Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan
di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika
memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke
dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi
juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak
pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan
psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa
dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada
di lingkungan RS.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang
sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka
bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan
kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%; contussion, crushing,
bruising : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries:
2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%;
dan lain-lain: 12.4% (US Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium
Statistics, 1983). Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa
kasus penyakit kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia

1
(kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan
urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae.
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS
lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit,
saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala,
gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan,
penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola
dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi pengelola maupun karyawan RS.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari keperawatan kesehatan komunitas dan kesehatan lingkungan di
Rumah Sakit ?
2. Bagaimana kondisi lingkungan kesehatan di Rumah Sakit?
3. Bagaimana perlindungan terhadap pasien?
4. Bagaimana peranan rumah sakit dalam K3?
5. Bagaimana cara perlindungan lingkungan rumah sakit dan pengelolaan sampah?
6. Bagaimana tujuan penerapan keperawatan terhadap kesehatan komunitas kerja di
rumah sakit?
7. Bagaimana fungsi dan peran perawat dalam K3 di rumah sakit?

1.3 Tujuan
1 Mampu menjelaskan definisi dari keperawatan kesehatan komunitas dan kesehatan
lingkungan di Rumah Sakit.
2 Mampu menjelaskan kondisi lingkungan kesehatan di Rumah Sakit
3 Mampu menjelaskan perlindungan terhadap pasien
4 Mampu menjelaskan peranan rumah sakit dalam K3
5 Mampu menjelaskan cara perlindungan lingkungan rumah sakit dan pengelolaan
sampah

2
6 Mampu menjelaskan tujuan penerapan keperawatan terhadap kesehatan komunitas
kerja di rumah sakit
7 Mampu menjelaskan fungsi dan peran perawat dalam K3 di rumah sakit

1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang manajemen kesehatan perawat di Rumah
Sakit dan cara menanggulangi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
2.1.1 Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan,
kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul
Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
a. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang
terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, balk secara individu, keluarga,
ataupun masyarakat dan ekosistem.
b. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai
dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap
unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan
tingkat sistem tubuh.
c. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih
sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting
untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan


khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan
kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai
masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok

4
resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu
sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas
ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada
kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas
adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat,
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh
dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

2.1.2. Kesehatan Lingkungan


Kesehatan Lingkungan adalah pengukuran, evaluasi dan pengendalian
faktor-faktor dalam lingkungan kita yang berpengaruh pada kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.. Kesehatan Kerja adalah aspek Kesehatan Lingkungan,
yang menyangkut dirinya dengan interaksi antara tempat kerja dan kesehatan
pekerja.
Orang memiliki hak untuk mengharapkan dan memastikan bahwa ada
tingkat yang memadai kontrol atas faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan diri mereka. Setiap masyarakat harus memiliki hak untuk minum air
bersih, untuk menghirup udara yang aman, untuk makan makanan yang aman,
untuk tinggal di tempat yang aman, untuk memiliki tempat kerja yang aman di
mana untuk mendapatkan penghasilan, dan komunitas yang aman untuk hidup.

5
2.2 Lingkungan Kesehatan Rumah Sakit
Rumah sakit yang besar, merupakan salah satu tempat kerja yang berpotensi
menimbulkan penyakit akibat kerja bagi karyawannya, seperti terpapar : berbagai bahan
kimia, biologi, ergonomi dan psikologis bahaya fisik. Jadi isu-isu Kesehatan dan
Keselamatan yang berkaitan dengan keselamatan pribadi dan perlindungan pekerja
adalah sangat penting Rumah sakit juga memainkan peran integral dalam perlindungan
masyarakat melalui isu-isu yang lebih luas termasuk cedera dan pencegahan penyakit,
pengawasan kesehatan dan pemberitahuan penyakit, dan manajemen bencana. Akhirnya,
rumah sakit juga peduli dengan perlindungan lingkungan melalui pengelolaan sampah
strategi mereka, dan khususnya, pengumpulan dan pembuangan limbah terkontaminasi.
Oleh karena itu, diskusi tentang Kesehatan Lingkungan masalah yang
berhubungan dengan rumah sakit dapat dengan mudah dibagi menjadi 4 bagian
perlindungan: perlindungan pasien, perlindungan penduduk (komunitas), serta
lingkungan dan perlindungan tubuh.

1. Perlindungan Pribadi – Bahaya Fisik


a. Radiasi
Ada berbagai bahaya radiasi yang berkaitan dengan pencitraan medis (x
ray, scan nuklir memanfaatkan isotop radioaktif) dan onkologi radiasi yang
memanfaatkan radiasi pengion dari berbagai sumber untuk mengobati berbagai
tumor ganas. Sumber-sumber ini termasuk (i) sumber tertutup yang mengandung
bahan radioaktif seperti isotop radium, kobalt dan strontium, dan (ii) akselerator
linear memancarkan gelombang pendek panjang gelombang gamma.
b. Back Injury
Staf rumah sakit dan terutama perawat rentan untuk terkena cedera
terutama saat member perawatan pada pasien. Rumah sakit sekarang diminta
untuk memberikan pelatihan untuk meningkatkan skill dan kemampuan perawat.

2. Perlindungan Pribadi – Bahaya Kimia


Bahan kimia beracun yang digunakan di rumah sakit meliputi:
 Industri pembersih yang digunakan oleh staf kebersihan.

6
 Sterilisasi Kimia, di gluteraldehyde khususnya digunakan untuk sterilisasi
endoskopi dan peralatan lainnya yang tidak bisa disterilisasi uap.
 Bahan pengawet seperti formaldehida digunakan untuk menyimpan dan
memelihara jaringan tubuh sebelum histopatologi.
 Reagen kimia yang digunakan di rumah sakit Laboratorium Patologi.
 Obat sitotoksik membutuhkan persiapan sebelum pemberian parenteral untuk
pasien kanker.
 Pengolahan bahan kimia untuk pengembangan film X-ray.

Prinsip hirarki untuk mengendalikan bahaya kimia dengan baik, meliputi :


 Eliminasi (menggunakan proses alternatif atau strategi misalnya pakai.).
 Substitusi (menggunakan bahan kimia beracun).
 Isolasi (menjaga kimia yang relevan dalam satu daerah terisolasi jika
memungkinkan).
 Enclosure atau Lampiran (misalnya asap lemari gluteraldehyde, persiapan
kandang untuk sitotoksik, mesin anestesi sirkuit tertutup dengan pembilasan dari
emisi gas buang).
 Ventilasi (X-ray prosesor).
 Perlindungan personal (sarung tangan, kacamata, plastik dll gaun yang sesuai).
 Personal hygiene atau kebersihan pribadi (mencuci tangan setelah digunakan).
 General cleanliness (membersihkan tumpahan, penyimpanan yang sesuai, dll).

Sekali lagi, staf yang relevan harus memiliki pelatihan dan pendidikan dalam
penggunaan salah satu bahan kimia, dan harus diberitahu tentang setiap bahaya yang
termasuk risiko rendah.

3. Perlindungan Pribadi – Bahaya Biologi


Pengelolaan bahaya biologi seharusnya secara komprehensif tercakup dalam
rumah sakit Pengendalian Infeksi Manual, dengan kebijakan dan prosedur yang
dikembangkan dan dipantau oleh Komite Pengendalian Infeksi . Ada 3 mode penting
penularan penyakit dari pasien ke staf:

7
a. Paparan aerosol dan droplet
Termasuk virus infeksi saluran pernapasan bagian atas, campak dan TB.
Tindakan pencegahan termasuk
(1) menjaga jarak (> 1m) dari frontal batuk sebanyak mungkin
(2) mencuci tangan setelah setiap kontak dengan pasien dan terutama
menghindari menggosok mata sebelum dicuci
(3) masker wajah filtrasi tinggi (di mana berlaku - umumnya tidak praktis dalam
pengaturan pasien rawat jalan)
(4) mengisolasi pasien rawat inap di ruang tekanan udara negatif.
b. Skin contact exposure-includes Staphylococcus aureus and Varicella .
Pencegahan membutuhkan gaun pelindung dan sarung tangan.
c. Paparan cairan menular melalui kulit, mata, selaput lendir, dan paparan
parenteral-termasuk hepatitis B, hepatitis C, dan HIV dari semua cairan tubuh
kecuali keringat, serta gastroenteritis dan hepatitis A dari cairan tinja. Tindakan
pencegahan termasuk kewaspadaan universal (sarung tangan, gaun, kacamata dan
masker), dan pengelolaan yang sesuai benda tajam, tumpahan, dan limbah
terkontaminasi.

Pencegahan diri dari paparan biologi adalah :


a. Mencuci tepat untuk mulut, mata atau paparan kulit
b. Bantuan pertama untuk menangani cedera benda tajam
c. Profilaksis untuk eksposur risiko tinggi
d. Insiden pelaporan.

4. Perlindungan Pribadi – Bahaya Psikologis


Rumah sakit adalah tempat stres bagi pasien yang sakit dan terluka dan
keluarga mereka. Namun pegawai di Rumah Sakit juga bisa stres karena faktor-faktor
berikut:
a. Kerja Shift, bertugas panggilan, kelelahan
b. Beban kerja dan permintaan tinggi.
c. Pelecehan atau ancaman verbal dari pasien tidak puas atau mabuk.

8
d. Tingginya atau harapan yang tidak realistis dari supervisor dan manajemen.
e. Terdapat masalah pada pekerjaan atau hubungan kerja interpersonal.
f. Frustasi karena sumber daya yang terbatas

Rumah Sakit adalah bagian dari permintaan yang tinggi, industri jasa harapan
yang tinggi dan sangat bergantung pada staf untuk, aman, efektif dan efisien layanan
pengiriman ramah. Untuk mengoptimalkan produktivitas dan sikap staf, manajemen
senior harus berkomitmen untuk memastikan iklim organisasi yang kondusif dengan
semangat staf yang tinggi, prioritas yang jelas dan arah, tujuan kinerja realistis dan
beban kerja, komitmen terhadap pendidikan yang berkelanjutan dan jaminan kualitas,
resepsi untuk umpan balik staf, dan dukungan dengan layanan konseling bagi staf
menekankan semua komponen penting.

2.3 Perlindungan Terhadap Pasien


Cedera pencegahan untuk pasien mungkin memerlukan beberapa intervensi
berikut jika diperlukan:
a. Ketekunan dalam menjaga tempat tidur khususnya untuk pasien-pasien dengan
keadaan tidak sadar
b. Kamar Mandi bantu toilet / khususnya untuk orang tua
c. Perawat dan mobilisasi fisioterapi
d. Berjalan bantu bagi penyandang cacat, dan selama pemulihan.
e. terapi home care untuk bantuan rumah.

2.3.1 Keamanan Pangan


Dapur Rumah Sakit menyiapkan makanan untuk pasien rawat inap Hal ini
jelas penting bahwa makanan penyimpanan, penanganan dan persiapan dilakukan
dengan standar tertinggi dan tak menimbulkan resiko bagi sakit atau
dikompromikan pasien sudah. Di dapur, Catering Supervisor bertanggung jawab
untuk mendokumentasikan dan mengelola pangan rencana rumah sakit, dan
laporan melalui Hotel Manajer Pelayanan kepada Direktur Layanan Korporasi.

9
2.4 Peranan Rumah Sakit
Rumah sakit jelas memiliki peran besar dalam pengelolaan bencana di mana
mereka menghasilkan bencana di beberapa korban. Prosedur untuk mobilisasi sumber
daya untuk
(1) menerima dan triase
(2) menilai, resusitasi dan menstabilkan
(3) menyediakan perawatan definitif untuk dan memfasilitasi transfer antar-rumah sakit
pasien harus secara jelas didokumentasikan dalam bencana eksternal rencana
tersebut rumah sakit.

Komite Rumah Sakit Bencana bertanggung jawab atas kesiapan dan perencanaan
rumah sakit untuk pengelolaan banyak korban, dan secara teratur harus meninjau Komite
juga harus memastikan kecukupan cadangan dan air pasokan listrik ke rumah sakit
setelah dampak bencana alam.

2.5 Perlindungan Lingkungan dan Pengelolaan Sampah


Sampah klinis (biomedis) , pembuangan sampah menimbulkan beberapa isu
khusus yang berhubungan dengan bahan infeksius, bahan kimia berbahaya dan obat-
obatan, dan bagian tubuh. Komponen utama dari suatu sistem pengelolaan limbah
meliputi :
a. Pemilahan sampah di sumber-kontainer tajam, tempat sampah umum, dan tempat
sampah sitotoksik - semua standar dan warna-kode.
b. Penyimpanan dan transportasi-penyimpanan dingin untuk sampah terkontaminasi dan
bagian tubuh; transportasi yang aman, kontainer bukti kebocoran.
c. Pengolahan limbah-limbah terkontaminasi sterilisasi (autoclave uap); pembakaran
sitotoksik, farmasi dan bagian tubuh dalam insinerator memenuhi semua standar yang
relevan dan undang-undang.

10
2.6 Tujuan Penerapan Keperawatan Terhadap Kesehatan Komunitas di Rumah Sakit
Tujuan penerapan keperawatan terhadap kesehatan komunitas kerja adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes secara umum
sebagai berikut (Rachman, 1990):
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar sumber–sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
c. Penyebab dasar
 Faktor manusia atau pribadi, antara lain : kurangnya kemampuan fisik, mental
dan psikologis, kurang/lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress
dan motivasi yang kurang / salah.
 Faktor kerja atau lingkungan, antara lain: ketidakcukupan kemampuan
memimpin atau pengawasan, rekayasa (engineering), pembelian atau pengadaan
barang, perawatan (maintenance), alat–alat perlengkapan dan barang–barang atau
bahan–bahan, standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang terjadi di
lingkungan kerja.
d. Penyebab langsung
 Kondisi berbahaya (yang tidak memenuhi standar/unsafe condition), misalnya
peralatan pengaman, pelindung yang tidak memadahi atau memenuhi syarat,
bahan/peralatan yang rusak dan tidak memadai, system–system tanda peringatan
yang kurang memadai, bising, paparan radiasi dan ventilasi atau penerangan yang
kurang.
 Tindakan berbahaya (yang tidak standar/unsafe act), misalnya: mengoperasikan
alat tanpa wewenang, gagal member peringatan dan pengamanan, bekerja dengan
kecepatan yang salah, menggunakan alat yang rusak.

Selain itu juga untuk mencegah dan mengurangi terjadinya penyakit akibat kerja
(PAK), yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa cirri penyakit
akibat kerja adalah dipengaruhi populasi pekerja, disebabkan oleh penyebab yang
spesifik, ditentukan pemajanan di tempat kerja, ada tidaknya kompensasi. Contohnya :
keracunan timbel (Pb), asbestosis dan silicosis

11
2.7 Fungsi dan Peran Perawat dalam Kesehatan, Keselamatan Komunitas Kerja di
Rumah Sakit
2.7.1 Fungsi Perawat
 Mengkaji masalah kesehatan pasien.
 Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada pasien.
 Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pasien.
 Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

2.7.2 Tugas Perawat


 Mengawasi lingkungan kerja di rumah sakit.
 Memelihara fasilitas kesehatan di rumah sakit
 Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pasien.
 Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan di lingkungan
rumah sakit.

12
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Jenis Penulisan


Dalam melakukan penulisan ini, dengan memperhatikan tujuan penulisan yang
dikaitkan dengan topik yang diteliti, maka jenis penelitian studi kepustakaan dengan
pendekatan kualitatif.
Penulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk memaparkan dan menjelaskan
sejumlah variable yang terkait dengan masalah dan unit yang diteliti dengan
memgeksplorasi teori – teori serta data – data yang berasal dari kepustakaan.

3.2 Fokus Penulisan


Menurut Lexy J. Moloeng ( 1993:297 ) fokus penulisan adalah penetapan masalah
yang menjadi pusat perhatian penulisan. Melalui penetapan fokus penulisan akan dapat
membatasi studi agar terkonsentrasi untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan
permasalahan. Adapun fokus dari penulisan ini adalah : kesehatan komunitas kerja di
lingkungan Rumah Sakit.

3.3 Sumber Data


Sumber data penulisan karya tulis ini adalah data sekunder. Adapun data yang
digunakan dalam penulisan ini bersumber dari jurnal, literatur buku, situs internet dan
dokumen lain yang relevan dengan obyek penulisan bersangkutan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Teknik
dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dari dokumen, literature, arsip –
arsip termasuk internet sesuai dengan masalah yang diteliti

13
3.5 Analisa Data
Data yang diperoleh dan dianalisa dengan analisa data sekunder. Data yang sudah
dikumpulkan dari berbagai sumber, kemudian diseleksi dan diklasifikasi menurut fokus
penulisan, sehingga mampu menjelaskan dan menjawab permasalahan. Selanjutnya data
tersebut diolah dengan melakukan penggalian teori, pemikiran dan penfasiran.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Makalah ini menyajikan gambaran singkat tentang bagaimana rumah sakit
berkaitan dengan perlindungan pekerja, mereka, masyarakat dan lingkungan pasien.
berbagai fungsi ini berada di bawah pengawasan, pengendalian dan peninjauan secara
luas berbeda unit kerja dan komite multidisiplin dalam organisasi tersebut. Rumah sakit
merupakan salah satu lembaga pelayanan kesehatan dan oleh karena itu memiliki
kesempatan baik untuk mengambil peran proaktif dalam masyarakat dengan:
a. Mempromosikan kesehatan pekerja melalui tempat kerja yang dan menghilangkan
stres bagi pekerja mereka.
b. Mempromosikan kesehatan masyarakat di masyarakat
c. Meningkatkan komitmen untuk kegiatan jaminan kualitas untuk memaksimalkan
perlindungan pasien terhadap hasil yang merugikan.
d. Meningkatkan kesehatan lingkungan dengan dukungan untuk pengurangan limbah,
pemakaian ulang dan daur ulang, penggunaan yang efisien energi, lingkungan
bangunan ramah, dan hijau, kebun organik. Bertujuan untuk praktek terbaik dalam
semua bidang akan menghasilkan lebih bahagia, dan lebih aman sehat staf dan
pasien, dan masyarakat yang lebih sehat lebih aman, dan lingkungan yang lebih
aman dan lebih hijau.

4.2 Saran
Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu diterapkan di
seluruh Rumah Sakit yang ada di Indonesia, hal ini untuk meningkatan Kesehatan dan
Kesejahteraan Perawat dan Pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

bsodleir@orion_online.com.au di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

Http : //ohsonline.com/whitepapers/2010/09 di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam


19.00 wib.

__________ Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (Studi


Observasional di RSUD dr. Soetomo Surabaya), Jurnal Ilmiah Internasional. Http :
//lib.atmaja.ac.id di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.
_________tugassekolahonline.blogspot.com/.../konsep-keperawatan-kesehatan-
komunitas.html di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

Win. Handayani : Jurnal, Analisis Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perawat.
2009. Http : //eprints.undip.ac.id/ di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

16

Anda mungkin juga menyukai