Anda di halaman 1dari 18

Evaluasi Program Model Discrepancy

MAKALAH

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

EVALUASI PROGRAM & KEBIJAKAN PENDIDIKAN

DOSEN

Dr. Sitti Mania, M.Ag

OLEH

SUPARMAN
NIM 80100319070

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2020

1
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga
makalah yang berjudul “Evalausi program model discrepancy” dapat kami selesaikan. Shalawat
dan salam kami kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dari mata kuliah “Evaluasi Program dan
Kebijakan Pendidikan”yang diampu oleh ibu DR. Sitti Mania, M.Ag. pada program S3 Dirasah
Islamiyah, Jurusan Pendidikan dan Keguruan Universitas Islam Negeri Makassar tahun
akademik 2020/2021.Makalah ini adalah bahan diskusi dalam pertemuan ke-3 perkuliahan yang
dilakukan melalui Daring.

Kami telah berusaha mencari bahan untuk penyusunan makalah ini, dan baru sebatas
inilah kemampuan kami dalam menghubungkan hasil bacaan yang satu dengan yang lainnya
yang berhubungan dengan makalah. Kami sadar bahwa banyak sekali kesalahan dalam
penyusunan makalah ini terutama pada syarat penulisan karya ilmiah, dan juga kekeliruan dalam
menghubungkan konsep-konsep. Untuk kesalahan dan kekeliruan tersebut kami meminta
masukan perbaikan dari teman-teman mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah ini.
Terima kasih banyak kami sampaikan kepada ibu DR. Sitti Mania, M.Ag. .yang memberi
kesempatan belajar melalui pembuatan makalah ini. Semoga ilmu yang ditimba dan diberikan
oleh para dosen memberi berkah bagi kehidupan.
Mamuju, 16 Oktober 2020

Suparman
NIM 80100319070

2
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1-2

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3-13

A. Evalausi program Discrepancy 3

B. Contoh penerapan Evaluasi Program model Disrepancy 7

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

iii3
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Keberhasilan suatu program tidak dapat dinilai apabila tidak


dilakukan evaluasi terhadap perencanaan, proses serta ketercapaian
tujuan. Mehren dan Lehmann (1978:5) dalam Rusydi Ananda dan Tien
Rafida (2017) menjelaskan bahwa “evaluasi adalah suatu proses
merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Pengertian
yang dikemukakan keduanya menunjukkan bahwa evaluasi itu
merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh
informasi atau data dan berdasarkan informasi atau data tersebut dibuat
suatu keputusan.1
Lebih lanjut Purwanto dan Suparman (1999:9) dalam Rusydi
Ananda dan Tien Rafida (2017) mendeskripsikan evaluasi adalah proses
penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan informasi yang valid
dan reliabel untuk membuat keputusan tentang program pendidikan dan
pelatihan. Berdasarkan definisi tersebut ditemukan empat unsur pokok
dalam evaluasi yaitu: a. Evaluasi selalu menerapkan suatu metode ilmiah
baik berupa pengukuran ilmiah melalui penggunaan statistika maupun
disiplin lain yang terkait. b. Kegiatan evaluasi selalu berusaha
memperoleh informasi yang benarbenar valid dan reliabel dengan
mempergunakan instrumen berupa tes, kuesioner, pedoman wawancara,
pedoman pengamatan dan lain-lain. c. Hasil evaluasi adalah suatu
informasi yang dapat berguna bagi pembuatan keputusan.

1 Ananda Rusydi dan Rafida Tien, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, Perdana
Publishing, 2017

1
d. Kegiatan evaluasi selalu diarahkan kepada suatu objek yang ada dalam
suatu sistem pendidikan atau sistem pelatihan.2
Briekerhoff et-al, dalam Ananda dan Tien Rafida (2017)
(1983:2) mendefinisikan bahwa “evaluasi program adalah suatu proses
menemukan sejauhmana tujuan dan sasaran program atau proyek telah
terealisasi, memberikan informasi untuk pengambilan keputusan,
membandingkan kinerja dengan standar atau patokan untuk mengetahui
adanya kesenjangan, penilaian harga dan kualitas dan penyelidikan
sistematis tentang nilai atau kualitas suatu objek.
Ambiyar dan Muharika (2019) meguraikan beberapa model
evaluasi program, yaitu : model CIPP, CSE-UCLA, Countenance
Evaluation, dan Kirkpatrick. Keempat model evaluasi menggunakan
metode penelitian kombinasi kuantitatif dan kualitatif.3 Namun dalam
makalah ini dibahas model evaluasi program discrepancy karena model
evaluasi ini langsung membandingkan antara tujuan program dengan
hasil dari pelaksanaan program

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakan g yang tekah dikemukakan, maka masalah yang harus
dijawab adalah :
1. Bagaimana evaluasi program discrepancy itu?
2. Bagaimana contoh penerapan evaluasi program dalam sebuah
program kegiatan?

2 Ananda Rusydi dan Rafida Tien, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, Perdana
Publishing, 2017
3 Ambiyar dan Muhardika, Metodologi Penelitian Evaluasi program, Alfabeta,
Bandung, 2019

2
BAB II

Pembahasan

A. Evaluasi program discrepancy

Kata discrepancy berarti kesenjangan, model ini menurut Madaus,


Sriven & Stufflebeam (1993: 79-99) yang dikutip oleh Darodjat dan
Wahyudhiana M berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan
suatu program, evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya
diharapkan terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi
(performance). Dengan membandingkan kedua hal tersebut, maka dapat
diketahui ada tidaknya kesenjangan (discrepancy), yaitu standar yang
ditetapkan dengan kinerja yang sesungguhnya.4
Model discrepancy dikembangkan oleh Malcolm Provus, bertujuan
untuk menganalisis suatu program apakah program tersebut layak
diteruskan, ditingkatkan, atau dihentikan. Model ini menekankan pada
terumuskannya standard, performance, dan discrepancy secara rinci dan
terukur. Evaluasi program yang dilaksanakan oleh evaluator mengukur
besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponen program. Dengan
adanya penjabaran kesenjangan pada setiap komponen program, maka
langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan secara jelas.

Pencapaian model discrepancy lebih kepada apakah yang sebenarnya


terjadi. Dalam model evaluasi ini, kebanyakan informasi yang diperoleh
berbeda dengan yang dikumpulkan. Adapun caranya, yaitu:

4 Model evaluasi program pendidikan


D Darodjat, W Wahyudhiana
Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam, 1-23
https://www.academia.edu/41013936/EVALUASI_PROGRAM_PENDIDIKAN_by_Miftahul_Fikri

3
(1) Merencanakan bentuk penilaian, menentukan kemantapan suatu
program.
(2) Penilaian input, bertujuan membantu pihak pengurus dengan
memastikan sumber yang diperlukan mencukupi.
(3) Proses penilaian, memastikan aktivitas yang dirancang berjalan
dengan lancar dan memiliki mutu seperti yang diharapkan.
(4) Penilaian hasil, judgement di tahap pencapaian suatu hasil yang
direncanakan.
Model Evaluasi Discrepancy (merupakan suatu prosedur problem
solving untuk mengidentifikasi kelemahan (termasuk dalam pemilihan
standar) dan untuk mengambil tindakan korektif. Dengan model ini, proses
evaluasi pada langkah-langkah dan isi kategori sebagai cara memfasilitasi
perbandingan capaian program dengan standar, sementara pada waktu yang
sama mengidentifikasi standar untuk digunakan untuk perbandingan di masa
depan, karena program terdiri atas langkah-langkah pengembangan,
aktivitas evaluasi banyak diartikan adanya integrasi pada masing-masing
komponennya, berupa:

(1) Definition stage (tahap definisi) yaitu staf program yang


mengorganisir berupa: (a) gambaran tujuan, proses, atau aktivitas dan
kemudian; (b) menggambarkan sumber daya yang diperlukan.
(2) Installation stage (langkah instalasi), desain/ definisi program menjadi
standar baku untuk diperbandingkan dengan penilaian operasi awal
program.
(3) Product stage (tahap proses), evaluasi ditandai dengan pengumpulan
data untuk menjaga keterlaksanaan program.
(4) Product stage (tahap produk), pengumpulan data dan analisa yang
membantu ke arah penentuan tingkat capaian sasaran dari outcome.

4
(5) Optional tahap cost benefit menunjukkan peluang untuk
membandingkan hasil dengan yang dicapai oleh pendekatan lain yang
serupa.
Pada masing-masing empat tahap di atas, perbandingan standard dengan
capaian program untuk menentukan bila ada pertentangan. Penggunaan
informasi pertentangan selalu mengarah pada satu dari empat pilihan:
(1) Dilanjutkan ke tahap berikutnya bila tidak ada pertentangan.
(2) Jika terdapat pertentangan, kembali mengulang tahap yang ada setelah
merubah standar program.
(3) Jika tahap 2 tidak bisa terpenuhi, kemudian mendaur ulang kembali ke
langkah 1 tahap definisi program, untuk menggambarkan kembali program
tersebut, kemudian memulai evaluasi pertentangan lagi pada tahap 1.
(4) Jika tahap 3 tidak bisa terpenuhi pilihannya adalah mengakhiri program
Untuk mengetahui lebih mendalam penerapan evaluasi belajar dengan
model discrepancy dan model-model evaluasi lainnya, perlu sekilas tentang
perencanaan evaluasi program, langkah-langkah evalusi program, analisis data
dalam evaluasi program, penyusunan kesimpulan dan ruusan rekomendasi.
Arikunto (2010) menguraikan bahwa di dalam perencanaan evalusi
program yang perlu diperhatikan adalah analisis kebutuhan, menyusun
proposal,membuat alat atau instrumen evaluasi program. Analisis kebutuha
adalah alat yang yang konstrurif dan positif untuk melaukan perubahan. Yang
dimaksud dengan perubahan di sini bukanlah pada perubahan yang radikal dan
tdak berdasar, tetapi perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat
rsional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan warga negara,
keompo, dan ndividu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis
menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada”
dengan “bagaimana seharusnya”.

5
Proposal dalam evaluasi pembelajaran adalah sebuah rencana kerja yang
menggambarkan semua kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan
evaluasi program. Proposal ini menjadi peta yang menggambarkan wilayah,
jaringan jalan yang akan dilalui, serta langkah-langkah yang akan diambil ketika
melalui jalan tersebut.
Alat atau instrumen evaluasi program mempunyai kedudukan yang
sangat penting karena akan menentukan kualitas data yang akan dikumpulkan,
Semakin tinggi kualitas instrumen semakin tinggi pula hasil evalasinya,
sehingga ada empat syarat bagi instrumen yang baik, yaitu :
- Valid sahih, yaitu tepat menilai apa yang akan dinilai
- Reliabel, dapat dipercaya, yaitu bahwa data yang akan dikumpulkan benar-
benar apa adanya, bukan palsu
- Praktikebel, yaitu bahwa instrumen tersebut mudah digunakan,praktis, dan
tidak rumit
- Ekonomis, yaitu tidak boros dalam mewujudkan dan menggunakan sesuatu
di dalam penyusunan, artinyatidak banyak membuang uang, waktu,dan
tenaga.
Hal yang perlu diperhatikan dalam alat instrumen evaluasi
program yaitu identifikasi sasaran sebagai objekevaluasi, penyusunan kisi-
kisi instrumen, penyusunan butir-butir instrumen.
Langkah-langkah evaluasi program terdiri dari persiapan evaluasi
program, pelaksanaan evaluasi program, dan monitoring (pemantauan)
pelaksanaan evaluasi. Di dalam persiapan evaluasi program ada langkah-
langkah berupa: a) merumuskan tujuan yang akan dicapai, b) membuat kisi-
kisi-kisi yang bersi tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan
digunakan, c) membuat butir-butir instrumen, d) menyunting instrumen.
Dalam pelaksanaan evaluasi program memperhatikan
pengambilan data dengan tes, pengambilan data dengan observsi,
pengamblan data dengan angket, penambilan data dengan wawancara.
Sedangkan monitoring dalam pelaksanaan evaluasi memperhatikan fungsi

6
pemantauan, sasaran pemantauan, teknik dan alat pemantauan, pelaku
pemantauan, perencanaan pemantauan, dan pemanfaatan hasil penelitian.
Analisis data dalam evaluasi program mengubah wujud data yang
diperoleh yang biasanya di dalam instrumen atau catatan-catatan yag dibuat
peneliti (evaluator), menjadi sebuah sajian data yang dapat disimpulkan dan
dimaknai. Pada bagian akhir evaluasi program akan disajikan kesimpulan
dan rumusan rekomendasi.

B. Contoh penerapan evaluasi program model discrepancy dalam sebuah


program kegiatan
Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang
evaluasi program model discrepancy, maka disajikan satu contoh
penerapan pada sebuah kegiatan yaitu Evaluasi Proses Program
pendidikan keaksaran dasar perspektif discrepancy evaluation model.
Penelitian dilakukan oleh Marliza Oktapiani Universitas Islam As-
Syafi’iyah Jakarta Indonesia.
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat di lima PKBM yang mendapatkan APBD tahun 2017 di
Kabupaten Bogor. Teknik pengumpulan data dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi. Sebagai upaya untuk menjawab tujuan
penelitian maka dalam penelitan ini digunakan metode penelitian yang
bersifat evaluatif yang mendalam terkait dengan proses Produk. Model
DEM yang dipilih dengan mengidentifikasi satu tahapan spesifik untuk
program, yaitu: Tahap Proses Program - dimana tujuan dari evaluasi
adalah untuk menilai hubungan antara variabel dengan proses yang
digunakan untuk memberikan dampak serta perubahan. Tahap proses
program bertanya, “Apakah sumber sumber dan teknik yang digunakan
selaras dengan tujuan program?
Bagian yang dikaji dalam evaluasi program dengan model
dicrepancy dalam contoh yang disajikan berupa aspek, standar, keadaan

7
obyektif, dan kesimpulan. Aspek yang diuraikan merupakan program
yang menjadi kegiatan. Standar merupakan kriteria yang harus dipenuhi,
keadaan obyektif adalah kondisi nyata yang telah dicapai dalam
pelaksanaan sebuah program, kesimpulan berisi tentang hasil
kesenjangan antara standar dan keadaan obyektif.
Beberapa aspek yang menjadi objek evaluasi yaitu: Penyusunan
perangkat pembelajaran (silabus dan RPP), Prinsip pembelajaran
keaksaraan dasar dan penerapan pembelajaran orang dewasa,
Penggunaan metode, media dan sumber belajar, Peningkatan budaya
baca, Penguatan motivasi belajar peserta didik, Remedial/pengayaan
pembelajaran, Penilaian proses pembelajaran dan hasil akhir belajar,
Monitoring, evaluasi dan pengawasan.
Setelah melihat aspek apa yang akan dievaluasi, maka
selanjutnya ditentukan standar atau kriteria pada setiap aspek. Standar
silabus dan RPP harus berdasar pada aturan Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan secara umum, standar pada
prinsip pembelajaran harus sesuai dengan program pendidikan
keaksaraan dasar, Standar penggunaan metode sesuai dengan sumber
belajar pendidikan keaksaraan dasar, Standar budaya baca meningkatkan
minat baca, standar penguatan motivasi program pendidikan keaksaraan
dasar, standar remedial/pengayaan mendapatkan tindak lanjut,
memperoleh informasi berkenan tingkat keberhasilan pembelajaran,
standar monitoring dan evaluasi mendeskripsikan tentang monitoring dan
evaluasi.
Keadaan obyektif yang diperoleh pada evaluasi program
dituliskan sesuai dengan kondisi nyatanya. Kenyataan yang diperoleh
pada Aspek Silabus dan RPP adalah Pembinaan Pendidikan Keaksaraan
dan Kesetaraan secara umum namun terdapat kelemahan, belum
ditemukan hasil analisis penilaian awal pada kemampuan warga belajar

8
sehingga pembelajaran berdasarkan rpp dan kesepakatan pembelajaran
yang berlaku
Kondisi pada prinsip pembelajaran didapati kenyataan bahwa
Pelaksanaan program mencerminkan prinsip penbelajaran keaksaraan
dasar dan menerapkan pembelajaran orang dewasa, Kondisi prinsip
pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar di kabupaten Bogor
menerapkan berbagai kriteria, pada pengamatan ditemukan partisipatif,
kontekstual, konteks lokal, kooperatif dan kolaboratif, tematik, desain
lokal, fungsionalisasi hasil belajar dan fleksibel, namun kondisi prinsip
fleksibel tidak teramati pada 5 PKBM mengubah rencana pembelajaran
yang disesuaikan dengan dinamika, karena kemungkinan terdapat peserta
didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah maupun
heterogenan lainnya tidak didentifikasi sejak awal.
Keadaan obyektif pada penggunaan metode, media dan sumber
belajar adalah bahwa Teknik yang digunakan pada program pendidikan
keaksaraan dasar di Kabupaten Bogor lebih menekankan pada membaca
melalui bacaan sederhana yang menggunakan media belajar berupa
poster abjad dan kartu tempel. sedangkan sumber belajar yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar di
Kabupaten Bogor yaitu belajar pada lingkungan alam sekitar, benda yang
ada disekeliling orang yang belajar, dan membaca buku yang telah
diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peserta didik
atau warga belajar telah mendapatkan modul, buku, dan alat tulis yang
tidak dibebankan kepada warga belajar.
Keadaan obyektif pada peningkatan budaya baca adalah Pada
akhir proses pembelajaran terdapat warga belajar yang menyampaikan
kepada tutor apakah ketika pembelajaran ini berakhir warga belajar boleh
meminta tambahan waktu belajar untuk meneruskan tulisan yang belum
selesai serta membaca kembali bacaan yang belum dianggap lancer.
Proses pembelajaran di PKBM Kartini telah menggunakan strategi

9
dengan membaca permulaan dan membaca bersuara. PKBM lain
menggunakan metode memberi kesempatan kepada warga belajar untuk
memulai dengan membaca 5 menit yang disajikan dengan caranya
sendiri. Khusus PKBM AlHikmah merupakan salah satu PKBM yang
mengikuti perlombaaan dan mendapatkan prestasi dalam lomba
keberaksaraan fungsional dengan kategori perlombaaan menulisa biodata
dan membacakan biodata.
Kondisi obyektif pada penguatan motivasi belajar peserta didik
adalah Tutor memberikan motivasi kepada warga belajar apabila dapat
menjawab pertanyaan dengan memberikan uang sebesar dua puluh ribu
rupiah. Setiap pembelajaran tutor tidak pernah membandingkan peserta
didik. PKBM di bawah binaan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor
menunjukkan bahwa setiap tutor melakukan penguatan motivasi belajar
kepada warga belajarnya termasuk peneliti memberikan cendramata bagi
warga belajar sebagai tanda perkenalan dan memberikan semangat
kepada warga belajar agar terus melanjutkan program sampai akhir
pembelajaran. Informasi yang di dapatkan pada tahun sebelumnya salah
satu PKBM yang diteliti yaitu PKBM Prima Lestari mendapatkan
bantuan kacamata untuk 20 warga belajar. Penguatan motivasi yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan setempat ditindaklanjuti oleh puskesmas untuk
warga belajar yang memiliki permasalahan pada indera
penglihatannya.Terkait dengan penguatan motivasi belajar diketahui
pernyataan tutor selalu memberikan motivasi kepada kami seperti,
memberikan hadiah, mengucapkan kata-kata positif, peduli terhdap
peserta didik, tidak berorientasi dengan nilai.
Aspek remedial/pengayaan diperoleh keadaan obyektifnya
adalah Kondisi obyektif remedial/pengayaan program pendidika
keaksaraan dasar di 5 PKBM yang telah peneliti amati melaksanakan
kegiatan belajar lebih, memiliki tambahan waktu dan memperbaiki

10
tulisan sedangkan untuk pengayaan yang bersifat memecahkan kesulitan
peserta didik dalam menguasai materi belajar secara kelompok dan
belajar dengan tutor sebaya belum teramati dalam 6 bulan pelaksanaan
program.
Keadaan obyektif pada penilain proses adalah TIM pelaksana
menyerahkan laporan pelaksanaan penilaian akhir kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten Bogor yang ditembuskan pada Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan laporan dokumen penilaian
TIM diketahui PKBM telah memberikan laporan 1 bulan setelah proses
pembelajaran berakhir (Program Berakhir). Laporan program disertakan
dengan laporan pertanggung jawaban penggunaan APBN serta lampiran.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi dan hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa lima PKBM yang menjadi objek penelitian telah
mendapatkan bantuan anggaran program pendidikan keaksaraan dasar
dan telah mengumpulkan laporan akhir sesuai waktu yang telah
diberikan. Pelaporan akhir pembelajaran serta pelaporan akhir program
pendidikan keaksaraan dasar memiliki tindak lanjut yang dapat di
sosialisasikan kepada warga belajar. Berdasarkan hasil studi dokumentasi
terdapat panduan penilaian akhir pendidikan keaksaraan dasar. Tindak
lanjut yang pertama adalah memberikan SUKMA kepada peserta didik
yang telah memiliki ketuntasan belajar, serta difasilitasi agar termotivasi
menjadi peserta didik program paket A atau program pendidikan
keaksaraan lanjutan (Keaksaraan Usaha Mandiri atau Multi Keaksaraan).
Peserta yang tidak memperoleh SUKMA difasilitasi dengan kegiatan
remedial dan/atau mengulang pembelajaran dan jika terlihat sudah siap,
bisa dilakukan penilaian akhir kembali
Keadaan obyektif pada aspek monitoring dan evaluasi adalah
Monitoring, evaluasi dan pengawasan dilakukan oleh penyelenggara dan
diawasi serta dievaluasi oleh penilik/pengawas PKBM, penyelenggara
menyampaikan kesesuaian proses program pendidikan keaksaraan dasar,

11
penilik/pengawas mengisi buku tamu dinas dan memberi catatan
mengenai saran dan kritik mengenai program yang sedang dilaksanakan.
Pada bagian akhir evaluasi program dituliskan kesimpulan yang
memberi gambaran adatidaknya kesenjangan antara standar dan keadaan
obyektif. Contoh yang diuraikan bahwa ada aspek yang mesti diperbaiki
dan ditindaklanjuti oleh pelaksana program. Kesimpulan aspek silabus
dan RPP Penyusunan perangkat pembelajaran telah merujuk pada
pedoman program pendidikan keaksaraan dasar yang berlaku, namun
tidak ditemukan penilaian awal untuk mengindentifikasi kemampuan
yang telah dimiliki oleh warga belajar.
Kesimpulan pada prinsip pembelajaran adalah Prinsip
pembelajaran keaksaraan dasar dan penerapan pembelajaran orang
dewasa secara prinsipnya telah dilakukan secara bervariasi sesuai
karakteristik pembelajaran diwilayah tersebut.
Kesimpulan pada penggunaan metode, media dan sumber
belajar pendidikan keaksaran dasar Penggunaan metode, media, dan
sumber belajar telah disesuaikan dengan kondisi yang ada, serta memiliki
kriteria yang sesuai petunjuk teknis program pendidikan keaksaraan
dasar. Kondisi ini menuntut kemampuan tutor untuk memperkaya metode
pembelajaran dan media pembelajaran sehingga peserta didik atau warga
belajar merasakan perubahan dalam mengikut program pendidikan
keaksaraan dasar di Kabupaten Bogor.
Kesimpulan pada aspek peningkatan budaya baca Kegiatan
membaca seharusnya dilakukan secara rutin pada awal, tengah maupun
akhir sesi pembelajaran dengan tema-tema teks berbeda sesuai dengan
materi yang diajarkan. Oleh karena itu, kegiatan membaca perlu
dikembangkan secara terencana sebagai usaha mempercepat pencapaian
kompetensi keaksaraan peserta didik, serta membantu terciptanya
masyarakat yang gemar membaca. Berdasarkan hasil temuan di atas

12
dapat disimpulkan peningkatan budaya baca telah dilakukan oleh PKBM
di Kabupaten Bogor namun belum maksimal.
Kesimpulan pada aspek penguatan motivasi belajar siswa
Penguatan motivasi belajar telah dilakukan dan telah berpedoman kepada
panduan penyelenggaran dan pembelajaran program pendidikan
keaksaraan dasar yang ada di kabupaten Bogor.
Kesimpulan pada aspek remedial dan pengayaan adalah
Pemedial/ pengayaan dalam pembelajaran dilakukan oleh lembaga
penyelenggara program pendidikan keaksaraan dasar secara variatif serta
merujuk kepada petunjuk pembelajaran program pendidikan keaksaraan
dasar yang berlaku.
Kesimpulan pada penilaian proses pembelajaran dan hasil akhir
belajar adalah Laporan akhir penilaian pendidikan keaksaraan dasar telah
berpedoman pada panduan penyelenggaraan dan pembelajaran
pendidikan keaksaraan dasar, tetapi pada laporan penilaian akhir hanya
terdapat nilai berupa angka pencapaian dan tidak mendeskripsikan
pencapaian kompetensi, sehingga tidak diketahui kompetensi apa yang
belum terpenuhi.
Kesimpulan pada monitoring, evaluasi dan pengawasan adalah
monitoring, evaluasi, dan pengawasan telah dilaksanakan sesuai dengan
panduan penyelenggara program pendidikan keaksaraan dasar.
Kesenjangan pada penelitian ini menunjukkan terdapat
kesenjangan pada aspek proses program memiliki 3 kesenjangan meliputi
penyusunan perangkat pembelajaran (Silabus dan RPP), Peningkatan
budaya baca, Penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil akhir.

13
BAB III
Penutup
Dari rumusan masalah dan pembahasan makalh ini dapat
disimpulkan bahwa :
1. Evaluasi program model discrepancy adalah Model yang
menekankan pada terumuskannya standard, performance, dan
discrepancy secara rinci dan terukur. Evaluasi program yang
dilaksanakan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang
ada di setiap komponen program
2. Contoh penerapan evaluasi program pada kegiatan menunjukkan
terdapat kesenjangan pada aspek proses program memiliki 3
kesenjangan meliputi penyusunan perangkat pembelajaran (Silabus
dan RPP), Peningkatan budaya baca, Penilaian proses pembelajaran
dan penilaian hasil akhir

14
Daftar Pustaka

Marliza Oktapiani ALIGNMENT:Journal of Administration and Educational Management


Volume 3, Nomor 1, Juni 2020 e-ISSN : 2598-5159 p-ISSN : 2598-0742 DOI :
https://doi.org/10.31539/alignment.v3i1.1307

Model evaluasi program pendidikan


D Darodjat, W Wahyudhiana
Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam, 1-23
https://www.academia.edu/41013936/EVALUASI_PROGRAM_PENDIDIKAN_by_Miftahul_Fikri

Model Evaluasi Program Dalam Penelitian Evaluasi. (Agustanico Dwi


Muryadi). Jurnal Ilmiah PENJAS, ISSN : 2442-3874 Vol.3 No.1, Januari
2017. 1. MODEL ...

Arikunto, Suharsini & Abdul Jabar Safruddin, Evaluasi Program Pendidikan,


Bumi Aksara, Jakarta, 2010

Model Evaluasi Program Dalam Penelitian Evaluasi. (Agustanico Dwi


Muryadi). Jurnal Ilmiah PENJAS, ISSN : 2442-3874 Vol.3 No.1, Januari 2017. 1.
MODEL ...

Ananda Rusydi dan Rafida Tien, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, Perdana
Publishing, 2017

Ambiyar dan Muhardika, Metodologi Penelitian Evaluasi program, Alfabeta, Bandung,


2019

15

Anda mungkin juga menyukai