sudah berada di
Benua Begaritto.
"Kalau begitu, aku pergi dulu…….."
Elinalise melompat ke lingkaran sihir itu sekali lagi.
Detik berikutnya, seakan-akan lingkaran sihir itu menghisapnya, dan sosoknya pun sirna tanpa
bekas.
Ini pertama kalinya aku melihat saat-saat ketika seseorang diteleport.
Kesannya seperti ditelan bumi.
Atau jangan-jangan…. berteleportasi adalah berpindah melalui tanah?
"..."
Untuk saat ini, aku hanya perlu menunggu dengan tenang.
Aku cukup percaya pada cerita Nanahoshi.
Orsted pernah mengatakan bahwa metode ini tidak terlalu membutuhkan perapalan mantra.
Ada kemungkinan, metode ini juga memerlukan beberapa jenis alat sihir, tapi apapun itu, kami
sudah berhasil berteleport sekali.
Kalau begitu, aku boleh berasumsi bahwa kami bisa kembali pulang dengan cara serupa.
Lima menit.
Sepuluh menit.
Lima belas menit.
"Dia lam……..aaaaaaaaa."

45
Setelah lima belas menit, Elinalise pun kembali.
Saat dia muncul, prosesnya sama persis seperti ketika dia berangkat, hanya saja dibalik.
Dia muncul seperti hamburan partikel yang terhembus dari dalam tanah, kemudian sosoknya
terbentuk.
Elinalise melihat sekelilingnya dengan panik, setelah melihat aku, dia pun mengangguk tenang.
"Aku bisa kembali dengan benar."
"Tapi, kamu pergi cukup lama, lho."
"Begitukah? Padahal aku bermaksud segera kembali ke sini."
Apakah ada semacam jeda waktu di antara prosesnya?
Meskipun begitu, paling perbedaannya hanyalah beberapa menit.
Elinalise kembali ke hutan, kemudian kembali lagi ke sini, maka lama perjalanan dibagi 2. Dengan
kata lain, proses berpindah ke suatu titik, memerlukan waktu sekitar 7,5 menit.
Aku penasaran, apakah perbedaan waktu berhubungan dengan proses teleportasinya.
Ah, kalau diingat-ingat lagi, rasanya aku pernah mendengar cerita bahwa terjadi semacam
penundaan waktu antara lenyapnya wilayah Fedoa dan kemunculan para korban di berbagai tempat
yang tersebar di dunia ini.
Siapa yang pernah mengatakan itu padaku? Sylphy?
Mungkin saja, teleportasi bukanlah gerakan instan, melainkan gerakan berkecepatan tinggi.
Atau mungkin itu mirip seperti Boson Jump. [9]
"Pokoknya, kita masih bisa kembali, dan tidak ada masalah selama proses teleportasi."
"Betul."
Kalau ada yang berbahaya, aku yakin Orsted tidak akan mau menggunakannya.
Faktanya, kami bisa kembali ke tempat semula, dan itu sudah lebih dari cukup bagi kami.
"Kalau begitu, sebaiknya kita lekas pergi."
Setelah memastikan bahwa lingkaran sihir ini benar-benar bisa digunakan untuk teleportasi 2 arah,
maka kami pun meninggalkan ruangan bawah tanah dengan menaiki tangga terdekat.
Bagian 2
Saat kami tiba di lantai pertama, aku merasakan kenaikan suhu yang begitu cepat.
Itu karena hembusan udara panas.
Akan tetapi, mungkin karena kelembapannya rendah, aku tidak merasakan sensasi lengket di
kulitku.
Aku mendengar bahwa padang pasir terhampar di sekitar reruntuhan ini.
Dari situlah datangnya hawa panas ini.

46
Sama seperti reruntuhan sebelumnya, konstruksi lantai pertama terbuat dari batu.
Kalau pun ada perbedaan dengan reruntuhan sebelumnya, paling-paling hanyalah keberadaan
tanaman rambat, dan juga tumpukan pasir.
Ada banyak pasir di sini, sampai-sampai tersebar di lantai.
Dan juga, ada sejumpah jejak langkah kaki yang masih tertinggal di sana.
Mudah-mudahan ini bukanlah jejak kakinya Orsted.
Kalau aku bertemu dengannya di sini, maka aku harus menyerah sambil melakukan Dogeza. [10]
Ada empat ruangan.
Aku penasaran, apakah tata letak ruangannya juga sama seperti reruntuhan sebelumnya.
Di dalam salah satu ruangan, tersimpanlah satu setel mantel putih tebal dan termos kecil.
... Aku yakin, barang-barang ini adalah milik Orsted.
"Ada jejak langkah kaki di sini, apa yang harus kita lakukan? Menghapusnya?"
"Apakah itu jejaknya Orsted? Kurasa gak masalah sih, tapi .."
Tapi, itu sungguh menakutkan.
Aku bimbang, apakah kita harus meninggalkan catatan atau semacamnya.
Mungkin aku harus menulis suatu catatan yang berisi:
Dengan arahan dari Nanahoshi, kami menggunakan lingkaran sihir teleportasi di tempat ini.
Kami pastikan untuk menjaga kerahasiaan informasi ini, jadi jangan marah ea…
….atau semacamnya….
... Tak seorang pun tahu kapan dia akan kembali ke tempat ini, maka itu artinya dia belum tentu
mengetahui bahwa kami telah menggunakan fasilitas teleportasi di sini.
Kalau pun aku buat catatan semacam itu, mungkin saja itu justru akan membongkar kesalahan
kami.
Untuk saat ini, lebih baik aku menghindari hal-hal seperti itu.
Setelah itu, kami memeriksa sisa-sisa reruntuhan lainnya, tapi untungnya masih tidak ada tanda-
tanda keberadaan Orsted.
Setelah memeriksa semua ruangan, kami pun pergi ke luar.
Di luar sangat panas.
Ini jauh dari kata ‘hangat’.
Ini sangat PANAS.
Wajahku terasa sakit ketika angin panas ini menerpanya.
Di hadapanku, terhampar pemandangan padang pasir, seperti yang beberapa kali aku lihat di
gambar pada kehidupanku sebelumnya. [11]

47
Jadi, ini ya yang namanya padang pasir.
Namun, matahari sudah mulai terbenam.
Sebentar lagi, malam akan tiba.
Apakah kita harus tetap melanjutkan perjalanan dengan mengarungi padang pasir di malam hari?
Bukankah padang pasir sangat dingin di malam hari? Apakah lebih baik kita menetap di sini
semalam?
Aku penasaran, apakah hal-hal umum seperti itu juga bisa aku terapkan di dunia ini.
... Kalau tidak salah, ada juga beberapa monster di padang pasir yang hanya aktif pada malam hari.
Ketika berjalan di kegelapan, pastilah akan berbahaya jika kau dikejutkan oleh serangan monster.
"Elinalise-san, apa yang harus kita lakukan?"
"Kalau kita tidak mulai bergerak sekarang, maka perjalanan ini akan semakin lama. Tapi untuk
saat ini, kondisi tubuh yang prima lebih diutamakan, jadi mari kita beristirahat terlebih dulu di
sini.”
Akhirnya, kami pun menginap di reruntuhan ini sampai esok.
Bagian 3
Malam hari di sini sangatlah dingin.
Di kehidupanku sebelumnya, aku pernah mendengar bahwa perbedaan suhu antara malam dan
siang di daerah gurun sangatlah ekstrim, dan itulah yang benar-benar terjadi di sini.
Tidak masalah, karena toh kami sekarang bermalam di dalam reruntuhan yang relatif lebih aman,
tapi aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika kami bermalam di luar.
Apakah aku harus menciptakan semacam tempat perlindungan dengan sihir bumi, kemudian
menginap di dalamnya?
Menggunakan sihir bumi untuk menciptakan "Earth Fortress" adalah suatu cara yang praktis untuk
membuat tempat menginap, tetapi jika aku berhenti memasok Mana, maka benteng itu akan
runtuh.
Tapi, jika aku mengutak-atiknya sedikit, mungkin aku bisa mempertahankan bentuk Kamakura
pada benteng tersebut. [12]
Kami bisa membuat api unggun di dalam sana, sehingga kami bisa menghangatkan badan.
Ya, ayo kita lakukan itu lain kali.
Namun untuk hari ini, kami tidur di dalam kantung tidur, pada salah satu ruangan di reruntuhan.
Sebelum aku tidur, aku tak lupa menuangkan sejumlah Mana pada sempak ajaib Elinalise-san.
Aku menaruh tanganku pada sempak itu, kemudian kualirkan Mana padanya.
Sungguh adegan yang konyol.
Elinalise mengatakan sesuatu sembari aku melakukan itu.

48
"... Rudeus, kalau kau kehabisan Mana, maka saat itu juga, lepaskan saja benda ini.”
"Tapi, kalau aku berhenti memasok Mana pada benda ini, bukankah Elinalise tidak akan sanggup
lagi menahan nafsu birahi?”
"Mana-mu lebih diutamakan untuk bertarung, jadi prioritaskan itu, dan abaikan kepentingan
lainnya.”
Monster-monster di Benua Begaritto tidak sekuat monster di Benua Iblis.
Meskipun begitu, harusnya ada beberapa monster yang levelnya sama seperti yang ada di Benua
Iblis.
Kita tidak boleh lengah.
"Ah tidak, kalau hanya mengalirkan Mana ke alat sihir itu, kurasa Mana-ku tidak akan habis.”
"Begitukah? Jadi kau punya persediaan Mana tanpa batas ya…."
"Tapi, hasrat seksual Elinalise-san jauh lebih tidak terbatas."
"Ara, gak sampai segitunya kok."
Kalau aku berhenti menyalurkan Mana pada sempak ajaib, maka Elinalise akan segera berubah
menjadi tante girang, dan pastilah akan terjadi masalah setelahnya.
Kalau aku diserang, aku yakin aku tidak akan sanggup menahan godaannya.
Sekali saja deh, gak papa kok, asalkan kita saling jaga rahasia.
Sebenarnya aku ingin menolak, tapi aku pasrah saja.
Mungkin akan terjadi pembicaraan macam itu, dan aku tidak akan bisa membuat banyak alasan
untuk menolaknya.
Jika aku tidak bisa menahannya, maka kami berdua akan mengalami bencana.
Bahkan, bisa saja Elinalise hamil.
Cliff akan membenciku seumur hidupnya, Sylphy hanya akan melihatku dengan tatapan kososng,
adikku akan selalu mencemoohiku.
Kalau aku tak kuasa menjamah Elinalise, maka hanya masa depan suram yang menantiku.
Kalau akhirnya gak bisa tahan, setidaknya pake mulut saja.
Dan, itu gak nikmat.
Pemikiran-pemikiran seperti itu terus saja terngiang di kepalaku, dan semakin terkumpul.
Minggu terakhir ini, aku terus bergantung pada Elinalise.
Kami belum melakukan hal erotis apapun, tapi bagaimanapun juga, sekarang aku adalah pria muda
yang sehat jasmani dan rohani.
Malam ini, pada saat aku berjaga-jaga, aku pastikan akan ”mengeluarkannya”. [13]

49
"Baiklah, ayo tidur. Sepertinya perjalanan masih jauh sampai keluar dari gurun ini, tidak baik kalau
kita tidak menghemat tenaga kita.”
"Betul."
Memang benar kita harus menghemat tenaga, tapi kalau sudah pengen “keluar”, ya baiknya harus
segera dikeluarkan.
Sungguh merepotkan menjadi seorang pria.
Bagian 4
Malam itu.
Ketika kami sedang berjaga di ruangan reruntuhan, tiba-tiba aku mencium aroma yang manis.
Pada saat yang sama, tiba-tiba aku merasakan denyutan.
Jantungku berdebar kencang.
Setelah membuka mata, aku melihat Elinalise sedang tidur sambil memeluk pedangnya,
nampaknya dia tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Tengkuknya berwarna putih.
Tangannya juga putih dan lentik.
Wajahnya mirip seperti Sylphy, tapi terkesan lebih dewasa daripada Sylphy.
Posturnya juga, melebihi Sylphy, dan juga ramping.
Terutama, lekukan tubuh dari pinggang ke pinggulnya, itu adalah lekukan tubuh paling indah yang
pernah kulihat, benar-benar sebuah mahakarya sang pencipta.
Elinalise, kalau aku tak salah ingat, dia benar-benar…….
"Haa..haa .."
Tanpa kusadari, belalai gajahku sudah menegang begitu kuat.
Kepalaku terasa pusing.
"Nn .."
Elinalise memutar tubuhnya.
Selimut itu terbuka, sehingga aku bisa melihat pahanya yang terbungkus oleh celana bulu yang
ketat.
Bokong yang begitu montok.
Itu membuat pria manapun yang melihat, ingin meremasnya sampai puas.
Tanpa sadar, aku mulai menjulurkan tanganku pada pangkal pahanya.
Aku ingin menyentuhnya.
Aku ingin menyentuhnya.

50
Karena tergoda oleh nafsu, akhirnya aku pun menyentuh pahanya.
Kakinya hampir seperti antelop. [14]
Setelah aku menyentuhnya, Elinalise mengeluarkan erangan "nn", lalu dia sedikit membuka
kakinya.
Tante ini….. bukankah dia sedang menggodaku ...?
Pada saat aku menyadarinya, si gajah sudah berada di ambang batasnya.
Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik. Jika hanya sekali, pasti gak papa.
Elinalise tidak akan menolaknya.
Dia akan diam-diam menerimanya.
Tidak masalah, itu tidak akan menjadi masalah.
"Cliff...?"
Saat dia mengigaukan nama itu, aku pun kembali tersadar.
Aku merangkak kemudian meninggalkan ruangan.
Aku pun meninggalkan ruangan reruntuhan itu, seakan-akan aku melarikan diri dari sesuatu.
Kurasa aku masih aman, tetapi nyaris saja terjadi bencana.
Gawat, gawat.
Aku tidak boleh terperdaya oleh emosi sesaat.
Cairan penuh dosa ini tidak boleh disemburkan pada tempat yang salah.
Sembari memikirkan itu, aku duduk di pasir.
Kemudian, saat aku mau menarik celanaku.
Tiba-tiba, aku merasakan kehadiran seseorang.
"... Nn?"
Aku penasaran, apakah Elinalise yang datang.
Sambil memikirkan itu, aku menoleh ke arahnya, dan di sana aku dapati seorang wanita yang
mempesona sedang berdiri.
Meskipun hawanya sedang dingin, dia mengenakan pakaian seperti penari.
Kainnya tipis. Jika kau melihatnya di tempat yang terang, mungkin pakaiannya akan tampak
transparan.
Rambutnya pendek dan warnanya hitam kurasa. Ujung rambutnya sedikit ikal.
Agak sulit untuk melihat seperti apakah warna kulitnya, karena tempat ini begitu gelap.
Hanya saja, dalam kegelapan ini, tampaknya kulitnya bersinar putih pucat.
Tubuhnya cukup indah.

51
Itu membuatmu ingin memeluknya. Itulah yang akan terjadi jika kau terlalu lama melihatnya.
Badan yang aduhai.
Bahkan, badan montoknya membuat Elinalise hanya terlihat seperti cabang pohon.
Dia meletakkan jari pada bibirnya.
Lalu dia menjilat ujung jarinya.
Mataku terpikat pada gerakan nakal itu.
Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari bibirnya.
Kemudian, dia perlahan berjalan ke sisiku.
Lalu, dia berjongkok di depanku dan perlahan-lahan membuka pahanya.
Pada saat itu, hidungku mencium aroma manis yang mirip seperti sebelumnya.
Bahkan, aroma ini lebih intens daripada yang sebelumnya, dan itu mulai merangsang hidungku.
"Glek..."
Aku menelan ludahku sendiri.
Aku merasa ada sesuatu yang menetes dari daguku.
Setelah mengusapnya dan melihat tanganku ternoda warna merah tua.
Aku menyadari bahwa aku sedang mimisan.
"Ufufufu .."
Dia mengulurkan lengannya untuk menyuruhku mendekat.
Aku meraih tangan itu seakan terjebak di dalam pesonanya ...
"Rudeus!"
Detik berikutnya, aku mendengar teriakan yang menggema dari dalam reruntuhan.
Bersamaan dengan itu, seorang wanita melompat keluar.
Itu adalah Elinalise yang sedang memegang pedangnya, lalu dia menerjang kemari.
Kemudian, dia menyela di antara diriku dan wanita itu.
"Sadarlah!"
"Eh?"
Bingung.
Elinalise memasang kuda-kuda, kemudian menyerang wanita itu.
"Ki .....!"
Wanita itu melepaskan jeritan bernada tinggi, kemudian kukunya yang panjang-panjang mulai
bertumbuhan.

52
Di depan mataku, fisiknya berubah, dan sayap tumbuh dari balik punggungnya.
Setelah mengepakkan sayap itu, dia terbang ke langit.
Tapi dia tidak melarikan diri, dia hanya mencari posisi untuk menerjang Elinalise dari angkasa.
Ga ~ n!
Dia menabrak perisai bersamaan dengan bunyi dentangan logam, kemudian wanita itu berguling
ke tanah.
Sesegera mungkin, Elinalise menyematkan tubuh wanita itu ke tanah dengan injakan kakinya.
Kemudian, dia menusukkan pedangnya ke tubuh wanita yang sedang meronta-ronta itu.
"Gyo ......"
Wanita itu mengeluarkan suara yang menakutkan.
Dengan sigap, Elinalise menusukkan pedangnya ke tubuh wanita tersebut berkali-kali.
Setelah itu, dia melangkah mundur.
Tubuh wanita itu hanya berkedut, tetapi setelah beberapa saat dia berhenti bergerak.
Dia sudah mati.
"Eh ..."
Aku menyaksikan adegan itu dalam keadaan linglung.
Tunggu…. Apa sih yang telah terjadi… aku tidak tahu.
Namun, gajahku masih meraung.
Hah?
Mengapa?
Apa yang terjadi?
Sementara aku masih kebingungan, Elinalise mulai menampar pipiku.
"Sadarlah, dia Succubus!"
"Eh? Succubus? Yang barusan itu?"
Wanita yang sudah mati itu adalah Succubus.
Tidak peduli bagaimana pun kau melihatnya, dia begitu mirip seperti wanita normal.
Meskipun begitu, sayap kelelawar tumbuh dari balik punggungnya, dan kuku-kukunya
memanjang.
Ah, setelah kulihat dengan lebih seksama, kulitnya berwarna biru.
Bagian-bagian wajahnya juga, jika kau melihat lebih dekat, mereka sedikit berbeda dari manusia.
Tapi, itu tubuh yang bagus.

53
Meskipun dia sudah mati.
Jika dia mati, maka dia tidak akan marah jika aku meremasnya.
Lubang itunya juga nganggur ...
"Ini pertama kalinya aku melihat Succubus. Seperti yang sering orang bilang, aroma tubuhnya
cukup kuat untuk merangsang hidung seorang pria…. Tanpa diragukan lagi, inilah Succubus.."
"Aroma?"
Malahan, aku merasakannya sebagai aroma yang cukup manis.
Aku sungguh merasa terangsang.
Tapi,
….lihatlah tubuh Elinalise.
Dadanya yang besar mengintip keluar, wajahnya cantik, kakinya juga ramping.
Lekukan indah membingkai pinggulnya.
"Elinalise-san, kau juga memiliki tubuh yang indah, ya?"
"Wa? Tunggu, Rudeus. Jadi kau belum tersadar?"
Ah tidak apa-apa memujinya begitu, toh wanita ini juga cabul.
Jika aku terus memujinya, mungkin aku bisa melakukannya.
Lakukan saja. Dia kan tipe wanita gampangan.
"Kayaknya, aku lagi pengen memeluk wanita selembut Elinalise-san ..."
"Bisa ketahuan Sylphy, lho?"
"Jika kau tidak mengatakannya, maka tak seorang pun tahu .."
Aku berdiri sambil menghadapi Elinalise.
Elinalise menyiapkan perisainya dan bergerak mundur.
"Ah, benar juga, aku pernah mendengar bahwa efek aroma Succubus bisa membuat pria linglung."
"Hei, Elinalise-san.. mesum yuk .."
Elinalise menggerakkan alisnya turun, kemudian menghela nafas sekali.
"Hnnn !!"
Ga ~ n!
Aku dipukul dengan perisai.
Aku terlempar ke pasir.
Mataku berkunang-kunang.
Ah, tidak masalah…. Yang penting, Elinalise masih di sana.

54
Kalau aku tidak mesum pada wanita itu sekarang….
"Haa..haa.. satu kali saja ya… satu kali saja. Tenang saja, dijamin puas deh ... "
"Ah, ya ampuuun..Rudeus. Kuhitung sampai 10, gunakan sihir Detoksifikasi."
"Sihir detoksifikasi? Setelah itu, bolehkah aku melakukannya?"
"... Cepat gunakan itu."
Tanpa berusaha menyembunyikan napasku yang terengah-engah, aku merapalkan mantra untuk
mengaktifkan sihir detoksifikasi.
Dimulai dari level dasar, kemudian meningkat ke level menengah.
Tiba-tiba tubuhku terasa lebih ringan.
"...Hah?"
Tiba-tiba kepalaku terasa segar.
Anu-ku masih terasa tegang, tapi nafsu birahinya sudah lenyap.
Aku melihat Elinalise.
Yahh, body-nya memang molek.
Memang molek.
Tapi, gajahku tidak lagi berontak dibuatnya.
"Kau terkena efek aroma tubuh Succubus, sehingga nafsumu jadi terangsang… efek yang hebat,
kan?”
Setelah menghela nafas, Elinalise kembali menyarungkan pedangnya.
Kemudian, dia bersedekap, menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya
“fuuu….”.
"..Fuuuhh .. Ya ampun."
".."
Apa yang barusan aku lakukan?
Kata-kata yang barusan kuucapkan beberapa saat lalu.
...Gawat.
"Sekarang, ayo tidur. Lain kali, jangan sampai lengah."
Sambil mengatakan itu, Elinalise kembali ke ruangan di reruntuhan.
Aku pun memanggilnya dengan gelisah.
"Umm, Elinalise-san. Aku minta maaf ya… yang barusan."
Setelah aku mengatakan itu, Elinalise berbalik dengan wajah penasaran, kemudian dia hanya
tersenyum.

55
"Tadi aku berusaha merangkul Elinalise-san."
Wajahku jadi terasa panas.
Ini semua karena Succubus laknat itu! Aku jadi terpaksa mengatakan hal seperti ini!
"Bukankah tadi kau mengajakku berbuat mesum?"
"Gununu"
Apa ini?
Kenapa ini sangat memalukan?
Elinalise tertawa dan nyengir, dia kembali mendekatiku, kemudian dia menepuk kepalaku dengan
bunyi ”ponpon”.
"Aku mengerti. Memang seperti itulah tugas Succubus. Jadi, ya apa boleh buat. Tentu saja, aku
tidak akan mengatakan ini pada Sylphy dan juga Paul."
"Elinalise-san!"
Erinarise tampak bagaikan dewi.
"Tapi, tidak baik kalau kau terlalu mempercayaiku. Sampai detik ini, aku masih sanggup menahan
efek kutukannya, tapi kalau efeknya makin kuat, maka aku tidak akan bisa menahannya lagi.”
"Aku mengerti. Aku akan menjagamu saat itu terjadi."
"Bukan!! Justru kau lah yang harus menjaga dirimu sendiri!"
"Ya."
Setelah mengatakan itu, Elinalise tersenyum dengan tenang.
"Kalau begitu, aku akan lanjut tidur, tolong teruskan berjaga-jaga ... oh iya, jangan lupa membakar
mayat monster itu."
"Dimengerti."
Elinalise masuk ke reruntuhan.
Aku telah melakukan sesuatu yang buruk.
Aku membakar mayat Succubus, kemudian mengubur sisa tulang-tulangnya.
Setelah kulihat lagi dari dekat, Succubus itu sama sekali tidak memiliki wajah imut atau
semacamnya.
Wajahnya seperti kelelawar.
Aku penasaran, mengapa aku nafsu pada makhluk seperti ini?
Saat kulihat wajahnya tadi, kukira mirip manusia.
Sepertinya, ketika sifat aslinya nampak, maka wajah aslinya juga kelihatan.
Ini seperti vampir pada film-film barat.

56
Tubuhnya…. Ternyata juga tidak indah.
Tapi memang cukup bahenol sih.
Bon-kyu-bon. [15]
Oppainya gedhe juga… misalkan Oppai Elinalise sebesar ini…..
Ah… gawat….gawat.
Pokoknya, itu berbahaya.
Jika Elinalise tidak segera menyerangnya, entah apa yang sudah terjadi padaku.
Kalau kuraih tangannya ...
Mungkin aku sudah mati karena semua energiku terhisap olehnya.
Wu, sekarang, tubuhku jadi terasa berat.
Ini juga karena efek Succubus itu.
Kalau begini terus, lama-lama aku bisa menyerang Elinalise juga.
Sebelum aku memasuki reruntuhan, aku harus pastikan membersihkan semua efek ini.
Pokoknya, mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati pada monster bernama Succubus.
Dengan demikian, kami melewati malam pertama kami di Benua Begaritto.

57
Bab 4
Ekologi Gurun

Bagian 1
Perjalanan kami di gurun dimulai.
Tubuhku masih merasa tegang karena serangan dadakan dari Succubus semalam.
Aku tidak lagi sesigap dulu, mungkin itu karena sudah terlalu lama aku menghabiskan hari-hariku
di sekolah, dan meninggalkan dunia petualang.
Namun, kesigapanku tidaklah setajam itu.
Itu semua tergantung pada perasaanmu.
Ini adalah Benua Begaritto.
Tempat ini berbeda dari Benua Tengah yang aman.
Aku bisa mati jika tidak berhati-hati.
"Sekarang, ayo pakai pakaian tebal. Jangan sampai dehidrasi, mohon segera beritahu aku jika
cadangan airmu habis."
"Dimengerti."
Kami memakai tudung dan mantel.
Untuk menjaga kulit kami dari sengatan sinar matahari dan keringnya angin gurun.
Jika Cliff ada di sini, mungkin dia akan mengeluh karena harus mengenakan pakaian tebal,
meskipun udaranya begitu panas.
Meskipun kita berada di gurun, aku masih bisa membuat air dan es dengan menggunakan sihir.
Namun, kami tak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Baik aku maupun Elinalise tidak tahu pasti apa yang harus dilakukan untuk mengarungi gurun.
Harus kupastikan aku tidak pingsan karena sengatan panas, sehingga tidak mampu menggunakan
sihir.
"Arah yang harus kita tempuh… hmmm, ke utara, kan?"
"Ya, aku ngikut saja, dan mohon bantuannya."
Menurut apa yang tergambar pada peta kami, kota terdekat berada di utara.
Elinalise mulai berjalan tepat ke utara, tanpa sedikit pun melihat kompasnya.
Para Elf tidak kehilangan kepekaan mereka akan arah, meskipun berada di dalam hutan lebat tanpa
sedikit pun sinar matahari.

58
Dengan pengalaman puluhan tahun menjadi petualang, Elinalise dapat bergerak lurus ke suatu arah
dengan begitu presisi.
Tapi, meskipun tanpa bantuan Elf, seseorang bisa sampai pada suatu desa dengan aman, dengan
bantuan peta.
Itu juga karena pengalaman.
"Panas banget ya."
"Haruskah aku membuat hujan turun di seluruh wilayah ini?"
"Lebih baik jangan, karena itu akan mengundang kedatangan monster."
Di padang pasir manapun, makhluk hidup pasti akan mendekati sumber air.
Di Hutan Agung juga, saat musim hujan tiba, monster-monster berwujud kadar berdatangan
dengan jumlah besar.
Namun, aku mendengar bahwa binatang Benua Begaritto lemah terhadap hawa dingin.
Kalau terdesak, akan kubekukan seluruh wilayah ini.
Tapi, aku harus pastikan agar Elinalise tidak ikutan membeku.
Sambil berpikir seperti itu, aku mengikuti Elinalise.
Untuk jaga-jaga, aku juga memastikan posisi monumen batu.
Bagian 2
Ini adalah pertama kalinya aku mengarungi gurun.
Setiap kali melangkah, kakimu terasa terkubur ke dalam pasir yang lembut.
Untungnya aku sudah terbiasa berjalan di atas salju di utara, jadi aku masih bisa mempertahankan
keseimbangan badan.
Meskipun berjalan di salju dan di gurun tidaklah begitu sama, namun beban pada kakiku tidaklah
begitu berbeda.
Kalau begini, tidak masalah jika aku terus berjalan seharian.
Setidaknya…. Itulah yang kuduga, tapi nyatanya aku sudah merasa lelah setelah berjalan selama
beberapa jam saja.
Ini pasti juga disebabkan sinar matahari intens yang menyengat kepalaku.
Sinar matahari yang intens dan angin gurun yang panas, itulah yang membuat suhu tubuhku naik,
sehingga kepalaku merasa pusing.
Meskipun aku masih bisa mengganti cairan tubuhku dengan minum air, namun resiko kematian
bisa terjadi kapanpun.
Sepertinya, aku harus membuat setidaknya segumpal awan di udara untuk memayungiku.
Berbeda denganku, Elinalise masih berjalan dengan penuh energi.

59
"Rudeus, aku tak pernah menduga bahwa staminamu seburuk itu?"
"Yah, tadinya kupikir aku tidak akan mengalami banyak kesulitan berjalan di pasir, karena aku
sudah terbiasa berjalan di salju. Namun, panas ini membuatku pasrah.”
"Tapi aku yakin… kalo Cliff atau Zanoba berada di sini, pasti mereka sudah pingsan sejak tadi.
Kurasa, keputusan tidak membawa mereka sudah tepat."
Sudah kuduga, para prajurit di dunia ini memiliki stamina yang mengerikan.
Mungkin ini berkat Touki?
Aku iri pada mereka.
Tapi tetap saja, panasnya berbahaya.
Rasanya seperti, keringatku segera menguap seketika keluar dari pori-pori.
Ketika aku berada di daerah utara, hawa dinginnya berbahaya.
Sehingga, aku menggunakan sihir untuk menaikkan suhu di sekitar tubuhku.
Itulah pernggunaan sihir api [Burning Blaze].
Kalau aku melakukan sebaliknya, mungkin bisa berguna di kondisi seperti ini.
Aku akan mencoba mengaktifkannya sekarang.
"Oh, rasanya sejuk, apakah kau telah melakukan sesuatu?"
"Aku mencoba menurunkan suhu udara di sekitar kita."
Rasanya seperti suhu turun sekitar 5 ° C.
Masih terlalu panas.
Hawa panasnya pasti berasal dari terik matahari.
Meskipun aku memakai tudung, bagian atas kepalaku masih serasa terbakar.
Mungkin lebih baik kita membawa payung.
Saat ini, yang bisa kulakukan hanyalah menurunkan suhu di sekitar kami, dan juga membekukan
tempat air untuk disimpan di balik pakaian.
Jika esnya sudah meleleh, aku hanya perlu membekukannya lagi dengan menggunakan sihir yang
sama.
Ini membuatku merasa jauh lebih baik.
Dengan begini, aku bisa mengatasi panasnya.
Bagian 3
Pada siang hari, kami bertemu beberapa binatang buas.
Yang pertama kali kami lihat adalah semacam kalajengking raksasa.
Kurasa ukurannya sekitar 2 meter.

60
Ekornya terbelah dua, dan masing-masing bisa menyerang secara terpisah.
Menurut Elinalise, nama makhluk itu adalah [Twin Death Scorpion].
Karena ekornya mengeluarkan racun mematikan, kau tidak akan bisa mengobatinya tanpa
mengaktifkan sihir detoksifikasi tingkat menengah.
Baguslah, aku sudah mempelajari itu.
[Twin Death Scorpion] memiliki cangkang yang agak keras, tapi gerakannya lambat.
Setelah Elinalise menghentikan gerakannya, aku menembakkan peluru batuku.
Kami hanya membutuhkan waktu 2 detik untuk mengalahkan monster seperti itu.
Sepertinya itu adalah monster kelas B, tapi dia cukup sering muncul di gurun untuk menghadang
para petualang. Singkatnya, dia hanyalah cecumuk.
Namun, Elinalise akan sedikit kesulitan mengatasi monster itu sendirian, karena sebetulnya
serangan Elinalise tidaklah begitu kuat.
"Fiuh, ini lumayan besar, kan?"
"Kayaknya biasa saja deh?"
"Ukurannya hampir sama dengan monster-monster di Benua Iblis."
Yah, benar juga ...
Binatang-binatang di Benua Begaritto lebih lemah daripada yang ada di Benua Iblis.
Itulah yang pernah kudengar, jadi monster seukuran ini agaknya cukup mengejutkan.
Kuharap, ukurannya hanya setengah dari ini.
"Kalau dibandingkan dengan yang lain, monster ini cukup besar, kan?"
"Mungkin…. Tapi, monster pertama yang kau temui biasanya adalah yang paling umum."
"Tidak, bukan begitu."
"Yah, mungkin saja monster di area ini lebih kuat."
"Ya, mungkin saja."
Sambil membahas itu, kami terus bergerak.
Monster berikutnya yang kami temui adalah Treant.
Monster ini benar-benar ada dimana-mana.
Kali ini bentuknya mirip kaktus.
Ngomong-ngomong, ini disebut [Cactus Treant].
Ini adalah monster peringkat C.
Dia menyerang dengan menembakkan jarum di tubuhnya, dan dia juga bisa menggunakan teknik
semacam sihir bumi, tapi itu masihlah tidak spesial.

61
"Aku merasa cukup lega setiap kali bertemu dengan Treant."
"Monster itu bisa kau temui dimanapun. Itu seperti Slime."
"Hmm? Bukannya kau hanya bisa menemui Slime di gua?"
"Uhh, lupakan… aku hanya berbicara pada diriku sendiri [16]
. Lagi pula, kita tidak bisa
memanfaatkan kaktus ini sebagai kayu bakar, kan?"
"Ya, karena kelembapannya terlalu tinggi. Meskipun kau tidak menguasai sihir sekalipun, kau
pasti bisa mengalahkan monster ini."
Elinalise saat ini bisa menggunakan sihir juga.
Setahuku sih, dia sering bolos kelas, namun sepertinya dia sudah mempelajari sihir apapun
sebisanya.
Kemudian, tiba-tiba munculah sesuatu.
"Serangan musuh!"
Sambil meneriakkan itu, Elinalise mengambil langkah mundur.
Detik berikutnya, sesuatu yang besar keluar dari tanah, tepat pada tempat Elinalise berdiri
sebelumnya.
Inilah monster berbentuk cacing.
Tebal tubuhnya sekitar satu meter dan panjangnya sekitar lima meter, monster cacing itu
menyembul begitu saja dari dalam tanah.
Dia melompat ke udara, kemudian setelah membuat suara "bakun!!", dia kembali menyelam ke
dalam tanah.
"Fiuh, itu mengejutkanku."
"Apa itu tadi?"
"Itu adalah Sandworm. Tapi agak besar."
Sandworm adalah monster yang menunggu tanpa bergerak di dalam tanah, kemudian ketika dia
merasakan ada gerakan mangsa di permukaan tanah, dia akan segera menyembul keluar untuk
memangsanya.
Sepertinya ada monster serupa dengan Sandworm di Hutan Agung, namun aku tidak pernah
menemuinya.
Hanya saja ukurannya berbeda.
Rupanya, yang ada di Hutan Agung, diameter tubuhnya hanyalah 20 – 30 cm.
Itu bukanlah ancaman bagi manusia.
"Di Benua Iblis juga ada yang besar seperti ini, kan? Apakah kau pernah melihatnya?"
"Aku hanya melihat ular dan serigala di Benua Iblis. Dan ada juga yang mengenakan armor aneh."
"Armor? Maksudmu Soul Breaker?"

62
"Bukan, orang-orang biasa menyebutnya Executioner atau semacamnya. Dia juga membawa
pedang yang besar."
"Oh, mungkin itu jenis yang lebih kuat. Kau harap tidak bertemu monster seperti itu sendirian,
kan?"
Bagaimanapun juga, Sandworm dari Benua Begaritto sangatlah besar.
Bagian yang mencuat pada permukaan tanah saja panjangnya mencapai 5 meter.
Jika kau hitung keseluruhan panjang tubuhnya, termasuk yang masih tertanam di dalam tanah,
mungkin totalnya mencapai 10 meter.
Dengan ukuran sebesar itu, monster tersebut dapat menelan manusia bulat-bulat.
Monster sebesar itu mendekam di dalam tanah, kemudian……. “bakkun!”…. dia muncul begitu
saja ketika merasakan ada mangsa di atasnya.
Ini semacam jebakan maut.
Namun, jika kau berhasil menghindari serangan kejutannya, maka membunuh monster itu tidaklah
sulit.
Kau juga bisa menggunakan sihir bumi untuk me-“mixer”nya di dalam tanah sebelum dia punya
kesempatan melakukan serangan kejutan.
Cairan tubuhnya berkumpul menjadi genangan di atas tanah.
Itu agak kotor.
"Aku penasaran, berapa ukuran induk kupu-kupu yang melahirkan ulat sebesar ini.”
"Mungkin tiba-tiba dia bisa berubah menjadi Succubus, lho? Terlebih lagi, kalau induknya kupu-
kupu malam."
"Oh oh, bukankah kutukan itu membuatmu jadi seperti Succubus? Jangan-jangan kau juga pernah
jadi ulat?”
“Fufu, aku memang pernah mengalami saat-saat seperti ulat, lho.” [17]
Namun, aku penasaran seperti apa Elinalis saat masih menjadi ulat.
Mungkin, dia mirip seperti gadis berkacamata yang menghabiskan waktu dengan membaca buku
di perpustakaan.
Atau mungkin, gadis lugu yang setiap hari bertani di ladangnya.
Apapun itu, dia tetap saja tampak seksi, kalau saja Cliff melihatnya, dia pasti akan terangsang.
Bagaimanapun juga, perbedaan mereka begitu jauh.
Pada hari terakhir, monster yang kami temui adalah seekor semut.
Kami menemukannya setelah memanjat bukit pasir, kemudian Elinalise segera memaksaku turun
ketika melihat monster itu.

63
Padahal kami sudah mencapai puncak bukit pasir, namun kemudian kami kembali turun dengan
berguling-guling.
"Kenapa tiba-tiba turun?"
"Itu segerombolan Phalanx Ant!"
Phalanx Ant.
Aku tidak tahu monster macam apa itu.
Untuk saat ini, yang bisa kulakukan hanyalah mengikuti Elinalise dengan merangkak sedikit demi
sedikit ke puncak bukit lagi.
Pantat Elinalise yang terbungkus sempak ajaib tepat berada di depan hidungku.
Bokongnya sungguh indah.
Mungkin saja bokong Sylphy akan tumbuh menjadi seindah ini ketika dia sudah mencapai usia 20
tahun nanti.
Sekarang sih, pantatnya masih tepos, tapi masihlah menarik bagiku.
"Bergeraklah dengan tenang agar kita tidak mengganggu mereka."
Kami tiba sekali lagi di puncak bukit pasir.
Sembari bersembunyi sesekali di balik lereng, kami mencoba mengamati segerombolan Phalanx
Ant.
Di sana, segerombolan semut merah terang sedang bergerak dengan rapih bagaikan tentara.
Kalau aku boleh memperkirakan ukurannya, mungkin sekitar 30 cm – 1 m.
Ada yang besar dan ada pula yang kecil.
Bentuk mereka juga bervariasi, ada beberapa yang memiliki sayap, ada juga beberapa yang bagian
atas tubuhnya mirip seperti manusia.
Sembari membuat kegaduhan, semut-semut itu berbaris menuju suatu tempat.
Simpelnya, itu adalah kawanan pasukan semut.
Pasukan semut tampak seperti sungai merah dari kejauhan.
Barisannya begitu panjang sampai ke titik cakrawala nan jauh di sana.
Suatu barisan dengan panjang yang mengerikan.
"Dengan ukuran sebesar itu dan jumlah sebanyak itu, tentu saja mereka dikategorikan monster
kelas S."
"Wow, kelas S. Tolong berikan aku penjelasan sebagai referensi."
"Phalanx Ant adalah salah satu jenis monster terkuat yang bisa melahap apapun di hadapan
mereka. Di Hutan Agung juga ada beberapa, tapi ukuran sebesar ini hanya dapat ditemui di Benua
Begaritto."

64
Phalanx Ants adalah salah satu jenis semut tentara.
Meskipun mereka adalah semut, mereka bisa melakukan perjalanan jauh tanpa membangun
sarang, dan mereka bisa melahap apapun di hadapannya.
Meskipun mereka punya beberapa musuh alami, namun selama lawannya berjalan di permukaan
tanah, mereka akan melahap semuanya, bahkan Stray Dragon sekalipun. [18]
Dan kemudian, ketika musim tertentu datang, mereka akan membuat sarang dan berkembang biak
untuk menurunkan generasi berikutnya.
Dengan sifat seperti itu, layak jika mereka disebut semut tentara.
Namun, mungkin karena mereka bukanlah semut biasa, melainkan semut monster, maka
kecerdasan dan agresivitas mereka lebih tinggi daripada semut tentara pada umumnya.
Contohnya, jika mereka menemukan sesuatu yang mengganggu, mungkin saja mereka akan
merubah arah barisan untuk menyerang si pengganggu tersebut. Jadi, mereka tidak hanya melahap
apapun yang berada di hadapan mereka, melainkan sekeliling juga.
"Mereka tidaklah sekuat itu jika kita melawannya 1 Vs 1. Menurutku sih, yang terkecil setara
dengan monster kelas E, sedangkan yang terbesar hanya setara monster kelas D atau C, tapi kalau
mereka menyerang bersama, maka bahayanya sama dengan menghadapi monster kelas S."
"Tapi, tetap saja kebanyakan dari mereka kelas C, kan?"
Bisa kubilang bahwa jumlah mereka lebih dari seribu atau dua ribu ekor.
Di dunia ini, monster dalam jumlah banyak dianggap bisa meningkatkan level mereka.
Meskipun yang terkuat dari mereka hanyalah kelas C atau D, namun kalau jumlahnya 10.000,
maka levelnya akan naik menjadi S.
Di duniaku sebelumnya, aku pernah main game yang musuhnya berwujud semut dengan ukuran
tubuh 3x manusia, dan mereka pun jumlahnya banyak.
Tapi, musuh yang kuat tidak perlu sampai sebesar itu.
Monster-monster di dunia ini sangat mahir bergerak.
"Oh, yang itu ratunya."
Elinalise menunjuk pada suatu titik tertentu dalam kawanan tersebut.
Ada individu yang sangat besar.
Semut itu panjangnya lebih dari 2 meter, dengan tubuh bagian atas menyerupai badan wanita.
Itu mengingatkanku pada Ratu Hive. [19]
Jadi, bisa kubilang Stun adalah kelemahannya.
Di duniaku sebelumnya, ratu semut tentara paling-paling ukurannya hanya 50 mm. Kalau
dibandingkan dengan itu, Phalanx Ant berukuran 50 kalinya.
Itu memang ancaman.

65
Di dunia ini, terdapat banyak sekali monster yang berkumpul dalam kawanan.
Entah kenapa, mereka juga mahir menjalankan taktik kelompok.
Itu sebabnya aku tidak ingin melawan semut-semut itu.
Aku yakin, misalkan aku berurusan dengan mereka, mereka akan memburuku dalam formasi
lingkaran romawi yang indah.
Bahkan mungkin, ada semut yang menggunakan sihir atau meluncurkan serangan jarak jauh
padaku.
Mungkin, aku bisa menang jika menggunakan sihir skala besar yang bisa menyapu mereka semua
sekalian.
Tidak, jika aku menggunakan sesuatu seperti itu, kami juga akan menerima dampaknya.
"Hei Rudeus! Mengapa ekspresi wajahmu seakan menyatakan bahwa kau siap bertarung melawan
mereka?"
"Bertarung? Aku tidak akan melakukan hal seperti itu."
"Seakan-akan, kau sedang merencanakan sesuatu untuk menyerang mereka, jika kita terlibat
pertarungan dengan semut-semut itu."
Aku tidak membuat wajah garang seperti itu.
Aku ini manusia, bukan ras iblis.
Aku tidak berhasrat ingin melawan mereka kok.
"Nah, aku hanya berpikir tentang apa yang seharusnya kita lakukan bila mereka menyadari
keberadaan kita."
"Kalau begitu tidak apa-apa. Kita akan menunggu sampai kawanan itu lewat."
"Dimengerti."
Aku setuju dengan rencana Elinalise.
Toh, Exp-ku [20] tidak akan naik meskipun aku bisa mengalahkan mereka semua.
Meskipun aku bisa menjual jasad mereka untuk mendapatkan uang, aku tidak mungkin
menggotong jasad sebesar itu di tengah gurun sepanas ini.
Mari kita menghindari bahaya saja.
Tujuan kami sekarang adalah tiba di Lapan.
Bukan untuk menaikkan prestasiku.
Misi kita bukanlah mengintai untuk menyergap musuh.
Setelah sekitar satu jam, semua kawanan itu sudah lewat.
Bagian 4
Langit malam di padang pasir berwarna merah.

66
Sedangkan tanahnya berwarna merah tua, dilengkapi pola kontras yang terlihat begitu jelas.
Polanya yang kontras terdiri dari garis merah dan hitam yang berselang-seling, seakan
menunjukkan hamparan ilusi.
Inilah dunia lain.
Tapi, di duniaku sebelumnya pasti juga ada hal semacam ini.
"Suhunya sudah turun. Sepertinya, kalau kondisinya seperti ini, kita bisa berjalan lebih jauh di
malam hari.”
"Itu benar, ayo kita lanjutkan perjalanan."
"Dimenger ... hah?"
Ketika kami berbicara, aku melihat sesuatu terbang di udara.
Setelah kuamati lebih dekat, itu adalah kelelawar besar berukuran sekitar setengah meter.
Cukup besar.
Dia mulai berputar-putar di sekitar kami sambil menyuarakan kepakan sayapnya.
Karena dia tidak keluar di siang hari, maka mangsanya mungkin adalah kadal dan serangga.
"Kelelawar itu cukup besar, bukan?"
"Oh, apakah itu monster?"
"Tak peduli monster atau bukan, kalau jumlahnya banyak, mereka tetaplah berbahaya."
Nampaknya orang-orang sering memanggil makhluk ini dengan sebutan Giant Bat.
Peringkatnya adalah F.
Namun dia tidak sendirian, dia bersama banyak temannya, jadi mungkin peringkatnya naik sekitar
E.
Serangannya tidak begitu kuat, jadi mereka bukanlah lawan yang tangguh.
Lagian, mereka juga tidak menyerang manusia.
Satu-satunya yang mengganggu kami adalah suara kepakan sayapnya yang bising.
"A-apa? Apa yang sedang mereka lakukan?"
Entah kenapa, mereka mulai mengerumuni Elinalise.
Sebenarnya mereka tidak menyerang Elinalise, melainkan hanya mengerumuninya.
Apakah mereka jantan?
"Hei, Rudeus! Jangan hanya bengong saja… lakukan sesuatu!!"
"Baik."
Bahkan Elinalise sang petualang veteran tidak bisa berbuat banyak pada situasi seperti ini.
Haruskah aku membuat tornado untuk menyebarkan mereka?

67
Aku tidak terlalu serius berpikir.
"Hmm?"
Dalam segerombolan kelelawar.
Sosok besar yang mencolok berbaur di dalamnya.
Dia memiliki sayap kelelawar yang besar, kemudian dia meliuk-liuk mendekati kami.
Pada saat yang sama, aroma manis menggelitik hidungku.
Itu Succubus.
"Uoooh! [Rock Bullet Stone Cannon]!"
Dari tanganku, peluru batu yang tebal dan keras tertembak dengan sendirinya pada sosok mirip
Succubus di dalam kawanan kelelawar itu.
Sembari menunjukkan ekspresi sedih yang mendalam di wajahnya, Succubus itu mengambil
langkah mundur.
Dia terus lari sambil memegangi perutnya.
Ups.
Aku tanpa sadar menurunkan kekuatanku.
Terasa berdosa ketika kau menyerang lawan yang berwajah mirip manusia.
Aku memang tidak bakat membunuh.
Aku lemah terhadap monster bernama Succubus itu.
Kuakui itu.
Aku tidak akan membunuhnya, bahkan ketika aku mencium aroma manis tubuhnya, aku
kehilangan niat melawannya.
Kalau suatu hari nanti aku berhadapan lagi dengan Succubus, mungkin aku hanya akan tertangkap
tanpa bisa kusadari.
Namun, selama ada jarak di antara kami, aku masih bisa menggunakan peluru batuku untuk
mengalahkannya.
Aku tidak mau kalah darinya.
Sebenarnya kekuatan serang Succubus hanya setara monster kelas E, tetapi mereka
diklasifikasikan sebagai kelas C.
Artinya, mereka adalah monster yang cukup kuat.
Jika saja aku masih perawan… ah tidak… andaikan saja aku belum pernah merasakan indahnya
malam bersama Sylphy, mungkin aku akan kalah dari godaan Succubus.
Bagaimanapun juga, di kehidupanku sebelumnya, aku cukup menyukai monster yang bernama
Succubus itu.

68
Succubus di dunia ini wajahnya jelek tanpa berias, tapi selama ada wanita telanjang di hadapan
seorang pria, maka tidak banyak yang bisa kami lakukan.
Setelah kau memahami hal seperti itu, rasanya mudah untuk menerima kekalahanmu.
Itu sebabnya, kami tidak bisa berbuat banyak.
Setelah kawanan Giant Bat dikalahkan, aku langsung merangkul Elinalise dari belakang.
Apa boleh buat… aku sudah terlanjur kena efek aroma tubuh Succubus.
Ini bukanlah kondisi normal.
"Hei, Rudeus! Tenangkan dirimu! Gunakan sihir detoksifikasi dengan cepat! Berhentilah
memelukku!"
"Sebentar saja kok… sebentar sajaaaaaa! Hanya ujungnya saja kok! Kalau aku menusukkannya
dari belakang, maka itu tidak bisa disebut perselingkuhan, kan!" [21]
"Jangan main-main!"
"Guho!"
Saat aku memeluknya, Elinalise memukulku dengan perisainya yang keras.
Jika ini adalah Eroge, Elinalise sedang memerankan Heroine bersifat kasar.
Itu tidak masuk akal.
Apapun itu, setelah aku kembali tersadar karena benturan perisai yang menyakitkan, aku pun
menggunakan sihir detoks untuk menghilangkan semua efeknya.
"Haa ... haa ... kamu merepotkanku."
"Mau bagaimana lagi ... Memang seperti itulah Succubus."
Uu, tempat di mana aku dipukuli masih berdenyut-denyut kesakitan.
Perisai adalah senjata tumpul.
"Fuu ... Ampun deh, aku tidak ingin bertemu lagi dengan Succubus! Ahh, aku mulai merasa gatal-
gatal!"
Elinalise menampar pipinya yang memerah sambil menggelengkan kepalanya.
Saat aku berada di bawah pengaruh aroma Succubus tadi, sepertinya terjadi sesuatu padanya.
Ini benar-benar kesalahan Succubus, bukannya aku ingin melampiaskan nafsuku atau
semacamnya.
Yah, gak papa lah.
Itu berarti, Elinalise juga menahan nafsunya, buktinya dia berusaha menyadarkanku dengan
menghantamkan perisainya. Kalau dia membiarkan nafsu bejatnya keluar, harusnya dia malah
memanfaatkan keadaan tadi.
Itu tidak bisa dihindari.

69
Apa mau dikata lagi.
"Para kelelawar itu pasti bawahan Succubus, kan?"
"Sepertinya begitu."
Di benua tengah, juga ada monster yang menjadikan monster-monster lebih lemah sebagai
pengikutnya.
Kalau gak salah ingat, monster pertama yang kulihat di dunia ini juga seperti itu.
Aku lupa apa namanya.
Sepertinya aku benar-benar lupa karena hanya melihatnya sekali.
Itu adalah sejenis babi hutan yang berjalan dengan dua kaki.
Succubus menggunakan Giant Bats sebagai bawahannya.
Jika mereka kebetulan melihat pasangan yang sedang berjalan, ia akan mengirim para kelelawar
untuk mengganggu si cewek, kemdian dia akan menarik hati si cowok, dan mencurinya.
Succubus kemudian membawa cowok itu ke sarangnya untuk “melahapnya” secara seksual,
kemudian setelah itu, dia benar-benar akan memakannya.
Kami bisa menangani mereka karena aku bisa mengalahkannya dengan serangan jarak jauh.
Tapi aku yakin, para Swordsmen dan prajurit akan kesulitan mengalahkannya, karena mereka lebih
handal dalam serangan jarak dekat.
Sedangkan, jika terlibat pertarungan jarak dekat dengan Succubus, kau pasti akan mencium aroma
tubuhnya, dan saat itu jugalah kau berada di bawah pengaruhnya.
Semakin lama pertarungan berlangsung, maka keadaanmu semakin tidak menguntungkan.
Bahkan para ksatria kerajaan juga akan bertekuk lutut tanpa perlawanan.
Kalau kau pria, setidaknya kau harus menjadi Gay kalau mau mengalahkan Succubus dalam
pertarungan jarak dekat.
"Apa lagi kali ini?"
Setelah pertempuran dengan Succubus.
Seekor kadal bipedal [22] yang mirip Velociraptor [23] muncul dari balik gundukan pasir.
Satu per satu, mereka terus berdatangan ke arah kami.
Meskipun mereka tidak besar, jumlahnya cukup banyak.
Beberapa dari mereka mulai makan kelelawar yang jatuh di tanah.
"Aku belum pernah melihat itu sebelumnya."
Elinalise menyiapkan kuda-kudanya tanpa sedikit pun lengah.
Aku terus memantau situasi ini sambil menggenggam tongkat sihirku.
"Jadi, ada monster yang bahkan Elinalise-san sekalipun tidak ketahui?"

70
"Hey, aku bukanlah seorang profesor monster."
Elinalise juga tidak tahu nama kadal-kadal ini.
Pasti mereka adalah hewan asli Benua Begaritto.
Setelah melihat kami sejenak, para raptor itu datang dengan ancaman untuk menyerang kami.
Mungkin mereka mengira bahwa kami akan mencuri mangsa mereka.
Ah tidak, kami lah yang mengalahkan para kelelawar, jadi seharusnya mereka yang mencuri
mangsa kami.
Meskipun mereka tidak sekuat itu, mereka memiliki gigi tajam dan kaki yang cepat.
Yah, mereka tidak istimewa.
Kami mengalahkan 7 dari mereka.
Hanya sekitar 10 ekor tersisa.
Mereka menjadi lebih waspada, dan menjaga jarak dengan kami.
Hmm, haruskah aku melibas semuanya dengan sihir tingkat lanjut?
Ketika aku memikirkan itu, sesaat kemudian :
"Rudeus! Hati-hati! Yang besar akan datang!"
Saat kami masih bertarung melawan sisa-sisa raptor, yang paling besar akhirnya keluar.
Makhluk ini berbeda dari para raptor, karena wujudnya mirip ayam.
Tingginya mencapai 5 meter.
Dengan ukuran sebesar itu, dia bisa dibilang setara dengan dinosaurus.
Di atas kepalanya ada corak warna merah terang yang menyakiti mataku saat memandangnya.
Namun, nampaknya dia bukanlah teman para Velociraptor tersebut, malahan dia adalah musuh
mereka.
Mereka berjumlah 5 atau mungkin 6 ekor, dan dalam waktu sekejap, mereka membantai kadal-
kadal yang tersisa.
Beberapa raptor yang mencoba melarikan diri, akhirnya dilahap oleh unggas tersebut.
"Itu adalah salah satu jenis Garuda [24], kan?"
Garuda adalah monster kelas C.
Namun, dalam kawanan sebanyak ini, nampaknya tingkatnya bisa naik sampai kelas B.
Bahkan, kalau ukurannya sebesar ini, mereka bisa juga dibilang kelas A.
Ayam-ayam itu menjauh ketika mereka membantai para raptor, namun mereka tidak berusaha
mendekat ke arah kami, dan hanya mengintimidasi dari kejauhan.

71
Raptor-raptor yang kelabakan berusaha melarikan diri, aku pun penasaran, sampai kapan mereka
bisa bertahan.
Saat kadal-kadal itu sudah habis dimangsa, mungkin target mereka selanjutnya adalah kami.
Namun… bukan berarti kami tidak mampu mengalahkan mereka….
"Rudeus, kita akan kabur. Kenapa kamu hanya berdiri saja di situ?"
Namun, Elinalise lebih memilih untuk menghindar, maka selamatlah ayam-ayam itu dari karnivora
yang jauh lebih mengerikan……. yaitu kami.
"Dimengerti."
Saat kami bergerak menjauh, Elinalise dengan cerdik merebut salah satu jasad raptor.
Mereka terlihat lebih enak daripada kelelawar.
Ketika sudah berada jauh dari TKP, kami pun membuat tempat berlindung sementara.
Kami akan bermalam di sini.
Jasad raptor tersebut adalah makan malam kami hari ini.
Bukan berarti persediaan makanan kami telah menipis, tapi memanfaatkan sumber daya alam
selama perjalanan adalah keterampilan dasar sebagai seorang petualang.
Yang jelas, malam hari di gurun sangat berbeda dengan siang hari.
Monster bermunculan satu per satu.
Jika saja kami lanjut melawan ayam-ayam itu, mungkin saja monster yang lebih kuat keluar.
Menurut Elinalise, aroma Succubus yang dia sebarkan bersama kawanan kelelawar tadi juga
menarik perhatian monster-monster lainnya.
Bagi kaum adam, itu adalah aroma yang manis.
Bagi kaum hawa, itu adalah bau yang tidak mengenakkan.
Meskipun para monster tidak menghiraukan baunya, mereka akan tetap mendatangi TKP karena
kemungkinan besar mereka mendapatkan mangsa di sana.
Jadi, Succubus memangsa para lelaki.
Tempat-tempat yang dilalui menusia, cenderung mengundang kedatangan monster yang nyasar.
Ketika kami mengalahkan Succubus pertama, tidak ada kelelawar ataupun monster lainnya,
mungkin karena tempat itu dilindungi oleh semacam penghalang.
Namun faktanya, seekor Succubus masih bisa menyelinap ke tempat tersebut, yahh mungkin saat
itu kami hanya apes.
... Jangan bilang kalau Succubus itu kenalan Orsted atau apalah.
Tidak ... tidak, tidak mungkin.
Kalau memang benar begitu, harusnya dia tidak akan berani memikatku.

72
Aku yakin, Succubus juga akan berpikir bahwa aku adalah rekannya Orsted, karena kami bisa
menggunakan fasilitas teleport yang sama di dalam reruntuhan tersebut.
Tunggu sebentar.
Jangan-jangan itu hanyalah ucapan selamat datang dari Succubus.
Di Jepang, juga ada yang disebut “perbincangan telanjang” [25].
Itu adalah suatu budaya yang tidak akan dimengerti oleh orang asing.
Dengan analogi yang sama, mungkin Succubus hanya berniat untuk membuatku merasa nyaman.
Kalau memang benar begitu, maka aku sekarang berada dalam masalah, karena aku telah
menghabisi teman-teman Orsted yang sebenarnya hanya ingin beramah-tamah denganku.
Mungkin aku sudah menyinggung Orsted tanpa pernah kusadari sebelumnya.
Haruskah aku kembali dan membuat kuburan yang indah untuk Succubus itu, atau semacamnya?
Meskipun aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kalau aku menguburkannya dengan lebih
layak, mungkin aku bisa sedikit menebus dosaku.
Ah tidak.
Kalau memang ada rekan-rekan Orsted di dekat reruntuhan itu, aku pasti sudah mendengarnya dari
Nanahoshi.
Benar juga…. bukankah Orsted dibenci oleh siapapun karena kutukannya?
Mungkin itu tidak hanya bekerja pada manusia, tetapi juga monster.
Ya, itulah mengapa, harusnya dia tidak punya rekan satu pun, apalagi Succubus.
"Fiuh ... Benua Begaritto jauh berbeda dari apa yang pernah kudengar."
Entah dia menyadari kegelisahanku atau tidak, Elinalise menguap lelah sembari mengatakan itu di
tempat perlindungan sementara ini.
Namun, nampaknya dia cukup tenang sampai sejauh ini.
Yahh, tentu saja dia tenang… bagaimanapun juga, dia belum tahu seperti apakah Orsted itu.
Namun, semua kekhawatiranku ini nampaknya tidaklah berdasar.
Oh, monster ini mungkin adalah temannya seseorang yang paling mengerikan di dunia ini.
Kalau aku terus berpikiran seperti itu, aku tidak akan pernah merasa tenang selama perjalanan ini.
Sedangkan, monster-monster itu akan terus memangsaku tanpa sedikit pun merasa ragu.
Aku akan mengusir mereka.
Itu saja sudah cukup.
"Itu benar. Aku tidak pernah menduga bakal bertemu monster sebanyak ini."
Aku menanggapi Elinalise sambil menyingkirkan kekhawatiran berlebih di pikiranku.

73
Jujur saja, kepadatan populasi monster di sini bahkan lebih tinggi daripada di Benua Iblis.
Ataukah… jangan-jangan kami tidak diteleport ke Benua Begaritto, melainkan ke Benua Langit?
Aku harap tidak begitu.
"Yah, entah bagaimana caranya, yang penting saat ini kita masih bisa menangani semuanya.”
"Tapi, tapi jangan sekali-kali lengah."
"Ya, kau tak perlu mengatakan itu lagi dan lagi. Tetapi, kalau kita menggunakan taktik yang sama
sampai dengan saat ini, harusnya kita bisa mengusir sebagian besar monster yang mengganggu
kita."
"Seandainya saja aku terjebak aroma Succubus lagi, pukul saja aku, hanya kau lah yang bisa
kuandalkan."
"Berhati-hatilah mengendalikan nafsumu."
Sementara kami saling membahas hal-hal seperti itu, hari pertama pun telah berlalu.
Hari ini terasa sangat panjang.
Padahal, hanya sehari.
Tujuan kami masihlah jauh.

74
Bab 5
Perjalanan Gurun

Bagian 1
Tibalah hari kedua perjalanan kami di padang pasir.
Kami terus menuju ke utara.
Pada hari kedua ini, kami memutuskan untuk melawan semua monster yang menghalangi.
Terdapat begitu banyak monster di gurun ini.
Kami harus lebih berhati-hati terhadap Sandworm.
Kami bisa melakukannya sambil terus berjalan di permukaan tanah.
Namun, ada saat-saat di mana kami tidak memperhatikan apa yang kami pijak.
Misalnya, ketika sedang bertempur.
Suatu saat, ketika kami bertarung melawan Twin Death Scorpion, munculah Sandworm.
Dia menelanku bulat-bulat, lalu dia berusaha menarikku ke dalam tanah.
Aku sedikit panik, kemudian aku segera mengaktifkan sihir Slice Wind dan tubuh monster itu pun
tercincang menjadi potongan-potongan kecil.
Dengan menggunakan sihir bumi, aku kembali ke permukaan tanah.
Elinalise terkena racun Twin Death Scorpion.
Dia terkejut ketika melihatku dilahap oleh Sandworm.
Lutut Elinalise terluka dan wajahnya berubah menjadi ungu.
Aku segera membunuh Twin Death Scorpion.
Kemudian aku menyelamatkan Elinalise dengan sihir detoksifikasi tingkat menengah.
Tak ada yang bisa disalahkan dalam peristiwa ini.
Kami saja yang lagi apes.
"Teknik membunuh yang hebat, jadi ini ya Quagmire yang terkenal itu. Kau telah
menyelamatkanku."
Meskipun Elinalise hampir mati, dia sama sekali tidak menyalahkanku.
Tapi, kalau dilihat dari sudut pandang yang berbeda, ini adalah kesalahanku karena aku lalai.
Dia sungguh orang yang luar biasa.

75
"Jangan merasa bersalah. Meskipun kau berusaha berkosentrasi setiap saat, selalu saja ada kalanya
kita lalai. Kali ini, kebetulan saja kau lengah, dan inilah yang terjadi. Jadi, jangan terlalu
dipikirkan.”
Kami hampir saja binasa.
Dia pun sangat memahaminya.
Inilah kali pertama kami merasa begitu takut akan kematian.
Kemudian, kami berdua melanjutkan perjalanan dengan lancar.
Sampai akhirnya, sesosok monster raksasa menghalangi kami lagi.
Dari kejauhan, dia terlihat berjalan dengan canggung.
Namun, itu sudah cukup membuat kepulan debu yang tebal.
Mungkin jaraknya sekitar 100 meter dari posisi kami saat ini?
Sulit untuk mendeskrpisikan makhluk ini.
Tapi, kalau boleh kugambarkan, badannya mirip seperti paus biru, sedangkan kakinya mirip seperti
gajah, dan ada beberapa pasang kaki di tubuhnya.
"Itu Behomoth."
"Kau tahu makhluk itu, Elinalise?"
"Oh, jadi kau berhenti menambahkan -san pada namaku?"
"Tidak, tidak. Meskipun begitu, aku selalu menunjukkan rasa hormatku pada orang yang lebih
tua."
"Zanoba juga lebih tua darimu, kan?"
"Tapi dia masih kekanak-kanakan."
Tampaknya Behomoth adalah makhluk terkenal yang hidup di Benua Begaritto.
Panjangnya berkisar antara 100 meter hingga 1000 meter.
Makanannya masih belum diketahui. Makhluk ini sering ditemukan di padang pasir.
Kepribadiannya cukup lembut untuk seukuran monster.
Selama tidak diganggu, dia cukup jinak.
Orang-orang yang pernah mengalahkan Behemoths bercerita bahwa mereka mendapatkan banyak
batu sihir di perut monster ini.
Ketika orang lain mendengar cerita itu, mereka pun memburunya agar cepat kaya.
Tetapi mengalahkan monster ini tidaklah mudah.
Kulitnya sangat kuat dan keras, dan tubuhnya tidak akan bergeming kalau hanya menerima
serangan biasa.

76
Memang ada cara untuk menyerangnya, namun ketika makhluk ini sudah mengamuk, maka itu
akan menjadi ancaman yang serius.
Orang-orang pun berpikir, "Mengapa tidak menggunakan serangan jarak jauh?"
Namun, ketika Behemoth merasakan bahaya, ia akan segera melarikan diri dengan menyelam ke
dalam tanah.
Oleh karena itu, tidak banyak orang yang mengaku telah mengalahkan makhluk ini.
Dan juga, tak ada orang yang pernah menemukan bangkai makhluk ini, meskipun tubuhnya begitu
besar.
Oleh karena itu, munculah rumor tentang keberadaan suatu tempat yang menjadi kuburan
Behemoth.
Nampaknya, di tempat itu terdapat banyak tulang dan juga batu sihir.
Aku cukup tertarik menemukan tempat penuh harta karun seperti itu.
Dengan tubuh sebesar itu, aku penasaran apa sih yang dia makan?
"Kalau Rudeus sih, pasti bisa mengalahkannya dengan mudah, kan?"
"Selama tidak mengganggu kita, aku tidak punya niat menyerang monster yang tidak bersalah."
Tapi, kalau aku sedang bokek, mungkin aku akan memburu makhluk itu dengan sihir jarak jauhku.
Bagian 2
Pada hari ketiga, kami menemui badai pasir.
Ah tidak… mungkin terkesan aneh jika kubilang ‘menemui’.
Saat kami berjalan, dari kejauhan kami melihat sesuatu yang tampak seperti dinding.
Ketika kami semakin dekat, ternyata itu adalah badai pasir.
Aku menyarankan pada Elinalise agar menunggu sampai badai tersebut reda, namun tampaknya
badai pasir hanya terjadi secara lokal pada suatu tempat.
Bahkan, tidak ada tanda-tanda badai itu akan segera berhenti.
Karena kami tidak bisa berlama-lama di sini, aku pun menghentikan badai itu dengan sihirku,
kemudian menerobos melewatinya.
Seseorang pernah bilang padaku bahwa sebaiknya aku tidak terlalu sering memanipulasi cuaca,
namun kali ini aku tidak punya banyak pilihan.
Setelah berjalan sekitar satu jam, aku tiba-tiba berbalik.
Badai pasir itu terbantuk lagi di tempat yang sama.
Mungkin badai itu adalah wujud lain dari penghalang sihir.
Mungkin, ini adalah penghalang alami yang memblokade jalan masuk ke reruntuhan lain, yang di
dalamnya terdapat lingkaran sihir teleportasi yang biasa Orsted gunakan.

77
Namun, Nanahoshi tidak pernah mengatakan hal seperti itu.
Tapi, mungkin juga dia tidak diperbolehkan memeriksa tempat lain di sekitar sini, sehingga dia
tidak mengetahui adanya lingkaran sihir selain B3 di gurun ini.
Mungkin juga ada beberapa hal yang dia lupakan.
Informasi darinya tidak sepenuhnya akurat.
Bagian 3
Hari ke empat.
Jumlah monster yang kami temui menurun secara signifikan.
Ini pasti disebabkan oleh badai pasir penghalang itu.
Ekosistemnya benar-benar berbeda antara sebelum dan sesudah kami melewati badai pasir
tersebut.
Tak ada seekor pun monster kalajengking maupun monster semut.
Bahkan Sandworm yang datang mengganggu hanya sebesar tubuh Elinalise.
Ketika malam datang, sesekali kami melihat raptor.
Namun, jumlahnya begitu sedikit dan tubuhnya tidak terlalu besar.
Kami juga tidak menemukan seekor pun Garuda.
Di malam hari, Succubus tidak lagi menyerang kami.
Apakah aku harus senang menanggapi ini, atau justru sedih?
Ah tidak… kenapa aku harus sedih karena Succubus tidak lagi menghampiriku?
Bagian 4
Hari kelima.
Kami berjalan melintasi padang pasir.
Sejauh mata memandang, yang bisa kami lihat hanyalah lautan pasir.
Pemandangan itu membentang seakan tanpa ujung.
Ketika seseorang berjalan tanpa tengara, meskipun ia berniat untuk berjalan lurus, dia malah akan
berjalan memutar, kemudian kembali ke titik awal.
Sepertinya itu terjadi karena kecepatan antara kaki kanan dan kiri berbeda.
Namun, kurasa itu tidak terjadi pada Elinalise.
Ngomong-ngomong, di sana ada gundukan pasir yang sepertinya pernah kulihat sebelumnya.
Ketika aku mengingat-ingatnya sejenak, benih keraguan dalam benakku mulai tumbuh.
Jangan bilang, Elinalise tersesar, sehingga kita kembali ke tempat semula?
Yah, biarkan saja dulu, dan terus berjalan.

78
Selama aku tidak berbicara, itu akan baik-baik saja.
Jika aku berbicara, Elinalise akan merasa bersalah padaku.
Kemudian, kerjasama tim kami akan memburuk.
Pada medan seperti ini, memburuknya kerjasama tim sama saja dengan kematian.
Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah memaafkannya.
Ketika Elinalise membuat kesalahan, aku hanya bisa memaafkannya sambil tersenyum.
Aku tidak perlu menghukumnya.
Ya.
"... Hmm, Rudeus. Aku bisa melihat sesuatu."
Tampaknya tekad itu sia-sia saja.
Elinalise menunjuk ke depan, dan aku bisa melihat sesuatu yang bergoyang secara kabur.
"Biarkan kuperjelas."
Aku menggunakan sihir bumi untuk membuat pilar batu.
Dari atas, aku bisa melihatnya dengan lebih jelas.
Ada sesuatu di sana.
Namun, saat melihatnya dengan mata telanjang, aku masih belum yakin benda apakah itu.
Mungkin hanya fatamorgana.
Yang jepas, kami sedang menuju ke sana.
Kami tetap berhati-hati akan kemungkinan munculnya monster.
Kami sudah memantabkan pilihan untuk menuju ke sana.
Kalau dipikir-pikir, kami belum menemukan seekor pun monster hari ini.
Mungkin tidak ada monster di area ini.
Tidak, kita tidak boleh lengah.
Sambil memikirkan itu, kami pun melihatnya dengan jelas.
Ini adalah batu besar yang menyerupai Ayers Rock. [26]
Tingginya sekitar 50 meter.
Kata "tebing batu" segera muncul dalam pikiranku.
Bentuknya sih tidak menjulang tegak-lurus dengan permukaan tanah, namun seseorang masih akan
kesulitan jika hendak memanjatnya.
Seakan-akan benda itu membentang sampai menembus cakrawala.
Ujungnya tidak terlihat.

79
"Haruskah kita mengambil jalan memutar untuk melewati itu?"
"Tidak, ayo naik. Aku akan menggunakan sihir."
Aku menggunakan sihir bumi untuk membuat pilar batu.
Elinalise memegangku, kemudian kami bergerak ke atas dengan pilar batu yang menyembul dari
dalam tanah.
Namun, tiba-tiba tubuhku terasa tidak nyaman.
Aku merasakan sensasi aneh dari sesuatu yang menggosok pantatku.
"Um, Elinalise-san?"
"Ada apa?"
"Gerakan tanganmu agak cabul."
"Ini hanya kebiasaanku, jadi abaikan saja."
Selama beberapa menit sampai kami mencapai puncak tebing, tubuhku dan Elinalise terus
menempel.
...
Mungkin ini adalah efek kutukannya.
Aku pun kembali mengalirkan Mana pada sempak ajaibnya.
Namun, yang kulakukan ini hanyalah menunda efeknya.
Terakhir kali, dia melakukannya bersama Cliff 10 hari yang lalu.
Berkat sempak ajaib, dia masih bisa bertahan sampai saat ini, namun benda ini hanyalah prototype.
Aku harus berhati-hati.
Aku ingin segera sampai pada suatu tempat yang banyak orangnya.
Kalau efeknya tidak bisa lagi ditahan, maka pilihan terakhir adalah aku menjadi partner eue-nya.
Tapi, itu sama saja dengan berselingkuh.
Bahkan, kau boleh menyebutnya perzinahan.
Meskipun ini semua disebabkan oleh kutukan itu, perselingkuhan dan perzinahan tidaklah bisa
dimaafkan.
Dalam perjalanan ini, aku tidak akan melakukannya dengan Elinalise.
Bukankah aku sudah memutuskan itu sebelum memulai perjalanan ini?
Kalau di Bazaar nanti ada tempat prostitusi pria, maka itu baik sekali.
Kita bisa menyewa beberapa gigolo untuk memuaskan hasrat tante ini.
Ini demi kita berdua.
"Elinalise, kita sudah sampai di bagian atas tebing."

80
"Ya, sepertinya begitu."
Elinalise masih menempel padaku.
Dia dengan memandangi bahuku sambil terengah-engah.
"... Tolong lepaskan."
"Maaf."
Elinalise pun menjauh.
Tapi tatapannya terfokus pada bagian bawah tubuhku.
Aku merasa kesucianku berada dalam bahaya.
Mungkin naik ke sini sambil dipeluk olehnya adalah ide yang buruk.
Mungkin ada cara yang lebih baik.
Lain kali, sebisa mungkin aku akan menghindari kontak fisik dengannya.
Itu mungkin juga bisa merusak kerjasama tim kami.
Oh tidak, kami harus cepat ke Bazaar dan mencari beberapa gigolo.
"Ayo pergi."
"Baik."
Atas desakan Elinalise, kami pun mulai berjalan.
Sesaat berikutnya, ada sebuah bayangan yang lewat pada kaki kami.
"Rudeus! Tiarap!"
Jeritan tiba-tiba.
Sebelum aku melihat apa yang ada di atas kepalaku, aku pun tiarap ke tanah.
Pada saat itu, aku merasakan ada sesuatu yang terbang di atas kepalaku.
Bulu kudukku mulai berdiri.
Segera setelah bangkit, aku tahu makhluk apakah itu.
Monster dengan warna seperti pasir, tangan dan kaki mirip singa, dan memiliki kepala mirip
burung rajawali.
Sembari mengepakkan sayapnya yang besar, ia mendarat di suatu tempat di dekat kami.
"Itu Griffon!"
Jerit Elinalise.
Itulah musuh kami kali ini. Aku segera memikirkan suatu ide untuk mengalahkannya.
Aku berbalik menghadap Griffon sambil memegangi tongkatku.
Posisi kami buruk.

81
Elinalise berada di belakangku.
Tanpa sengaja, kami berada dalam posisi 'serangan belakang'. [27]
Namun, dalam situasi tidak menguntungkan seperti ini, Elinalise masih bisa begerak dengan begitu
luwes.
Dia dapat dengan mudah beralih posisi denganku, untuk kembali ke barisan depan.
"Rudeus, aku serahkan sisi lain padamu!"
Ini bukan pertama kalinya sih.
Dari belakang, aku bisa mendengar suara kepakan sayap.
Ternyata, ada dua Griffon yang sedang kami hadapi.
Kami terkepung oleh mereka.
Aku harus menumbangkan Griffon A yang ada di depanku.
Jika aku menghindar, kemudian Griffon A menyerang Elinalise, maka dia akan menerima
serangan dari belakang, dan itu cukup berbahaya.
... Ah tidak juga…. lebih baik seperti itu.
Elinalise akan bertarung melawan mereka berdua, kemudian aku menjatuhkan mereka satu per
satu dengan serangan jarak jauhku.
Sampai sekarang, seperti itulah formasi kami ketika menghadapi musuh.
Tapi, nampaknya kali ini berbeda.
Dia bilang padaku untuk menangani sisi lainnya.
Kalau aku tidak menumbangkan lawanku, maka Elinalise tidak dapat mendukungku.
Baiklah.
Griffon mulai membungkuk ke depan, setengah membuka paruhnya, dan memelototiku.
Sudah dekat.
Griffon itu terlihat sangat cerdas. Sepertinya dia bisa menghindari peluru batuku.
Atau mungkin, dia akan menerima peluru batu tanpa menghindar sedikit pun.
Aku ingin mencari cara pasti untuk mengalahkannya.
Jangan gunakan peluru batu.
Dia punya sayap, aku tidak tahu berapa lama dia bisa terbang.
Tetapi tampaknya, aku juga tidak bisa membuar rawa untuk menjebaknya.
Kalau begitu, mari kita gunakan angin.
Kaki belakang Griffon tampak sedang menghimpun kekuatan.
Dia datang.

82
Kaki belakang Griffon mengeluarkan suara “tap” yang tajam.
Dia menjulurkan kakinya ke depan bagaikan harimau, kemudian menerjang ke arahku.
Aku berjongkok, sambil menggunakan sihir pada tanah.
Sihir Bumi tingkat lanjut Earth Hedgehog.
Munculah semacam duri yang panjangnya 3 meter.
Duri itu terus bermunculan di sekelilingku sampai berbentuk lingkaran.
"Kyuea!"
Griffon segera bergerak sembari mengepakkan sayap di punggungnya.
Dia akan mengendalikan lintasan terbangnya di udara, kemudian akan segera berbalik dan pergi.
Itulah yang bisa kulihat dengan mata iblisku.
Aku menggunakan sihir angin dengan tangan kiriku.
Aku menghasilkan tornado kecil untuk mengacaukan kendali Griffon.
Griffon itu tergantung-gantung di udara.
Namun, dia bersusah payah mengendalikan tubuhnya untuk mendarat.
Tanpa menunda lebih lama, aku pun melepaskan sebuah peluru batu di titik pendaratannya.
Peluru batu terbang dengan suara yang memekakkan telinga.
Srat!!!
Peluruku menembus tubuh Griffon sampai terbentuk lubang hitam yang menganga di sana.
Sesaat berikutnya, terdengar gema tembakan.
Griffon terhuyung sedikit tanpa membuat suara, lalu jatuh dengan bunyi ‘gedebuk’.
Aku segera menghabisinya dengan sihir api.
Lalu, aku segera berbalik.
Apakah Elinalise baik-baik saja?
Dia baik-baik saja.
Dia menahan serangan Griffon dengan perisainya, dan menggunakan estoc-nya.
Kaki depan Griffon terlihat berdarah.
Rupanya, Elinalise memberikan serangan di titik itu.
Dengan memfokuskan serangannya di satu titik, dia berhasil menguras kekuatan musuh.
"Elinalise! Stone Cannon!"
"!"
Aku berteriak dari belakangnya, kemudian melepaskan meriam batu.

83
Elinalise menarik diri.
Griffon pun tidak mengejar Elinalise.
Ia menyadari seranganku, dan berusaha menghindari peluru batuku.
Namun, Elinalise segera menerjang estoc-nya.
Dia memberikan pukulan rendah pada kaki depan Griffon yang masih memijak tanah.
Griffon jatuh dengan keras.
Dia tidak lagi bisa menghindari peluru batuku.
Shraat!!.
Sebuah lubang terbuka di belakang lehernya.
Meriam batu merobek jeroan Griffon ketika menembus tubuhnya.
Sumsum tulang belakangnya hancur, dan peluru batu masih melaju sampai menembus sisi lain
dari tubuhnya.
Griffon jatuh ke tanah dengan leher hancur.
Tubuh Griffon berkedut dan kejang-kejang.
Elinalise menyudahi perlawanan monster itu dengan memberikan pukulan ke kepala dengan estoc-
nya.
Setelah itu, aku membakar Griffon dengan sihir api.
Kami mengalahkan mereka.
Kami pun semakin waspada akan adanya makhluk-makhluk lain yang mengerjar.
Setelah beberapa saat, kami menghembuskan nafas lega.
"Fiuh, aku minta maaf, tadi aku sedikit lengah."
"Ah tidak juga, harusnya aku yang salah karena tidak memperingatkanmu serangan dari udara."
Kami saling memohon maaf atas kegagalan kami masing-masing, lalu kami melihat lurus ke
depan.
Terdapat lapisan pasir di tebing ini, namun di bawahnya adalah batu yang padat.
Jadi, kami tidak perlu berhati-hati akan adanya cacing gurun.
"Mulai dari sekarang, lebih baik kita waspada pada serangan dari udara."
"Kamu benar."
Setelah memeriksa sekilas area di sekeliling kami, Elinalise dan aku pun mulai berjalan lagi.
Bagian 5
Hari keenam.
Rupanya, tebing batu ini adalah sarang Griffon.

84
Beberapa kali, mereka menyerang kami secara berkala.
Setelah beberapa saat, serangan datang lagi, dengan interval yang hampir teratur.
Griffons adalah monster kelas-B.
Mereka tidak menggunakan sihir apa pun.
Namun, mereka memiliki kemampuan fisik yang hebat, dan juga kemampuan terbang.
Mereka mampu bermanuver dengan bebas ke segala arah, sehingga mereka adalah musuh yang
tangguh.
Biasanya mereka terlihat sendirian, namun saat bertelur, mereka membuat kelompok yang terdiri
dari 2 – 5 ekor Griffon.
Mereka memiliki kecerdasan yang tinggi, dan mereka bisa berburu bersama-sama dengan
koordinasi yang bagus.
Jadi, dalam kawanan, kelas mereka meningkat menjadi A.
Artinya, mereka bukanlah lawan yang sepadan bagi kami.
Kalau begitu, aku cukup kuat ya.

Hari sudah gelap.


Tidak ada tanda-tanda kehadiran Succubus.
Mungkin mereka sengaja menghindari daerah kekuasaan Griffon.
Terlebih lagi, Griffon sangat disiplin menjaga daerah kekuasaannya.
Setidaknya sampai saat ini, tidak ada lagi tanda-tanda serangan Griffon dari jarak jauh.
Dengan kata lain, kita aman di sini.
Untuk pertama kalinya, kami menyalakan api unggun, kemudian memasak daging Griffon buruan
kami har ini.
Griffon terakhir yang kami kalahkan membawa anak-anak mereka, jadi kami mendapatkan bahan
makanan ekstra.
Daging muda begitu lembut dan lezat, tak peduli makhluk apapun itu.
Ini terasa seperti steak daging anak sapi.
Sebagai orang yang telah memiliki anak, aku merasa berdosa pada mereka.
Namun, inilah hidup.
Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ego.
Aku sedikit tahu cara mengolah daging monster menjadi makanan yang layak.

85
Itu sebabnya aku membawa beberapa bumbu.
Sayangnya, daging raptor tidak enak, tetapi kalau hewan mirip mamalia, atau hewan mirip burung
seperti Griffon, aku pasti bisa membuat masakan enak darinya.
Aku mulai mencampur beberapa bumbu secara bersamaan.
Buah Kokuri, biji Awazu, dan daun kering Abi, aku mencampur semuanya dengan perbandingan
1: 2: 2, kemudian menumbuknya menjadi bubuk.
Kuoleskan bubuk tersebut pada jariku, kemudian aku mengicipinya. Terasa sensasi pedas yang
menyengat.
Lalu, aku menaburkannya secara merata di seluruh daging, kemudian mencampurnya.
Aku pun menambahkan garam, lantas memanggangnya.
Begitu permukaan daging sudah kecokelatan, aku sedikit menjauhkannya dari api, lalu sedikit
kupanggang lagi.
Ketika permukaan dagingnya mendesis karena lemak yang menetes ke bawah, itu tandanya
makanan sudah siap.
Karena masih panas, berhati-hatilah menggigitnya agar lidahmu tidak melepuh.
Daging Griffon muda benar-benar lembut dan juicy.
Rasanya agak aneh, tapi sensasi pedas dari bumbuku melenyapkannya.
Ahh, tentu saja, dengan cara memanggang seperti ini, panasnya tidak akan sampai ke pusat daging.
Tapi itu bukan masalah.
Setelah memakan permukaan dagingnya, ada beberapa bagian yang terlihat belum matang. Aku
hanya perlu menaburkan sedikit bumbu, kemudian memanggangnya lagi.
"Kangen juga pada saat-saat seperti ini. Gisu selalu menyembunyikan bumbu semacam ini."
"Sepertinya para pencuri memang suka membawa barang seperti ini."
Sudah beberapa tahun berlalu semenjak Eris putus denganku.
Setelahnya, aku memilih untuk menjadi seorang petualang.
Aku pernah bergabung dengan berbagai kelompok.
Setidaknya, ada satu orang di dalam kelompokku yang bisa membuat bumbu seperti ini.
Banyak pencuri yang bisa melakukannya.
Mereka melihat pohon dan semak-semak di sana-sini untuk mencari buah dan dedaunan, kemudian
menyimpannya.
Mereka tidak hanya menggunakan bahan-bahan tersebut untuk memasak.
Ada monster yang tidak suka bau herbal dan buah yang menyengat. Jadi mereka menggunakan
ramuan tersebut untuk mengusirnya.

86
Dalam keadaan darurat, bahan-bahan tersebut juga dapat digunakan sebagai obat nyamuk.
Ketika ditumbuk sampai halus, bubuknya juga dapat digunakan untuk membutakan penglihatan
lawan.
"Aku suka bumbu spesialmu."
"Yahh, terima kasih."
Elinalise memiliki kebiasaan jorok, yaitu menjilati lemak yang menempel pada jari-jarinya.
Cara makan seperti itu adalah sesuatu yang sama sekali tidak dibenarkan di kota.
Namun, Elinalise juga menjilati jarinya untuk maksud yang berbeda.
Seperti, ketika dia ingin merayu lawan jenis.
"Elinalise, itu tidak sopan."
"Oh, cara bicaramu itu seperti Zenith."
"... Ibuku juga pernah berkata begitu?"
"Kau adalah seorang gadis, jadi kau harus lebih berhati-hati… yahh, semacam itulah yang dia
katakan, dengan wajah merona."
Kata Elinalise sembari meniru ekspresi ibuku.
Citra Zenith sedikit berbeda.
Tapi, memang seperti itulah dia.
Ada saat-saat dimana aku tidak mengenali ibuku.
Dan Zenith sekarang ...
Tidak, jangan berpikiran negatif. Jangan memikirkan hal-hal yang membuatku gelisah.
Kalau aku terus gelisah sepanjang perjalanan ini, maka tidak ada hal menyenangkan yang bisa
kurasakan.
"Jadi, ibu melihatmu sebagai wanita yang nakal?"
"Nakal, ya ... yah, itu tidak sepenuhnya salah sih. Meskipun begitu, pada saat itu, ada anggota
kelompok kami yang hampir telanjang, lho? Ghyslaine bahkan tidak mengetahui apa itu Bra. Paul
pun memelototinya dengan matanya ... "
Ghyslaine memang tidak tahu malu.
Ah tidak juga, Ghyslaine melakukan itu karena dia tidak berpendidikan.
Sial kau Paul ...
Yah, bukannya aku tidak mengerti.
Ras hewan rata-rata memiliki ”melon” yang besar dan matang.
"Ahh, kalau diingat-ingat lagi, aku pertama kali bertemu Zenith saat dia masih seusiamu..."

87
"Umur 16 tahun-an?"
"Ya, saat itu, dia hanyalah seorang gadis kecil yang tidak tahu kanan-kiri, Paul pun memungut dan
membawanya.”
Elinalise menyempitkan matanya saat dia mengenang masa-masa itu.
Kalau tidak salah, Gisu dan Ghyslaine juga menyipitkan mata seperti itu ketika membicarakan
masa lalunya.
Mereka pasti mengingat kembali kenangan pada hari-hari itu.
"Aku selalu merasa bahwa ayah ingin meminta maaf padamu, sebenarnya… apa yang telah terjadi
di antara kalian?"
"... Lebih baik jangan tanyakan itu."
Elinalise mengerutkan kening.
Sepertinya dia tidak ingin menceritakannya.
"Kau tidak ingin mendengarkan kisah asmara yang membelit ayahmu, kan?”
"Ya, aku tidak ingin mendengarnya."
Sebenarnya, aku ingin sih.
Tapi, jika dia tidak mau membicarakannya, maka lebih baik tidak bertanya.
Itulah yang kubaca pada situasi ini.
Tapi tetap saja, sepertinya ada masalah asmara di antara mereka.
Sepertinya Paul pernah berhubungan intim dengan Ghyslaine, lalu apakah dia juga melakukannya
dengan Elinalise?
Kemudian, kelompok itu dibubarkan dengan hamilnya Zenith.
Aku bisa membayangkan drama percintaan yang terjadi di antara mereka.
"Saat kita mencapai Lapan nanti, dan bertemu dengannya… dia pasti akan bersujud di
hadapanmu."
"... Aku tidak akan memaafkannya, apa pun yang dia katakan."
Elinalise mengerutkan kening.
Mungkin banyak hal telah terjadi.
Paul.
Orang itu sungguh tidak berguna.
Aku harus menyelamatkannya… karena aku juga pernah menjadi orang yang tak berguna.
Kalau perlu, aku pun rela membungkukkan kepala di depan Elinalise untuk membantu Paul
meminta maaf.
Bagian 6

88
Hari ketujuh.
Kami terus bertarung melawan Griffon sembari terus bergerak ke utara.
Tebing batu ini cukup luas.
Meskipun aku menyebutnya tebing, sebenarnya ini lebih mirip gunung.
Meskipun tebing ini tidak terlalu curam, kau tidak bisa melihat jauh ke depan dengan jelas, karena
tertutupi oleh batu-batu yang bersebaran di mana-mana.
Ketika berjalan di tempat seperti ini, terkadang kami melihat suatu area terbuka.
Biasanya, Griffon menyerang kami di sana.
Kami mengusir mereka, lalu terus maju.
"Oh."
Dan… tiba-tiba tebing ini berakhir.
"Sepertinya, kita sudah sampai."
Di bawah tebing……
…..bukan lagi gurun pasir.
Bahkan ada beberapa pohon yang tumbuh di sana.
Ada rumput yang tersebar di mana-mana seperti savana.
Sedikit jauh di sana, aku melihat sesuatu dengan samar.
Itu adalah danau yang besar.
Dan yang mengelilinginya adalah, atap-atap bermotif putih.
Itu adalah Bazaar.

89
Bab 6
Bazaar

Bagian 1
Hari kedelapan.
Kami turun dari tebing, kemudian menuju bazaar.
Kalau dilihat dari atas, bazaar itu berbentuk seperti donat.
Tenda-tenda yang mengelilingi danau itu seperti frosting-nya. [28]
Dan di sekitarnya ada sedikit warna hijau.
Sudah lama aku tidak makan donat.
"Kita akhirnya tiba."
"Benar, padahal baru sepuluh hari, tapi rasanya lama sekali."
"Mungkin karena gangguan monster-monster selama di perjalanan."
Tanah itu bukanlah padang pasir.
Tanahnya berwarna coklat kemerahan, dengan batu seukuran kepalan tangan yang menyebar di
sekitarnya.
Tanahnya mungkin mirip dengan Benua Iblis.
Berkat itu, cukup mudah untuk berjalan di sini.
Temperaturnya juga turun drastis.
Ada perbedaan yang begitu besar dari tebing gurun sampai ke sini.
Pada saat kami mencapai bazar, hari sudah malam.
Kelelawar terbang di atas daratan yang berwarna kemerahan.
Aku pun waspada kalau-kalau ada Succubus.
Tapi, kelelawar itu tidak melakukan apa-apa selain terbang.
Mereka tidak terjun ke bawah untuk menyerangku, dan juga tidak ada Succubus di tengah-tengah
mereka.
Itu hanya kelelawar biasa.
Namun, meskipun kita sudah dekat dengan bazaar, mungkin saja masih ada gangguan monster.
Kami bergerak sambil tetap waspada.
Kiee -...
Ketika kami mendekati bazaar, pekikan Griffon bisa terdengar.
90
Kami menjadi lebih waspada.
"Apa itu tadi?"
"Mereka pasti sedang bertarung."
Elinalize mengatakan itu sambil terus melihat ke depan.
Aku masih tidak bisa melihat di mana para Griffon itu berada.
"Bertarung melawan siapa?"
"Entahlah."
Jawabannya atas pertanyaanku terkesan cuek.
Kami semakin dekat dengan bazaar.
Kemudian, kami melihat beberapa orang beserta Griffon.
Empat manusia.
Lima ekor Griffon.
Tidak, lebih tepatnya, bukan empat orang.
Semuanya ada enam.
2 orang tergeletak di tanah.
Selain itu, 1 orang sedang berjongkok sambil memegangi kepalanya.
Sisanya berada di tengah pertempuran melawan Griffon.
Dengan kata lain, 3 vs. 5.
Tiga orang yang tersisa berkoordinasi dengan baik sembari mengayunkan pedang mereka.
Namun, aku bisa tahu mereka sudah kelelahan.
"Apakah kita akan membantu mereka?"
Ketika aku menanyakan itu pada Elinalize, dia mengangkat bahunya.
Jadi, gimana nih?
"Terserah kamu lah."
Aku akan merasa bersalah jika membiarkan mereka mati begitu saja.
Apa salahnya membantu mereka?
"Ayo kita selamatkan mereka."
"Dimengerti. Lindungi aku!"
"Roger!"
Elinalize segera melesat ke TKP.
Pada saat yang sama, aku menembakkan sihir pada Griffon yang masih terbang di udara.

91
Tepat sasaran.
Mungkin dia tidak memperhatikan datangnya seranganku.
Namun, sepertinya dia berhasil menghindar di detik-detik terakhir.
Akan tetapi, tembakanku masih nyerempet tubuhnya.
Dengan bulunya yang tersebar, Griffon itu pun jatuh.
Di sana, Elinalise menikam lehernya dengan gerakan bagaikan orang menari.
Aku terus menembakkan peluru batu satu per satu.
Aku menjatuhkan yang kedua dengan sekali pukulan.
Yang ketiga berhasil menghindarinya.
Akhirnya, para Griffon memperhatikan kehadiranku.
Namun, di depan mereka ada para pria bersenjata.
Di sampingku juga ada Elinalize yang terampil dalam bertahan.
Kalau begini, aku bisa menembakkan sihir sebanyak yang kuinginkan.
Kami tidak akan kalah sekarang.
Kami terus menekan mereka.
"Kyuiiiiii!"
Griffon terakhir mencoba melarikan diri.
Aku berhasil mendaratkan peluru batu di punggungnya, dan dia pun tamat.
Aku tidak boleh membiarkan binatang yang terluka lolos.
Pertempuran sudah berakhir.
Aku bersama Elinalize menghampiri kelompok itu.
"A-Apakah sudah selesai!?"
Pria yang berjongkok sambil memegangi kepalanya itu akhirnya mendongak.
Dia melihat sekeliling dengan gelisah, lalu menghela nafas lega.
Kelompok prajurit yang melawan Griffon juga mendekati kami.
"Apa yang kamu lakukan! Cepat lihatlah!"
Di antara para pria itu, seorang prajurit sedang memberikan perintah.
Kemudian, seseorang yang menerima perintah tersebut, segera berlari ke suatu tempat dengan
kecepatan penuh.
"Ampun deh ... celaka benar, kenapa Griffon ada di sini ..."
Orang yang memberi perintah membawa dua orang yang tersisa, kemudian dia memandang kami.

92
"Kalian telah menyelamatkan kami. Aku berhutang budi pada kalian."
Orang yang memberikan perintah itu mengenakan pakaian mirip gaun kuning di atas jubah
merahnya.
Pada dahinya, ada semacam titik merah.
Dia benar-benar terlihat seperti seorang pedagang di padang pasir.
Dia memiliki kumis yang panjang dan mengkilat.
Namun tidak begitu gagah.
Seakan-akan, kumis itu hanya hiasan.
Aku merasa sedikit lega.
"Ah jangan sungkan, sudah sewajarnya kami menolong orang yang sedang kesusahan."
"Ketika ada orang melihat kami kesusahan, biasanya mereka hanya akan meninggalkan kami
begitu saja."
Karena dia berterimakasih pada kami dengan menggunakan Bahasa Dewa Tempur, maka aku pun
mengucapkan bahasa yang sama padanya.
Sepertinya mereka bisa mengerti ucapanku, dan memahaminya.
Baiklah.
"Semoga berkah angin bersama kalian."
Dia hanya mengatakan itu, kemudian berpaling.
Kemudian dia berjalan menuju tempat di mana rekan-rekannya tergeletak.
"..."
Dua orang sisanya mengenakan armor merah.
Pada bagian bawah armornya, mereka mengenakan semacam rok dengan kain tebal yang
menggantung.
Persenjataan mereka lebih lengkap daripada para prajurit di Benua Tengah.
Ada pedang besar melengkung yang tergantung pada pinggang mereka.
Pedang itu begitu tebal dan lebar.
Panjangnya pasti melebihi 1 meter.
Aku sering melihat pedang seperti itu ketika aku berada di Benua Iblis.
Pedang-pedang itu mungkin cukup efektif melawan monster besar.
Pedang mereka besar, dan armor mereka tebal.
Aku penasaran, apakah karena itu mereka tidak bisa melawan para Griffon yang cepat dan gesit.
"Seorang penyihir, ya, jarang kulihat penyihir akhir-akhir ini."

93
Seorang lelaki besar bergumam.
Ada tato besar di wajahnya.
Dan juga penutup mata di mata kirinya.
Tingginya hampir 2 meter.
Umurnya mungkin sekitar 40 tahun.
Dari lagaknya, sepertinya orang ini sudah banyak makan asam garam kehidupan.
"Bro. Wanita ini, mungkinkah dia Succubus?"
Ada seorang wanita di kelompok mereka.
Wanita tersebut mengatakan itu sambil menatap Elinalize.
Dia berkulit gelap, mengenakan pelindung dada dan rok seperti cawat.
Sepertinya dia tidak memakai daleman, dan ototnya besar-besar.
Usianya mungkin di awal 20-an tahun.
Apa sih yang sedang kamu bicarakan?
Elinalize tampaknya tidak mengerti bahasa mereka, dan dia tampak bingung.
Dia tidak mengerti bahasa Dewa Tempur.
'Apakah dia Succubus', katamu?
Yah, tidak jarang dia dikira Succubus
Haruskah aku memastikannya?
Tapi, dia tidak mengeluarkan bau busuk.
Yah, bagi pria, itu adalah bau yang sedap.
Si pria besar memukul kepala gadis itu.
"Bodoh! Mana ada Succubus yang menemani seorang pria berpetualang! Apakah kau pantas
berbicara seperti itu pada orang-orang yang telah menyelamatkan nyawa teman-teman kita!"
"Tapi, bro, kau pernah bilang bahwa ketika kelelawar terbang bersama seorang wanita, maka
kemungkinan besar dia adalah Succubus!!”
Gadis yang dipukul itu merengek dengan suara yang menyedihkan.
Sulit untuk memahami kata-katanya.
Mungkin dia cukup medhok dalam menggunakan bahasa Dewa Tempur.
Aku memang bisa memahami beberapa perkataannya, tapi tetap saja terasa janggal.
"Ya ampun, bego benar perempuan ini!"
Nada bicara pria itu terdengar normal-normal saja.

94
Meskipun begitu, cara bicaranya tidak bisa disebut “jelas”, tapi aku bisa lebih memahami Bahasa
Dewa Tempur pria itu daripada si gadis.
"Fiuh."
Pria besar itu mendesah.
Kemudian dia memandang Elinalize dan meminta maaf.
"Maaf, mohon jangan tersinggung. Perempuan ini ... namanya Karumerita, dan dia sangat tolol."
Elinalize menatapku dengan ekspresi bingung di wajahnya.
Si tante girang tidak mengerti apa yang dia katakan.
... Apa yang dia katakan? Apakah dia sedang menjodohkan aku atau semacamnya?
Gadis itu menyebutmu Succubus, dan dia minta maaf.
Ah, aku mengerti. Aku memaafkannya.
Dengan senyuman yang bisa mempesona seorang pria, Elinalize tersenyum pada pria besar itu.
Terlihat jelas bahwa wajah pria itu mulai merona.
"Sepertinya dia tidak keberatan."
"A-aku mengerti. Apakah wanita itu tidak memahami bahasa kami?"
"Ya. Tapi, aku bisa menjadi seorang penerjemah bagi kalian."
Pria besar itu menatap Elinalize secara langsung.
Aku mengerti apa yang sedang dia pikirkan.
Mungkin sesuatu seperti, 'betapa gadis yang baik.'
Atau mungkin, 'dadanya gak besar-besar amat.'
Elinalize mungkin tidak mempedulikan itu sama sekali, karena dia sudah biasa ditatap banyak
lelaki.
Dia bahkan terkesan jual mahal.
Pria itu mengalihkan pandangannya dari Elinalize, kemudian menatapku.
"... Namaku Baribadom. Ijinkan aku berterima kasih sekali lagi."
"Namaku Rudeus Greyrat. Dan dia adalah Elinalize."
"Aku mengerti, jika terjadi sesuatu ..."
"Hei, kenapa kalian berdiri saja di sana!"
Seseorang berteriak pada Baribadom.
Itu adalah pria yang tadi.
"Cepat cari kargonya!"

95
"Maafkan aku. Aku akan berterima kasih lagi nanti. Sekarang aku harus pergi."
Baribadom dan Karumerita pun menghampiri pria itu.
Mereka bertiga mendiskusikan berbagai hal secara singkat,
Tapi mereka segera membantuk 2 kelompok, kemudian berpencar.
Semua terjadi dalam sekejap mata.
"Oh, betapa lugu. Setidaknya mereka telah mengucapkan terimakasih pada kita."
Elinalize menggerutu.
Bukannya dia menginginkan hadiah atau semacamnya.
"Mereka meninggalkan kawan-kawan mereka yang terluka, hah ..."
Aku melihat orang-orang yang masih terkapar di tanah.
Jika mereka membutuhkan perawatan, aku bisa menggunakan sihir penyembuhan… kalau
diperlukan sih.
Ketika aku memikirkan itu,
"Apakah mereka sudah mati?"
Sejak awal, seolah-olah mereka tidak membutuhkan perawatan.
Ataukah, mereka jelas-jelas membutuhkan perawatan?
"Orang-orang ini cukup muda."
Ada juga seorang gadis muda di sana.
Dia pasti berusia sekitar delapan belas tahun.
Nampaknya kepalanya mengalami luka serius karena terkena patukan paruh Griffon.
Ada lubang besar di dahinya.
Tentu saja nyawanya tidak lagi tertolong.
"Aku penasaran, apakah di benua ini sudah menjadi hal yang wajar ketika kau meninggalkan orang
yang terluka tanpa mengobatinya?"
"Sepertinya itu bukan sikap seorang petualang."
"Mereka tidak terlihat seperti petualang."
Saat berbicara, aku membakar jasad mereka dengan sihir, kemudian menguburnya.
Mereka tidak menguburkan jasad teman-temannya dengan layak, itu sungguh tak
berperikemanusiaan.
Prajurit yang tadi, kalau tidak salah namanya adalah Baribadom.
Katanya, dia akan berterimakasih lagi nanti.
Tapi, kami masih belum menanyakan nama tuan berkumis itu.

96
Tanpa memberitahu alamat di mana mereka tinggal, bagaimana bisa dia berterimakasih lagi
padaku nanti?
Jangan bilang, dia akan mencari kami nanti?
Apakah dia akan melacak posisi kami, kemudian datang dengan membawakan imbalan?
Apakah wajar melakukan hal seperti itu di benua ini?
... Yah, tidak masalah sih bagiku.
Sejak awal, mungkin dia sudah tidak berniat mengucapkan terimakasih pada kami.
Aku toh memang baik hati.
"Baiklah, ayo pergi."
"Ya."
Maka, kami pun sampai di bazaar.
Bagian 2
Kami memasuki bazaar.
Saat itu, hari telah malam.
Tapi keadaan di sekitar kami cukup terang.
Layaknya festival kuil, ada api unggun menyala di sana-sini.
Di sekitar api unggun, ada kain-kain seperti permadani yang tersebar.
Di atasnya, banyak pria dan wanita yang makan sambil bersenang-senang.
Jadi teringat Hanami. [29]
Semua orang memakai sorban.
Warna dan pola pakaian mereka bervariasi, sedangkan warna pakaian masing-masing ras dapat
dibedakan dengan begitu jelas.
Aku dan Elinalize merasa seperti orang yang salah kostum saat menghadiri pesta.
Namun, ini bukanlah hal yang baru bagi kami.
"Aku mulai lapar."
"Ya, aku juga."
Melihat orang-orang itu makan, membuatku jadi lapar.
Selalu saja seperti itu, tak peduli kau hidup di dunia manapun.
Namun, terlebih dahulu kami harus mencari tempat menginap.
Ketika aku memikirkan itu, seorang pria memanggil kami.
"Hei, kalian berdua, mau makan? Aku akan mentraktirmu makan hanya dengan 3 Shinsa!"

97
Sepertinya dia menjual makanan sisa.
Apakah mereka sengaja menjamu kami? Apapun itu, akhirnya kami ikuti tawarannya.
Kita tidak bisa memikirkan rencana dengan baik kalau perut kita lapar.
Ketika kami duduk di karpet, orang itu mengulurkan tangannya terbuka pada kami.
"Tolong bayar di muka, kemudian aku akan mengambilkan makanan untukmu."
Aku mengambil 3 koin tembaga dari sakuku, lantas kuberikan padanya.
Ketika dia mengambilnya, wajahnya terlihat bingung.
"Apa ini?"
"Itu adalah koin tembaga dari negara Ranoa."
"Negara apa itu? Aku tidak bisa menggunakan ini."
Sudah kuduga, di daerah ini uang dari Ranoa tidak bisa digunakan.
Jelas saja.
Kami berencana pergi ke suatu tempat untuk menukar mata uang. Pada dasarnya, kami sedang
bokek saat ini.
"Kalau ini bagaimana?"
Ketika aku memikirkan apa yang harus dilakukan, Elinalize menyelipkan sesuatu ke dalam tangan
orang itu.
Itu adalah cincin logam.
Dia mengambilnya, lalu mendekatkan wajahnya pada cincin itu. Dia mengamatinya dengan
seksama dan begitu lama.
Setelah itu, dia dengan puas berkata 'Terima kasih', lalu pergi mencari pelanggan lainnya.
"Di saat seperti ini, lebih baik kita melakukan barter."
Ya. Inilah ide brilian seorang senior seperti Elinalise.
Dia cepat menilai situasi.
"Elinalize memang bisa diandalkan."
"Tak ada gunanya menyanjungku."
Aku duduk di karpet.
Entah kenapa, muncul suatu perasaan nostalgia yang aneh dalam benakku.
Aku penasaran, apakah ini karena sudah lama aku tidak duduk di lantai seperti ini?
Rasanya seperti duduk di Tatami pada suatu rumah di Jepang.
"Ini dia!"
Kami tidak memesan apa pun, tapi makanan keluar dengan sendirinya.

98
Itu adalah suatu sup lembek berwarna putih, yang tampaknya berisikan kacang, daging, dan
kentang yang dimasak bersama-sama.
Dan ada juga daging kukus yang mengeluarkan aroma pedas.
Ada juga beberapa jenis buah asam dari negara-negara selatan, yang disiram saus manis di atasnya.
Sup manis, daging pedas, dan buah-buahan asam-manis.
Kurang nasi saja…. atau jenis karbohidrat lainnya.
Setidaknya, itulah yang kupikirkan… tapi, tanpa disangka, rasa hidangan ini enak juga.
Terutama supnya, enak banget.
Sekilas, sepertinya sup ini terbuat dari daging putih dan kentang rebus, tapi ada beberapa bagian
yang menetes-netes…. Dan ternyata itu adalah nasi.
Dengan kata lain, sup ini semacam bubur.
Aku tidak mengira akan menemukan nasi di sini.
Karena tidak ada sawah, aku penasaran bagaimana mereka bisa mendapatkan beras.
Tapi, aku pernah dengar bahwa kau bisa memanen padi, bahkan di daerah tropis.
Ya. Nasi ini enak.
Aku menghabiskannya dalam sekejap mata.
Meskipun aku agak enggan memakan nasi ini, tapi tiba-tiba habis begitu saja.
Aku benar-benar bersemangat.
Aku penasaran, apakah memungkinkan menanam padi di utara?
Jika Aisha dapat mempelajari teknik pertanian ini, maka kurasa itu mungkin saja terjadi.
Ah tidak, aku tidak boleh membesarkan Aisha untuk menjadi petani, demi kepentingan pribadiku.
"Oh, ternyata kau makan banyak juga, Rudeus, padahal tadi kau seakan mengeluhkan rasanya.”
"Itu karena rasanya ternyata jauh lebih enak daripada yang kuduga."
Aku bahkan memesan porsi tambahan.
Bukannya aku mencela masakanya Sylphy.
Tapi, ini berbeda.
Beras adalah bahan makanan kebanggaanku.
Seandainya ada telur dan kecap, maka akan lebih baik lagi.
Aku paham.
Mungkin ada kecap di benua ini.
Untuk telurnya, aku bisa mendapatkan telur selain dari Garuda.

99
Jenis burung lainnya pasti juga menghasilkan telur.
Ada nasi, dan ada telur.
Kalau begitu, hanya tersisa satu….
Kecap.
"Baiklah kalau begitu, ayo cari penginapan."
Namun, kami tidak di sini untuk mencari bahan pangan.
Begitu kami menyelamatkan Paul, aku bisa menghabiskan waktu untuk menemukan bahan-bahan
makanan yang kuinginkan.
Tunda dulu untuk nanti.
Aku di sini tidak untuk bermain-main.
"Sepertinya, lebih baik kita mencari pemandu besok pagi."
Ketika kuamati sekeliling, toko-toko mulai tutup.
Lampu-lampu pun mulai padam, sepertinya tempat ini mengenal konsep jam malam.
Padahal, masih terlalu pagi untuk tidur.
Sepertinya, jam kerja sudah lewat.
Karena si penjamu tadi masih di sini, aku pun memutuskan untuk bertanya padanya.
"Permisi. Apakah ada penginapan di sekitar sini?"
"Penginapan? Kami tidak punya tempat seperti itu di sini, tidur saja dimanapun kau suka."
Itulah jawaban darinya.
Tidak ada yang namanya penginapan di bazaar.
Nampaknya, para pengembara yang tidur di alam terbuka adalah suatu hal yang wajar di tempat
ini.
Kalau bagi kami sih, aku bisa menggunakan sihir bumi untuk membuat tempat perlindungan
sementara.
"Gimana nih tidurnya?"
"Sepertinya, kebanyakan dari mereka tidur di tepi sungai."
"Kalau begitu, ayo kita pergi ke tempat yang lebih jauh."
Kami saling berdiskusi, kemudian memutuskan mana tempat yang sesuai.
Akhirnya kami memilih mendirikan tempat tidur di antara dua tenda bazaar.
Kalau tendanya besar, pasti banyak penjaga yang menjaganya.
Sehingga, tidak banyak orang yang berniat mencuri di sini.
Inilah yang dikatakan pepatah, “cari pohon yang besar ketika ingin berlindung”.

100
Aku membuat ruangan tidur besar.
Meskipun butuh waktu lama untuk membuatnya, ukurannya jauh lebih besar daripada tempat
perlindungan biasa.
Ruangan sebesar ini cukup layak untuk menghabiskan setidaknya satu malam.
Lagian, suhu akan sangat panas ketika matahari terbit.
Jadi, cara ini hanya baik digunakan untuk malam hari.
"Fiuh, terima kasih untuk semuanya sampai sejauh ini."
"Ya, sama-sama."
Kami meletakkan barang-barang kami, kemudian menghela lega.
"Setidaknya, tetaplah waspada."
"Kita akan melakukan sesuatu besok. Kita akan menyiapkan apapun yang dibutuhkan, kemudian
mencari seorang pemandu."
Kami pun segera menentukan daftar kebutuhan untuk besok.
Isi ulang bahan makanan.
Mengamankan uang.
Mengkonfirmasi jalan menuju Lapan.
Mencari pemandu.
Untuk hari ini, itu saja sih.
Kami juga melakukan perawatan pada perlengkapan kami.
Kami mengoles pedang dan perisai, dan memastikan tidak ada goresan pada armor dan jubah kami.
Ini sudah menjadi rutinitas sehari-hari kami.
Inspeksi peralatan pun selesai.
Kami menggunakan selimut sebagai matras.
Sekarang, tinggal tidur.
Namun, tiba-tiba Elinalize bangun.
"Sekarang, saatnya pergi."
Ke mini market?
Mana ada?
Seolah-olah hendak mengatakan itu, aku pun menoleh padanya dengan bingung.
"Mau ke mana?"
Elinalize menjawab dengan senyum pahit.

101
"Cari lelaki."
Dia mengatakannya tanpa sungkan, tapi sebenarnya dia melakukan itu karena kutukannya.
"Tapi, seharusnya sekarang masih baik-baik saja, kan?"
Kutukan Elinalize biasanya menuntutnya untuk nge-seks setiap dua minggu sekali.
Dengan adanya sempak ajaib, harusnya daya tahannya diperpanjang hingga 2-3 kali.
Jadi, seharusnya dia bisa bertahan sampai sebulan lamanya.
Terakhir kali dia melakukannya dengan Cliff hampir dua minggu yang lalu.
Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk 'mengisi kembali'.
"Ya. Tapi, aku ingin melakukannya setidaknya sekali di sini."
"Aku paham..."
Ini adalah perjalanan pulang-pergi yang akan memakan waktu sekitar 3 bulan.
Kalau faktor-faktor lain ikut dipertimbangkan, bisa-bisa memakan waktu sampai 4 bulan.
Kutukannya dapat ditekan sampai dengan 3 bulan paling lama, itu berarti, setidaknya dia harus
melakukannya minimal sekali dalam perjalanan ini.
Jika tidak, sesuatu yang lebih berbahaya bisa saja terjadi di antara kami berdua.
"Aku mengerti… berhati-hati lah."
"Ya, sampai ketemu nanti. Aku tidak keberatan kalau kamu tidur duluan."
"Kalau begitu, aku duluan ya ... Ah, apakah kau memahami bahasa orang-orang di tempat ini?"
"Gak masalah. Bahasa seks selalu sama, tak peduli di manapun kau berada."
Elinalize mengatakan itu sembari keluar dari tempat perlindungan sementara ini.
Bagian 3
Pagi selanjutnya.
Aku menjerit, "Semut!" saat aku bangun.
Ada serangan dari semut phalanx! [30]
... Namun, bukan itu yang sebenarnya terjadi di sini.
Untuk pertama kalinya, aku bisa tidur semalaman penuh.
Aku pun bermimpi indah.
Aku bermimpi Aisha dan Norn memaksaku untuk menggendong mereka di pundak.
Ketika Norn naik ke pundakku, Aisha cemberut.
Ketika Aisha naik ke pundakku, Norn menangis.
Akhirnya, Sylphy datang, dan dia pun naik ke pundakku seakan tidak mau kalah.

102
Ketika aku menegurnya, 'hey, sudah waktunya gantian',
Sylphy menolak turun 'Tidak, tidak, pundak ini milikku!' atau semacamnya. Itu pun membuat Norn
dan Aisha menangis.
Ketika dia muncul, Sylphy berwujud dewasa, tapi saat menaiki pundakku, wujudnya kembali
mengecil seperti saat dia berusia 7 tahun.
Itu mimpi yang bagus.
Ketika aku bangun, aku tanpa sadar meringis.
Berkat mimpi itu, aku merasa sangat segar.
Ketika aku melihat ke samping, di sana ada Elinalize yang masih tidur. Wajahnya terlihat begitu
cerah dan puas.
Sepertinya dia sangat menikmati rutinitasnya malam tadi.
Aku merasa kasihan pada Cliff.
Bagian 4
Ketika sudah pagi, bazaar benar-benar berubah.
Suasana tenang di malam hari telah sepenuhnya lenyap, tergantikan dengan pemandangan yang
begitu ramai.
Barang-barang berbaris di depan tenda, dan orang-orang menjajakannya dengan suara lantang.
"Melon besar di sini! Besok sudah busuk, jadi belilah sekarang!"
"Cakar Griffon! Sekarang harganya hanya 30 Shinsa!"
"Apakah ada yang menjual kain Naniia? Aku ingin menukarnya dengan buah Tokotsu!"
Para pedagang menawarkan barang dagangannya dengan suara keras, dan para pembeli pun
membalasnya dengan suara yang lebih keras.
Seseorang dapat membeli barang dengan mata uang yang berlaku di daerah ini, ataupun bisa
membeli dengan sistem barter.
Terlihat kerumunan orang yang membuat kegaduhan di sana-sini, dan pemandangan itu
membentang seakan tanpa ujung.
"Ini adalah botol kaca dari Vega! Tidak lagi bisa ditemukan di timur! Apakah ada yang
menginginkannya!!??"
Yang membuatku tertarik adalah gelasnya.
Tampaknya botol kaca adalah produk khusus di wilayah ini.
Pada permukaan kacanya, terdapat pola persegi yang tersusun rapih.
Orang-orang Begaritto memiliki bakat tinggi dalam mengolah bahan kaca.
Benua Tengah juga memiliki kaca.

103
Tapi kacanya tipis, kasar, dan tidak begitu transparan.
Tentu saja, hasil kerajinan kaca dari Begaritto pun masih kalah jauh jika dibandingkan dengan
produk Jepang.
Tapi, ada banyak bentuk menarik yang memberikan kesan kuat sebagai barang yang asli dibuat
dengan tangan.
Mungkin aku harus membeli satu sebagai suvenir sebelum pulang nanti.
"Rudeus, kita tidak di sini untuk melihat-lihat barang dagangan."
"Aku tahu."
Di tengah pemandangan yang penuh dengan kesibukan ini, kami pun mulai mengerjakan beberapa
hal yang telah kami rencanakan semalam.
Pertama adalah uang.
Mata uang pada wilayah ini disebut Shinsa.
Inilah pertama kalinya aku mendengar tentang Shinsa, sejak dilahirkan kembali ke dunia ini.
Rasanya seperti suatu pengingat.
Di Benua Tengah, ada mata uang seperti koin emas, dan perak.
Padahal, bentuknya tidak berubah.
Itu hanyalah pelat logam bundar yang terukir gambar-gambar aneh di atasnya.
Ketika aku bertualang bersama Eris dan Ruijerd di East Port, aku ingat setidaknya pernah melihat
sekali koin seperti ini.
Dengan menjual sedikit barang yang kumiliki, aku pun mendapatkan beberapa keping Shinsa.
Meskipun barter adalah metode jual-beli yang biasa dipakai di sini, aku lebih tenang jika memiliki
uang.
Aku menjual barang-barang dari Benua Tengah bagian utara dengan harga tinggi.
Yang mengherankan adalah, aku menjualnya dengan harga setara tiga kali lipat daging murahan.
Kalau aku bisa menawar lebih baik, mungkin aku akan mendapatkan lebih.
Kalau aku membawa gelas ini ke Ranoa, mungkin akan pecah di tengah perjalanan.
Mungkin juga itu akan menarik perhatian orang-orang yang melihatnya, jadi lebih baik tidak
kubawa pulang.
Untuk saat ini, aku memiliki sekitar 5000 Shinsa di tangan.
Aku tidak yakin harus memiliki uang seberapa banyak untuk mencukupi semua kebutuhan kami,
tapi yang jelas kemaren aku menghabiskan 3 Shinsa untuk makan.
Jika aku memiliki 5000 Shinsa, harusnya itu sudah cukup banyak.
Setelah mendapatkan cukup uang, aku mengumpulkan informasi tentang kota dungeon Lapan.

104
Aku dengan mudah mengumpulkan informasi tentang Lapan, rupanya itu adalah kota besar yang
semua orang tahu.
Tampaknya, kita bisa mencapai Lapan dengan sebulan perjalanan dari sini.
Ini persis seperti yang dikatakan Nanahoshi.
Aku pun mendapatkan informasi ini di tengah-tengah perjalanan.
"Rute paling populer untuk pergi ke sana adalah mengambil jalan memutar di sekitar gurun,
dengan melalui jalan Ngotsu, namun belakangan ini banyak perampok pada daerah itu, jadi cukup
berbahaya. Kalau kau pedagang yang cerdas, kau akan memilih melintasi padang pasir Ucho. Dari
tengara di timur, kau akan tiba di sebuah oasis jika kau terus bergerak menuju utara, lalu teruslah
menuju ke barat di sepanjang jalan itu, ketika kau melihat gugusan pegunungan Kara, bergeraklah
ke utara sembari mengambil jalan di sisi kiri pegunungan, setelah itu kau akan tiba pada oasis
berikutnya. Setelah kau melewatinya, dan setelah kau keluar dari timur, bergeraklah menuju barat
laut dari sana, maka kau akan bertemu dengan rute aslinya."
Dia terus mengoceh padaku tentang rute alternatif.
Ada banyak hal yang kudengar darinya, seperti tengara, gunung, dan gurun.
Untuk saat ini, aku mengerti ada 2 rute, akan tetapi jika kau tidak terbiasa menjelajahi Benua
Begaritto, maka kau akan tersesat dengan mudah.
"Kau tidak menjual peta?"
Pernah sekali aku menanyakan itu.
Dengan peta, semuanya jadi lebih mudah.
Akan lebih meyakinkan jika setidaknya aku mendapatkan gambaran kasar di manakah posisiku
berada saat ini.
Namun, aku mendapatkan jawaban yang tidak kuinginkan.
"Peta? Siapa yang mau membuat benda seperti itu?"
Begitulah dia menjawabku.
Tidak ada Inou Tadaka di sekitar sini. [31]
Maka, seperti rencana semula, kami pun menyewa seorang pemandu.
"Lalu, apakah ada tempat berkumpulnya orang-orang yang bisa memandu kami menuju Lapan?”
Aku langsung saja menanyakan itu.
Namun, itu juga terbukti tidak membuahkan hasil.
"Meskipun ada orang yang tahu jalan menuju Lapan, aku ragu kau akan menemukan orang yang
mau membantumu pergi ke tempat seperti itu.”
"Begitukah?"
"Yah, kamu mencari tempat untuk berdagang, kan?"

105
"Aku paham."
Kalau dipikir-pikir lagi, semuanya sudah jelas.
Aku bingung, mengapa aku tidak menyadari hal ini ketika kami datang ke sini?
Elinalize dengan santai mengatakan bahwa kita bisa menyewa seorang pemandu.
Itu sudah menjadi logika dasar bagi Elinalise, saat kau tidak tahu arah dan tujuan, maka sewalah
orang yang lebih tahu medan untuk memandumu agar tidak tersesat.
Karena kami menggunakan lingkaran teleportasi, ide memulai perjalanan dari titik tengah tidak
pernah terlintas dalam pikiranku.
Mungkin ada beberapa logika yang tidak umum di sini.
Ini tidak seperti yang kami rencanakan sebelumnya.
Seseorang selalu tidak sabar untuk mencapai tempat tujuan.
Padahal, segala sesuatu belum tentu berjalan sesuai rencana.
Perjalanan kami bahkan belum berumur dua minggu.
Untuk mencapai Benua Begaritto, normalnya orang akan berpikir bahwa perjalanan tersebut akan
menghabiskan waktu setidaknya setahun, tapi kami menggunakan cara yang terlalu instan.
"Di saat seperti ini, apa yang akan kau lakukan, Elinalize?"
"Aku adalah orang yang suka menggunakan kekuatan untuk menerobos segala sesuatu. Tapi,
sejujurnya, aku lebih suka kita tidak melintasi padang pasir lagi."
"Tentu saja."
"Jadi apa yang akan kamu lakukan?"
"... Mari kita lihat. Bagaimana kalau mencari seseorang yang juga berencana menuju Lapan?"
"Kelihatannya bagus, ayo lakukan itu."
Aisha menggunakan metode numpang pada karavan orang lain, sehingga dia bisa sampai tujuan
dengan lebih cepat.
Aku akan mengikuti caranya.
Lagipula, masalah yang lebih krusial sekarang bukanlah mencapai tujuan secepat mungkin,
melainkan menemukan arah yang benar untuk sampai ke sana.
"Apakah kau tahu dimanakah kita bisa menemukan pedagang yang hendak bertolak ke Lapan?"
Sama halnya dengan pemandu, nampaknya tidak ada pedagang yang berniat pergi ke sana.
Tapi, Elinalize adalah seorang petualang kelas-S, dan aku adalah penyihir air kelas Saint.
Sembari mempertimbangkan kelebihan kami, aku pun terus mencari informasi.
Tampaknya tidak banyak pedagang di sini yang ingin pergi ke Lapan.
Kebanyakan dari mereka hendak menuju ke arah kota di timur, yang bernama Kinkara.

106
Namun, jarang bukan berarti tidak ada sama sekali.
Lapan disebut kota dungeon, sehingga terdapat dungeon tak terhitung jumlahnya yang
mengelilinginya.
Itu adalah tempat yang dipenuhi benda sihir.
Orang-orang mendulang benda-benda sihir di sana, lalu mereka menuju kota lain untuk
menjualnya dengan harga tinggi.
Ada pedagang yang melakukan bisnis semacam itu.
Pedagang-pedagang itu membawa batu atau kristal sihir dari barat daya, melewati bazaar, lalu
menuju Lapan.
"Tapi, aku tidak tahu berapa lama kita akan sampai ke tujuan. Maksudku, aku pasti akan pergi ke
sana sih ... namun, aku tidak tahu akan menghabiskan waktu berapa lama… mungkin bulanan,
atau mungkin juga lebih lama."
Ketika mendengar itu dari seorang pedagang, aku pun merasa sedikit gelisah.
Kalau begitu, akan lebih baik jika kami nunut pedagang lain yang menuju ke timur.
Jika ini adalah pusat perdagangan, kita bisa menyewa pemandu di sana.
Sembari memikirkan itu, kami terus melihat-lihat area sekitar.
Ada banyak pedagang yang berniat menuju ke Kinkara, namun tidak ada satu pun yang mau pergi
ke Lapan.
Mungkin, pilihan terbaik adalah mengambil jalan alternatif ke Kinkara.
Saat aku mulai memikirkan itu, kami pun mendapat hasil.
"Kalau kamu mau ke sana, kamu harus mencari Master Garuban. Seingatku, harusnya dia berada
di sekitar tenda pada sisi barat danau. Pergilah untuk mencarinya."
Kami pun mencari pria bernama Garuban ini.
Pedagang bernama Garuban adalah pedagang yang berbisnis dengan menjual barang dari Lapan
ke Tenorio.
Dia membawa batu sihir ke Lapan, kemudian dia mendulang lebih banyak benda sihir di sana.
Dia mempunyai enam ekor unta, nampaknya di mendapatkan cukup banyak rezeki dari bisnis ini.
Begitu kami tahu namanya, kami pun segera menemukan orang tersebut.
Tendanya tidak sebesar tenda yang orang-orang bilang.
Enam ekor unta diikat di luar.
Kalau jumlah untanya sih, cocok dengan info yang aku dengar.
Ketika kami mendekati tenda, seorang gadis berkulit gelap keluar.
Dia mengenakan armor pelindung dada dan rok seperti cawat.

107
Kurasa dia tidak mengenakan pakaian dalam, tapi yang pasti, cewek ini cukup kuat.
Tunggu sebentar, aku sudah pernah melihatnya tempo hari.
Dia adalah prajurit wanita Karumerita.
"Hei, kamu yang kemarin, kan!"
Dia terkejut saat dia menunjuk padaku.
Sepertinya dia mengingatku.
Sepertinya, pria bersama kelompok kecil yang kami selamatkan kemarin adalah Garuban.
Menyelamatkan orang dapat memberikan peluang bagus.
Bagian 5
Garuban dengan senang hati menjamu kami.
"Ketika kami kembali kemarin, kalian sudah tidak ada di tempat, maka kami pun terkejut.”
Katanya, kemaren mereka berusaha mencari kargo yang hilang, bersama beberapa ekor unta yang
lepas.
Ketika mereka kembali setelah memulihkan unta-unta itu, kami sudah tidak berada di tempat.
Mereka pun sudah tahu bahwa rekan-rekannya yang mati telah kami kremasi dan makamkan
dengan layak,
Dia ingin mengucapkan terimakasih, namun tidak dapat menemukan kami.
Sepertinya dia berkeliling untuk mencari kami.
Aku benar-benar ingin meminta penjelasan tentang kawan-kawan mereka yang ditinggalkan
begitu saja.
Tapi, mungkin memang seperti itulah aturan di tempat ini.
Prioritas pertama adalah kargo.
Yang lainnya, adalah nomor 2.
"Ini pasti takdir, maukah kau menjadi pengawalku?"
Garuban ingin kembali melengkapi pengawalnya.
Yah, kemaren ada dua yang sudah mati sih.
"Bagaimana dengan bayaran sebesar 600 Shinsa, termasuk makanan sampai kita mencapai Lapan?
Hmm?"
Sepertinya dia sudah merencanakan ini sebelumnya.
Dia begitu menyanjung kami yang telah melakukan pekerjaan hebat dengan mengalahkan
kawanan Griffon, atau sesuatu semacamnya.
Padahal kau hanya berjongkok ketakutan tanpa melihat sedikit pun aksi kami.

108
Namun, inilah yang kami harapkan.
"Kami akan terus mengikuti dan mengawalmu sampai tiba di Lapan."
"Ooh, begitukah! Aku sungguh menghargainya! Kalau begitu, aku tidak akan keberatan
mempekerjakan kalian dengan kontrak eksklusif. Aku belum pernah melihat penyihir seperti
dirimu. Mari kita tambahkan bonusnya. Bekerjalah padaku setahun dengan bayaran sebesar 10.000
Shinsa ... yah, Baribadom pasti akan mengeluh kalau mendengarnya. Bagaimana dengan 8000
Shinsa?"
"Kami juga punya misi yang harus kami selesaikan, mungkin lain kali saja."
Sepertinya pembicaraan ini semakin besar dan besar, maka aku pun menghentikannya saat itu juga.
Dengan demikian, akhirnya kami mendapatkan pemandu menuju Lapan.
Sedikit lagi, kami akan mencapai tujuan.

109
Bab 7
Prajurit Gurun

Bagian 1
Kami menuju Lapan seraya mengawal Garuban.
Anggota kelompok ini adalah:
Garuban sang pedagang.
Kapten pemandu Baribadomu si "Hawk-Eyes".
Pemandu Karumerita si "Bone Crusher".
Pemandu Tonto si "Big Blade".[32]
Mereka berempat, jika kau menyertakan kami, Rudeus si "Quagmire", dan Elinalise si "Dragon
Road", jadi totalnya ada enam orang.
Selain itu, ada juga enam ekor unta.
Sebenarnya aku juga sempat berpikir untuk menambahkan nama julukan pada unta-unta ini, tapi
kalau di tengah perjalanan nanti kami kekurangan makanan, maka kami terpaksa akan memakan
unta-unta ini. Menyantap makhluk yang memiliki nama akan membuatku merasa berdosa, jadi
akhirnya tidak kuberi nama mereka.
Itu akan menjadi saat-saat pertamaku memakan daging unta, dan aku tidak ingin merasa bersalah
nantinya.
Kami memutuskan untuk pergi dengan formasi yang telah kami rencanakan sebelumnya.
Pada dasarnya, yang berada di tengah-tengah kelompok ini adalah Garuban, Baribadomu berada
di muka, sedangkan Karumerita dan Tonto berada di sebelah kiri dan kanan. Elinalise dan aku
ditempatkan di belakang.
Formasinya adalah, kami berlima mengelilingi Garuban dan para unta.
Tidak peduli dari arah mana serangan datang, kami diposisikan untuk mencegah serangan tersebut,
dan melindungi Garuban agar tidak terluka sedikit pun.
Ini adalah Salib Kerajaan. [33]
Aku pikir Karumerita atau Tonto akan lebih baik untuk menjaga sisi belakang, tapi mereka
mempertimbangkan posisiku sebagai seorang penyihir, akhirnya aku ditempatkan pada sisi dimana
aku bisa berkoordinasi dengan orang yang sudah kukenal, yaitu Elinalise.
"Kalau begitu, ayo berangkat."
Pertama, kita tinggalkan Bazaar, kemudian menuju ke timur.
Setelah bergerak ke timur, kau akan tiba pada suatu rute yang nampaknya merupakan jalur utama.

110
Aku tidak begitu ingat nama daerahnya, tapi kalau tidak salah, ini adalah rute yang biasa dilalui
para perampok.
Oleh karena itu, untuk pertama kalinya, aku pun berkonsultasi dengan Baribadomu yang bertugas
menjaga keamanan dari sisi depan.
"Tidak ada jalan yang pasti jika kau hendak menyebrangi padang pasir. Tapi tenang saja, itulah
tugasku di sini sebagai seorang pemandu. Namun, jika kita tertangkap oleh para perampok itu,
mereka akan meminta sejumlah uang pada kita.”
Sejumlah uang. Aku penasaran, apakah ada hal semacam itu di sini.
Ketika kau terjebak dalam kesulitan, maka solusinya adalah uang.
Sangat praktis dan mudah dimengerti.
Itu benar, perampok jugalah manusia yang mencoba mencari nafkah.
Kalau kau memberikan apa yang mereka inginkan, maka mereka tidak akan menuntut lebih.
Tapi menurutku, menyerahkan uang pada orang yang tidak bekerja apapun padamu, atau bahkan
bukan saudara, adalah hal yang menjijikkan.
Namun, kali ini dompetku cukup tebal, jadi itu bukan masalah besar.
Perampok juga manusia.
Mungkin, mereka juga menginginkan hal-hal selain uang dan emas.
Misalnya, mereka ingin mencuri Elinalise yang semok.
Kalau sampai begitu, ya repot juga.
Hubungan antara Garuban dan kami tidak begitu kuat.
Meskipun kami telah menyelamatkan nyawanya, belum tentu dia mau repot-repot menyelamatkan
nyawa kami.
Mungkin saja hubungan kami akan terputus jika terjadi saat-saat kritis seperti itu.
Mungkin, akhirnya aku dan Elinalise akan bertarung sendirian seperti hari-hari sebelumnya.
"Rudeus, wajahmu tampak gelisah, tetapi kalau ada penyihir sehebat dirimu, para perampok itu
tidaklah menyeramkan.”
"Begitukah?"
"Kalau pun kita tertangkap oleh mereka, aku bisa menggunakan rayuanku untuk mengatasinya."
"Kemudian, kalau kau dibawa ke sarang para perampok, diikat dengan rantai, kemudian ’digilir’
satu per satu ... "
"Mereka tidak akan kasar, lho."
"Kau sudah punya pengalaman akan hal seperti itu?"
"Ya, itulah hasil petualanganku sewaktu masih muda."

111
Sepertinya Elinalise begitu tenang.
Meskipun begitu, dulu ya dulu, sekarang ya sekarang… kalau terjadi sesuatu padamu, apa yang
akan kukatakan pada Cliff.
Yahh, kalau hanya sepuluh perampok atau lebih, kurasa kami masih bisa mengatasinya.
Bagian 2
Kami mulai berjalan ke timur melewati padang pasir.
Kami diserang oleh monster berkali-kali.
Kawanan yang datang menyerang kami, adalah monster bernama "Begaritto Buffalo".
Yang datang dengan melata di tanah, adalah monster bernama "Great Tarantula".
Yang datang dengan menggunakan sihir angin dari langit, adalah monster bernama "Air Force
Eagle".
Ada juga monster-monster yang pernah kami temui sebelumnya, seperti "Gyro Raptor" dan
"Cactus Treant".
Dan masih banyak lagi ...
Tapi, karena Baribadomu sudah menyadari kedatangan mereka sejak awal, maka belum pernah
terjadi pertempuran serius dengan monster-monster tersebut.
Baribadomu adalah seorang prajurit yang memiliki mata iblis sama sepertiku.
Tampaknya, itulah mengapa dia dijuluki Baribadomu sang "Hawk-Eyes". [34]
Tingginya hampir dua meter, dan ototnya besar-besar.
Usianya mungkin sekitar 40-an tahun.
Kerutan di sudut matanya yang menonjol, membuat ekspresinya terlihat agak licik.
Gaya rambutnya begitu khas. Rambut di samping dan belakang kepalanya tersasak ke atas.
Dia begitu mirip kapten tim basket dari suatu SMA yang kukenal. [35]
Dengan gaya rambut seperti itu, dia sangat cocok ketika berteriak, "Tidak apa-apa… jadi, rekam
saja!"
Mata iblisnya mirip seperti milik Ghyslaine, yaitu "Mata Sihir".
Itu adalah mata yang memungkinkan dirimu melihat aliran Mana.
Umumnya, tipe mata itu digunakan untuk mencari posisi musuh.
"Ada monster lagi, semuanya… bersiaplah bertarung."
Dia bisa memprediksi serangan monster dan perubahan cuaca dengan cukup akurat.
Dia mirip Ruijerd.
Namun, akurasinya tidak sebaik Ruijerd, mungkin karena pengalaman Ruijerd jauh lebih banyak.
Akan tetapi, dia cukup cepat menemukan posisi musuh.

112
"Ah, lama tak melihat mata itu. Ghyslaine menggunakan mata dan hidungnya untuk mendeteksi
musuh seperti itu."
Elinalise mengatakan itu sembari menyipitkan matanya.
Jika kau bisa mendeteksi kedatangan musuh lebih cepat, maka keamanan kelompokmu semakin
terjamin.
Kalau posisi musuh sudah ketemu, aku tinggal menyerangnya dengan sihir jarak jauh.
Pada awalnya, aku menggunakan peluru batu, tetapi sangatlah merepotkan kalau aku harus terus-
terusan membidik, maka aku pun beralih menggunakan sihir angin untuk mengangkatnya ke udara,
kemudian membantingnya ke tanah.
Lebih mudah seperti itu.
"Kau terus menggunakan sihir besar, apakah tidak khawatir kehabisan Mana?"
Aku terus menggunakan berbagai macam sihir untuk melumpuhkan lawan, sehingga Baribadomu
mengajukan pertanyaan semacam itu.
"Kalau hanya seharian melakukan hal seperti ini, aku rasa tidak masalah."
"Aku mengerti, aku mengerti sekarang, kau memang seorang penyihir yang hebat, ya."
"Maksudmu?"
"Maksudku, kau adalah seorang penyihir yang telah menguasai suatu bidang yang hebat."
"Ah tidak… aku tidaklah sehebat itu."
"Bagaimanapun juga, kau tidak tampak seperti penyihir-penyihir lainnya yang berpura-pura
malas-malasan."
Di antara para penyihir, ada orang-orang yang memutuskan hanya menggunakan setengah dari
total keseluruhan Mana-nya, dalam satu hari saja.
Ada banyak penyihir seperti itu di Benua Tengah.
Itu mereka lakukan karena mereka sadar bahwa kekuatan fisiknya sangatlah buruk. Sehingga
mereka selalu menyimpan setengah Mana untuk kemungkinan terburuk.
Tentu saja tindakan seperti itu dibenarkan.
Meskipun begitu, aku juga belum menggunakan setengah dari total keseluruhan Mana-ku, lho.
Menghemat Mana adalah suatu logika dasar bagi seorang penyihir.
Namun, tampaknya logika tersebut tidak dipahami oleh kebanyakan prajurit gurun, sehingga
menurut mereka kami terkesan malas-malasan.
Ketika Baribadomu mengatakan “berpura-pura malas-malasan”, artinya dia tahu bahwa kami
sengaja menyimpan Mana kami agar tidak cepat habis. Mungkin karena orang ini sudah memiliki
banyak pengalaman, sehingga dia tahu hal-hal mendasar seperti itu.

113
Akan tetapi, dia tidak begitu terkejut ketika melihatku memakai mantra tanpa suara, yang berarti
dia tidak begitu tahu betapa spesialnya teknik itu. Meskipun dia memahami logika dasar penyihir,
nampaknya pengetahuannya tentang sihir tidaklah begitu luas.
"Bagus kalau kamu tidak malas-malasan, tetapi tolong hematlah Mana-mu untuk digunakan pada
saat-saat paling krusial. Karena, bagaimanapun juga jumlah kita hanyalah 5 orang. Jangan
memaksakan dirimu menyerang monster yang berada di luar jangkauan serangmu, oke?"
"Dimengerti."
Tapi, aku tidak perlu menyembunyikan fakta bahwa aku memiliki kapasitas Mana yang begitu
besar ...
Tapi aku juga tidak perlu menyatakannya kalau tidak ditanya.
Bahkan aku sendiri tidak begitu mengerti sampai sebesar mana kapasitas Mana-ku.
Aku tidak ingin menggunakannya tanpa tanggung jawab, kemudian membuat suatu kesalahan
kelak.
Bagian 3
Ketika malam datang, kami berlima terus mengawasi area di sekitar.
Garuban memasang tenda dan tidur di sana.
Sendirian.
Semua pengawal berada di luar.
Yah, itulah perbedaan nasib antara pekerja dan majikan, kurasa tak peduli di dunia manapun kau
hidup, hal seperti itu tidak berubah.
Aku menyarankan untuk membuat tempat berlindung dan tidur di sana, tetapi tampaknya
Baribadomu dan lainnya berpendapat bahwa itu hanya akan membuat kita lengah akan serangan
malam, jadi mereka pun menolaknya.
Sepertinya mereka punya alasan kuat untuk tidur di luar.
Kalau semuanya setuju tidur di luar, aku juga sungkan tidur di dalam tempat berlindung sendirian.
Namun, Elinalise berkata….
"Ahhh, jangan sungkan begitu, biarkan mereka melakukan apapun yang mereka inginkan, toh kita
juga sama. Istirahat dengan benar adalah hal penting dalam perjalanan ini. "
Pendapat si tante memang masuk akal.
Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur di dalam tempat perlindungan yang kubuat dengan sihir
bumi, seperti biasanya.
Aku merasa lebih tenang tidur di dalam ruangan.
Jaga malam dilakukan secara berpasangan.
Aku sih gak masalah kalau harus jaga sendirian, tapi nampaknya berjaga secara berpasangan lebih
aman dalam situasi seperti ini.

114
Dan shift-nya berganti berdasarkan hari.
Pada hari pertama, yang bertugas jaga adalah Karumerita dan diriku.
"Mohon bantuannya ya."
"Ya, jangan tidur."
"Tentu saja."
Meskipun kami sedang jaga, lama-lama membosankan juga kalau tidak melakukan apa-apa di
tempat sepi seperti ini.
Karena itulah, aku mulai mengobrol dengan Karumerita tentang berbagai hal secara umum.
"Beberapa hari yang lalu, kau menyelamatkan kami."
"Tidak, kita sudah impas."
"Kamu kuat, wanita itu juga kuat."
Karumerita adalah seorang prajurit wanita.
Sepertinya, umurnya sekitar 20-an tahun.
Karumerita sang "Bone Crusher".
Dengan julukan seperti itu, nampaknya gaya bertarungnya adalah mengandalkan kekuatan saat
mengayunkan pedangnya yang lebar dengan panjang lebih dari 1 meter.
Para prajurit di sekitar daerah ini tampaknya lebih suka menggunakan pedang yang lebar.
Tergantung pada pinggang mereka, Baribadomu dan Tonto juga memiliki pedang dengan
penampilan, besar, dan panjang yang sama.
Tampaknya, ini dikarenakan ada banyak monster besar dengan kulit luar yang keras di daerah ini,
sehingga mereka harus memilih persenjataan yang tidak mudah rusak.
Tak peduli seberapa hebat dirimu, perkara sepele itu bisa menentukan hidup dan mati saat
bertarung.
Gaya mereka juga tampak original.
"Pedang wanitamu itu terlalu tipis. Kau tidak akan bisa mengalahkan apapun dengan itu."
"Kurasa tidak begitu, itu adalah benda sihir yang dipenuhi dengan Mana. Dia bahkan berhasil
mengalahkan kawaan Griffon dengan menggunakan pedangnya. Lagian, dia bukan wanitaku.
Hubungan kami tidaklah seperti itu."
"Tapi, jika Succubus datang, kau akan memeluknya, kan?"
"Tidak, karena aku bisa menggunakan sihir detoksifikasi ..."
"Ketika Succubus datang, para pria akan dilayani, kemudian mereka merangkul wanita, seperti
itulah aturan di gurun ini.”
"Oh?"

115
Dengan begitu bangga, Karumerita menceritakan kehidupan para prajurit di gurun, dan juga
hubungan antara prajurit pria dan Succubus di Benua Begaritto.
Begitu banyak Succubus yang mendiami Benua Begaritto.
Tampaknya, Succubus awalnya adalah monster minoritas yang menghuni wilayah barat daya
Benua Iblis.
Namun, pada perang 400 tahun yang lalu, Laplace mengembangbiakkan mereka.
Dia pun mengirimkan migrasi Succubus ke Benua Begaritto untuk melemahkan para prajurit pria
di wilayah ini.
Aroma Succubus bisa membuat pria manapun bertekuk lutut.
Sejujurnya, jika dua Succubus muncul sekaligus di hadapanku, maka aku tidak yakin akan
menang.
Pria yang telah diracuni oleh aroma Succubus akan menjadi budaknya.
Tujuan utama Succubus adalah memangsa pria-pria seperti itu, namun sepertinya mereka tidak
akan sanggup membawa puluhan pria ke sarangnya. Sehingga, mereka hanya bisa mengambil
beberapa orang, dan mengabaikan sisanya.
Pria-pria yang ditinggalkan Succubus yang masih berada dalam pengaruh racunnya, akan saling
bunuh satu sama lain.
Nampaknya, aroma Succubus membuat mereka melihat kawannya seperti musuh.
Untuk menyembuhkan mereka, kau perlu menggunakan sihir detoksifikasi yang lebih tinggi
daripada level menengah, atau… kau memerlukan wanita untuk dipeluk, bahkan di-eue. Dan tidak
ada cara selain itu.
Saat itu, 400 tahun yang lalu di Benua Begaritto, hampir tidak ada orang yang bisa menggunakan
sihir detoksifikasi.
Akibatnya, sebagian besar prajurit laki-laki dimusnahkan di tangan Succubus.
Kalau kau tidak punya wanita yang bisa kau rangkul, maka habislah kau.
Ini adalah benua yang kejam.
Setidaknya, aku bisa memahami betapa merananya para prajurit pria itu, karena aku juga pernah
terkena kutukan kelamin.
400 tahun setelah itu.
Jika kau bertanya, apakah para prajurit Begaritto telah musnah, jawabannya adalah tidak.
Sebagai pencegahan terhadap bencana Succubus, para prajurit pria selalu membawa wanita
kemanapun mereka pergi.
Para wanita itu terdiri dari para budak, tawanan ras iblis, dan berbagai macam lainnya.
Namun, bagi para prajurit, orang-orang yang tidak bisa bertarung hanyalah menjadi hambatan.
Tidak ada pilihan selain melindungi wanita-wanita itu, karena kemampuan fisiknya juga lemah.

116
Para prajurit berpikir keras.
Memeras otak mereka yang tumpul.
Kemudian, muncul suatu ide.
Yaitu… lebih baik mereka membawa prajurit wanita.
Sungguh cara berpikir yang logis.
Itulah awal mula munculnya "Prajurit Wanita" di Benua Begaritto.
Pada kelompok-kelompok pemandu, setidaknya ada seorang prajurit wanita yang bersama mereka.
Prajurit wanita bertugas bertarung saat Succubus menyerang, dan menjadi pelampiasan saat
prajurit pria terkena racunnya.
Semakin banyak wanita yang pergi bersamamu, maka semakin baik. Tapi, itu juga tergantung
situasi dan kondisi sih.
Dengan demikian, pada saat Succubus muncul, semuanya akan lebih aman terkendali.
Di Benua Begaritto, wanita harus bisa bertarung.
Karumerita juga merupakan salah satu dari prajurit wanita.
Ketika Succubus muncul, dan ada pria yang terkena efek racunnya, maka dia akan menjadi
“partner” mereka.
Tentu saja, kalau di terus-terusan menjalani pekerjaan ini, dia akan cepat hamil.
Namun, bagi para prajurit wanita itu adalah suatu kehormatan. Kalau sudah terlanjur hamil,
mereka pun pulang ke desa masing-masing.
Setelah mereka melahirkan, mereka meninggalkan anaknya di desa, kemudian kembali bekerja
sebagai prajurit wanita, sekaligus pendamping pria-pria yang terkena efek aroma Succubus.
Tampaknya, Karumerita juga pernah melahirkan seorang anak.
Semua anak yang lahir dibesarkan bersama-sama di desa.
Anak-anak itu tidak akan mengenal siapakah ayah dan ibunya.
Anak-anak itu terdiri dari berbagai ras, bahkan ada yang blesteran, namun tidak ada diskriminasi
di sini.
Ketika cukup besar, mereka pun menjalani pelatihan sebagai prajurit. Saat anak-anak yang pria
sudah akhir baligh, dan yang wanita sudah menstruasi, mereka juga akan menjalani serangkaian
upacara untuk dilepas dari desa.
Kemudian, mereka akan hidup sebagai prajurit gurun seperti ayah dan ibunya yang tidak pernah
mereka kenal, setelah tubuh mereka melemah, dan usia menua, mereka berhak kembali ke desa
untuk merawat anak-anak yang bernasib sama dengan mereka.
Namun, ada orang-orang seperti Baribadomu yang memutuskan untuk tidak pernah kembali ke
desa. Dia memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya sebagai prajurit gurun.

117
Tentu saja, tidak ada sistem pernikahan di sini.
Aku yakin, hubungan antara prajurit pria dan wanita tidak didasari dengan cinta.
Aku cukup tercengang dengan norma & budaya di tempat ini.
Di duniaku sebelumnya, aku pernah mendengar cerita serupa dari suatu suku.
Namun, ketika aku menyaksikannya sendiri dengan mata-kepalaku, aku tidak tahu harus berkata
apa. Ini lebih parah daripada pelacuran, dan aku cukup tersentuh ketika mendengar cerita mereka.
Dan ketika aku memikirkan itu,
"Kau beruntung menjadi seorang penyihir, tapi jika Succubus muncul, dan kau tidak lagi bisa
menahan nafsumu, gunakan saja wanita itu.”
Aku pun kembali depresi.
Ahh tidak… karena aku bisa menggunakan sihir detoks, maka aku tidak akan melakukannya
dengan neneknya istriku.
Bagian 4
Tonto sang "Big Blade" adalah orang yang pendiam.
Tonto memiliki janggut yang lebat, dan umurnya sekitar 30-an tahun.
Kulitnya gelap, dan otot-ototnya kekar.
Tubuhnya lebih pendek daripada Baribadomu, tapi penampilannya cukup mirip.
Kalau bukan karena bentuk jenggotnya, seseorang pasti akan kesulitan membesakan mereka
berdua.
Terkadang, orang-orang yang berbeda ras sulit dibedakan.
Selama kami jaga, aku ngobrol sedikit dengannya, tapi nampaknya dia adalah tipe orang yang
tidak banyak bicara.
Dia berbeda dengan Karumerita yang cukup ceriwis.
Gak masalah sih, lagian tidak ada hal yang benar-benar ingin kubicarakan.
Namun, aku pun dengan santainya memulai suatu percakapan.
"Tonto sang Big Blade … nama itu terdengar keren, ya?"
"Baba-sama yang memberikan nama itu padaku."
"Oh ~. Jadi, bukan kawan-kawanmu yang memberikan julukan itu?"
"Semua julukan prajurit gurun diberikan oleh Baba-sama."
Tampaknya, kepala desa memberikan nama julukan pada mereka saat meninggalkan desa untuk
berpetualang.

118
Orang seperti Karumerita yang memiliki kekuatan fisik luar biasa, mendapatkan julukan seperti
"Mighty Strength" atau "Bone Crusher", mereka yang memiliki mata tajam seperti Baribadomu
mendapatkan julukan seperti "Hawk-Eyes" atau "Eagle-Eyes".
Tampaknya, julukan-julukan itu diberikan berdasarkan kelebihan masing-masing individu.
Namun, dengan diberikannya nama-nama itu, entah kenapa mereka seakan sudah menderita
terlebih dahulu, bahkan sebelum memulai petualangan sebagai prajurit gurun.
Namun, julukan-julukan itu tak selalu tepat sasaran.
Tonto disebut "Big Blade", namun bukan berarti nama itu menekankan pada pedangnya yang
besar.
Dia adalah tipe petarung yang menggunakan kekuatan fisik.
Kalau begitu, pasti ada nama lain seperti, "Two Swords Unnecessary". [36]
"Kalau aku… julukanku adalah Quagmire. Orang-orang menyebutku demikian setelah melihatku
bertarung. Mungkin itu karena aku hanya bisa menggunakan rawa [37] saat berhadapan dengan
musuh."
"Rawa ya…. aku belum pernah melihatnya."
"Tapi itu tidak cocok digunakan untuk melawan monster-monster di gurun ini."
Kalau digunakan untuk melawan monster-monster yang merayap di tanah, teknik itu sangatlah
efektif, tapi kalau digunakan untuk melawan Griffon atau Succubus yang beterbangan di udara,
maka teknik itu sama sekali tidak berguna.
Bahkan bagi monster-monsster bertipe serangga yang memiliki kulit luar keras, teknik itu tidaklah
efektif, karena saat kakinya terjebak di dalam rawa, kita masih tidak bisa menghabisinya.
Bahkan, teknik itu tidak bisa memperlambar gerakan mereka.
"Sihirmu begitu mencolok dan menyenangkan untuk dilihat. Aku juga ingin melihat sihir rawamu
itu."
"Tidak ada yang istimewa dari sihir rawa. Tapi kalau ada kesempatan, aku akan menunjukkannya
padamu."
Setelah itu, Tonto terdiam.
Ini seperti berbicara seperlunya saja.
Bagian 5
Selagi kami terus bergerak ke timur, warna hijau perlahan-lahan muncul di cakrawala.
Semakin bergerak ke timur, maka semakin nampaklah kota yang bernama Kinkara. Bahkan,
terlihat hutan lebat yang terus membentang ke timur.
Ada hutan lebat yang bersebelahan dengan gurun tandus… betapa anehnya benua ini.
Meskipun begitu, kelompok Garuban tidak berencana untuk pergi ke sana.

119
Dalam perjalanan, kami menemukan benda seperti batu besar yang berdiri tegak-lurus sebagai
tengara. Setelah menemui itu, kami pun merubah arah perjalanan ke uatar.
Setelah tiga hari berlalu semenjak kami merubah arah perjalanan, kami pun tiba pada jalan utama.
Meskipun orang-orang menyebutnya jalan utama, namun tidak banyak hal yang bisa kami lakukan
di sini.
Ini hanyalah jalan biasa yang banyak dilalui orang, sehingga disebut jalan utama. Bukan berarti
banyak toko atau area peristirahatan di sekitar sini.
Namun, jika dibandingkan dengan gurun pasir, tanah di sini terasa lebih keras, sehingga akan
terasa stabil jika kau injak.
Ahh, memang lebih enak berjalan pada kondisi tanah seperti ini.
"Tuan. Mulai dari sini, akan banyak perampok yang mengganggu perjalan kita. Aki pikir, kita bisa
menangani beberapa…. Tapi, kalau mereka benar-benar datang nanti…."
"Aku kan sudah membayarmu, jadi pastikan untuk melindungi semua koper!"
"...Laksanakan."
Baribadomu mungkin coba mengatakan bahwa, jika mereka benar-benar datang nanti, dan kita
tidak punya pilihan lain, maka lebih baik kita buang semua barang, kemudian lari menyelamatkan
nyawa.
Namun, bagi Garuban, nampaknya barang-barang dagangan lebih berharga daripada hidupnya.
“Nilai” memiliki definisi yang beragam, tergantung pada orang yang menafsirkannya.
"Bro? Apa tidak apa-apa?"
"Bon-kura, tidak apa-apa… kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun."
Karumerita dipanggil "bon kura" oleh Baribadomu dan Tonto.
Itu karena julukannya adalah Bone Crusher. [38]
Benar-benar mudah memahami julukan mereka.
Atau mungkin, itu malah suatu ejekan?
Kalau aku ikut-ikutan memanggilnya Bon-Kura, nampaknya aku akan dijitak.
"Quagmire dan Dragon Road. Kalian berdua tetap di sisi Garuban-san, dan jangan sampai berpisah
darinya. Tonto, kamu menjaga unta. Jangan dibiarkan seekor pun kabur. Penjaga belakang adalah
kamu, Bon-kura. Aku akan bergerak terlebih dahulu untuk mengintai. Jika terjadi sesuatu, aku
akan berteriak. Jangan sampai kalian mengabaikan peringatan dariku."
"Eh? Bro?"
"Eh?"
"Dimengerti."

120
Setelah saling bertukar sinyal, kami pun membentuk formasi, dan terus bergerak maju. Sedangkan
Baribadomu bergerak mendahului kami untuk mengintai di depan.
Meskipun kami menyebutnya perampok, pada dasarnya mereka lebih suka menyergap mangsanya
secara diam-diam, kalau kau dapat mendeteksi kedatangan mereka terlebih dahulu, kemudian
mengambil jalan lain, maka kau bisa menghindari serangan mereka.
Bagian 6
Setelah Baribadomu selesai mengintai, kami pun mengetahui bahwa segerompolan parampok
sedang menunggu untuk menyergap kami.
Entah kenapa, sulit mendeteksi keberadaan manusia dengan menggunakan mata iblis, sehingga
lebih baik seseorang mengintai keadaan di muka terlebih dahulu.
Kami pun mengambil jalan lain agar tidak bertemu dengan kawanan perampok itu.
Kalau ada kotoran di tengah jalan, maka beberapa orang lebih memilih untuk melangkahinya.
Namun, ada juga orang yang lebih memilih berjalan sedikit di sampingnya.
Itu wajar saja.
Namun, sepertinya ada yang salah.
Bisa saja Baribadomu ketahuan ketika dia mengintai di depan, kemudian saat dia kembali ke
kelompok, beberapa perampok membuntutinya.
Atau mungkin, yang ditemukan Baribadomu saat mengintai hanyalah sekelompok kecil saja.
Sedangkan kelompok utamanya sedang menunggu di rute alternatif yang akan kami ambil.
Yang jelas…..
Akhirnya kami diserang oleh mereka.
Bagian 7
Kami mengambil rute alternatif. Saat kami mulai mendesah lega, mengira kami sudah lolos dari
serangan mereka…..
Hyu!!
Tiba-tiba, kami mendengar suara deruan angin.
Sesaat berikutnya, sebuah panah tertancap di dada Tonto.
Tonto pun tumbang.
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dalam keadaan panik, aku segera berusaha menggunakan
sihir penyembuh padanya.
Namun, dalam sekejap, Elinalise meraih tengkukku.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba panah lainnya tertancap pada unta di sisi Tonto.
"Lari! Ini serangan! Mereka datang dari barat!"
Teriak Baribadomu.

121
Ketika mendengar seruan itu, aku baru menyadarinya.
Ini adalah serangan musuh, gawat kalau kita terlambar melarikan diri.
Lantas, Elinalise melepaskan tengkukku.
Garuban dan unta sudah melarikan diri terlebih dahulu.
Aku pun juga ikut berlari setelahnya.
Dari atas bukit di sebelah kiriku, ada penunggang kuda yang tiba-tiba keluar mengejarku.
Penunggang kuda.
Benar, itu adalah kuda sungguhan.
Orang yang menungganginya mengenakan sorban berwarna kuning pasir. Dia pun memburuku.
"Tuan! Abaikan untanya! Kalau kau membuang kargonya, mungkin mereka akan berhenti
mengejar kita!"
"Tidak mungkin!"
"Kamu mau mati!!???"
"Tugas kalian semua adalah melindungi kargo!"
"Terlalu banyak musuh!"
Baribadomu dan Garuban saling membentak.
Di depan mataku, unta yang barusan terpanah berjalan sempoyongan.
Saat itu, aku melihat gelembung busa yang keluar dari mulutnya.
Setelah beberapa langkah ke samping, si unta pun terjatuh.
Aku merinding.
Mata panahnya dilumuri racun.
"Cheh ... Mereka ada di belakang kita juga."
Dari belakang, ada kawanan penunggang kuda yang datang memburu kami.
Pasukan pemanah ada di atas bukit.
Mereka sudah siap menembakkan anak panah.
Sebagian tembakannya tidak menjangkau kami, namun sebagiannya lagi ditembakkan dengan
ngawur.
Sedikit demi sedikit, tembakan panah-panah itu semakin mendekati kami.
Penunggang kuda dan pemanah.
Sekilas saja, aku tahu bahwa jumlah mereka begitu banyak.
100, tidak, mungkin ada 200 orang.

122
Orang-orang menyebutnya “perampok”, dan itu membuatku salah sangka terhadap jumlah mereka.
Ini sih, lebih pantas disebut “pasukan”.
"..."
Sembari mendengarkan suara jantungku yang berdetak kencang, aku coba memilah-milah apa
yang sedang terjadi di sini.
Musuh melancarkan serangan mendadak dari belakang dan samping.
Setidaknya, tidak ada musuh dari sisi depan.
Kalau kita terus berlari ke depan, maka…...
"Rudeus!"
"Ya. Aku akan menggunakan Quagmire dan Dense Fog."
"... Baiklah… kuserahkan padamu!"
Sementara aku berbalik, aku mengaktifkan mantra Quagmire.
Aku membuat rawa sebesar mungkin.
Kedalamannya pun harus cukup untuk memerangkap kaki kuda di dalamnya.
"Baribadomu-san! Aku akan membuat penghalang! Teruslah lari ke depan!"
"Penghalang!? Aku mengerti!"
"Deep Mist!"
Aku pun menciptakan titik-titk air di udara, kemudian semakin menebalkannya.
Whuss… kabut pun semakin menebal layaknya asap, dan semuanya menjadi putih.
Dalam waktu singkat, area di sekitar tertutup oleh kabut putih, sehingga jarak pandang semakin
menipis.
Baiklah, dengan ini pasukan busur seharusnya tidak bisa membidik kita.
Zlebbb ...
Disertai dengan suara itu, dalam sekejap mata, sebuah anak panah tertancap di dekat kakiku.
"Uooh !!"
"??!"
Aku pun terjerembab karena panik, namun Elinalise segera menopangku.
"Tidak apa-apa, memang ada beberapa pemanah yang begitu mahir, tetapi mereka tidak lagi bisa
membidik kita!"
Aku merenungkan kata-kata itu.
Kurasa, Tonto dan si unta terbunuh di tangan orang yang sama.
Namun, sejak aku melepaskan kabut ...

123
Dia tidak lagi bisa melihat.
"Mulai berlari!"
Aku langsung berlari seketika mendengar seruan itu.
Namun, bukan berarti para pemanah itu berhenti membidik kami.
Aku tahu. Mereka tidak bisa menembakkan panahnya dengan akurat.
Yakinlah!! Mereka tidak bisa mengenaiku, mereka tidak bisa mengenaiku, mereka tidak bisa
mengenaiku…!! Aku lah sang dewa perang!!
Ah, sial, harusnya Sylphy memberiku semacam jimat saat aku berangkat!
Ah sial…. Andaikan saja aku membawa jimat malam pertamaku dengan Sylphy. [39]
"Gawat, mereka akan segera menyusul! Karumerita! Hunuskan pedangmu!"
Aku merinding setelah mendengar kata-kata Baribadomu.
Jika aku mendengarkan dengan seksama, aku bisa mendengar suara derap langkah kuda yang
berlari dari belakang.
Tampaknya ada penunggang kuda yang berhasil menghindari rawa yang telah kubuat.
Meskipun jarak pandang menipis karena adanya kabut, kalau mereka terus berlari ke depan, lama-
kelamaan mereka pasti akan mengejar kami.
Lawannya adalah pasukan berkuda.
Ketahuilah kelemahanmu. Pada pertarungan ini, kelemahan kami adalah soal kecepatan.
Tampaknya, ada banyak sekali penunggang kuda yang memanfaatkan kecepatan dan momentum
kudanya.
Sekilas saja, aku bisa menyimpulkan bahwa jumlah mereka ada 100 orang.
Berapa banyak yang berhasil melewati sihirku. lima puluh, enam puluh?
Tidak mungkin kami bisa melawan mereka secara langsung.
"Aku akan memperlambat mereka! Teruslah berlari! Earth Wall!"
Aku membuat dinding tanah setinggi 20 meter, yang muncul tepat di belakang kami, yang terus
melanjutkan pelarian.
Ketika menunggangi kuda, kau tidak bisa menghentikannya seketika.
Dinding itu harusnya menjadi penghalang, apalagi ditambah kabut setebal ini.
Jika mereka tahu ada dinding, kecepatan mereka harusnya melambat.
"Haa ... Haa ..."
Tembakan panah sudah berhenti.
Aku hanya terus berlari.

124
Sembari membuat dinding-dinding tanah lainnya di belakangku, aku terus berlari.
Tiba-tiba, aku teringat Tonto yang pada dadanya masih tertancap panah.
Apakah kita hanya meninggalkannya begitu saja?
Tidak, dia sudah tidak tertolong lagi.
Anak panah itu tepat menancap di dekat jantungnya.
Lagian, anak panah itu dilumuri racun.
Bahkan dengan sihir penyembuhan tingkat lanjut, aku tidak yakin bisa menyembuhkan orang yang
terkena anak panah beracun di dekat jantungnya.
Sejak awal, sudah tidak ada yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan dia.
Kami terus berlari dengan kecepatan penuh di dalam kabut.
Bagian 8
Aku penasaran, sejauh mana kami telah berlari.
Rasa-rasanya kami sudah berlari selama 2 jam lebih.
Setelah Baribadomu mengamati kembali musuh di belakang kami, dia pun berkata, "Sepertinya
mereka sudah tidak lagi terlihat", kemudian semuanya berhenti.
"Haa ... Haa ..."
Tepat sekali… aku sangat kelelahan.
Aku basah kuyup bermandikan keringat.
Namun, jika diberi aba-aba untuk kembali berlari, aku masih sanggup melakukannya.
Meskipun kita belum sepenuhnya aman, wajah para prajurit gurun ini sudah tampak lega.
Apakah karena Touki?
Sungguh tidak adil.
"Hahh ... Hahh ... Urgh ..."
Garuban ambruk dengan wajah pucat.
Tak peduli seberapa banyak pengalamannya dalam mengarungi gurun, kalau terus-terusan lari,
pastilah capek juga.
Dia terlihat lega.
Kerugian yang dia derita adalah kematian seekor unta dan seorang pemandu.
Tonto.
Sepertinya, kalau aku buru-buru mencabut panah beracun itu, kemudian kusembuhkan dia dengan
sihir penyembuhan dan sihir detoks, tampaknya nyawanya masih bisa terselamatkan.
Mungkin saja, dia cukup terampil menghindarkan panah itu dari titik-titik vital di tubuhnya.

125
Faktanya, jika Elinalise tidak menarik tengkukku, aku yakin bahwa diriku akan mencoba
menyembuhkannya.
Namun, jika aku melakukan itu, mungkin sudah terlambat bagiku untuk melarikan diri.
Nampaknya, Elinalise lebih berpengalaman daripada aku dalam hal seperti ini.
Kalau aku menghabiskan waktu untuk menyembuhkannya, nyawaku akan berada dalam bahaya.
"….."
Tiba-tiba, Karumerita menatapku.
Ada apa sih…..
Aku penasaran, apakah aku telah melakukan sesuatu.
Karumerita ada di belakangku, dia bertanggung jawab menjaga sisi belakang.
Kalau dia terluka, lebih baik aku menyembuhkannya sekarang juga.
Tapi sepertinya dia tidak terkena panah ...
Karumerita langsung berjalan ke arahku.
Tiba-tiba dia meraih kerahku.
"Kau! Jika kau bisa menggunakan sihir sebesar itu, maka seharusnya kau bisa melakukan sesuatu
pada para perampok itu, kan?!!”
"Hah?"
Melakukan sesuatu?
Pada perampok sebanyak itu?
Setelah dia mengatakan itu, akhirnya aku menyadarinya.
Betul juga. Aku selalu punya pilihan untuk membantai mereka dengan menggunakan sihir skala
besar.
"Hentikan, Bon kura!"
"Bro? Kau melihatnya juga kan! Kuda-kuda itu tenggelam ke dalam rawa, mereka juga terbentur
dinding tanah setinggi itu, dan juga… bagaimana dengan kabut setebal itu!??"
"Gunakan otakmu dengan baik! Itulah mengapa kau disebut Bon kura!" [40]
"Diam! Orang ini, jika dia bisa menggunakan sihirnya, mungkin kita masih bisa menyelamatkan
Tonto!”
"Tidak mungkin dia bisa mengalahkan musuh sebanyak itu! Kemungkinan besar mereka adalah
Kelompok Perampok Harimafu. Itu artinya, masih ada banyak anggota kelompok mereka yang
menunggu di suatu tempat!!”
"Tapi ... ah !!"
Elinalise menyela di antara Karumerita dan aku.

126
Dia menekan Karumerita dengan gespernya, dan meletakkan tangan di atas estoc di pinggangnya.
"Apakah kalian protes dengan cara kami?"
"Apa urusanmu...??!!"
Elinalise mendengus "Hmph" dengan hidungnya, sambil menatap Karumerita.
"Rudeus sudah benar menilai situasinya. Kita tidak tahu pasti berapa jumlah musuh, tapi yang
jelas, mereka banyak sekali. Terlebih lagi, musuh menggunakan panah beracun. Sehingga, langkah
paling tepat untuk menghadapi mereka adalah memperlambat geraknya agar kita bisa melarikan
diri, itulah mengapa Rudeus menciptakan kolam rawa, menggangu bidikan para pemanah dengan
kabut tebal, dan membuat dinding tanah untuk menahan laju kuda mereka. Dan berkat itu semua,
akhirnya kita semua berhasil kabur. Satu orang memang telah terbunuh, dan juga unta malang itu,
namun semuanya aman. Kau tidak puas dengan hasil ini? Kalau kau bertarung seperti orang idiot,
apakah kau mau kehilangan nyawamu sendiri dan barang dagangan tuanmu?”
Elinalise membelaku seperti itu.
Kata-katanya tidak dimengerti karena Elinalise tidak bisa menggunakan Bahasa Dewa Tempur.
Namun, tampaknya Elinalise menyadari apa yang ingin dikatakan Karumerita.
Elinalise menyangkalnya dengan kata-kata yang begitu provokatif, yang mana dia jarang sekali
mengatakan hal seperti itu.
Jumlah musuh sangatlah banyak.
100 atau mungkin 200 orang.
Menurut apa yang Baribadomu katakan, mungkin ada lebih banyak musuh yang menunggu di
belakang.
Jika kau bertanya apakah aku bisa mengalahkan mereka.
Aku tidak tahu.
Tapi, itu mungkin saja terjadi jika aku menggunakan sihir kelas Saint-ku.
Ya, Karumerita tidak sepenuhnya salah.
Aku memiliki banyak Mana. Kemungkinan besar, aku tidak akan kehabisan Mana kalau hanya
mengaktifkan sekali sihir kelas Saint.
Sambil menjebak kawanan kuda di rawa, aku bisa menggunakan sihir untuk menyingkirkan para
pemanah di kejauhan, menggunakan badai untuk menerbangkan para penunggang kuda dari
bawah, dan menggunakan api untuk membakar semuanya sampai mati.
Aku bisa saja melakukan hal seperti itu.
Secara teori… bisa.
Namun, pada kenyataannya aku tidak tahu apa yang akan terjadi.
Ada kemungkinan, beberapa pemanah lolos dari sihirku, kemudian dia menemukan saat yang tepat
untuk menembakku, atau mungkin ada penunggang kuda yang bisa lolos dari jebakanku, kemudian
melindasku.
127
Lawan juga sudah menyiapkan beberapa cara ketika mereka harus berhadapan dengan seorang
penyihir.
Lagipula, rekan-rekanku ada di dekatku, sehingga aku tidak bisa sembarangan menggunakan sihir
berskala besar.
Aku yakin, Elinalise juga paham betul akan hal itu.
Itu sebabnya dia membelaku.
"Sejak awal, kita bukanlah tentara bayaran, kan? Jadi, kita tidak punya kewajiban melawan
pasukan sebesar itu.”
"…."
"Kenapa kau melihatku dengan tatapan seperti itu? Apakah kau ingin berkelahi denganku? Kau
sungguh wanita muda yang mudah panasan, ya? Akan kuladeni kau,"
Elinalise mengambil estoc-nya.
Melihat itu, Karumerita pun panik, kemduian dia mencabut pedang lebarnya dari pinggang.
Dan, di sana lah Baribadomu menengahi mereka.
"Hei Bon kura, berhenti lah. Elinalise, Quagmire… kalian juga. Sayang sekali Tonto sudah pergi
selamanya, tapi tidak ada yang salah dengan keputusan Quagmire. Satu-satunya orang yang cukup
bodoh menantang perampok sebanyak itu hanyalah kau, Bon kura. Itulah mengapa aku akan
memanggilmu Bon kura selamanya.”
"... sudahlah."
Karumerita mundur sembari mendengus "Hmph" dengan napasnya yang kasar.
Lantas, dia mendekati salah seekor unta, kemudian duduk di sebelahnya sembari menundukkan
kepala pada lututnya.
Melihatnya begitu, Baribadomu hanya bisa mendesah.
"Kalian berdua, maafkanlah dia."
"Kami juga salah..."
"Kamu tahu… Karumerita lah yang melahirkan anaknya Tonto."
"Hah?"
"Oleh karena itu, cobalah mengerti perasaannya. Dia pasti terpukul dengan kematian Tonto."
Dia melahirkan anaknya Tonto.
Kurasa, itu sebabnya dia marah padaku.
Tadinya kupikir, semua prajurit gurun wanita tidak punya perasaan terhadap “partnernya”.
Tapi, sepertinya itu salah.
Bagaimanapun juga, wanita manapun pasti memiliki ikatan emosional pada pria yang membuatnya
mengandung.

128
Setelah sedikit terkejut, Elinalise pun menyarungkan estoc-nya, kemudian dia mendekatiku.
"Rudeus. Tidak ada yang perlu kau sedihkan."
"... Haa"
"Sebenarnya ini jarang terjadi, namun di antara para petualang pun, selalu ada orang yang ragu
membunuh lawan-lawannya….. Belum lagi, kau akan segera menjadi seorang ayah. Aku paham
mengapa kau ragu membunuh siapapun."
Ada sedikit jeda di antara kalimat yang Elinalise ucapkan.
Sepertinya dia tidak begitu memahami apa yang barusan diomongkan Baribadomu, karena dia
berbicara bahasa yang berbeda.
Jujur saja, aku tidak ragu-ragu.
Meskipun dalam keadaan terpojok, kata ‘membunuh’ tidak akan pernah terlintas di benakku.
Meskipun begitu, bisa saja salah seorang perampok terbentuk pada dinding tanah yang kubuat
karena penglihatannya terhalangi kabut yang tebal.
Namun, aku tidak merasa bersalah akan hal itu.
Beda ceritanya, jika aku menggunakan sihir secara langsung untuk membunuh orang. Hatiku akan
terasa begitu sakit.
... Bagaimanapun juga, aku hanyalah lalat kecil yang tidak mampu berbuat tercela.
"Terima kasih banyak."
Aku pun menundukkan kepala pada Elinalise yang coba menghiburku.
Sewaktu kami melarikan diri bersama dari kejaran perampok, Elinalise selalu berada di
sampingku, seakan berusaha menjagaku setiap waktu.
Saat aku hampir terjerembab, dia juga yang menopangku, sehingga aku merasa Elinalise bertindak
sebagai perisai atas diriku dari tembakan-tembakan panah tersebut.
Dia selalu mendukungku.
Bisa jadi, dia bermaksud menjadi pemanduku.
"Ya ampun, kau tidak perlu berterimakasih seperti itu. Wajar saja bila seorang nenek ingin
melindungi cucunya."
Elinalise menepuk bahuku bersamaan dengan suara “pon..pon…”.
Cucu ya ...
Saat aku pulang nanti, aku penasaran, apakah perut Sylphy sudah begitu besar dan menonjol.
Dia akan melahirkan anakku, sekaligus cicit Elinalise.
Kalau aku kenapa-napa, mungkin Elinalise takut akan dimarahi Sylphy, seperti: “Kenapa nenek
tidak berusaha melindungi Rudi?”
Dia melindungi Sylphy dan juga diriku.

129
Dia pasti ingin merayakan kelahiran cicitnya dengan penuh senyuman.
"... Umm, Elinalise-san."
"Ada apa?"
"Sekali lagi, terima kasih banyak."
Aku mengucapkan terima kasih sekali lagi.
Kali ini, kuucapkan dengan sepenuh hati.
Elinalise juga menepuk bahuku sekali lagi.
Bagian 9
Dengan sedikit kecanggungan yang masih terasa…….
Perjalanan pun dilanjutkan.
Meskipun salah satu sekutunya telah meninggal, Baribadomu masih tampak tenang.
Dia membentuk kembali formasi, seakan-akan tidak terjadi apapun.
Baribadomu tidak mengatakan apapun tentang Tonto.
Tanpa meratapi kematiannya, dia hanya melanjutkan pekerjaannya sebagai pengawal dengan tak
acuh.
Baribadomu bahkan tidak pernah sekalipun menyebutkan nama Tonto dalam perkataannya.
Bagiku, dia sungguh tak punya perasaan.
Tapi, aku yakin bahwa benua ini adalah tempat bagi orang-orang seperti dia.
Lagian, memang seperti itulah hubungan kekerabatan di gurun pasir.
Setiap hari mereka berhubungan dengan kematian, dan sekali saja salah langkah, maka nyawa
taruhannya.
Kalau dipikir-pikir lagi, nampaknya di Benua Iblis juga sering terjadi hal seperti ini.
Definisi “menghargai hidup” bagi Baribadomu, berbeda dengan versiku sendiri.
Beberapa hari kemudian, kami tiba di Oasis yang berfungsi sebagai tempat transit.
Sama seperti Bazaar yang pernah kami kunjungi sebelumnya, di sini juga banyak pasar yang
mengelilingi danau di tengah-tengahnya.
Ketika aku melihat orang-orang di Oasis ini, mereka banyak yang berpakaian seperti prajurit
gurun, dan setidaknya ada seorang wanita dalam kelompok mereka.
Aku penasaran, apakah mereka benar-benar prajurit gurun?
Garuban dan yang lainnya membuka tenda pada suatu tempat tertentu.
Selama transit pada suatu Oasis, tampaknya para pengawal diizinkan untuk tidur di dalam tenda.
"Baribadomu, apakah kita perlu menyewa pengawal tambahan?"

130
"Tidak, aku yakin tidak perlu. Mereka berdua lebih berguna daripada prajurit gurun pada
umumnya. Lebih baik kita meneruskan perjalanan dengan kelompok ini, kemudian menyewa
tenaga tambahan sesampainya di Lapan. Itu lebih menguntungkan, karena setelah ini tidak akan
ada lagi serangan perampok.”
"Aku mengerti, baiklah kalau begitu. Namun, kehilangan unta memang cukup merugikan."
"Ya mau bagaimana lagi. Masih untung kita hanya kehilangan seekor unta."
Percakapan Baribadomu dan Garuban terkesan ramah.
Sampai-sampai kau tidak akan menduga bahwa hubungan mereka adalah majikan dan bawahan.
"Ada apa, Rudeus? Apakah ada yang aneh dengan wajahku?"
Ketika aku menatap Garuban, dia langsung menanyakan itu padaku.
"Tidak, aku baru sadar bahwa kau dan Baribadomu-san ternyata cukup akrab."
"Aku sudah akrab dengan pria itu semenjak aku masih pemula. Dia adalah satu-satunya teman
yang bisa kupercayai."
Aku paham sekarang.
Herannya, rasa kekerabatan Baribadomu dan Garuban terkesan lebih kuat daripada dengan Tonto,
yang notabene sesama prajurit gurun.
Mungkin bagi Kapten Pemandu Baribadomu, bawahan adalah sesuatu yang boleh dipakai,
kemudian dibuang ketika tidak lagi menguntungkan ...
Mungkin dia mulai berpikir seperti itu setelah menyaksikan begitu banyak bawahannya mati.
Bagian 10
Setelah mengisi ulang persediaan di bazaar ini, kami pun melanjutkan perjalanan lebih jauh ke
utara.
Setelah itu, Karumerita tidak lagi menyalahkanku.
Mungkin saja, dia hanya lepas kendali saat itu.
Meskipun begitu, kami tidak perlu terlalu akrab sih, toh misi kami berbeda jauh.
Kamu juga tidak lagi bercakap-cakap ketika giliran jaga bersama-sama saat malam tiba.
Hubungan kami hanya akan bertahan sampai Lapan, jadi aku pun tidak ambil pusing.
Ketika anak mereka tahu bahwa ayahnya telah tiada, pasti itu akan sangat memilukan.
Kalau dilihat dari sudut pandangku.
Bagaimana jika Sylphy mati.
Yah, tentu saja hatiku akan hancur.
Aku membutuhkannya bukan hanya sebagai ibu dari anakku, namun aku juga membutuhkan
cintanya.

131
Andaikan saja dia meninggal…. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa.
"... Menyesal, ya?"
”Kalau kau pergi ke Benua Begaritto, kau akan menyesal.” kata-kata sang dewa kembali terngiang
di kepalaku.
Tak lama waktu berlalu semenjak aku memutuskan pergi ke Benua Begaritto bersama Elinalise,
dengan menggunakan lingkaran sihir teleportasi pada reruntuhan yang telah diberitahu oleh
Nanahoshi.
Tidak banyak hal berubah dalam waktu singkat tersebut.
Namun, perjalanan singkat ini sudah cukup membuatku merasa menyesal.
Kalau semisal aku urung berangkat ke Begaritto, apakah aku akan merasakan penyesalan yang
sama jika aku tetap tinggal di Ranoa? Nampaknya tidak begitu.
Andaikan aku mengabaikan saran Hitogami untuk bersekolah di Akademi Sihir, kemudian aku
langsung menuju Benua Begaritto untuk menyelamatkan Zenith, maka aku tidak akan bertemu
dengan Sylphy dan juga yang lainnya.
Aku tidak bisa menyesali apa yang tidak aku ketahui.
Namun, bisa jadi aku akan menemui penyesalan yang berbeda kali ini.
Mungkin, penyesalanku ini tidak ada hubungannya dengan Paul, melainkan dengan keluargaku di
rumah.
Misalnya, jika kondisi kehamilan Sylphy memburuk ...
"Rudeus, ada apa denganmu?"
"Ah, tidak..."
Tidak perlu khawatir.
Sumber penyesalan bisa ditemukan di manapun.
Terutama bagi pria ceroboh sepertiku, tak peduli apapun yang kulakukan, pasti semuanya akan
berakhir dengan penyesalan.
Mulai sekarang ...
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi.
Ini pertama kalinya aku menentang saran Hitogami.
Sebelumnya, semua saran Hitogami yang kupatuhi pasti berujung dengan hal baik.
Kalau begitu, kali ini…. tak peduli apapun yang kulakukan, apakah hasil akhirnya akan buruk?
Tidak.
Seharusnya tidak demikian.
Kalau aku tahu suatu hal yang buruk akan terjadi, maka aku pasti menghindarinya.

132
Meskipun begitu, bukan berarti hal yang buruk tersebut tidak menimpa orang-orang di sekitarku.
Misalnya, apa yang telah terjadi pada Tonto.
Aku tidak boleh lengah sedikit pun.
Aku harus berpikir seperti itu.
Lalu.
Kalau ada seseorang yang coba menyakiti keluargaku, maka aku akan ...
Kali ini aku akan ...
... Ah cukup… jangan lagi membayangkan yang tidak-tidak.
Itu semua hanyalah pikiranku yang ngelantur.
Aku tidak boleh membunuh seseorang.
Kalau pun keluargaku berada dalam bahaya, setidaknya aku bisa menggunakan tubuhku untuk
melindungi mereka.
Ya, itulah yang bisa kuusahakan.
---
Dua minggu setelahnya.
Kami tiba di Kota Dungeon Lapan.

133
Bab 8
Kedatangan

Bagian 1
Kota Dungeon Lapan.
Kota ini dibangun dengan material mirip batang yang tidak dapat kau jumpai di manapun.
Ketika kau melihat kota ini dari padang pasir yang luas, di sana tampak sejumlah besar batang
berwarna putih.
Ketika kau berpikir, batang apakah itu, kemudian kau mendekatinya, maka kau akan segera tahu
bahwa sebenarnya batang-batang tersebut adalah tulang benulang.
Itu adalah tulang Behemoth raksasa.
Lapan adalah kota yang dibangun di dalam tulang rusuk raksasa. Ukuran tulang rusuk itu tidaklah
umum, sehingga suatu kota bisa masuk ke dalamnya.
Dulunya, tempat ini hanyalah Oasis yang dikelilingi oleh sisa-sisa tulang Behemoth.
Terdapat sejumlah besar dungeon pada tempat ini, sehingga para petualang tertarik untuk
menjelajahinya.
Para petualang dari seluruh dunia mengunjungi tempat ini agar menjadi kaya mendadak, namun
mereka harus melalui banyak drama dan tragedi ketika menakhlukkan dungeon-dungeon tersebut.
Meskipun sering terjadi tragedi dan kekacauan, kota ini sekarang menjadi kota metropolitan yang
terkemuka di Benua Begaritto.
Bahkan, pada buku berjudul "Menjelajah Seluruh Dunia" [41]. Ada kutipan berbunyi “Darah-darah
Petualang” yang mendeskripsikan tentang tempat ini.
Bagian 2
Secara samar-samar, aku pun mengingat isi buku " Menjelajah Seluruh Dunia ".
Lapan adalah kota yang besar.
Ada 12 batang tulang raksasa yang berbentuk seperti pilar, dan di tengah-tengahnya, bangunan-
bangunan Kota Lapan yang berwarna kecoklatan seakan menyebar ke segala arah.
Bangunan-bangunan itu terbuat dari tanah dan material yang dapat dipanen dari jasad monster.
Pemandangan kota dengan suasana seperti ini sering kulihat di Benua Iblis.
Karena jumlah kayu tidak begitu mencukupi untuk membuat bangunan.
Namun demikian, herannya banyak tanaman hijau di sini.
Aku penasaran, apakah itu karena adanya oasis yang berada di sebelah pilar tulang.
Bahkan dari kejauhan, aku bisa melihat pohon-pohon seperti palem yang berdiri tegak di sana.
134
Suasananya aneh.
Bagaimana ya menjelaskannya…. Tercium aroma yang tak asing di kota ini, seperti bau keringat,
atau hal-hal yang berbau vulgar, mungkin?
Yang jelas, aku pernah mencium aroma seperti ini saat mengunjungi pasar budak.
"Apakah kau terkejut? Pilar-pilar itu adalah tulang rusuk Behemoth."
Sambil mengamati dan berjalan-jalan, Garuban dengan begitu bangga mulai menceritakan
berbagai hal mengenai tempat ini.
Sejak tiba di kota ini, Garuban mulai banyak bicara.
Garuban adalah orang yang suka membual lewat cerita-ceritanya.
Namun, tak peduli apakah cerita itu hanya bualan atau tidak, aku masih bisa menikmati cerita
seperti ini.
"Dulu, ketika pahlawan besar Dewa Utara Kaaruman Kedua mengunjungi tempat ini, bersama
dengan sekutu-sekutunya, ia memusnahkan Behemoth raksasa yang mengamuk di gurun ini.
Daging Behemoth itu mereka makan, dan sisanya membusuk, yang jelas… semua daging itu
sekarang sudah lenyap. Hanya tulangnya saja yang tersisa, tanpa mengalami pembusukan. Dan
jadilah kota ini.”
"Oh ~"
Aku penasaran, apakah tempat ini berhubungan dengan Dewa Utara Kaaruman.
Aku sudah tahu beberapa kisah mengenai Dewa Utara, namun ini pertama kalinya aku mendengar
kisahnya membunuh Behemoth raksasa.
Dalam perjalanan menuju kemari, aku pernah sekali melihat Behemoth, tapi manusia normal tidak
akan mencoba mengalahkan makhluk sebesar itu.
Aku penasaran, bagaimana cara dia mengalahkannya.
Yah, sepertinya Dewa Utara adalah tipe pahlawan yang bisa mengalahkan raja iblis abadi atau
naga raksasa sekalipun. Mungkin, sudah menjadi hobi baginya untuk mengalahkan monster-
monster ber-HP tinggi. [42]
"Alasan di balik banyaknya dungeon di tempat ini adalah karena aktifitas monster bertipe semut.
Mereka memakan daging Behemoth, sehingga berubah menjadi lebih kuat. Jika suatu monster
biasa memakan daging monster kuat, maka monster yang lebih kuat akan lahir. Kemudian, mereka
menggali sejumlah besar sarang dan terowongan di dalam tanah, sehingga dungeon pun
terbentuk.”
“Aku mengerti sekarang."
Behemoth mati.
Kawanan serangga memakannya.
Kemudian serangga berkembang biak dan membuat sarang.

135
Setelah jangka waktu yang lama berlalu, serangga itu mati, dan sarang mereka berubah, itulah
sebab di balik banyaknya dungeon dan labirin di kota ini.
Jika kau memakan daging monster yang kuat, maka monster yang lebih kuat akan lahir.
Sebenarnya itu hanyalah cerita legenda.
Itu mirip seperti : jika kau memakan daging putri duyung, maka kau akan hidup abadi. Cerita
semacam itu tidak bisa dipercaya.
Kalau memang monster yang lebih kuat bisa dilahirkan hanya dengan memakan monster berlevel
tinggi, maka orang-orang di Benua Iblis pasti sudah menjadi dewa, karena tiap hari mereka
memangsa monster-monster kuat.
Bukan berarti kemampuan suatu monster berkembang setelah memakan daging monster berlevel
lebih tinggi.
Oh…… tunggu sebentar.
Lalu, bagaimana dengan Badigadi dan Kishirika? Bagaimana bisa mereka jadi sekuat itu?
Nampaknya, teori di balik terbentuknya monster adalah mutasi. Hewan mengalami mutasi
sehingga berubah menjadi makhluk yang lebih kuat dan mengerikan. Dan itu juga bisa terjadi pada
manusia.
Gawat.
Aku sudah banyak makan daging monster.
Saat anakku dan Sylphy lahir nanti, apa yang harus aku lakukan kalau tiba-tiba dia berteriak :
“Diriku adalah Kaisar Iblis Yang Agung!!” [43]
Mungkin rasanya seperti seekor kucing yang mengasuh anak anjing.
"Petualang dan pedagang dari seluruh belahan dunia datang dan berkumpul di tempat ini."
Benda-benda sihir ditemukan satu per satu.
Produksi peralatan sihir pun meningkat.
Orang-orang terus mendulang batu sihir. Tak peduli berapa banyaknya batu sihir yang sudah kau
miliki, kau tidak akan pernah merasa cukup.
Ketika sejumlah orang berkumpul, maka terjadilah aktivitas ekonomi. Itulah mengapa para
pedagang membawa barang dagangannya ke tempat ini.
Bagi para pedagang, tempat ini adalah surga.
Namun, untuk datang ke sini, kau memerlukan pengalaman dan perlengkapan yang memadai
untuk melintasi gurun.
Oleh karena itu, hanya pedagang berpengalaman lah yang bisa meraih kesuksesan di tempat ini.
Jika kau pergi ke Benua Tengah, aku yakin kau akan menemukan bisnis yang jauh lebih
menguntungkan dan aman.

136
Benua Tengah adalah tempat yang tepat untuk para pedagang, layaknya katak pada sumur, atau
nasi pada sepiring sarapan.
Namun, Garuban adalah tipe pedagang yang lebih menyukai tantangan. Karena di dalam
tantangan, selalu ada jackpot yang menunggu.
Sebenarnya, karena adanya pedagang semacam inilah, perekonomian bisa terus bergerak.
Bagian 3
Kami pun tiba di Lapan, kemudian kami berpisah dengan Garuban dan yang lainnya.
Sepertinya mereka berencana menyiapkan tenda di pinggir kota.
Pertemuan kami cukup singkat, namun aku sudah belajar banyak hal dari mereka.
"Terima kasih banyak."
"Kami juga harus mengucapkan terimakasih pada kalian. Kalau terjadi apa-apa, silakan hubungi
kami."
Perpisahan kami berlangsung begitu cepat.
Sepertinya, ikatan pertemanan di antara kami sudah terbentuk, meskipun kami baru saja bertemu.
Aku berniat membungkukkan badanku pada Baribadomu dan Karumerita, tetapi aku urung
melakukannya.
Rasanya agak canggung, namun aku tidak ingin meninggalkan kenangan yang membekas di antara
kami.
---
Sekarang, lebih baik kami mencari sang pengirim surat, yaitu Gisu.
Atau, setidaknya Paul.
Namun, aku tidak tahu dimanakah mereka berada di kota yang cukup besar ini.
Mereka benar-benar berada di sini kan?
Kami masih punya waktu sebelum matahari terbenam.
Biasanya sih kami akan mencari tempat penginapan terlebih dahulu, tapi haruskah kami mencari
mereka duluan?
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Benar juga ya. Di kota sebesar ini, pasti ada Guild Petualang, ayo ke sana saja."
"Aku mengerti."
Aku berniat menitipkan barang bawaan kami terlebih dahulu.
Yah tidak apa-apa.
Jika memungkinkan, aku ingin bermalam di penginapan yang sama dengan Gisu atau Paul.
Kami menanyai orang-orang di jalanan tentang dimanakah letak Guild Petualang di kota ini.

137
Tampaknya Guild tersebut berada di sekitar pusat kota.
Suatu Guild memang umumnya berada di tengah-tengah kota.
Orang-orang yang berjalan di jalanan sebagian besar adalah pedagang.
Para pedagang pada umumnya mengenakan pakaian yang sama dengan Garuban.
Mereka mengenakan sorban dan gamis yang menutupi hampir seluruh tubuh mereka, kecuali
kepala. Jenggot mereka pun tampak lusuh.
Banyak orang berpenampilan semacam itu berjalan-jalan bersama untanya, ada juga para pemilik
kios yang berdiri di bawah tendanya, pada pinggir jalan.
Banyak orang yang menutupi tubuhnya di sini.
Namun, di antara mereka ada juga orang-orang berpenampilan seperti Aladdin, yang tidak terlalu
menutupi tubuhnya.
Kau bisa menjumpai dengan mudah toko-toko yang menjual berbagai barang, seperti lampu logam
atau pot dengan pola ukiran yang aneh.
Terasa seperti berada di Timur Tengah.
Sepertinya, juka kau meniup seruling, akan keluar ular Kobra yang menari-nari dari suatu pot.
Semakin dekat dengan Guild Petualang, semakin banyak pula orang-orang yang berpenampilan
seperti petualang pada umumnya.
Aku penasaran, apakah di kota ini terdapat banyak orang yang berasal dari Benua Tengah.
Namun, dari tampangnya, mereka tampak seperti para petualang veteran.
Kemungkinan besar, mereka adalah para petualang kelas S yang mahir mengeksplorasi dungeon.
Ada banyak pria berpakaian ringan.
Sebetulnya, sangatlah berbahaya jika kau mengarungi gurun tanpa mengenakan armor yang
memadai, namun karena mereka tampak begitu berpengalaman, maka kurasa tidak masalah.
Bagian 4
Guild Petualang di kota ini adalah suatu bangunan terbuat dari batu tunggal yang besar.
Kemungkinan besar, bangunan ini dibuat dengan metode sihir.
Aku bisa langsung memahaminya, karena aku bisa menggunakan teknik serupa saat membuat
figure bersama Zanoba.
Namun, karya sang pembuat bangunan ini jauh lebih baik daripada punyaku.
Terdapat relief rumit yang terukir pada pintu masuk. Saat kau memasuki bangunan itu, udaranya
terasa segar karena sistem ventilasi yang bagus.
Suasana di dalam tidak berbeda dengan atmosfer Guild Petualang pada umumnya.
Namun, karena Lapan adalah kota yang susah dicapai, maka tidak banyak terlihat petualang
pemula di sini.

138
Semua orang terlihat kuat.
Banyak orang yang memiliki luka-luka pada wajah dan tubuhnya, dan mereka terlihat begitu
mencolok.
Aku yakin, ada banyak orang yang juga memiliki luka di kakinya.
Di Guild ini, cukup sulit menemukan orang yang ingin kau cari, karena hampir semuanya terlihat
mencolok.
"Kalau begitu, ayo kita tanya mereka….. apakah ada yang kenal Paul atau Gisu."
"Benar juga. Kalau kita menanyai mereka, pasti ada yang tahu."
"Gisu juga mengorek informasi dari tempat-tempat semacam ini. Kalau kita menyebutkan
namanya saja, pasti dia juga menyadari bahwa seseorang sedang mencarinya ... dan, sepertinya
kita tidak perlu melakukan itu."
Saat Elinalise mengucapkan itu, tatapan matanya terpaku pada suatu arah.
Aku pun melihat ke mana dia memandang, dan di sudut Guild Petualang, ada seorang pria
berwajah monyet.
Sepertinya dia sedang membicarakan sesuatu dengan seorang Swordsman dari ras hewan.
"Hei, aku memohon padamu. Kau juga pernah dibantu oleh orang itu, kan."
"Yang mustahil tetaplah mustahil."
"Tidak bisakah kau melakukan sesuatu? Setiap detik begitu berharga, lho.”
"Sudah satu bulan berlalu, kan? Mereka pasti sudah mati."
"Tidak, aku yakin mereka belum mati. Kalau ada orang yang sudah melihat mayatnya, baru aku
percaya kalau mereka sudah mati. Hei, aku mohon. Kau cukup hebat sebagai seorang Swordsman.
Kalau kau mau, aku bersedia membayarmu dua kali lipat.”
Dia terlihat panik.
Gisu, ternyata kau juga bisa menunjukkan wajah seperti itu?
"Maaf, tapi minta saja pada orang lain, aku tidak mau mati."
Sepertinya, sejak tadi Gisu mencoba meminta sesuatu pada Swordsman dari ras hewan itu, tapi dia
segera menggelengkan kepala untuk menolaknya, lantas Gisu mendecakkan lidahnya cukup keras
sehingga kami bisa mendengarnya dari sini.
"Cheh ... Dasar pengecut sialan! Aku heran ada petualang sepertimu!"
"... Hmph, ngoceh lah sesukamu."
Si Swordsman ras hewan itu bahkan tidak berbalik meskipun Gisu mengejeknya.
Sungguh tidak biasa bagi Gisu menggunakan kata-kata kasar semacam itu.
Ah tidak juga…. Toh, aku tidak begitu mengenal kepribadian Gisu yang sebenarnya.
Dari sudut pandangku, Gisu adalah orang yang suka menyendiri.

139
"Gisu, dia tampak begitu kecewa ya."
"Oh, Gisu memang suka begitu."
"Begitukah? Kalau menurutku sih, dia orangnya………”
"Di depan Rudeus, dia selalu tampak ramah, kan ...? Hoi!! Gisu!"
Ketika namanya dipanggil dia dengan panik melihat sekelilingnya.
Setelah dia menemukan kami, Gisu membelalakkan matanya lebar-lebar.
Lantas, dia pun menghampiri kami dengan terhuyung-huyung.
"O ... Oh! Kau Elinalise, kan!!??"
"Kami terlambat ya?"
Setelah Elinalise mengatakan itu, Gisu tertawa garing.
"Tidak mungkin ... bukankah itu berarti… kalian terlalu cepat…”
Wajah Gisu pun menjadi sumringah, kemudian dia menepuk bahu Elinalise.
"Sebaliknya, hei ~, seberapa cepat kau datang, ya ... aku mengirim surat itu baru satu setengah
tahun yang lalu, lho? Ah, jangan-jangan…. kau belum membaca surat itu? Apakah kau
melewatkannya?"
"Kita akan membicarakannya nanti. Lalu, apa yang terjadi dengan Zenith?"
Setelah Elinalise menanyakan itu, wajah Gisu berubah cemberut.
"Ini gawat. Kami pikir itu akan menjadi pertarungan yang panjang, kemudian aku memutuskan
untuk mengirimkan surat tersebut pada kalian, tapi ... jujur saja .... ah, lebih baik kita bicarakan ini
lebih rinci nanti.”
Sepertinya situasinya buruk.
Namun, kami sudah memprediksinya.
Sebenarnya, aku sempat berpikiran optimis bahwa ketika kami datang nanti, situasinya sudah
aman terkendali, namun semua keoptimisan itu seakan sirna.
"Sekarang, tolong bawa kami ke tempat ayah berada."
Setelah Gisu menatapku, matanya terbelalak sekali lagi.
Kemudian, dia menggaruk bawah hidungnya.
"O ... Oh ... K-kau…senpai, kan? Kau sudah sangat besar."
"Sepertinya Gisu-san tidak berubah."
"Heh ... Jangan panggil aku -san, lebih baik kau menyebutku kohai."
Ah, sudah lama tidak berbicara seperti ini dengan Gisu.
"Ya ampun, kalian berdua tampak akrab."

140
Elinalise mengatakannya seolah-olah dia merasa geli.
Gisu hanya membalasnya dengan meringis lebar.
"Yah ya, itu karena kami pernah dipenjara di tempat yang sama, benar kan senpai…"
"Itu benar, kangen juga pada saat-saat itu."
Kami dipenjara tanpa busana oleh ras Dorudia.
Kangen juga pada saat-saat seperti itu.
"Ah, gawat…gawat… kita tidak boleh berlama-lama di sini. Aku akan segera mengantarkan kalian
ke tempatnya Paul."
Sambil mengatakan itu, Gisu tertawa garing, kemudian dia meninggalkan Guild Petualanag.
Bagian 5
Tempat Paul dan yang lainnya tinggal adalah suatu penginapan di sudut kota.
Bangunannya terbuat dari tanah dan batu.
Kalau dianalogikan dengan standart Benua Tengah, tempat seperti ini biasa didiami oleh para
petualang kelas B.
Ya, lumayan lah.
Setelah kami sampai di pintu masuk, Gisu mengatakan…...
"Dengar, Paul sangat kelelahan. Elinalise, aku yakin ada berbagai hal yang ingin kau bicarakan
dengan Paul, tapi saat ini, kumohon jangan bahas semuanya."
"... Ya kita lihat saja nanti."
Elinalise mengatakan itu sambil menggelengkan kepalanya.
Gisu tersenyum pahit seraya mengangkat bahunya.
Hanya itu yang dia katakan.
Yahh, Elinalise bukanlah orang yang eksplosif, jadi dia tidak akan marah-marah ketika bertemu
Paul.
"Senpai, kamu juga. Tolong jangan bertengkar seperti saat itu, ya? Aku yakin ada banyak hal yang
ingin kau bahas dengan ayahmu, tetapi jangan terlalu menyalahkannya. "
Kalau dia berkata demikian, maka itu artinya Paul berada dalam kondisi yang memprihatinkan.
Namun, aku juga sudah melihat kondisi Paul yang begitu labil.
Lebih baik aku mempersiapkan diri.
Ya, aku paham kok, Paul adalah tipe orang yang lemah secara emosional.
Jika terjadi sesuatu, maka dia cepat depresi.
Bukannya dia sakit mental, namun dia tidak bisa segera melupakan kesalahan-kesalahan yang
pernah terjadi di masa lalu.

141
Kalau kami berhasil menemukan Zenith, maka aku yakin Paul akan kembali bersemangat seperti
saat kami masih tinggal di Desa Buina...
Nah, kali ini… aku harus punya nyali untuk menghadapinya.
Dan jaga toleransi.
Aku akan berubah menjadi mode Rudeus Sang Buddha.
"Kalau begitu, ayo masuk."
Sembari Gisu mengatakan itu, kami pun masuk ke penginapan itu.
Tidak ada daun pintu.
Hanya ada kain tirai yang menutupi jalan masuk ke bangunan tersebut.
Memang beginilah penginapan untuk para petualang, dimanapun kau berada, modelnya relatif
sama.
Tempat ini hanya digunakan untuk beristirahat sejenak dan makan.
Mejanya terbuat dari bahan yang sama, namun posisinya sedikit berbeda, dan tidak ada perbedaan
yang mencolok.
Dalam sekejap, aku mengenali sosok Paul.
Pria yang tersungkur lesu di atas meja itu adalah ayahku.
"...Ah."
Orang yang tepat berdiri di samping Paul mengatakan itu dengan pelan.
Bahkan di tempat seperti ini, dia mengenakan pakaian Maid.
Dia adalah Lilia.
Entah kenapa, wajahnya terlihat lelah, dan rambutnya pun acak-acakan.
Namun, setelah melihatku, wajahnya menjadi sedikit ceria.
Dia membungkuk padaku.
Setelah itu, dia segera mengguncang punggung Paul.
Wanita yang duduk di depan Paul juga berdiri.
Setelah melihat wajahku, dia mundur beberapa langkah. Dan setelah sedikit terkejut, dia pun
menundukkan kepalanya.
Perempuan itu mengenakan jubah.
Siapa ya dia? Sera atau Vera?
Kalau tidak salah, dia adalah Shera.
Asisten Paul.
Wajahnya juga tampak lelah.

142
Semuanya tempak lelah.
Aku pun duduk pada kursi di depan Paul, yang baru saja ditempati Shera.
"Suamiku, Rudeus-sama telah datang untuk berkunjung."
"Nn ..."
Setelah Lilia sedikit mengguncang bahunya, Paul pun mengangkat wajahnya.
Wajah yang mengerikan.
Sebenarnya, dia sudah tidak lagi memiliki jenggot yang lusuh dan rambutnya pun tampak teratur.
Bahkan, sudah tidak lagi tercium aroma alkohol dari mulut dan nafasnya.
Namun, ada kantung di bawah matanya, dia juga tampak lelah dan berat badannya menurun drastis.
Seperti biasanya, dia terlihat tertekan.
Untung aku datang.
Pasti kedatanganku memberikan makna baginya.
"Rudi ..."
"Ayah. Lama tak jumpa."
Paul menatap wajahku dengan bingung.
Seolah-olah, dia barusan bangun tidur.
Atau, apakah dia benar-benar tertidur tadi?
Dengan wajah tertelungkup di atas meja.
"Ah ... Aneh sekali. Kenapa aku melihat Rudi di sini ... wa ha ... Yo Rudi… sudah lama tak jumpa.
Kamu terlihat bersemangat sekali. Apakah Norn dan Aisha baik-baik saja?"
Paul mengatakan itu dengan mata berkaca-kaca dan wajah bengong.
Sejujurnya, aku tak sangka dia akan bereaksi seperti ini.
Tadinya, aku pikir Paul masih sama seperti yang dulu, dimana dia selalu menyelesaikan segala
urusan dengan minum-minum sampai mabuk.
Kemudian, dia akan membentakku sembari masih memegang botol alkohol.
"Ya ... Norn dan Aisha sudah hidup bersamaku. Sekarang mereka tinggal bersamaku di Kota Sihir
Sharia. Untuk saat ini, aku meninggalkan mereka di rumah bersama orang-orang yang kupercayai,
jadi mereka aman-aman saja.”
"Aku mengerti, aku mengerti, Rudi memang selalu bisa diandalkan. Ya, bagaimana dengan
kabarmu, apakah kamu sehat?"
"Kurasa begitu ... Yah, aku sehat-sehat saja."
Paul tersenyum dengan ekspresi lembut.

143
Senyum yang iklhas itu, seolah tidak cocok dengan situasi yang muram ini.
Bahkan, itu terlihat menakutkan.
"Aku mengerti, bagus sekali, yang penting kau sehat."
Sorot mata Paul begitu hampa, layaknya mayat.
Mungkinkah, rohnya sudah meninggalkan jasadnya, sehingga dia bukan lagi Paul yang kukenal?
Wajah Gisu terlihat gelisah, kemdian dia mengangguk dengan ekspresi serius.
... Yang benar saja?
Paul, kamu benar-benar menjadi seperti ini ...
"Rudi ..."
Paul berdiri dengan goyah, kemudian dia mengitari meja dan mendekat kepadaku.
Kemudian, dia memelukku erat-erat.
"Kau tahu… ayah telah gagal ..."
Aku pun balik memeluk Paul tanpa mengatakan apapun.
Paul mungkin berada dalam keadaan terburuknya.
Mungkin dia tidak akan bisa kembali normal.
Meskipun cucunya akan segera lahir.
Akhirnya dia menjadi zombie seperti ini...
Tapi, aku sudah datang sekarang, jadi jangan khawatir.
Entah bagaimana caranya, aku akan melakukan sesuatu.
Aku datang karena alasan itu.
"Aku tidak bisa menyelamatkan ibumu, aku tidak bisa menjaga janjiku. Aku sungguh tidak
berguna sebagai orang tua. Aku bukanlah orang baik."
"Kumohon tenanglah. Aku sudah datang sekarang, jadi jangan khawatir."
"Wu ... Rudi, kamu, benar-benar sudah besar."
Paul mengencangkan cengkeramannya di pundakku.
Sedikit sakit.
Namun, aku bisa menahannya.
"Aku sudah tumbuh besar. Anakku juga segera lahir. Jadi, kumohon istirahatlah dengan tenang,
dan serahkan semuanya padaku.”
"... Hn?! Anak !?"
Saat itu juga, Paul tiba-tiba mengeluarkan suara aneh.

144
Bersamaan dengan itu, matanya kembali bercahaya.
"O ... O ... Oh?"
Dia menempelkan wajahnya pada wajahku, seperti seekor induk kucing dengan anaknya.
"... Jadi… kau benar-benar nyata?"
"Aku memang nyara."
"Ini bukan mimpi?"
"Jadi, ayah masih belum bangun sepenuhnya?"
"... Ah, dia benar-benar nyata."
Paul mengedipkan matanya dan melihat sekeliling.
Dia melihat Lilia.
"Selamat pagi, Suamiku."
"Ya, Lilia. Sejak kapan aku tertidur?"
"Sejak Talhand-sama pergi berbelanja, jadi ... hanya sekitar satu jam."
"Aku mengerti, sepertinya aku setengah tertidur."
Paul menggelengkan kepala dan sedikit meregangkan tubuhnya.
Hmmm, memang dia terlihat belum bangun sepenuhnya.
Itulah sebabnya dia seperti zombie.
Baguslah.
Aku sempat khawatir, bahwa aku harus merawat pak tua ini.
Paul kembali duduk pada kurisnya, kemudian dia menghadap padaku.
Kemudian, dia mulai menanyakan sesuatu. Aku sudah bisa merasakan “nyawa” pada pertanyaan
ini.
"... Rudi, kenapa ... kamu di sini?"
"Kan sudah kubilang, aku datang untuk membantumu."
"Kau tidak sengaja datang untuk mengejekku?"
Aku menggelengkan kepala.
Aku sudah menduga dia akan menanyakan hal seperti itu.
Sebelumnya, salah pengerian semacam inilah yang menyebabkan kami berkelahi.
Namun, itu tidak akan terulang kali ini.
Aku sudah membaca suratnya, dan aku juga sudah mengurus Norn dan Aisha.

145
"Jangan mengkhawatirkan Norn dan Aisha, dia sudah kupasrahkan pada orang-orang yang begitu
kupercayai."
Aku mengulangi apa yang kukatakan tadi.
"Baiklah, aku mengerti."
Paul tampak bingung saat dia menepuk tubuhku.
Seakan-akan, dia sekali lagi berusaha meyakinkan bahwa aku bukanlah ilusinya.
"Tidak….. tapi… bukankah kau terlalu cepat tiba di sini?"
"Kami datang ke sini dengan cara khusus. Akan kuceritakan detailnya saat kita pulang nanti.”
"Cara khusus ... Yahh kalau kamu sih… cara seperti itu mungkin saja terjadi..."
Paul tampak tercengang, dan bahunya terlihat lemas.
Wajahnya pun tampak ling-lung.
"Sekarang, bisakah kau memberi tahu kami apa yang terjadi setelah kau mengirim surat itu?"
"Tidak, tunggu sebentar, aku bingung."
"Minum lah air dulu, dan tenang lah."
Aku menciptakan cangkir dengan sihir bumi, kemudian mengisinya air dengan sihir air, lalu
kuberikan itu pada Paul.
Paul langsung mengambilnya.
Dan dengan cepat meneguknya.
Setelah itu, dia mengucapkan "Fu ...", dan menarik napas dalam-dalam.
"Maaf. Aku sedikit terkejut. Aku tahu bahwa Gisu berinisiatif mengirimkan surat padamu. Namun,
kupikir kau akan membutuhkan waktu lama untuk datang ke sini.”
"Kami datang ke sini dengan terburu-buru."
Setelah aku mengatakan itu, Paul hanya membalasnya dengan tersenyum pahit.
"Meskipun kau terburu-buru, ini masihlah terlalu cepat."
Satu setengah bulan.
Dari logika Paul, setidaknya aku membutuhkan waktu setahun setengah untuk tiba di Lapan.
Bahkan itu pun masih terlalu cepat.
Normalnya, perjalanan itu akan memakan waktu beberapa bulan lagi.
Mungkin ditambah 10 bulan lagi, baru aku sampai ke sini.
Kemudian, Paul meletakkan tangan pada dagunya, seolah sedang berpikir.
Dengan wajah tegang, dia pun bertanya padaku.
Nada suaranya terdengar seperti orang yang ingin memastikan sesuatu.

146
"Sebentar… bukankah tadi kau bilang, anakmu akan lahir?"
Ya, memang aku barusan mengatakannya.
Lagian, aku juga tidak punya niatan untuk menyembunyikannya.
Aku penasaran, apakah dia akan geram mendengar itu.
Aku juga ingin tahu rasanya jadi ayah, seperti dirimu.
Aku menjawab sambil memilih kata-kata yang pas.
"Ya, sebenarnya aku sudah bersekolah di Akademi Sihir, kemudian aku menemukan pasanganku,
dan kami pun menikah.”
"...Menikah?"
Wajah Paul berubah cemberut.
"Dengan siapa ...? Ah, dengan Eris?"
"Tidak, dengan Sylphy. Kami berjumpa kembali di Akademi Sihir Ranoa."
"Sylphy? Yang dari Desa Buina?? Dia masih hidup?"
"Ya, meskipun begitu, nampaknya dia telah mengalami berbagai hal yang menyakitkan semenjak
terjadinya bencana itu."
Paul menggosok dagunya, sambil memasang ekspresi terkejut di wajahnya.
Aku sudah mengirim surat untuk memberitahukan berbagai hal, namun entah kenapa, nampaknya
tak satu pun terkirim pada Paul.
"Apakah kau ingin mendengar kisah sampai kami menikah?"
"... Ah, yahh… benar juga, kurasa sudah saatnya kau bercerita banyak padaku."
Aku pun menceritakan semua yang terjadi, setelah aku mengirimkan surat padanya.
Aku menceritakan kisahku bersekolah di Akademi Sihir, lantas bertemu dengan Sylphy, sampai
akhirnya kami menikah.
Aku menceritakan intinya dengan hati-hati.
Sejujurnya, aku hampir tidak pernah mengalami kesusahan saat bersekolah di Akademi Sihir.
Tentu saja pernah terjadi hal buruk, namun tidaklah begitu gawat, dan aku tidak perlu
mendramatisir kisah seperti itu.
Aku mendapatkan banyak teman, dan tentu saja kekasih hati.
Kami juga merayakan pesta pernikahan kami bersama teman-teman.
Aku terus berhati-hati ketika menceritakan kisah bahagiaku, dan berusaha se-obyektif mungkin
ketika mengatakannya. Aku tidak ingin Paul tersinggung seperti waktu itu. Jujur saja, keadaan
kami sekarang mirip seperti ketika kami bertengkar kala itu. Yaitu, aku mengalami saat-saat penuh
kebahagiaan, sedangkan Paul mengalami saat-saat penuh kenestapaan.

147
Aku tidak menyimpan rahasia apa pun.
Karena aku memang menikmati kehidupanku selama beberapa tahun terakhir.
"Aku mengerti ... anak ya ... cucu, ya ..."
Aku siap jikalau dia tiba-tiba membentakku.
Aku sudah menikah, dan aku mampu membuat anak.
Namun, masalahnya adalah…. Semua itu terjadi saat Paul berusaha keras menyelamatkan Zenith.
Aku yakin dia akan tersinggung, kemudian meledak-ledak seperti saat itu.
Kami senang telah bertemu kembali, namun kebahagiaan ini bisa saja bercampur dengan
kebencian.
Tampaknya, Paul tidak lagi mengumbar nafsunya selama hidup beberapa tahun terkahir.
Dia hanya menundukkan kepalanya saat kuceritakan semuanya.
"Aku minta maaf, karena ayahmu yang menyedihkan ini, aku harus repot-repot datang ke sini,
padahal anakmu akan lahir."
Dia minta maaf.
Itulah yang Paul lakukan.
"Tidak, justru aku yang merasa bersalah, karena bagaimanapun juga, kita belum menemukan ibu.”
"Tidak, aku tidak bisa menyalahkanmu atas hal seperti itu. Lagipula, di sini aku bersama Lilia
yang selalu mendampingiku."
Lilia adalah istrimu juga, apakah semuanya baik-baik saja?
"Tadinya, kukira aku bisa bertahan sampai Zenith ditemukan, namun…. ternyata aku lebih
menyedihkan daripada yang kuduga ..."
Paul menundukkan kepalanya karena malu, sepertinya dia akan menangis lagi.
Rapuh.
Seolah-olah dia terbuat dari kaca yang bisa pecah kapanpun juga.
Dan, di saat itu pun, Lilia menyela pembicaraan kami.
"Kami diserang oleh Succubus, dan itu tidak bisa dihindari."
"Ah…. Kenapa kau malah membahas hal seperti itu…....."
Paul sepertinya mengingat sesuatu yang memalukan, lantas dia memegangi kepalanya.
Aku paham….. Succubus ya.
Mau bagaimana lagi…. Di sini memang banyak Succubus.
Aku pernah bertemu dengan mereka beberapa kali, dan aku pun dipaksa bertekuk lutut.

148
Meskipun manusia menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya, pada akhirnya dia pasti akan
memiliki keinginan untuk mengungkapkannya.
Tapi, kurasa ada seorang penyihir penyembuh di kelompok Paul.
Lantas, aku melirik Shera.
Ketika dia menyadari bahwa aku sedang meliriknya, dia pun panik.
"A-a-aku minta maaf. S-saat itu, aku begitu mengkhawatirkan ketua, dan aku tidak bisa berbuat
apapun…”
"Rudi, tolong jangan menyalahkan dia. Aku lah satu-satunya orang yang pantas disalahkan."
Kemungkinan besar, saat Paul sange karena efek aroma Succubus, dia mulai menyerang wanita
terdekat.
Kalau pak tua ini sange berat, aku yakin dia sangat menakutkan.
Terlebih lagi, dalam kelompok ini, Paul adalah tulang punggung tim.
Kau tidak bisa menggunakan sihir detoks jika kau tidak menyentuh orang yang hendak kau
sembuhkan.
Mencoba menahan Paul seraya berusaha menggunakan detoksifikasi, itu adalah hal yang hampir
mustahil dilakukan.
Saat itu pun, aku yakin Lilia telah menawarkan tubuhnya untuk dimanfaatkan.
"Aku juga paham betul betapa mengerikannya Succubus. Itu adalah lawan yang begitu sulit
kuhadapi."
"Tapi… kamu tahu, Talhand benar-benar tidak terpengaruh, hanya aku saja yang ........."
Oh iya, kalau diingat-ingat, kelompok ini juga memiliki seseorang bernama Talhand, kan?
Dia baik-baik saja, kurasa?
Aku penasaran, kenapa bisa begitu? Padahal dia juga pria.
Jadi, ada pria yang sanggup menolak efek aroma Succubus?
Mungkinkah ras Dwarf tidak terpengaruh hal seperti itu?
Sementara aku berpikir, tatapan Paul tertuju padaku.
"Ada apa, ayah?"
Kemudian, Paul menggaruk bawah hidungnya, sembari menjawab.
"Ah tidak…. Tapi, sepertinya kau sudah terbiasa menyebut dirmu sendiri Ore.” [44]
"Hah..."
Setelah Paul mengatakan itu, aku pun menyadari bahwa gaya bahasaku telah sedikit berubah.
Ternyata, tanpa kusadari, aku menggunakan Ore dalam beberapa kalimat yang kuucapkan.
Aku sengaja melakukan itu.

149
Mungkin, karena aku sudah terbiasa berbicara dengan Zanoba, sehingga gaya bahasaku akhirnya
berubah.
"Ah, maafkan aku… aku tidak menyangka bakal mengatakan hal seperti itu.” [45]
"Ah tidak apa-apa, memang lebih baik kau berbicara secara lebih jantan."
Paul tersenyum
Dia tersenyum, namun.
Air mata mulai menggenang di kelopak matanya.
Kemudian menetes.
Setelah jatuh setetes, air matanya pun mulai mengalir deras.
Seakan tanpa henti.
"... Rudi, kau benar-benar sudah dewasa, ya ...?"
Setelah mendengar kata-katanya itu, aku juga merasa terharu dan ingin menangis.
Bagaimanapun juga, kami adalah keluarga.
Namun, kami tidak lagi hidup bersama, sehingga tidak pernah tahu perkembangan satu sama lain.
"Aku menyesal karena selalu gagal menjadi ayah yang baik ..."
".."
Aku diam-diam meletakkan lenganku di bahu Paul.
Tanpa menjulurkan tanganku, aku bisa meraih bahunya.
Tanpa kusadari, kami sudah sama tinggi sekarang.
Kami berdua pun sama-sama menitihkan air mata.
Bagian 6
Setelah sekian lama aku berpisah dengan Paul, kami kembali bereuni.
Namun, sekarang reuni telah berakhir.
Ingatlah tujuan awal kami datang ke tempat ini.
Akan tetapi, saat ini pun, masih ada satu masalah yang tersisa. Yaitu, hubungan ayahku dan
neneknya istriku.
"... Hmph."
Elinalise sedang duduk pada kursi di dekatnya, kemudian dia melihat kemari dengan tatapan tidak
senang.
Paul perlahan melihat ke arahnya.
Kemudian, mereka pun saling pandang.
Paul menyipitkan matanya.

150
Elinalise menurunkan alisnya.
Gawat.
"Umm, ayah. Elinalise-san datang bersamaku untuk ikutan membantu. Dia datang jauh-jauh ke
sini dari Kota Sihir Sharia, setelah mendengar kabar bahwa keluarga kita berada dalam masalah.
Meskipun dia tidak ingin melihat wajah ayah, dia benar-benar datang ke sini untuk menolong kita.”
".."
Paul perlahan berdiri.
Dia menghadapi Elinalise, kemudian berjalan perlahan ke arahnya.
Elinalise menanggapi dengan berdiri, sembari mengepalkan tangannya.
"Dia juga mengkhawatirkan kita. Aku yakin banyak hal telah terjadi di antara kalian di masa lalu.
Tidak bisakah kalian menunda pertengkaran kalian, aku tidak ingin kehilangan muka di depan
umum!"
Paul mengabaikan kata-kataku, lantas dia berdiri tepat di depan Elinalise.
Mereka saling memelototi dengan percikan listrik yang menyengat beberapa kali.
Jangan-jangan, nafsu membunuhnya mulai keluar.
Gawat ini.
Kata itu terlintas dalam pikiranku.
Mungkinkah, mereka akan mulai baku hantam?
Bahkan, mereka bertarung sampai mati?
Tidak baik.
Tak kusangka hubungan mereka seburuk itu.
"... Gisu."
Aku bertukar pandang dengan Gisu.
Kemudian, dia hanya mengangkat bahunya, sembari memasang senyum menjengkelkan di
wajahnya.
Orang ini sungguh tidak berguna.
"Elinalise."
"Mau apa kau?"
Paul melirikku sekilas.
Dia juga melirik Lilia dan Shera.
Aku penasaran, apa maksudnya.
Ada maksud tersembunyi di balik tatapan itu.

151
".."
Tiba-tiba……….
Paul berlutut di hadapan Elinalise.
Sampai mengusap-usap kepalanya ke lantai.
Dia benar-benar bersujud!!!
"Aku sangat menyesali apa yang telah kulakukan saat itu!!"
Elinalise memalingkan tatapannya dari Paul.
Kemudian, dia mulai mengatakan sesuatu.
Sambil memasang wajah cemberut, dia berbicara dengan nada jengkel.
"... Pada waktu itu, aku juga salah."
...Hah?
Sepertinya aku mendengar suatu pernyataan yang tidak terduga.
Paul menanggapi sambil masih bersujud seperti katak.
"Sejak insiden teleport terjadi, sepertinya kau sudah banyak membantu keluargaku… aku benar-
benar menyesal.”
"Tidak masalah. Lagian, aku juga berusaha mencari seseorang."
"Terima kasih, Elinalise."
"Sama-sama, Paul."
Dengan ini, semuanya berakhir.
Tanpa disangka, semuanya berakhir dengan begitu cepat.
Mereka pun saling tukar senyuman tipis di mulutnya.
Sepertinya, masalah di antara mereka lenyap seketika.
Padahal, tempo hari dia mengatakan bahwa dia tidak akan memaafkan Paul semudah itu.
Namun, nyatanya… dia memaafkan ayahku dengan begitu mudah.
"Fu ..."
Paul menarik napas panjang, kemudian dia berdiri.
Dia mengusap lututnya dengan bunyi, “puk…puk”.
Kemudian, dia melihat Elinalise.
Elinalise juga memandang Paul dengan tatapan yang lembut.
"Paul, kau tambah tua."
"Sedangkan kau masih cantik seperti biasanya."

152
"Ya ampun, aku akan melaporkannya pada Zenith."
"Lalu, aku bisa melihat Zenith terbakar dalam api cemburu lagi."
"Sudah lama kau tidak melihat itu, kan?"
Keduanya tiba-tiba tertawa.
Indahnya.
Elf yang cantik dan seorang pendekar paruh baya yang kelelahan.
Entah kenapa, pemandangan ini akan tampak bagus sekali dalam suatu lukisan.
Aku masih belum jelas tentang alasan mereka berselisih.
Mungkin saja Elinalise terlalu keras kepala, dan mereka meributkan suatu hal yang sepele.
Aku penasaran, apakah ini yang disebut “Waktu menyelesaikan segalanya” ...
Apapun itu, pemandangan mereka berdua berdamai seperti ini, sungguh tampak indah.
"Ah ... tapi, aku kagum kau bisa menahannya dari Ranoa sampai sini. Pasti sulit ya.”
"Ya, itu sangat sulit."
"Apa yang terjadi dengan kutukanmu? Jangan-jangan, kau menggunakan Rudeus untuk
melampiaskan kebejatanmu??"
"Aku tidak pernah melakukan hal sehina itu. Aku bisa menahannya berkat benda temuan Cliff.”
Paul memiringkan kepalanya setelah mendengar kata-kata Elinalise.
"Siapa Cliff?"
"Suamiku."
"Ha?!?"
Paul membuka matanya lebar-lebar.
Kemudan, dia berbicara dengan begitu terkejut.
"Jadi kamu sudah punya suami??? Maksduku, ternyata di luar sana ada pria aneh yang mau
menerima wanita sepertimu!!?? Lelucon macam apa ini? Atau jangan-jangan…. kau hanya ngaku-
ngaku saja!!! Hei Rudi, apakah kau juga mengenal orang yang bernama Cliff itu??"
Paul menatapku sambil tertawa.
Aku mengangguk dengan wajah serius.
Itu karena Elinalise kembali memasang wajah yang menakutkan.
"Ayah. Kau terlalu berlebihan. Aku juga merasa bahwa Cliff adalah orang yang aneh, tapi dia
adalah pria yang begitu kuhormati.”
Cliff.

153
Dia adalah orang yang jarang mengumbar perasaannya, tapi dia adalah orang yang blak-blakan.
Ketika dia menyukai seseorang, dia akan menyatakannya dengan terang-terangan.
Dia pria yang luar biasa.
"Beneran? Kau menghormati seseorang? Aku penasaran, seberapa mengagumkan orang itu ...?"
Paul tampak terkejut, namun dia segera menundukkan kepalanya, seolah-olah mengaku bahwa dia
telah salah.
"Aku mengerti. Maafkan aku… tolong perkenalkan dia denganku lain waktu."
"Ya, dia adalah pria yang jauh lebih hebat daripada dirimu."
Paul menunjukkan senyum pahit di wajahnya, lalu dia kembali tertunduk.
"Apapun itu ... Elinalise. Rudeus. Aku sangat senang, dan bersyukur kalian telah datang jauh-jauh
ke sini."
"Simpan terima kasih itu untuk nanti."
"Kita kan keluarga, maka wajar saja kalau aku membantu."
Baiklah kalau begitu.
Sudah waktunya kita membahas topik utama.
"Ayah. Tolong jelaskan situasinya."
Bagian 7
Pertama-tama, Paul menceritakan secara detail, bagaimana bisa dia sampai ke tempat ini.
Secara garis besar, aku sudah memahami cerita itu.
Kelompok Paul bertemu dengan Roxy dan Talhand di Milishion.
Setelah mendapatkan informasi itu, mereka menyeberang ke Benuan Begaritto.
Berkat kelompok yang sudah lengkap, mereka pun sampai ke Kota Lapan
Dan di sini, Gisu bergabung dengan mereka, kemudian menemukan petunjuk tentang keberadaan
Zenith.
"Menurut informasi dari Gisu, sepertinya ibumu, Zenith, sedang terperangkap pada suatu dungeon,
berjarak sehari perjalanan ke utara."
"..."
Dia terperangkap.
Apakah itu berarti seseorang menjebaknya?
Karena dia berada di dalam dungeon, semuanya serba tidak jelas.
Aku penasaran, apakah ada dungeon yang bisa memerangkap seseorang bagaikan makhluk hidup
yang melahap mangsanya.
"Dia terperangkap selama 6 tahun penuh?"

154
"Aku tidak tahu."
Paul menggelengkan kepalanya.
Aku melanjutkan pertanyaannya.
"Bagaimana dia hidup?"
"Aku tidak tahu. Aku hanya mendengar kabar bahwa, beberapa tahun yang lalu ada sebuah
kelompok yang memasuki dungeon, kemudian dia melihat sesosok wanita mirip Zenith. Namun,
kemudian kelompok tersebut kehilangan jejaknya dalam dungeon itu.... "
Mereka kehilangan sesosok wanita itu ...
Kalau begitu, bukankah tidak ada harapan lagi?
Faktanya, dia terjebak dalam dungeon itu, dengan kata lain… bukankah tidak ada kejelasan bahwa
dia masih hidup? Hanya kepercayaan lah yang membuatmu yakin bahwa dia masih hidup.
Namun, menurut cerita dari Roxy, setidaknya Kishirika pernah mengatakan bahwa Zenith masih
hidup. Dia menggunakan salah satu mata iblisnya untuk melihat kondisi Zenith.
Kemudian, menurut informasi dari Gisu, kelompok tersebut kehilangan jejak Zenith sebelum
Kishirika mengonfirmasi kondisi Zenith pada Roxy.
Informasi dari Kishirika diberikan 2 tahun yang lalu.
Sedangkan informasi yang Gisu dengar adalah 4 tahun yang lalu.
Itu artinya, selama dua tahun terakhir, jejaknya masih belum bisa ditemukan, namun setidaknya
menurut kabar terakhir, dia masih hidup.
Kalau begitu, aku merasa bahwa peluang Zenith masih hidup cukuplah tinggi.
Untuk saat ini, tampaknya ada secercah harapan jika kita terus mencari keberadaan Zenith.
Meskipun dia sudah meninggal, kami harus memastikannya dengan mendapatkan jasadnya.
Tentu saja, kuharap dia masih hidup… tapi ...
Namun, jika aku mendengar dia sudah mati, hatiku akan hancur.
Sejujurnya, jauh di dalam hatiku, ada suatu keputusasaan yang mengatakan bahwa ini sudah
terlambat.
Sudah enam tahun berlalu sejak bencana metastasis terjadi ...
Kemudian, Gisu pun menyela….
"Informasi yang kita dapatkan hanya berdasarkan kabar burung. Bisa jadi dia sudah mati. Mungkin
dia dirasuki oleh suatu monster atau semacamnya, lalu berkeliaran di dalam dungeon. Tapi yang
jelas, ada beberapa orang yang menyaksikan sesosok wanita dengan ciri-ciri mirip Zenith dalam
dungeon tersebut."
Paul menambahkan…..

155
"Dungeon itu begitu kuno dan menyusahkan. Setahun terakhir ini, kami telah menyerangnya
beberapa kali, tetapi serangan-serangan tersebut tidak pernah berjalan dengan baik. Kami bahkan
mempunyai empat orang petualang profesional yang mahir mengeksplorasi dungeon, tetapi kami
bahkan belum membersihkan setengahnya. Itu sungguh menyedihkan.”
Empat orang.
Mereka adalah Paul, Gisu, Talhand, dan Roxy, ya?
Sepertinya masih ada 3 orang lainnya dalam kelompok ini, tetapi mereka bukanlah ahli dalam
mengeksplorasi dungeon.
Oh iya, kemanakah perginya ketiga orang itu.
"Mu ... Apakah kita punya tamu?"
Tepat saat aku memikirkannya, suatu cahaya bersinar dari pintu masuk.
Seseorang masuk ke dalam.
"Oh! Sepertinya aku telah melewatkan pertemuan yang menyentuh hati di sini!"
Dia adalah seorang pria pendek.
Namun, badannya begitu lebar.
Orang ini bagaikan suatu persegi panjang, dimana lebar tubuhnya hampir sama dengan tingginya.
Sekilas saja, aku langsung tahu bahwa dia adalah ras Dwarf.
Janggutnya yang panjang bergoyang, dan dia memegang tas linen besar di tangannya.
Kurasa, om inilah yang biasa mereka panggil Talhand.
Di belakangnya ada seorang wanita yang mengenakan pakaian Swordsman, dan dia juga
memegang tas linen yang sama dengan Talhand.
Dia bukan si Bikini Armor, tapi aku kenal wajah itu.
Kalau tidak salah, namanya adalah Vera.
Setelah dia membungkuk, dia menghampiri Shera.
Sambil mengayunkan tubuhnya yang terlihat berat, pria mendekat padaku.
Dia mengamati setiap jengkal dari tubuhku, mulai ujung rambut sampai ujung jari kaki.
"Kamu putranya Paul ya?"
"Ah, ya. Senang bertemu denganmu, namaku Rudeus."
"Aku Talhand. Seperti yang kudengar, kau adalah lelaki yang terlihat cerdas. Hmmm."
Talhand meletakkan tas linen di atas meja.
"Rudeus, kamu tidak boleh mendekati pria itu. Kecakapanmu sebagai seorang pria akan hilang
kalau kau dekat-dekat dengannya.”
Yang mengatakan itu adalah Elinalise.

156
Kecakapan seorang pria? Seperti apa contohnya?
Seperti… kebanggaan?
"Oh ~, dari tadi aku mencium bau wanita yang menyengat, ternyata kau toh ..."
Saat itu juga, Talhand melihat Elinalise.
Sebelumnya, dia benar-benar mengabaikan keberadaan Elinalise.
"Apa-apa’an ini… ternyata kau juga ikut toh."
"Ya ampun, jadi aku tidak diinginkan di sini?"
"Gawat, gawat. Kalau ada kau di sini, hal-hal yang merepotkan pasti akan segera terjadi.”
Talhand mengambil botol kaca berisi cairan berwarna kuning dari dalam tas linen-nya.
Dia membuka tutup botolnya, kemudian segera meneguk isinya.
"Bu ... ha ... alkohol di sekitar sini benar-benar mantab."
Aroma alkohol mulai semerbak di ruangan ini.
Sepertinya itu alkohol yang sangat kuat.
Bagaimanapun juga, bangsa Dwarf menyukai alkohol.
"Nih."
Talhand menyerahkan botol alkohol ke Elinalise.
Dia menerimanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Kemudian, dia langsung meneguk isinya.
Dia tidak minum sebanyak Talhand, tetapi aku bisa melihat leher putihnya berkedut dua kali,
seraya cairan itu masuk ke tenggorokannya.
"Gefu ... betapa vulgar alkohol ini."
"Vulgar? Kalau begitu itu cocok denganmu."
Setelah Talhand kembali menyumbat botolnya dengan gabus, dia mengembalikannya ke dalam tas
linen.
Apa itu cara mereka berkomunikasi?
Apakah itu cara Dwarf menyambut tamu?
Tak seorang pun tahu.
Lantas, apa?
"Sekarang, semuanya sudah berkumpul, kalau begitu bolehkah aku melanjutkan cerita?”
Setelah mendengar kata-kata Paul, aku kembali sadar setelah beberapa saat terhanyut di dalam
pikiranku.
Karena aku terlalu asyik memikirkan Talhand, aku jadi lupa sampai mana pembicaraan kami tadi.

157
Hn?
Semuanya sudah berkumpul...?
"Tolong tunggu sebentar, apa yang terjadi pada Roxy-sensei?"
Setelah menanyakan itu, wajah Paul mendadak suram.
Tidak, bukan hanya Paul… yang lainnya pun demikian.
Wajah semuanya mendadak suram, kecuali Elinalise.
Begitu menyadarinya, si Elf girang langsung membuka matanya lebar-lebar.
"Eh? Bohong, kan?"
Ketika mendengar kata-kata itu…..
Tiba-tiba aku memikirkan suatu kata yang seharusnya tidak pernah ada di kepalaku.
Kata-kata terburuk.
Itu adalah, "Kematian".
"Roxy, sebulan yang lalu, dia terjebak pada suatu perangkap di dungeon tersebut ..."
Detak jantungku semakin keras.
Aku tidak mau mendengarnya.
Gadis berambut biru itu.
Itu tidak mungkin.
Aku tidak mau mendengarnya.
Tapi, dia bahkan punya kemampuan untuk menaklukkan dungeon seorang diri.
Dia tidak bisa menggunakan mantra tanpa suara, tetapi dia ahlinya mempersingkat mantra.
Dia adalah seorang Penyihir Air Kelas Raja.
Sekaligus penyelamatku.
Aku tidak mau mendengarnya.
"A ... Apakah dia sudah mati?"
Tapi, aku harus mendengarnya.
Dengan ragu.
Tanpa kusadari, tiba-tba Elinalise berdiri di belakangku, kemudian dia meletakkan tangannya pada
pundakku.
"Tidak, dia menginjak lingkaran sihir teleport, kemudian menghilang ke suatu tempat. Tidak ada
yang bilang dia sudah mati, kemungkinan besar dia masih hidup pada suatu tempat di dalam
dungeon tersebut."

158
Seketika, aku merasa lega setelah mendengar perkataan itu, tapi wajahku kembali mengaku ketika
Gisu menambahkan.
"Hei, Paul. Itu tidak mungkin. Meskipun dia adalah seorang Roxy, dia tidak akan bisa melakukan
apapun jika terjebak pada perangkap seperti itu. Memang ada kemungkinan dia masih hidup, tapi
agaknya kemungkinan itu cukup……”
Sebelum dia menuntaskan kalimatnya, Talhand pun menyela.
"Tidak, Roxy bukanlah penyihir biasa. Kamungkinan dia masih hidup cukup tinggi."
"Meski begitu, dalam sebulan terakhir kita gagal menemukannya! Kita sudah mencari lima kali,
dan tidak satu pun membuahkan hasil!"
"Gisu, ini bukan soal berapa kali kita mencoba!"
Paul, Gisu, dan Talhand saling berselisih paham.
Karena kedua rekannya tidak setuju dengan pendapatnya, Gisu pun tampak kesal.
Memang begitulah rasanya jika pendapatmu disudutkan.
Yang jelas, dia terjebak di dalam perangkap sihir teleport.
Meskipun dia adalah seorang Roxy, dia juga punya sifat ceroboh.
Kurasa, memang seperti itulah dia.
Yah, belum pasti dia mati, jadi aku akan menganggap dia masih hidup di suatu tempat, entah di
mana.
Aku tidak bisa membayangkan bahwa seorang Roxy Migurdia mati dengan begitu mudahnya.
Itulah yang ingin kupercayai.
Itulah yang ingin kuyakini.
Ah, aku lebih syok daripada saat mendengar kabar bahwa Zenith kemungkinan sudah tiada.
"Permisi. Bukankah kita sudah terlalu melenceng dari topik pembicaraan semula? Lalu, di
manakah dungeon itu berada?"
Setelah aku mengatakan itu, mereka bertiga saling bertukar pandang.
Nampaknya, mereka ragu siapakah yang harus menjawab pertanyaan itu.
Paul pun mulai membuka mulutnya.
"Itu adalah tipe dungeon kelas S, yang juga merupakan salah satu dungeon terburuk di area ini."
Paul perlahan-lahan mengatakannya.
"Dungeon Teleport."
Saat aku mendengarkan itu, seolah-olah terdengar suara bergeser pada buku di ranselku.

159
KETERANGAN

1. Gadis ber-Oppai besar


2. Beban gw nerjemahin ini, jadi carilah sendiri maknanya di Google. Jangan lupa ditemani
orang tua :v
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Gekokuj%C5%8D
4. Coba tebak kata apa ini :v.
5. Nama karakter Melty Blood.
6. Nama ini juga bisa ditulis sebagai Lionel Kaizer.
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Ban'ei.
8. http://ddowiki.com/page/Detect_Secret_Doors.
9. http://en.wikipedia.org/wiki/Bonk's_Revenge
10. Bersjud ala Jepang.
11. Maklum, di Jepang gak ada padang pasir.
12. Merupakan bentuk khas suatu bangunan bertemakan Budha yang ada di perfektur bernama
Kamakura, di Jepang.
13. Mengeluarkan apa coba? Iya, tepat sekali.
14. Artinya, kaki yang indah dan juga berotot.
15. http://www.urbandictionary.com/define.php?term=bonkyubon
16. Yang dimaksud Rudeus adalah Slime yang biasa dia temui di Game RPG atau sejenisnya.
Namun ternyata, di dunia ini Slime bukanlah monster yang begitu sering dijumpai, bahkan
mereka hanya ada di dalam gua.
17. Ulat yang dimaksud di sini adalah seorang wanita pemalu yang menyembunyikan pesonanya.
Ungkapan ini didasarkan pada proses metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu. Singkatnya,
“ulat” adalah saat-saat ketika seorang wanita masih culun, kemudian “kupu-kupu” adalah saat
ketika seorang wanita menjadi lebih berani dalam menyebarkan pesonanya.
18. Kalau kalian lupa, Stray Dragon adalah sebutan untuk Naga Merah yang kebetulan kesasar di
permukaan tanah. Padahal, biasanya mereka terbang di angkasa. Baca lagi jilid 7.
19. Dari Romancing Saga : https://www.youtube.com/watch?v=BMp8y-R2Qfg
20. Ya… yang rajin main Game RPG pasti tahu. Kalau gak tahu, tanya temenmu yang gamer ya,
sulit jelasin ini, karena secara literal maknanya sih “poin pengalaman”, tapi artinya lebih luas
daripada itu..
21. Yahh, beban saya mengartikan kalimat ini… Jadi intinya, anal sex tidak akan menyebabkan
wanita hamil… apa itu anal sex? Cari sendiri.
22. Kadal yang berdiri dengan dua kaki belakangnya.
23. Velociraptor (arti 'pencuri yang gesit') adalah sejenis pemangsa seperti Tyrannosaurus, hanya
berbadan lebih kecil dan biasa hidup berkelompok. Strategi menyerang mereka lebih pintar
daripada dinosaurus lainnya. Mereka menggunakan penarik perhatian untuk mengalihkan
perhatian mangsa mereka, yang sebenarnya mangsa mereka telah dikepung. Dikutip dari
Wikipedia Bahasa Indonesia tanpa perubahan.
24. Saya yakin kalian sudah familiar dengan nama “Garuda”, tentu saja… karena itu adalah
lambang negara kita. Namun sebenarnya, Garuda juga memiliki deskripsi lain, yaitu makhluk
mistis berkepala burung dan berbadan manusia dari mitologi Hindu dan Budha.
25. Baca referensi di jilid sebelumnya, ketika Sylphy memandikan kedua adik Rudeus
26. http://en.wikipedia.org/wiki/Uluru

160
27. Serangan belakang yang dimaksud adalah ketika kita main game RPG, ada serangan dari
belakang, maka posisi karakternya akan segera terbalik.
28. Frosting adalah coklat cair ataupun larutan gula, ataupun selai, yang biasanya dituangkan di
atas pemukaan donat.
29. Acara melihat bunga Sakura yang berguguran, sambil berpiknik di atas tikar.
30. Ini adalah parodi Romancing Saga 2.
31. https://en.wikipedia.org/wiki/In%C5%8D_Tadataka
32. Atau si Burung Besar
33. Ini adalah parodi Romancing Saga 2 : Imperial Cross.
34. Diterjemahkan ‘Mata Elang’.
35. Biar kutebak, dia mirip seperti Gori dari Slam Dunk.
36. Diartikan : Tidak Perlu Menggunakan Dua Pedang. Mungkin karena kekuatan fisiknya sudah
cukup mumpuni.
37. Quagmire berarti rawa. Ini adalah salah satu teknik Rudi sejak kecil, yaitu mengendalikan
tanah untuk menciptakan rawa, sehingga musuhnya terjebak.
38. Dalam pelafalan Bahasa Jepang, Bone Crusher dibaca “Bon Kurrasah”, atau disingkat Bon-
Kura.
39. Apa hayo? Kalian masih ingat jimat apakah yang Rudi maksudkan? Agak menjijikkan sih,
tapi itu adalah potongan kain dengan noda darah perawan milik Sylphy, ketika mereka
pertama kali bersenggama.
40. Selain itu, Bon kura juga bisa berarti bego.
41. Ini adalah salah satu dari sedikit buku yang terdapat di rumah keluarga Greyrat pada jilid 1.
Rudi pernah membacanya sewaktu kecil.
42. Rudi menyamakannya dengan game RPG.
43. Kalau kalian lupa, ‘diriku’ adalah cara bicara khas Kishirika Sang Kaisar Iblis.
44. Ore merupakan cara lebih jantan untuk mengungkapkan “aku”.
45. Rudi kembali mengucapkan “Boku”, untuk mengungkapkan “aku”.

161
STAFF

Penerjemah : Ciu-ciu

Like & share page kami via facebook → https://www.facebook.com/bakatsukiupdateindo/

162

Anda mungkin juga menyukai