Tes+Kesastraan 1612215131852
Tes+Kesastraan 1612215131852
...............................................................................................
1. Tes Kesastraan Tingkat Informasi
Tes kesastraan tingkat informasi dimaksudkan untuk mengungkap
kemampuan siswa yang berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan
dengan sastra, baik yang menyangkut data-data tentang suatu karya
maupun data-data lain yang dapat dipergunakan untuk membantu
menafsirkannya. Data-data yang dimaksud berhubungan dengan
pertanyaan-pertanyaan; apa yang terjadi, di mana, kapan, berapa, nama,
nama-nama pelaku, dan sebagainya. Data-data tentang suatu karya sastra
misalnya menanyakan masalah genre, kejadian pokok, kapan terjadi, di
mana terjadi, siapa saja tokoh x, dan sebagainya. Data-data yang dapat
membantu penafsiran antara lain berupa biografi pengarang: siapa
namanya, dilahirkan di mana, kapan, apa pekerjaannya, status sosial,
karya yang keberapa, tahun berapa karya ditulis, tahun berapa terbit, di
mana dan siapa penerbitnya, dan lain-lain.
Butir-butir soal yang dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan
siswa tentang informasi diatas sangat mudah disusun karena hampir
semuanya hanya menanyakan sesuatu yang bersifat hafalan. Jadi, tes
tingkat informasi ini ada persamaannya dengan tes tingkat C1 (ingatan)
pada taksonomi Bloom, tetapi juga sudah sedikit melibatkan kemampuan
pemahaman (C2)
2. Tes Kesastraan Tingkat Konsep
Tes kesastraan tingkat konsep berkaitan dengan persepsi tentang
bagaimana data-data atau unsur-unsur karya sastra itu diorganisasikan.
Unsur-unsur karya merupakan hal pokok yang dipersoalkan dalam tes
tingkat ini. Masalah-masalah yang dimaksud antara lain berupa
(pertanyaan): apa sajakah unsur-unsur yang terdapat dalam fiksi dan puisi,
mengapa pengarang justru memilih unsur yang seperti itu, apa efek
pemilihan unsur itu, apa hubungan sebab akibat unsur atau peristiwa-
peristiwa itu, apa konflik pokok yang dipermasalahkan, konflik apa sajakah
yang timbul, faktor-faktor apa saja yang terlibat dalam atau
mempengaruhi terjadinya konflik, dan sebagainya.
Masalah-masalah yang ditanyakan dalam tingkat konsep, juga untuk
tingkatan-tingkatan lain kategori moody, tidak bersifat icoretis, melainkan
lebih langsung berorientasi pada karya tertentu, baik prosa maupun puisi.
Dengan demikian, jika kita hanya berbekal teori saja tanpa secara nyata
“menggauli” suatu karya, hal itu akan kurang ada artinya.
3. Tes Kesastraan Tingkat Perspektif
Tes kesastraan pada tingkat perspektif berkaitan dengan pandangan
siswa, atau pembaca pada umumnya,sehubungan dengan karya sastra
yang dibacanya. Bagaimana pandangan dan reaksi siswa terhadap sebuah
karya akan ditentukan oleh kemampuannya memahami karya yang
bersangkutan. Tes kesastraan tingkat perspektif menuntut siswa untuk
mampu memperhubungkan antara sesuatu yang ada dalam karya sastra
dengan sesuatu yang berada di luar karya itu. Adapun butir-butir soal
tingkat perspektif ini antara lain dicontohkan sebagai berikut.
a. Kesimpulan apakah yang Anda ambil setelah membaca novel
Burung-burung Manyar?
b. Apakah anda merasakan adanya manfaat setelah membaca
novel Burung-burung Manyar? Jika ada, manfaat apa sajakah
itu?
Tes bentuk esai memang lebih tepat untuk mengungkap kemampuan
siswa tingkat perspektif diatas, walau tak perlu diartikan bahwa tes
objektif tak mungkin dilakukan, walau tentu saja tidak mudah disusun
atau kurang menghemat tempat.
4. Tes Kesastraan Tingkat Apresiasi
Tes kesastraan tingkat apresiasi terutama berkisar pada
permasalahan dan kaitan antara bahasa sastra dengan linguistik. Seperti
apa bahasa sastra, atau apa ciri khas bahasa sastra, belum ada kesepakatan
yang diterima oleh semua orang. Usaha mengenali dan memahami bahasa
sastra melalui ciri-cirinya, kemudian membandingkan efektivitasnya
dengan penuturan bahasa secara umum untuk pengungkapan hal yang
kurang lebih sama itulah terutama yang dipermasalahkan dalam tes
tingkat apresiasi.
Kemampuan kognitif yang dituntut untuk mengerjakan butir-butir
tes tingkat apresiasi juga kemampuan kognitif tingkat tinggi. Siswa dituntut
untuk mampu mengenali, menganalisis, membandingkan,
menggeneralisir, dan menilai bentuk-bentuk kebahasaan yang
dipergunakan dalam sebuah karya yang dibahas. Butir-butir soal yang
dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan tingkat apresiasi tersebut
dicontohkan dibawah ini.
· Mengapa Linus Suryadi dalam Pengakuan Pariyem dan Y.B.
Mangunwijaya dalam Burung-burung Manyar justru banyak
memilih kata-kata dan ungkapan Jawa untuk mengungkapkan
maksud-maksud tertentu?
Sumber:
Nurgiyantoro, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra. Yogyakarta: BPFE
Diposting 18th January 2013 oleh Anonymous
1 Lihat komentar
Sangat membantu
Balas