Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK OPERASI

TIROIDEKTOMI

Oleh :

Agam Mayzulfi, dr.

Pembimbing :

Dr. Dimyati Achmad, dr., SpB(K)Onk

SUB-BAGIAN BEDAH ONKOLOGI

BAGIAN/SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD/

RS Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

2020
TEKNIK OPERASI TIROIDEKTOMI

SEJARAH

Goiter (berasal dari bahasa latin: guttur yang berarti tenggorokan) atau pembesaran dari
tiroid dikenal sejal 2700 SM, walaupun sebenarnya kelenjar tiroid baru dikenal di era
renaissance. Thomas Wharton menamainya kelenjar tiroid berdasarkan bahasa yunani kuno
thyreoeides yang berarti berbentuk seperti perisai. Operasi tiroid pertama untuk mengobati
goiter dilakukan oleh Roger Frugardi pada tahun 1170. Pembedah ternama yang dikenal
melakukan ribuan operasi tiroid dengan hasil yang baik adalah Emil Theodor Kocher (1841 –
1917) dan C. A. Theodor Billroth (1829 – 1894).

EMBRIOLOGI

Kelenjar thyroid berkembang dari tonjolan foregut primitif yang berasal dari
endoderm pada minggu ketiga masa gestasi. Tonjolan ini mulai terbentuk di pangkal lidah yaitu
pada foramen caecum. Pada dasar faring, sel-sel endoderm ini menebal membentuk bagian
medial bakal tiroid. Lobus ini akan turun, di daerah colli anterior, sampai dengan struktur yang
nantinya menjadi tulang hyoid dan laring. Saat penurunan ini, tiroid tetap berhubungan dengan
foramen caecum melalui suatu saluran yang disebut duktus tiroglossus. Selain itu terdapat pula
sepasang bagian lateral bakal tiroid yang berasal dari kantung brachial keempat
(neuroektodermal yang mengandung calcitonin producing parafollicular atau C-cells). Pada
minggu gestasi ke-5, duktus tiroglossus mengalami obliterasi dan bakal-bakal tiroid ini akan
bersatu. Pada minggu gestasi ke-8, duktus tiroglossus menghilang dan mulai terbentuk folikel-
folikel kelenjar tiroid. Pada minggu ke-11 mulai terbentuk jaringan koloid.
ANATOMI

Kelenjar tiroid terletak di leher anterior, posterior dari srap musles (sternotiroid dan
sternohioid). Kelenjar tiorid normal pada dewqasa berbobot sekitar 20 gram, berwarna coklat.
Lobus tiroid terletak besebelahan dengan kartilago tiroid, berhubungan ditengah melalui
isthmus yang terletak sedikit dibawah kartilago krikoid. Lobus piramidalis dapat ditemukan
pada 50 % pasien yang menjalani operai tiroid. Tiroid ke arah superior mencapai bagain tengah
kartilago tiroid, sedangkan ke arah lateral sampai dengan selubung karotis dan m.
sternokleidomastoideus. Kelenjar tiroid dibungkus oleh lapisan fascia, dibentuk oleh bagian dari
fascia servikalis profunda, yang terbagi menjadi bagian anterior dan posterior. Kapsul tiroid
sendiri berupa lapisan tipis yang berikatan di bagian posterior dengan ligamentum Berry sejajar
kartilago krikoid dan cincin trachea. Ligamentum inilah yang memfiksasi kelenjar tiroid tetap
pada posisi yang seharusnya.
1. Vaskularisasi

Terdapat 2 kelompok sumber perdarahan kelenjar tiroid, yaitu:

a. A. tiroidea superior

Berasal dari a. karotis eksterna ipsilateral. Kemudian arteri ini akan bercabang
menjadi dua, yaitu cabang anterior dan posterior, masuk ke bagian superior tiroid.

b. A. tiroidea inferior

Berasal dari cabang tiroservikal dari a. subklavia. Kemudian arteri ini berjalan di
belakang selubung karotis, masuk kebagian tengah tiroid.

c. A. tiroidea ima

Berasal dari aorta atau inominata (hanya terdapat pada 1 – 4 % individu), kemudian
masuk ke bagian isthmus atau menggantikan a. tiroidea inferior yang hilang.

Sedangkan aliran vena tiroid adalah:

a. V. tiroidea superior

Berjalan sejajar a. tiroidea superior menuju v. jugularis interna.

b. V. tiroidea media

Memiliki variasi perjalanan yang banyak, nemun tetap bermuara ke v. jugularis


interna.

c. V. tiroidea inferior

Vena ini seirng membentuk pleksus, menuju v. brakhiosefalik.

2. Inervasi

N. laringeus rekurens kiri adalah cabang dari n. vagus, menyilang di aorta, melingkari
ligamnetum arteriosum, dan berjalan ke arah superior sepanjang celah trakheoesofageal. N.
laringeus rekurens adalah cabang dari n. vagus, menyilang a. subklavia kanan, berjalan di
belakang arteri kemudian ke arah superior. N. laringues rekurens berakhir dengan memasuki
laring posterior memalui m. krikotiroid. Nervus ini mempersarafi otot-otot intrinsik laring,
kecuali m. krikotiroid (oleh n.laringeus eksterna). Cedera saraf ini akan menyebabkan paralisis
pita suara ipsilateral sehingga menimbulka gejala suara serak dan batuk-batuk. Persarafan
simpatik kelenjar tiroid berupa serabut saraf yang berasal dari ganglia simpatik servikalis
superior dan medi, yang berjalan sejajar bersamaan dengan pembuluh darah dan berfungsi
sebagai vasomotor. Sedangkan persarafan parasimpatik berupa serabut saraf yang berasal dari n.
vagus yang mencapai lobus tiroid melalui cabang –cabang dari n. laryngeal.

3. Kelenjar paratiroid

Sebagian besar individu memiliki 4 buah kelenjar paratiroid, ditemukan pada 1 cm dari
titk pertemuan a. tiroidea inferior dan n. laringeus rekurens. Lobus superior berada di dorsal n.
laringeus rekurens, sedangakn lobus inferior berada di ventral nervus tersebut. Sumber
perdarahn utama adalah cabang dari a. tiroidea inferior.

4. Drainase limfatik

Sistem limfatrik intraglandular menghubungkan kedua lobus tiroid di isthmus kemudian


mengalir ke struktur peritiroidal dan KGB leher (pretrakheal, paratrakheal, peritiroidal, n.
laringeus rekurens, mediastinal superior, retrofaringeal, esophageal, jugular chain superior,
jugular chain medial, jugular chain inferior). KGB ini dibagi menjadi 7 level, KGB yang berada
di antara kedua selubung karotis adalah KGB sentral, sedangakan yang diluar itu adalah KGB
lateral.

INDIKASI OPERASI TIROIDEKTOMI

1. Goiter besar/multinodular goiter

2. Kecurigaan keganasan

3. Penekanan ke organ sekitar

4. Tirotoksikosis residif setelah penghentian obat/nonresponsive

5. Severe ophtalmopathy

6. Kosmetik

KONTRAINDIKASI OPERASI TIROIDEKTOMI

Tumor inoperable (sudah ekstensi ke struktur organ lain)

TEKNIK OPERASI

• Posisi penderita telentang, leher ekstensi dg ganjal bantal dibawah pundak penderita, posisi
meja sedikit “head up”, dg sudut 20 derajat (reverse Trendelenburg).

• Kepala diletakkan diatas donut baloon, yakinkan posisi dagu sejajar dg long axis tubuh pd garis
median.
• Desinfeksi lapangan operasi dg batas lateral: tepi depan m.trapezius, batas atas: bibir bawah,
batas bawah: kosta 3.

• Dibuat marker untuk insisi dg menggunakan silk 2-0 pd lipatan kulit leher ± 2 jari diatas sternal
notch (atau 1 cm dibawah kartilago krikoid), memanjang sampai ke tepi anterior
sternokleidomastoid.

• Incisi sesuai marker


• Bebaskan flap bagian superior

• Bebaskan flap bagian inferior


• Vertikal incise di midline m. sternohyoid

• Incisi fascia yang membungkus tiroid

• m. sternotiroid dan sternohyoid diretraksi


Pengeluaran kelenjar tiroid

• Bebaskan pool atas : ligasi arteri dan vena thyroidea superior


• Ligasi arteri dan vena thyroidea media dan inferior

• Pembebasan isthmus dengan anterior trachea

• Pengangkatan lobus tiroid


• Rawat perdarahan

• Aproksimasi m. pretiroid

• Repair m. platysma dan subkutis secara terpisah


• Posisi leher dikembalikan dg mengambil bantal dibawah pundak penderita.

• Evaluasi ulang, rawat perdarahan.

• Pasang drain Penrose (Shah) melalui celah pada luka atau vacum drain ditembuskan ke kulit
searah dg tepi sayatan luka operasi, kemudian difiksasi dg silk 3/0.

• Pada waktu ekstubasi, perhatikan keadaan pita suara dg melihat laring menggunakan
laringoskop, adakah parese / asimetri pada korda vokalisnya.

KOMPLIKASI PASKA OPERASI

Awal

– Perdarahan

– Paralise n.rekuren laringeus

– Paralise n.laringeus superior

– Trakeomalasia

– Infeksi

– Tetani hipokalsemia

– Krisis tiroid (thyroid storm)

Lanjut
– Keloid

– Hipotiroid

– Hipertiroid yang kambuh

EVALUASI PASKA OPERASI

• Drain diobservasi produksinya, bila dalam 1 jam pertama produksinya > 100 cc atau apabila
sampai timbul gangguan nafas maka perlu disiapkan re-open untuk eksplorasi dan hemostasis

• Bila produksi < 10 cc / 24 jam, serous, drain bisa dilepas

• Rawat luka pada hari ke-3 (atau pada saat lepas drain), evaluasi infeksi nosokomial.

• Penderita boleh pulang sehari setelah lepas drain.

• Angkat jahitan hari ke-7, evaluasi infeksi nosokomial.


DAFTAR PUSTAKA

1. Lal G, Clark OH, Thyroid, parathyroid, and adrenal. In: Brunicardi FC et al, editor, Schwartz

Principles of Surgery, 8th Ed. USA : McGraw-Hill Co., 2005 ; 1395-448

2. Fraker DL, Skarulis M, Livolsi V. Thyroid Tumors. In : DeVita Jr. VT, Hellen S, Rosenberg SA.
Cancer Principles Practise of Oncology, 6th Ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins,
2001; 1940.
3. Zollinger, Atlas of Surgery. Thyroidectomy. th Ed. USA : McGraw-Hill Co., 2005 ; 894-905.

Anda mungkin juga menyukai