Anda di halaman 1dari 5

Nama : Emanuel Lega

NIM : 221910843

Kelas : 2KS4

Kode : NC4O0

Pancasila sebagai Ideologi Negara

Pancasila sebagai ideologi negara, dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat
pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat, hukum, dan Negara Indonesia,
yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia juga berarti
bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi
penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-
Kemanusiaan, yang ber-Kesatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan sosial. Pancasila sebagai
ideologi negara memiliki makna sebagai berikut:

1. Sebagai Cita-cita Negara

Ideologi Pancasila sebagai cita-cita negara berarti bahwa nilai-nilai dalam Pancasila
diimplementasikan sebagai tujuan atau cita-cita dari penyelenggaraan pemerintahan negara. Secara luas
dapat diartikan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila menjadi visi atau arah dari
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Visi atau arah yang dimaksud adalah
terwujudnya kehidupan yang berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi kemanusiaan, menjunjung
tinggi persatuan, pro rakyat, serta adil dan makmur. Dengan begitu, sudah sewajarnya apabila Pancasila
diamalkan dalam seluruh aspek kehidupan.

2. Sebagai Nilai Integratif Bangsa dan Negara

Pancasila sebagai ideologi negara yang diwujudkan dalam nilai integratif bangsa dan negara
membuat Pancasila menjadi sarana untuk menyatukan perbedaan Bangsa Indonesia. Disitulah makna
dari Pancasila sebagai ideologi negara memegang peran yang penting untuk persatuan dan kesatuan.
Sebagai wujud nilai bersama yang menjadi pemecah konflik atau penyetara kesenjangan.

Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan
adanya dinamika secara internal. Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat
sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara. Pancasila sebagai ideologi
terbuka memiliki nilai-nilai sebagai berikut:

1. Nilai Dasar
Nilai dasar ialah nilai yang bersifat abstrak, umum, tidak terikat dengan waktu dan tempat,
dengan kandungan kebenarannya bagaikan satu aksiom. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar
berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mncakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya.
Nilai dasar ditetapkan oleh para pendiri negara, dan pada dasarnya nilai ini tidak akan berubah
sepanjang zaman. Hal itu bias tercapai justru oleh karena sifatnya yang amat abstrak, yangterlepas dari
pengaruh perubahan waktu atau tempat.

2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental ialah penjabaran dari nlai dasar, yang merupakan arahan kinerjanya untuk
waktu dan kondisi tertentu. Sifat ini sudah lebih kontekstual, dapat dan bahkan harus disuakan dengan
tuntunan zaman. Dari segi nilai kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijakan,
strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai
dasar.

3. Nilai praktis

Nilai praktis ialah interaksi antara nilai instrumental dengan situasi konkrit pada tempat tertentu
dan situasi tertentu. Sifat daripada nilai ini amat dinamis, karena yang diinginkan adalah tegaknya nilai
instrumental itu dalam kenyataan. Dari segi kandungan nilanya, nilai praksis merupakan gelanggang
pertarungan antara idealisme dan realitas.

Batasan-batasan Keterbukaan Ideologi Pancasila

Sebagai ideologi terbuka, Pancasilajuga memiliki batasan-batasan keterbukaan sebagai berikut.

1. Stabilitas Nasional yang dinamis

2. Larangan terhadap idelogi marxisme, komunisme, leninisme

3. Mencegah paham liberal

4. Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus

5. Larangan terhadap paham ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat

Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lain

Ideologi Komunisme

Komunis sebagai paham anti kapitalisme menjadi paham yang sangat menentang akumulasi
modal pada individu. Paham ini mempunyai prinsip bahwa semua dipreorientasikan sebagai milik rakyat
maka dari itu paham ini beranggapan bahwa semua alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara demi
kemakmuran rakyat secara merata. Dalam paham ini sistem demokrasi keterwakilan yang dilakukan
oleh para petinggi kelompok komunis ini dan membatasi demokrasi pada rakyat yang bukan penganut
paham komunis karena dalam komunis tidak ada hak perorangan seperti halnya paham liberalis. Pada
dasarnya paham ini tidak berdasarkan kepercayaan mitos, takhayul, dan agama.
Ideologi Liberalisme

Munculnya ideologi liberalisme dilatarbelakangi oleh situasi di Eropa sebelum abad ke-18 yang
diwarnai oleh perang agama, feodalisme, dominasi kelompok aristokrasi, dan bentuk pemerintahan
yang bercorak monarki absolut. Dalam situasi demikian, ide-ide liberal yang mencerminkan aspirasi
kelompok industrialis dan pedagang mulai diterima. Selanjutnya, dengan dukungan pemikir-pemikir
liberal klasik seperti John Locke, J.S. Mill, Herbert Spencer, Adam Smith, dan David Hume, ide-ide liberal
tersebut mulai terwujud baik dalam pemikiran ekonomi, politik maupun sosial, hingga akhirnya
perkembangan liberalisme sebagai ideologi politik, semakin mantap seiring dengan terjadinya Revolusi
Inggris (1688), Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Prancis(1789). Ketiga Revolusi tersebut
mengukuhkan dua prinsip hokum yang mendasari politik liberal, yaitu (1) pernyataan tentang hak asasi
manusia (HAM), dan (2) adanya konstitusi yang menetapkan tatanan politik. Di tingkat praksis, kedua
prinsip tersebut menjiwai pedoman-pedoman dalam kehidupan bernegara. Pedoman-pedoman
tersebut antara lain ialah (1) adanya hukum yang tidak memihak dan berlaku umum (tidak ada
keistimewaan bagi kelompok ningrat, agamawan, atau golongan terpandang lainnya) dan (2) hukum
dibuat untuk menjamin sebesar mungkin hak yang sama bagi tiap individu agar mereka dapat mengejar
tujuan hidupnya (Eatwell dan Wright (ed.), 2001).

Ideologi Pancasila

Pencasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk
secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada ideologi-
ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah
bangsa Indonesia. Secara kausalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri negara Indonesia mengangkat nilai-nilai
tersebut dan dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur, antara lain dalam
sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia Sembilan yang kemudian menghasilkan piagam Jakarta
yang memuat Pancasila yang pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang BPUPKI yang kedua.
Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara
dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh PPKI
sebagai filsafat negara republik Indonesia. Ditinjau secara kausalitas asal mula Pancasila dibedakan atas
dua macam yaitu: asal mula langsung dan asal mula tidak langsung. Asal mula langsung tentang
pancasila adalah asal mula terjadinya pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula sesudah dan
menjelang proklamasi Kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan oleh para pendiri negara sejak sidang
BPUPKI pertama, Panitia Sembilan, sidang BPUPKI kedua serta sidang PPKI sampai pengesahannya. Asal
mula tidak langsung tentang Pancasila adalah asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan, yaitu asal
mula adanya nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam adat istiadat, dalam kebudayaan serta dalam nilai-
nilai agama bangsa Indonesia. Dengan demikian Pancasila pada hakikatnya adalah sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, yang jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk negara, nilai-nilai tersebut
telah tercermin dan teramalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Alasan Pentingnya Mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi Nasional


Beberapa alasan pentingnya memperahankan Pancasila sebagai ideologi nasional sebagai
berikut.

1. Pancasila merupakan Rumusan dari Para Pejuang Bangsa

Pancasila adalah dasar negara yang telah membawa Indonesia pada ruh persatuan dan kesatuan
yang hakiki sebagai sebuah bangsa. Pancasila dirumuskan oleh para pejuang bangsa terdahulu. Tepat
tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila disahkan menjadi dasar negara Indonesia. Kemerdekaan Bangsa
Indonesia diperjuangkan dengan tetesan keringat, air mata, darah, bahkan nyawa. Para pejuang
terdahulu memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi sehingga dibuatlah Pancasila sebagai dasar negara
dengan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Oleh
karena itu, sebagai generasi Bangsa Indonesia kita harus mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi
Nasional.

2. Pancasila Lahir atas Dasar Akar Budaya/Produk masyarakat Indonesia

Pancasila sendiri memuat nilai-nilai yang dijadikan pedoman berbangsa dan bernegara untuk
menyatukan bangsa Indonesia yang beragam. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan dalam Pancasila merupakan buah pemikiran dari para pendiri bangsa yang terinspirasi oleh
nilai-nilai adat istiadat serta nilai religius yang dimiliki masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, Pancasila
sangat istimewa karena bersumber dari budaya masyarakat itu sendiri dan merupakan ideology terbuka.
Pancasila sebagai ideologi terbuka artinya Pancasila tidak perlu mengubah nilai-nilai dasarnya untuk
mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, lima sila dalam Pancasila juga saling terkait.

3. Pancasila adalah Sumber Hukum Nasional

Bo’a (2018) menjelaskan bahwa keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum kembali dipertegas dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 1 TAP MPR memuat tiga ayat sebagai berikut.

1) Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-
undangan.

2) Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.

3) Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Upaya Mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi Nasional

Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) berbunyi, "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”, hal tersebut termasuk mempertahankan Ideologi Pancasila. Berikut
beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi Nasional.

1. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya Ideologi Pancasila.

2. Mengamalkan sila-sila dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten.


3. Menempatkan pancasila sebagai sumber hukum dalam pembuatan peraturan perundangan nasional.

4. Menempatkan pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia.

5. Mempelajari Pancasila melalui pembelajaran diberbagai jenjang pendidikan.

Kesimpulan

Pancasila sebagai ideologi negara, dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat
pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat, hukum, dan Negara Indonesia,
yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Sebagai ideology terbuka, Pancasila juga memiliki batasan-
batasan keterbukaan yaitu stabilitas Nasional yang dinamis, larangan terhadap idelogi marxisme,
komunisme, leninisme, mencegah paham liberal, penciptaan norma-norma baru harus melalui
konsensus, larangan terhadap paham ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat. Sebagai
generasi penerus bangsa penting bagi kita untuk mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai