Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Ariq

14050119130050

 Apakah tindakan Light Yagami membunuh pelaku kejahatan dengan menggunakan


Death Note adalah suatu tindakan kejahatan? Mengapa?
 Jika anda mendapatkan DEATHNOTE, apakah anda akan menggunakannya? Jika ya,
apakah anda akan menggunakannya untuk menghabisi penjahat seperti Light Yagami
atau menggunakannya untuk menghabisi musuh-musuh anda? Jika tidak
menggunakan, mengapa?

1. Tindakan light Yagami melakukan pembunuhan dapat digolongkan dalam


pelanggaran hukum substantif mayoritas negara di dunia—mayoritas hukum
substantif menyatakan bahwa pembunuhan dilarang— Mungkin perilaku
pembunuhan antar manusia dianggap lazim, masih terjadi pada suku-suku yang tidak
tersentuh teknologi seperti suku Sentinel yang tinggal di laut Andaman. Penting
menilik konsep antara “brute facts” dan “Institutional facts”; Bertolak dari brute
facts, yang termasuk adalah kejadian-kejadian yang tidak disusupi kerangka pola
hidup manusia seperti seekor kijang yang disantap oleh macan atau bintang yang
bersinar terang pada malam hari. Sedangkan Institutional facts berangkat dari sistem
kehidupan manusia, pertanyaan seperti “Siapakah Presiden Amerika yang pertama?”
dapat dimasukkan kedalam Institutional facts. Bisa disimpulkan fakta ini mengupas
sesuatu yang merupakan kenyataan di dalam pergaulan manusia. Tindakan
pembunuhan dapat “dikupas” melalui institutional facts karena terdapat anggapan
bahwa saling membunuh bukanlah perilaku elok, membunuh adalah perilaku keji.

Membunuh orang baik tidak diperbolehkan, membunuh orang jahat juga tidak
diperbolehkan. Bila tanpa menggunakkan Death Note untuk melakukan pembunuhan,
saya cenderung berani melakukan kejahatan tersebut. Sebab, kejahatan yang
dilakukan sepenuhnya saya lakukan dengan sumber daya terbatas dan kesadaran
untuk menanggung risiko hokum yang saya rasakan. Dengan begitu perhitungan
kapan momentum yang tepat, berapa jumlah orang yang dapat saya habisi tentunya
terbatas. Saya menjadi lebih rasional dalam melakukan tindakan saya bila tanpa Death
Note.
Tindakan pembunuhan memang tidak bisa dientaskan dan besar kemungkinan ada
individu atau entitas kelompok yang diduga melakukan pembunuhan. Dalam konteks
tindakan Light Yagami, dorongan untuk menghilangkan nyawa manusia didasarkan
oleh rasa “hakim jalanan”. Laksana Robinhood yang mengambil harta dari kaum yang
memiliki (haves) untuk dibagi rata kepada kaum yang tidak memiliki (have-not);
Tindakan light yagami melangkahi kuasa seorang apparat penegak hokum. Tapi sisi
mengerikannya bagi saya yakni light yagami berhak menentukan orang mana yang
pantas untuk meregang nyawa.
2. Tidak, sebab saya takut. Saya takut saya akan menghabisi seluruh orang yang saya
tidak suka hingga sampai pada titik saya menjadi “orang yang saya tidak suka” itu
sendiri. Secara leksikal dengan menghilangkan suatu zat, ketiadaan zat tersebut bisa
saja menciptakan dua kemungkinan. Pertama, sifat zat tersebut ternyata sangatlah
vital disamping keburukannya; Ketidakhadiran zat tersebut menstimulus memantik
marabahaya yang lebih besar. Kedua, ketidakahadiran zat tersebut membuat kondisi
alam menjadi stabil. Sikap saya ini mungkin teratribusi oleh film berjudul “Munich”
yang baru saja saya tonton. Film Munich berisi tentang balas dendam kepada suatu
kelompok. Singkat cerita, tindakan balas dendam yang dianggap heroik bagi mereka
lambat-laun malah menjadi rasa sesal. Mereka melakukan kejahatan pada orang yang
baru saja sebelum dijemput malaikat maut baru saja mengucapkan “sampai nanti”
kepada keluarga, atau sehabis membeli sayuran di toko terdekat. Ditambah, aksi balas
dendam ini juga mempercepat regenerasi kelompok lawan mereka untuk meneruskan
tonggak pimpinan ke generasi selanjutnya.

Situasi yang membuat pelik atas kuasa menggunakkan Death Note saya rasa ada pada
otoritas saya yang dapat menentukan individu mana yang harus meninggal. Jika ditilik
dengan tindakan Light Yagami, banyak ditemukan yang menjadi korban Death Note
adalah kelompok yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dari Light
Yagami. Dengan berat hati saya mengakui seandainya saya melakukan pembunuhan
tanpa bantuan Death Note menurut saya lebih masuk akal akan saya lakukan
dibanding dengan menggunakkan Death Note. Cara Berpikir saya mungkin akan
seperti diktator, menyingkirkan kelompok-kelompok yang mengganggu jalan saya.
Alhasil, kejahatan yang saya perbuat dapat langsung diasosiasikan dengan diri saya;
Lain kata bila menggunakkan Death Note, orang yang menjadi korban dari saya tidak
akan tahu apa yang menimpa dirinya. Jika meminjam teori tentang Kejahatan
“Consesus View” bahwa kejahatan adalah refleksi kesepakatan masyarakat, berarti
saya adalah lebih dari Masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang sedang menilai kadar
tindak kejahatan, akan terkejut melihat sanksi yang dirasakan pelaku kejahatan yang
melebihi sanksi dari perwakilan masyarakat (Pengadilan). Sebagai contoh tindakan
pembunuhan berencana menurut Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) akan diganjar penjara selama dua puluh tahun. Sedangkan, bila
menggunakkan Death Note ganjarannya berupa hilangnya nyawa pelaku
pembunuhan.

Anda mungkin juga menyukai