Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang
berbahagia sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan
penduduk, dan membantu usaha peningkatan perpanjangan harapan hidup,
menurunnya tingkat kematian bayi serta menurunnya kematian ibu karena
kehamilan dan persalinan (Hartanto,2002). Keluarga Berencana !asional
mempunyai arti penting dalam pelaksanaan pembangunan dibidang
kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sehingga harus dilaksanakan
secara berkesinambungan (BKCS-KB Kota metro,2006)
Di Indonesia terdapat 66% PUS yang mengikuti Keluarga Berencana,
hal ini berarti ada sekitar 34% PUSdi Indonesia yang tidak mengikuti
Keluarga Berencana. Kondisi tersebut bila tidak diinter-ensi,
dikhawatirkan dalam beberapa tahun kedepan indonesia akan mengalami
ledakan jumlah penduduk. 6anita saat akan menentukan kapan dan metode
kontrasepsi apa yang akan digunakan harus mempertimbangkan pengaruh
metode kontrasepsi terhadap 4ungsi reproduksi, salah satu alasan yang
paling banyak disebutkan dalam penghentian kontrasepsi adalah efek
samping yang dirasakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh WHO
pada 5332 wanita yang telah mempunyai anak di 14 negara berkembang
menunjukkan bahwa banyak wanita berhenti menggunakan kon trasepsi
IUD, oral dan suntik dikarenakan mereka tidak dapat menerima perubahan
pola menstruasi (Klobinsky, 1997)
Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya
tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan dalam
menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita takut siklus normalnya berubah
karena mereka takut perdarahan yang lama dapat mengubah pola
hubungan seksual dan juga dapat membatasi akti-itas keagamaan maupun
budaya. Dinamika seksual dan kekuasaan antara pria dan wanita dapat

1
menyebabkan penggunaan kontrasepsi terasa canggung bagi wanita.
Pendapat suami mengenai Keluarga Berencana cukup kuat pengaruhnya
untuk menentukan penggunaan metode keluarga berencana oleh istri.
Berbagai budaya mendukung kepercayaan bahwa pria mempunyai hak
akan fertilitas istri mereka. Di Papua Nugini dan Nigeria, wanita tidak
dapat membeli kontrasepsi tanpa persetujuan suami.(Klobinsky,.1997).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah konsep keperawatan pada komunitas kelompok pasangan
usia subur?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep keperawatan komunitas pada
pasangan usia subur dan asuhan keperawatanya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pasangan usia subur
2. Mengetahui batasan umur pada pasangan usia subur
3. Mengetahui masalah kesehatan komunitas pasangan usia subur
4. Mengetahui upaya pelayanan kesehatan terhadap pasangan usia subur
5. Mengetahui hukum dan perundang-undangan yang terkait dengan
pasangan usia subur 
6. Mengetahui peran perawat pada kelompok pasangan usia subur.
7. Mengetahui program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan
komunitas pasangan usia subur.
8. Mengetahui konsep keperawatan pada posyandu pasangan usia subur.
9. Mengetahui Asuhan keperawatan pada kelompok pasangan usia subur.

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep keperawatan pada
komunitas kelompok pasangan usia subur serta mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pada komunitas pasangan usia subur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal
terlebih organ reproduksinya.
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan
memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran
dengan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan
dapat diperhitungkan untuk miningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas
generasi yang akan datang.
Pasangan usia subur yang istrinya dibawah umur 20 tahun dapat
menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang melahirkan dan anak yang
dilahirkan.

2.2 Ruang Lingkup Pasangan Usia Subur

Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-
49 tahun yang kemudian dibagi menjadi 3 kelompok yakni :

 Dibawah usia 20 tahun


 Antara 20-35 tahun
 Usia diatas 35 tahun

Berdasarkan pertimbangan fisik dan mental usia terbaik melahirkan adalah


antara 20-35 tahun, sehingga sangat dianjurkan bagi setiap wanita dapat
menikah diatas 20 tahun.

Upaya peningkatan cakupan dilakukan melalui :

 Peningkatan akses informasi


 Peningkatan akses pelayanan pusat informasi dan konseling (PIK)
remaja

3
 Peningkatan kualitas dan pengelolaan, jaringan serta keterpaduan
program PIK-Remaja sehingga remaja dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan
reproduksi dan pemenuhan hak-hak reproduksi bagi remaja secara
terpadu dengan memperlihatkan keadilan seluruh gender.

2.3 Rumus Perhitungan Pasangan Usia Subur

Presentase cakupan PUS yang usia istrinya di bawah 20 tahun.

 Jumlah PUS yang usia istrinya < 20 tahun x 100%


 Jumlah PUS yang usia istrinya 15-49 tahun

Keterangan :

 Pembilang : jumlah PUS yang usia istrinya < 20 tahun


 Penyebut : jumlah PUS yang usia istrinya 15-49 tahun

Satuan indikator : presentase (%)

2.4 Masalah dan Kebutuhan yang Dialami Pasangan Usia Subur

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam


memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut normal.
Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas
(kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian
masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam
penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka
kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu,
petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti
oleh masyarakat luas.

1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berawal dari kata kontrol berarti mencegah atau melawan
sedangkan kontasepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan
sel sperma yang mengakibatkan kehamilan . jadi, kontasepsi adalah

4
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma (Fitria,2008)
 Syarat-syarat kontrasepsi (Hartanto,2007)
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
b. Lama kerja dapat diatur menurut keinginan
c. Efek samping yang merugikan tidak ada atau minimal
d. Harganya dapat dijangkau masyarakat
e. Cara penggunaan sedehana
f. Tidak menganggu hubungan suami istri
g. Tidak memerlukan kontrol yang ketat selama pemakaian
 Macam metode atau cara kontrasepsi
a. Metode kontrasepsi sederhana
1. Tanpa alat atau obat, antara lain
a) Metode kalender (pantangan berkala)
b) Metode lender servik
c) Metode suhu basal
d) Coitus interutus (senggama terputus)
e) Metode simpto-therma
2. Dengan alat atau obat, antara lain
a) Mekanisme (barrier)
b) Kondom
c) Intovagina wanita antara lain : diafragma, spons dan
kap sevix
d) Kimiawi dengan spermisid antara lain : vaginal
cream, vaginal foam, vagina jelly, vagina
suppositoria, vaginal tablet
b. Metode kontrasepsi efektif
1. Kontrasepsi hormonal (KB pil dan suntik)
2. Implan
3. Alat kontrasepsi dalam rahim
c. Metode kontrasepsi (Hartanto,2007:42)
1. Metode operatif pria (MOP/Vasektomi)

5
2. Metode operatif wanita (MOW/Tubektomi)

Tujuan dari penggunaan alat kontrasepsi adalah :

a. Menunda kehamilan, ditujukan untuk PUS yang berusia < 20


tahun
b. Mengatur kehamilan
Masa saat istri berusia antara 20-30 tahun adalah yang paling
baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak
antara kelahiran adalah 2-4 tahun.
c. Saat istri berusia > 30 tahun, terutama > 35 tahun sebagai
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak
(Hartanto,2007:30)

2. Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk
mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung
(Keperawatan Medikal Bedah)
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang
telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak,
(Sarwono,2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama setahun
belum berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba,
2001).
Klasifikasi infertilitas terdiri dari 2 macam :
1. Infertilitas primer : jika perempuan belum berhasil hamil walaupun
koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama
12 bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder : jika perempuan pernah hamil namun tidak
berhasil untuk hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut

6
3. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista dan pengaruhnya yang
berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran
kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi
standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering
menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.

Penyakit tersebut ditandai amenore, hirsutism (pertumbuhan rambut yang


berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas,
infertilitas dan pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak
seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.

4. PMS (Penyakit Menular Seksual)


PMS adalah salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit pada
dewasa muda laki-laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda
perempuan di negara berkembang. Beberapa faktor penghambat dari
perilaku PUS tentang PMS disebabkan masih kurangnya informasi-
informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan PMS itu sendiri,
dan sikap dari PUS tentang PMS tersebut. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan antara umur dengan sikap wanita usia subur
tentang penyakit menular seksual, begitu juga antara umur dengan
pengetahuan PUS tentang PMS.

Strategi dalam pelaksanaan PMS pada pasangan usia subur sebagai


berikut :

1) Memutuskan mata rantai penularan PMS termasuk infeksi HIV


melalui:
a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual
b. Pencegahan penularan melalui darah dan produk darah
c. Pencegahan penularan dari ibu ke anak (perinatal)
2) Memberikan dukungan pelayanan kesehatan/sosial bagi mereka yang
terinfeksi HIV dan keluarganya.

7
3) Menyatukan semua sumber daya dan dana baik nasional dan
intemasional untuk kegiatan-kegiatan pencegahan dan pemberantasan
PMS termasuk infeksi HIV/AIDS.

2.5 Promosi Kesehatan yang Diberikan pada Pasangan Usia Subur

Saat ini, Pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan angka


kelahiran karena banyaknya penduduk Indonesia melakukan pernikahan
dalam usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa dimana keduanya
memiliki keturunan yang banyak. Untuk itu, perlunya penyuluhan dalam
mengatasi masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi pada
pasangan tersebut.

Para petugas kesehatan harus memberi penyuluhan KB dan alat


kontrasepsi dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan keinginannya. Salah satu alat
kontrasepsi baik untuk pria dan wanita, yaitu :

1. Vasektomi
Vasektomi adalah metode operasi pria (MOP) dengan jalan memotong
vas deferen sehingga tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma.
Setelah menjalani vasektomi tidak segera akan steril, tetapi
memerlukan sekitar 12 kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dari
spermatozoa. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan kondom selama
12 kali sehingga bebas untuk melakukan hubungan seksual.
2. Tubektomi
Tubektomi adalah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopi
wanita. Keuntungan dari tindakan ini adalah :
a. Motivasi hanya dilakukan sekali saja
b. Efektivitas hampr 100%
c. Tidak mempengaruhi libiduo seksualis
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.

8
Pelaksanaan tuubektomi dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan
dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena belum dipersulit dengan
edema tuba, infeksi, dan alat-alat genital belum menciut.

Tubektomi dan vasektomi dilakukan pada pasangan yang tidak


menginginkan anak lagi yang sering disebut kontap (kontrasepsi mantap).
Dalam pemilihan kontrasepsi ini, diperlukan pemikiran yang matang.

2.6 Peran Perawat

a. Memberi penyuluhan pada pasangan usia subur mengenai pemilihan KB


b. Memberi Health Education mengenai pentingnya mengatur jarak
kehamilan
c. Menyarankan pasangan usia subur untuk menyelesaikan masalah dengan
mengkonsultasikan pada petugas kesehatan.

9
BAB III

STUDI KASUS

Dari hasil survei di RT 02 RW 01 Kelurahan A diperoleh data jumlah


penduduk terdiri dari 162 jiwa, dengan rincian usia 0-5 tahun berjumlah 25 jiwa,
6-12 tahun 34 jiwa, 13-29 adalah 32 jiwa, 20-45 tahun berjumlah 43 jiwa dengan
rincian data 38 perempuan, 25 laki-laki dan diantaranya terdapat 10 pasangan usia
subur sedangkan penduduk >45 tahun berjumlah 38 jiwa. Mayoritas penduduk
adalah Islam (72%), Kristen (24%) dan Hindu (4%). Dari hasil wawancara dengan
ketua RT 73% kelompok usia 20-45 tahun aktif bekerja baik sebagai petani
maupun peternak dengan penghasilan rata-rata Rp 1.000.000. Tingkat pendidikan
kelompok usia tersebut masih cukup rendah dengan 65% merupakan tamatan SD
dan SMP. Tingkat kekeluargaan dan kerukunan penduduk sangat baik terbukti
sering diadakan kerja bakti setiap 1 bulan sekali.
Menurut data yang ada pada RT 02 RW 01 kelurahan A sudah terdapat
fasilitas pelayanan kesehatan berupa puskesmas akan tetapi pelayanan masih
kurang baik. Lokasi puskesmas masih cukup jauh dengan persebaran penduduk
kelompok pasangan usia subur yang ada sehingga dari total kelompok penduduk
pasangan usia subur yang ada (10 pasang) hanya sekitar 3 pasangan yang
mengetahui dan aktif mengikuti kegiatan puskesmas. Sedangkan 7 pasangan usia
subur sudah mengetahui tapi tidak aktif mengikuti kegiatan puskesmas. Salah satu
program puskesmas yaitu program KB. Penyebab yang paling banyak pasangan
usia subur tidak aktif mengikuti program KB dikarenakan adanya anggapan tidak
penting dan fokus untuk mencari nafkah untuk keluarganya ditambah juga tidak
adanya asuransi yang mennaggung untuk program. Keparahan bertambah akibat
kurang aktifnya tenaga puskesmas yang kurang aktif dalam penyebaran informasi
terhadap pasangan usia subur yang tidak mengikuti program puskesmas tersebut.
Sehingga hal yang diakibatkan tidak adanya informasi mengenai penyuluhan KB
yang meluas dan menyebabkan pertumbuhan penduduk yang meledak. Data
kelahiran setiap tahunnya sebanyak 5 kelahiran dari 10 pasangan usia subur dan
data kematian hanya 1 atau bahkan tidak ada di setiap tahunnya.

10
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
a. Data inti
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri :
Jumlah penduduk : 162 jiwa.
1) Umur : 0 – 5 th : 25
6 – 15 th : 47
15 – 19 th : 19
20 – 49 th : 43
> 49 th : 28
2) Pendidikan : Tingkat pendidikan pasangan usia subur masih
cukup rendah 65% merupakan tamatan SD maupun SMP.
3) Jenis kelamin :Pada kelompok usia 15-45 tahun :
Perempuan : 38 orang
Laki-laki : 24 orang
4) Pekerjaan : Petani dan peternak
5) Agama : Mayoritas penduduk Islam (Islam (72%), Kristen (24%)
dan Hindu (4%).
6) Nilai – nilai : 7 dari 10 pasangan subur beranggapan bahwa
penyuluhan KB di puskesmas tidak penting, daripada berkerja untuk
mencari nafkah untuk keluarga.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas
1. Lingkungan Fisik
Menurut hasi observasi lingkungan RT 02 RW 01 Kelurahan A sudah
baik, kebersihan lingkungan sangat terjaga karena sering diadakan kerja
bakti rutin penduduk.
2. Pelayanan kesehatan dan social
3. terdapat fasilitas pelayanan kesehatan berupa puskesmas akan tetapi
pelayanan masih kurang baik. Lokasi puskesmas masih cukup jauh
dengan persebaran penduduk kelompok pasangan usia subur yang ada
sehingga dari total kelompok penduduk pasangan usia subur yang ada

11
(10 pasang) hanya sekitar 3 pasangan yang mengetahui dan aktif
mengikuti kegiatan puskesmas. Sedangkan 7 pasangan usia subur sudah
mengetahui tapi tidak aktif mengikuti kegiatan puskesmas. Salah satu
program puskesmas yaitu program KB. Penyebab yang paling banyak
pasangan usia subur tidak aktif mengikuti program KB dikarenakan
adanya anggapan tidak penting dan fokus untuk mencari nafkah untuk
keluarganya ditambah juga tidak adanya asuransi yang mennaggung
untuk program. Keparahan bertambah akibat kurang aktifnya tenaga
puskesmas yang kurang aktif dalam penyebaran informasi terhadap
pasangan usia subur yang tidak mengikuti program puskesmas tersebut.
4. Ekonomi
Status ekonomi pasanganusia subur yang ada di RT 02 RW 01 Kelurahan
A menurut hasil wawancara dengan ketua RT 73% kelompok usia 20-45
tahun aktif bekerja baik sebagai petani maupun peternak dengan
penghasilan rata-rata Rp 1.000.000 yang kiranya cukup kurang untuk
menghidupi 4-7 orang per KK.
5. Keamanan
Lingkungan RT.02 dapat dikatakan cukup aman. Hal ini dikarenakan
tingkat kebersamaan antar warga juga erat, sarana dan prasarana kurang
memadai.
6. Politik dan kebijakan pemerintah
Upaya pemerintah yang ada di kawasan tersebut adalah penempatan
puskesmas yang cukup jauh dari penyebaran rumah warga. Ditambah
lagi program-program puskesmas belum berjalan maksimal dikarenakan
sosialisasi dari pihak puskesmas masih kurang.
7. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi dan sosialisasi petugas kesehatan puskesmas masih
kurang baik terkait dengan masih adanya penduduk yang tidak
menghimbau adanya program puskesmas untuk pasangan usia subur.
8. Pendidikan
Tingkat pendidikan pasangan usia subur masih cukup rendah 65%
penduduk kelompok usia 20-45 tahun adalah lulusan SD maupun SMP.

12
Hal ini berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan pasnagan usia subur
akan pentingnya mengikuti program puskesmas dan program-progran
lain yang berkaitan untuk menunjang kesehatan dan kesejahteraan
pasangan usia subur.
9. Rekreasi
Penduduk pasangan usia subur RT.02 jarang melakukan rekreasi karena
tidak terdapat area rekreasi yang dekat dengan wilayah mereka.
4.2 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Keperawatan
DS : Lokasi puskesmas Ketidakpatuhan
Masyarakat beranggapan tidak masih cukup jauh (D.0111)
penting untuk mengikuti
penyuluhan KB di puskesmas dan Adanya program KB
lebih fokus mencari nafkah untuk dari puskesmas
keluarganya.
DO : tidak adanya
1. Sudah terdapat fasilitas asuransi yang
pelayanan kesehatan menaggung untuk
berupa puskesmas akan program tersebut.
tetapi pelayanan masih
kurang baik. Kurangnya minat
2. Lokasi puskesmas masih dan penghasilan
cukup jauh dengan
persebaran penduduk Ketidakpatuhan
kelompok pasangan usia
subur.
3. kelompok penduduk
pasangan usia subur yang
ada (10 pasang) hanya
sekitar 3 pasangan yang
mengetahui dan aktif
mengikuti kegiatan

13
puskesmas. Sedangkan 7
pasangan usia subur sudah
mengetahui tapi tidak aktif
mengikuti kegiatan
puskesmas.
4. tidak adanya asuransi yang
menaggung untuk program
puskesmas tersebut.
5. kurang aktifnya tenaga
puskesmas yang kurang
aktif dalam penyebaran
informasi terhadap
pasangan usia subur yang
tidak mengikuti program
puskesmas tersebut.
DS : Lokasi puskesmas Masalah Aktual :
Masyarakat beranggapan tidak masih cukup jauh perilaku
penting untuk mengikuti kesehatan
penyuluhan KB di puskesmas dan Adanya program KB cenderung
lebih fokus mencari nafkah untuk dari puskesmas beresiko (D0099)
keluarganya.
DO : tidak adanya
1. Sudah terdapat fasilitas asuransi yang
pelayanan kesehatan berupa menaggung untuk
puskesmas akan tetapi program tersebut.
pelayanan masih kurang
baik. Kurangnya minat
2. Lokasi puskesmas masih dan penghasilan
cukup jauh dengan
persebaran penduduk Ketidakpatuhan
kelompok pasangan usia
subur.
3. kelompok penduduk perilaku kesehatan

14
pasangan usia subur yang ada cenderung beresiko
(10 pasang) hanya sekitar 3
pasangan yang mengetahui
dan aktif mengikuti kegiatan
puskesmas. Sedangkan 7
pasangan usia subur sudah
mengetahui tapi tidak aktif
mengikuti kegiatan
puskesmas.
4. tidak adanya asuransi yang
mennaggung untuk program
puskesmas tersebut.
5. kurang aktifnya tenaga
puskesmas yang kurang aktif
dalam penyebaran informasi
terhadap pasangan usia subur
yang tidak mengikuti
program puskesmas tersebut.

Masalah Keperawatan yang muncul

1. Ketidakpatuhan
2. Masalah Aktual : perilaku kesehatan cenderung beresiko (D0099)

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal
terlebih organ reproduksinya. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat
menjaga dan memanfaatkan kesehatan reproduksinya.

5.2 Saran
Sebagai pasangan usia subur memang seharusnya menjaga dan
memanfaatkan organ reproduksinya sebaik mungkin untuk masa depan. Dan
sebagai tenaga kesehatan, perawat juga bertugas untuk mengedukasi
pengetahuan tentang organ reproduksi kepada masyarakat dan memberikan
layanan konsultasi untuk masalah keseatan reproduksi.

16
Daftar Pustaka
Sumber :
Benson, Ralph.2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:Arcan
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: ECG
Burner and suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
volume 2. Jakarta : ECG
Manuaba. IBG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta:ECG
Reeder, Sharon J .2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga. Edisi 18. Jakarta: ECG
Wiknjosastro.Hanifa.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP

17

Anda mungkin juga menyukai