NIM : 80100319065
Konsentrasi : Pendidikan & Keguruan
A. Iman
1. Pengertian Iman
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama
karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan perintah dan menjauhi
larangan. Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau
keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti atau pokok-pokok kepercayaan yang
harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-
Selain itu, keimanan adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang tertanam dalam hati
yang dibuktikan melalui sikap atau tindakan. Setiap manusia yang sepenuh hati beriman kepada
Allah swt. memenuhi semua perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Keimanan
adalah perbuatan yang apabila diibaratkan sebuah pohon yang mempunyai cabang-cabang, di
antara cabang-cabang iman yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah swt.
Iman bukan hanya percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim
berbuat amal shaleh. Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu,
melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinan. Adapun
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pembinaan yang
sangat berpengaruh terhadap iman seseorang. Keluarga merupakan “madrasah” pertama bagi
anak sehingga peran keluarga sangat menentukan dalam menanamkan nilai-nilai keimanan
kepada anak kemudian diperkuat melalui pendidikan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.
Tahapan keimanan dalam islam, yaitu:
a. Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang
disampaikan).
B. Taqwa
1. Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah yang berarti takut, menjaga, memelihara
dan melindungi. Sesuai dengan makna tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara
keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten
mengorbankan harta.
2. Aspek Ketaqwaan
a. Hubungan taqwa dengan Allah. Maksudnya: Seseorang yang bertaqwa (muttaqi) adalah
orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan-Nya setiap
b. Hubungan taqwa dengan sesama manusia. Maksudnya: hubungan dengan Allah menjadi
dasar bagi hubungan sesama manusia. Orang yang bertaqwa akan dapat dilihat dari
untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan
keadilan. Oleh karena itu, orang yang taqwa akan menjadi motor penggerak gotong royong
dan kerja sama dalam bentuk kebaikan.
c. Hubungan taqwa dengan diri sendiri, maksudnya : Dalam hubungan dengan diri sendiri
1) Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah,
2) Tawakkal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar, dan usaha kepada Allah.
3) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesama
manusia.
4) Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya dari
d. Hubungan taqwa dengan lingkungan hidup. Maksudnya: Manusia yang bertaqwa adalah
manusia yang memegang tugas kekhalifahaannya di tengah alam, sebagai subyek yang
Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menyikapi lingkungannya dengan
sebaik-sebaiknya. Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus
disyukuri dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan keharusannya dan memelihara dengan
sebaik-baiknya.
Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman
sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah hanya dapat disahuti
melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti
nilai-nilai ibadah juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan
dari ibadah yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan taqwa merupakan
dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling
membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali
dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai
ke derajat ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa
manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Predikat
kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang
maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan
taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju
nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan
kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini
maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi.
Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu
Penggandengan kata “iman” dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-
upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya
khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk
menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah
kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontinyu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu
sendiri yaitu “menjaga”. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga
aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang
ditawarkan al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-
perbuatan baik.
Dalam al-Qur’an, telah disebutkan karakteristik yang selalu melekat dalam diri manusia
1. Pertama, dalam surah al-Baqarah/2:3-4, yaitu manusia yang beriman kepada yang ghaib,
2. Kedua, dalam surah al-Baqarah/2:177. Orang yang bertaqwa adalah yang beriman kepada
Kemudian, dia memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan, dan orang yang meminta-
minta. Orang yang bertaqwa juga memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat. Selain itu, orang yang bertaqwa selalu menepati janjinya dan bersabar
3. Ketiga, dalam surah Ali Imran/3: 134-135. yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya
di waktu lapang maupun sempit, menahan amarahnya, memaafkan kesalahan orang lain,
dan apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri segera ingat kepada
Seiring perkembangan zaman menunjukkan banyak dampak positif yang dapat kita ambil
tetapi banyak pula dampak negatif yang ditimbulkan. Oleh karena itu, agar terhindr dari dampak
negatif pada perkembangan zaman yang modern ini, kita harus menjaga diri dari apa-apa yang
dilarang Allah seperti berbuat maksiat dan lain sebagainya. Dampak-dampak negatif itu dapat
terjadi karena landasan kehidupan atau iman dan taqwa manusia kepada Allah mulai goyah. Hal
ini akan menyebabkan manusia bertindak dengan hanya mengandalkan hawa nafsu tanpa
melibatkan akal dan pikiran. Mereka akan bertindak semau mereka sendiri dan akan mengejar
nikmat duniawi tanpa memperdulikan nilai-nilai dan norma-norma agama serta pendidikan.
Berikut ini ada beberapa permasalahan masyarakat kita dalam kehidupan moderen saat
ini, yaitu:
4. Hubungan keluarga yang semula erat dan kuat cenderung menjadi longgar dan rapuh.
6. Ambisi karir dan materi yang tidak terkendali mengganggu hubungan interpersonal baik