NIM : 19100037
KELAS : K.11
PRODI : S1 KEPERAWATAN
1. Kehawatiran seperti apa yang akan terjadi menurut anda jika Pancasila
tidak direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat maupun
Negara?
Salah satu contoh dampak negatif yang kini sangat signifikan terlihat adalah mulai
pudarnya rasa cinta Pancasila dan selalu mengamalkan dan menghayatkan
Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam pengamalan dan penghayatan
pancasila kurang menjadi perhatian yang penting bagi kalangan remaja. Nilai-nilai
pancasila dianggap kurang menarik untuk diterapkan, bahkan yang lebih parahnya
lagi, remaja semakin mengarah kepada paham kebebasan yang sebebas-bebasnya.
Seolah-olah mereka telah lupa memiliki dasar negara, pedoman hidup berupa
pancasila.
Pengabaian terhadap Pancasila juga menimbulkan ancaman itu berasal dari luar
dan dalam negeri. Misalnya yang terjadi saat ini seperti : Timbulnya konflik
horizontal dan vertical serta konflik yang bernuansa politis, munculnya aksi-aksi
terror yang dilakukan oleh kelompok tertentu, timbulnya disintegrasi bangsa dan
munculnya dukungan internasional secara terselubung kepada kelompok separatis,
meningkatnya sentiment keagamaan, kedaerahan, kesukuan, ego, sektoral, dan
kepentingan kelompok dan tidak harmonisnya hubungan kemitraan dan
komunikasi antara pemerintah dan legislatif.
Saat ini tidak dapat dipungkiri lagi negara kita mengalami krisis identitas yang
mana telah lupa terhadap ideologi kita sendiri yaitu pancasila, Kita sebagai bangsa
yang besar yang telah dari setengah abad mengaku merdeka hendaklah berbenah
dan kembali pada jati diri bangsa yang berpedoman pada Pancasila. Lebih
memahami nilai dari kandungan Pancasila dan melaksanakannya dengan kesadaran
dan keikhlasan hidup berbangsa, sebagai bangsa yang besar. Untuk mewujudkan
negara yang maju disegani negara lain dengan berpegang teguh pada Pancasila.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum saat ini dapat ditemukan
dalam Pasal 2 UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan. Penjelasan Pasal tersebut menyatakan bahwa penempatan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea
keempat. Doktrin tersebut itu juga bisa ditemukan dalam UU No 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, TAP MPR No III Tahun
2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan,
dan TAP MPRS No XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR Mengenai
Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan Republik Indonesia. Jika Pancasila dinyatakan sebagai sumber dari
segala sumber hukum, maka sudah sepatutnya sistem hukum nasional dibangun
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Meskipun secara formal Pancasila diterima
sebagai sumber dari segala sumber hukum, bentuk kognisi tentang Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum bisa senantiasa berbeda dalam konteks
sosial-politik tertentu.
Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan sosial bagi seluru rakyat Indonesia
1. Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk
agama , melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut
mengamanatkan bahwa setiap warga negara bebas untuk memeluk agama dan
kepercayaannya masing-masing. Hal ini selaras dengan Deklarasi Universal
tentang HAM (Pasal 2) yang mencantumkan perlindungan terhadap HAM
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara
pada kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak
yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang. Sila Kedua,
mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi
HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik
perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan
sebesar-besarnya pada masyarakat. Asas keadilan dalam HAM tercermin dalam
sila ini, dimana keadilan disini ditujukan bagi kepentingan umum tidak ada
pembedaan atau diskriminasi antar individu.
4. Terangkan hubungan HAM dengan Pancasila sila ke-1 dan sila ke-2 ! Dan
bagaimana realisasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di orde
reformasi ini ?
1. Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk
agama , melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut
mengamanatkan bahwa setiap warga negara bebas untuk memeluk agama dan
kepercayaannya masing-masing. Hal ini selaras dengan Deklarasi Universal
tentang HAM (Pasal 2) yang mencantumkan perlindungan terhadap HAM
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara
pada kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak
yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang. Sila Kedua,
mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi
HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi.
1) Hubungan Formal
Pancasila merupakan norma dasar hukum yang positif. Dengan demikian tata
kehidupan bernegara tidak hanya tertopang pada asas-asas sosial, politik, dan
ekonomi saja, akan tetapi juga perpaduan asas-asas kultural, religius dan
kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam pancasila.
Rumusan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV, yang berdasarkan pengertian
ilmiah merupakan Pokok Kaidah Negara yang Fundamental. Pembukaan UUD
1945 berfungsi dan berkedudukan sebagai Mukadimah dari UUD 1945 dalam
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga sebagai suatu yang bereksistensi sendiri
yang hakekat hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya. sehingga posisi pancasila
sebagai inti pembukaan UUD 1945 sangat kuat dan permanen.
Hubungan kedua antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila adalah hubungan
secara formal. bila ditinjau dari proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD
1945, secara kronologis materi pertama yang dibahas oleh BPUPKI adalah dasar
filsafat Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah itu tersusunlah
Piagam Jakarta yang disusun oleh panitia 9 sebagai wujud bentuk pertama
Pembukaan UUD 1945.
Berdasarkan urutan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945 adalah tertib
hukum yang tertinggi, yang bersumber Pancasila. Dengan kata lain Pnacasila
merupakan sumber tertib hukum Indonesia. Secara Material tertib hukum
Indonesia adalah jabaran nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.