Anda di halaman 1dari 18

Identifikasi Lokusi, Ilokusi, Perlokusi dan Deiksis dalam Media Whatsapp

Chichi Pemila

1731311022

A. Tindak Lokusi

Tindak tutur lokusi merupakan tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak
tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Something (Wijana, 1996: 17). Leech
menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah melakukan tindakan mengatakan
sesuatu. (Nababan, 1987: 18) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah
mengaitkan suatu topik dengan sesuatu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa
dengan hubungan “pokok” dengan “predikat” atau “topik” dan tertentu.

Contoh

1. Wahab: “iya temen Ci”

Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi,
karena tuturan tersebut hanya sebuah tururan yang menyatakan suatu hal tidak
untuk melakukan ataupun mempengaruhi lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Wahab saat Chichi menanyakan siapa yang sedang bersamanya di
status whatsapp.
2. Windy: “belum Ibu”

Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi,
karena tuturan tersebut hanya sebuah tururan yang menyatakan suatu hal tidak
untuk melakukan ataupun mempengaruhi lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Windy pada saat Chichi menanyakan di belum ke kobong bukan.

3. Alifa: “Murah Teteh”


Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi,
karena tuturan tersebut hanya sebuah tururan yang menyatakan suatu hal tidak
untuk melakukan ataupun mempengaruhi lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Alifa pada saat Chichi bertanya harga Villa.

4. Sintia: “Ini yang wana birunya”

Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi,
karena tuturan tersebut hanya sebuah tururan yang menyatakan suatu hal tidak
untuk melakukan ataupun mempengaruhi lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dituturkan oleh Sintia pada saat memberi informasi bahwa headseat yang akan
dibeli warna birunya seperti di foto yang ia kirim.

5. Chichi: “Alhamdulillah sehat sayang”


Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi,
karena tuturan tersebut hanya sebuah tururan yang menyatakan suatu hal tidak
untuk melakukan ataupun mempengaruhi lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dituturkan Chichi ketika membalas pesan Whatsapp dari Nadzira saat ditanya
kabar olehnya.

B. Tindak Ilokusi
Wijana (1996: 18) sebuah tuturan selain berfungsi untuk menyatakan atau
menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu
disebut tindak tutur ilokusi (The Act of Doing Something). Tindak tutur ilokusi
merupakan sentral untuk memahami tindak tutur. Hal tersebut dikarenakan
harus mempertimbangan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana
tindak tutur tersebut terjadi, dan sebagainya (Wijana, 1986: 19).
Contoh
1. Ilukosi Asertif
Nugroho: “Jadi gini Ci, perusahaannya kan yang megang Cuma 2. Beruhung
yang satu cuti, kata atasan saya suruh handle semua Ci. Dan liburnya saya
cuma jumat doang”.
Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi
asertif karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan menyatakan.
Tuturan tersebut dinyatakan oleh Nugroho pada saat Chichi bertanya alasan
dia tidak dapat megikuti Bimtek.
2. Ilokusi Direktif
Rifan: “Tolong bantu suruh Mabanya (mahasiswa baru) buat masuk lagi”

Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi
direktif karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan memohon.
Tuturan tersebut dinyatakan oleh Rifan pada saat akan mulai lagi acara
mastaka.
3. Ilokusi Komisif
Ardi: “Yang lagi ngebaso mau ikut makan ga?”
Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi
komisif karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan penawaran.
Tuturan tersebut dinyatakan oleh Ardi pada saat menawarkan makan kepada
anggota paduan suara yang sedang memakan baso.
4. Ilokusi Ekspresif
Dyna: “Selamat dan semangat ya sygku (sayangku). Doain cepet nyusul ya.

Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi
ekspresif karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan
mengekpresikan perasaan sikap penutur terhadap keadaan yang tersirat.
Tuturan tersebut dinyatakan oleh Dyna pada saat mengungkapkan rasa
senangnya ketika Chichi dinyatakan sebagai guru Bahasa Indonesia.
5. Ilokusi Deklaratif
Syarif: “Telat = hangus”

Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur lokusi
Deklaratif karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan hukuman.
Tuturan tersebut dinyatakan oleh Syarif pada saat mengumumkan bahwa
yang telat datang sama dengan hangus upah yang akan didapat.

C. Tindak Tutur Perlokusi

Nababan (1987: 18) menyatakan bahwa tindak perlokusi adalah hasil atau
efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai situasi dan
kondisi pengucap kalimat itu.
Contoh:

1. Chichi: “jangan telat makan ya Anti”.

Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur


perlokusi karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan bisa
mempengaruhi atau memberikan efek pada lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dinyatakan oleh Chichi kepada Fitri (Anti) pada saat dia sakit.
2. Pak David: “ini siapa? Gunakan nama JELAS ya.”

Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur


perlokusi karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan bisa
mempengaruhi atau memberikan efek pada lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dinyatakan oleh Pak David pada saat mahasiswa tidak menggunakan nama
aslinya.
3. Rifa: “kita gunakan buat rapat”.

Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur


perlokusi karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan bisa
mempengaruhi atau memberikan efek pada lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dinyatakan oleh Rifa pada saat akan melaksanakan rapat bedah buku.
4. Ibu Fauziah: “masuk pakai akun ummi ya.”
Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur
perlokusi karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan bisa
mempengaruhi atau memberikan efek pada lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dinyatakan oleh Bu Fauziah pada saat menyuruh mahasiswanya memasukan
akunnya ke Google Classroom.
5. Ilham: “pakai trening jangan lupa ya”
Wujud tuturan pada contoh di atas merupakan bentuk tindak tutur
perlokusi karena tuturannya termasuk ke dalam bentuk tuturan bisa
mempengaruhi atau memberikan efek pada lawan tuturnya. Tuturan tersebut
dinyatakan oleh Ilham pada saat memberitahukan pakaian utnuk latihan.

D. Tindak tutur langsung, tidak langsung, literal dan non literal


Contoh:
1. Tuturan langsung

Erik: “Awas satenya jangan sampai habis”


Tuturan di atas merupakan tuturan langsung yaitu kalimat pernyataan yang
digunakan untuk mengancam seseorang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
kata awas. Tuturan di atas termasuk tuturan langsung dan memiliki fungsi
sebagai tuturan eksfresif mengancam.

2. Tuturan tidak langsung


Fitri: “tapi kok gak sebagus editan Chichi ya wk”
Tuturan di atas ialah tuturan tidak langsung, hal itu dapat dilihat dari tipe
kalimat yang digunakan, yaitu kalimat pernyataan yang memiliki makna lain,
secara tidak langsung fitri ingin fotonya di editkan oleh Chichi”
3. Tuturan literal
Chichi: “cantik banget anak teh adel”

Tuturan di atas merupakan contoh tuturan ekspresif literal, karena


diutarakan untuk maksud memuji atau mengagumi kecantikan seseorang yang
sedang dibicarakan.

4. Tuturan non literal


Astarte: “Coach ke aku ga makasih? Gapapa ☹
Tuturan di atas merupakan contoh non literal karena penutur bermaksud
untuk menyindir coachnya yang tidak berterima kasih, namun dia tetap bilang
tidak apa-apa.
E. Deiksis
Contoh:
1. Deiksis Perorangan
Contoh 1:
Algi: “Ciw ambil apa aja?”
Chichi: “oke giw, baju panjang sama rok, bekel.”
Algi: “vn aja langsung ya tar aku kasih tau ke ibu kamu”
Contoh 2:
Mita: “boleh, ke kina aja teh. Biar di koordinir sama dia.”
Pada contoh 1 termasuk deiksis perorangan, terdapat kata kamu merujuk pada
Chichi selaku lawan tutur Algi, termasuk deiksis persona kedua, pada contoh di
atas Chichi menjadi titik pusat deiksis selaku lawan tutur. Sama halnya dengan
tindak tutur pada contoh 2, dimana kata “dia” pada lawan tutrunya.

2. Deiksis Ruang/Tempat
Contoh 1:
Divani:
Chichi: “rumahnya dimana?”
Divani: “Di Citamiang”
Contoh 2:
Chichi: “Teteh dimana?”
Yani: “Sekarang masih di rumah”.
Pada kedua contoh di atas terdapat kata “di Citamiang” dan “di rumah”
keduanya menujukan tempat keberadaan lawan tutur.

3. Deiksis Waktu
Contoh 1:
Chichi: “Jam berapa sih? Aku pasti telat.
Hani: “kalo sama duha jam 7:30 ga sih?”
Contoh 2:
Rully: “besok bangunkan”
Chichi: “jam berapa”
Rully: “gimana kamu aja”
Chichi: “oke, jam 05.00 ya”
4. Deikis Wacana
Contoh 1:
Rian F: “Assalamualaikum Teh Cici maaf ini dengan Rian Fitriyani, kelas
non reguler Prodi PJKR. Saya kan maba pindahan semester 3 dari sasing
ke PJKR. Apakah saya juga harus ikut mastaka dan masfak lagi?”
kata saya pada contoh di atas menggantikan Rian Fitriani yang telah
disebutkan terdahulu sehingga bersifat anaforis.
5. Deiksis Sosial
Contoh:
Aryo: “coba kesana aja, menurut akang mah mending di Yasti sih. Gaji
dan tunjangan bagus. Akang pernah disitu kan.

Anda mungkin juga menyukai