Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN YANG


BERLANGSUNG PADA ZAMAN ABBASIYAH

Disusun Oleh : Husni Tamrin

Guru pembingbing :Abijar Alghifari

Ma Al-Manaar Muhammadiyah Pameungpeuk


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung pada zaman abbasiyah hampir belum
ditemukan kesamaanya dalam perkembangan peradaban dunia islam sesudahnya. Peradaban
yang ditemukan dan dihasilkan masih digunakan sampai saat ini. Pemerintahan daulah
abasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan daulah umayyah yang telah runtuh
didamaskus dan dinamakanke kholifahan abbasiyah karena para pendiri dan pengusaha
daulah ini adalah keturunan abbaspaman nabi Muhammad SAW. Dinasti ini bertahan kurang
lebih lima setengah abad.  Masa pemerintahan daulah abbasiyah merupakan masa kejayaan
islam dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada zaman ini
umat islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu
pengetahuan baik pengetahuan rasional mauupun pengetahuan yang logika mengalami
kemajuan yang sangt pesat sehingga pada zaman itu merupakan zaman kebangkitan dan
zaman keemasan umat islam yang sangat gemilang.
2.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah daulah abbasiyah bisa mengalami kemajuan dan perkembangan yang pesat ?
2.      Apa sajakah perkembangan pendidikan islam pada masa daulah abbasiyah?
3.      Ilmu- ilmu apa sajakah yang tumbuh dan  berkembang pada daulah abbasiyah?
3.    Tujuan Makalah
1.      Supaya mahasiswa mengetahui Bagaimanakah cara daulah abbasiyah bisa mengalami
kemajuan dan perkembangan yang pesat
2.      Supaya mahasiswa mengetahui Apa sajakah perkembangan pendidikan islam pada masa
daulah abbasiyah.
3.      Supay mahasiswa mengetahui Ilmu- ilmu apa sajakah yang tumbuh dan  berkembang pada
daulah abbasiyah.

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Perkembangan Dan Kemajuan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah


Masa Bani abbasiyah merupakan puncak perkembangan ilmu pengetahuan dan ajaran
islam. Hal ini disebabkan Harun Al-Rasyid memanfaatkan kekayaanya untuk membangun
rumah sakit, untuk keperluan  social, untuk mendirikan lembaga pendidikan kedokteran,
farmasi, ilmu astronomi, matematika, kritik sastra. Ilmu pengetahuan tidak hanya
berkembang di Baghdad tetapi juga di Basrah, Jundabir,Kufah Dan Harran. Pada masa
kekuasaan al-Makmun banyak di datangkan penterjemah dari berbagai Negara untuk
menterjemahkan buku-buku yang menggunakan bahasa Yunani. Al-muk’min juga
membangun beberapa sekolah. Karya besar Al-ma’mun adalah membangun Bait Al-Hikmah
yang digunakan sebagai perpustakaan besar dan perpustakaan umum  yang disebut darul ilmi.
Bait Al-Hikmah juga sebagai pusat penterjemah buku-buku. Bait Al-Hikmah juga berfungsi
sebagai perguruan tinggi yang memili banyak buku yang tidak dapat ditemukan ditempat
lain. Sehingga banyak orang yang dating ke Baghdad untuk menimba ilmu.
Pada masa Bani Abbasiyah banyak didirikan institusi pendidikan. Harun Al-Rasyid
mendirikan Baitul Hikmah sebagai pusat penterjemahan buku-buku asing dan pusat
pengajian. Al-Ma’mun berhasil menjadikan Baghdad sebagai kota pusat pengetahuan yang
ramai dikunjungi orang dari berbagai kota di dunia. Bani Saljuk dan perdana mentri Nizam
Al-Muluk berhasil mendirikan madrasah Nizamiyyah sebagai institusi pendidikan tinggi di
kota Naisabur. Pada masa ini juga banyak ditemui khuttab dan tempat pengajian umum,
perpustakaan, maupun kedai-kedai buku disekitar Baghdad.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah berbeda dengan pendidikan pada masa Bani
Umayyah. Pada masa ini guru mendapat gaji yang sangat tinggi. Banyak guru yang belajar ke
luar kota untuk menambah pengetahuan mereka. Sebagian besar guru-guru pada masa
khalifah Bani Abbasiyah mencintai kesastraan dan ilmu-ilmu pengetahuan dan bahasa
administrasi sehingga banyak orang non muslim yang sedang belajar di Baghdad menjadi
muallaf.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah berlangsung dikhutbab sebagai tempat belajar
membaca, menulis, mengaji, membaca iqra, dan membaca Al-quran. Bagi mereka yang sudah
pandai membaca akan diajarkan ilmu pengetahuan lain, seperti kimia, matematika, astronomi,
sastra, dan ilmu filsafah.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah banyak melahirkan ilmuan dan temuan baru.
Al-Fazari berhasil mengembangkan ilmu astrologi dan sebagai astronom islam pertama yang
berhasil menyusun astrolobe. Dalam bidang Kedokteran Ibnu Sina berhasil menulis buku al-
Qanun fi al-Tiib yang menjadi buku fenomenal. Ibnu Sina juga menemukan system peredaran
darah pada manusia. Dalam bidang Kimia Jabir ibn Hayyan, mengemukakan pendapatnya
bahwa logam seperti besi, tembaga dan timah dapat diubah menjadi perak atau emas. Dan
masih banyak lagi ilmuan besar beserta temuan hebatnya yang lahir pada masa ini.[1]
1.    Tujuan Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah
Pada masa Nabi masa kholifah rasyidin dan umayyah, tujuan pendidikan hanya satu,
yaitu keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena Allah dan mengharap keridhoan-Nya.
Namun pada masa Abbasiyah tujuan pendidikan itu telah bermacam-macam karena pengaruh
masyarakat pada masa itu. Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut :
-          Tujuan Keagamaan Dan Akhlak
Anak-anak dididik dan diajar membaca atau menghafal Al-Quran merupakan suatu
kewajiban dalam agama, supaya mereka mengikuti ajaran agama dan berakhlak menurut
agama.
-          Tujuan Kemasyarakatan
Para pemuda pada masa itu belajar dan menuntut ilmu supaya mereka dapat mengubah
dan memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yng penuh dengan kejahilan menjadi
masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur menuju
masyarakat yang maju dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu yang
diajarkan di Madrasah bukan saja ilmu agama dan Bahasa Arab, bahkan juga diajarkan ilmu
duniawi yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat.
-          Cinta Akan Ilmu Pengetahuan
Masyarakat pada saat itu belajar tidak mengharapkan apa-apa selain dari pada
memperdalam ilmu pengetahuan. Mereka merantau keseluruh negeri islam untuk menuntut
ilmu tanpa memperdulikan susah payah dalam perjalanan yang umumnya dilakukan dengan
berjalan kaki atau mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan jiwanya
untuk menuntut ilmu.
-          Tujuan Kebendaan
Pada masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan penghidupan yang layak
dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau memungkinkan mendapat kemegahan dan kekuasaan
di dunia ini, sebagaimana tujuan sebagian orang pada masa sekarang.
-          Tingkat-Tingkat Pengajaran
Pada masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat, yaitu :
a.    Tingkat sekolah rendah, namanya kuttab sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Di samping
kuttab ada pula anak-anak belajar dirumah, di istana, di toko-toko dan di pinggir-pinggir
pasar. Adapun yang dipelajari meliputi : membaca Al-Quran dan menghafalnya, pokok-
pokok ajaran islam, menulis kisah orang-orang besar islam, membaca dan menghafal syair-
syair atau prosa, berhitung dan juga pokok-pokok nahwu shorof ala kadarnya.
b.    Tingkat sekolah menengah, yaitu masjid dan majelis sastra dan ilmu pengetahuan sebagai
sambungan pelajaran di khuttab. Adapun pelajaran yang di ajarkan meliputi : Al-Quran,
Bahasa Arab, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, Shorof, Balaghoh, ilmu pasti, Mantiq, Falaq,
Sejarah, ilmu alam, kedokteran, dan music.
c.    Tingkat perguruan tinggi, seperti Baitul Hikmah di Baghdad dan Darul Ilmu di Mesir
( Kairo ), dimasjid dan lain-lain. Pada tingkatan ini umumnya perguruan tinggi terdiri dari
dua jurusan :
1.        Jurusan ilmu-ilmu agama dan Bahsa Arab serta kesastraannya. Ibnu Khaldun menamainya
ilmu itu dengan Ilmu Naqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi : Tafsir Al-
Quran, Fiqih, Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan juga Bahasa Arab.
2.        Jurusan ilmu-ilmu hikmah ( filsafat ), Ibnu Khaldun menamainya dengan Ilmu Aqliyah. Ilmu
yang diajarkan pada jurusan ini meliputi ; Mantiq, ilmu alam dan kima, music, ilmu-ilmu
pasti, ilmu ukur, Falak, Ilahiyah ( ketuhanan ), ilmu hewan, dan juga kedokteran.
3.        Perkembangan ilmu pengetahuan dimasa Abbasiyah
Terdapat perkembangan ilmu pengetahuan, antara lain :
a.          Menerjemahkan buku-buku dari bahasa asing ( Yunani, Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir,
dan lain-lain ) ke dalam Bahasa Arab. Buku-buku yang diterjemahkan meliputi ilmu
kedokteran, mantiq (logika), filsafat, aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu kimia, ilmu
hewan, dan ilmu falak.
b.         Pengetahuan keagamaan seperti fikih, usul fikih, hadis, mustalah hadis, tafsir, dan ilmu
bahasa semakin berkembang karena di zaman Bani Umayyah usaha ini telah dirintis. Pada
masa ini muncul ulama-ulama terkenal seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’I, Imam Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan Al-Basri, Abu Bakar Ar Razy,
dan lain-lain.
c.          Sejak upaya penerjemahan meluas, kaum muslim dapat mempelajari ilmu-ilmu itu langsung
dalam bahasa arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut memperluas
penyelidikan ilmiah, memperbaiki atas kekeliruan pemahaman kesalahan pada masa lampau,
dan menciptakan pendapat-pendapat atau ide baru. Tokoh-tokohnya antara lain :
Ilmuan untuk mengungkapkan rahasia alam, yang dimulai dengan mencari
manuskrip-manuskrip klasik peninggalan ilmuan Yunani kuno, seperti karya Aristoteles,
Plato, Socrates, dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian dibawa ke
Baghdad, lalu diterjemahkan dan dipelajari di perpustakaan yang merangkap sebagai lembaga
penelitian, Baitul Hikmah, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran baru.
Dalam bidang filsafat antara lain tercatat Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina (Avicenna )
dan Ibnu Rusydi (Averroes). Di bidang sains ada Al-Farghani, Al-Biruni, Al-Khawarizmi,
Umar Khayyam dan Al-Thusi. Di bidang kedokteran tercatat nama Al-Thabari, Ar-Razi
(Rhazes), Ibnu Sina dan Ibnu Rusydi (Averroes ). Di bidang ilu kimia terkenal nama Ibnu
Hayyan. Dibidang optika ada Ibnu Haytsam. Di bidang geogafi ada Al-Khawarizmi, Al-
Ya’qubi, dan Al-Mus’udi. Dalam bidang ilmu kedokteran hewan ada ada Al-Jahiz, Ibnu Sina
dan seterusnya yang tidak muat lembaran ini jika diurut satu persatuan.
Dalam bidang ilmu fikih terkenal nama Abu Hanifah, Malik bin Anas, Al-Syafi’I, dan
Ahmad bin Hanbal. Dalam ilmu kalam ada Washil bin Atha, Ibnu Huzail, Al-Asy’ari, dan
Maturidi. Dalam ilmu tafsir ada Al-Thabari dan Zamakhsyari. Dalam ilmu hadits, yang
paling popular adalah bukhori dan muslim. Dalam ilmu tasawuf terdapat Rabi’ul Al-
Adawiyah, Ibnu ‘Arabi, Al-Hallaj, Hasan Al-Bashri, dan Abu Yazid Al-Bustami.
a.         Sejak akhir abad ke-10, muncul sejumlah tokoh wanita dibidang ketatanegaraan dan politik
seperti Khaizura, Ulayyah, Zubaidah, dan Bahrun.
b.        Pada masa Bani Abbasiyah, juga terjadi kemajuan dibidang perdagangan dan melalui ketiga
kota ini dilakukan usaha ekspor.
c.         Bidang pendidikan mendapat perhatian yang sangat besar. Sekitar 30.000 masjid di Baghdad
berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran pada tingkat dasar.
d.        Kurikulum Pendidikan Pada Masa Abbasiyah

Kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan islam saat itu :


1.         Kurikulum pendidikan tingkat dasar yang terdiri dari pelajaran membaca, menulis, tata
bahasa, hadits, prinsip-prinsip dasar Matematika dan pelajaran syair. Ada juga yang
menambahnya dengan mata pelajaran nahwu dan cerita-cerita.ada juga kurikulum yang
dikembangkan sebatas menghapal Al-Quran dan mengkaji dasar-dasar pokok agama.
2.         Kurikulum pendidikan tinggi. Pada pendidikan tinggi, kurikulum sejalan dengan fase dimana
dunia islam mempersiapkan diri untuk memperdalam masalah agama, karena ilmu yang erat
kaitannya dengan agama seperti bahasa, sejarah, tafsir, dan hadis juga diajarkan.[2]

A.  Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah


1.      Faktor- Faktor Yang Mendorong Kemajuan Pendidikan.
1. Adanya kekayaan yang melimpah dari  pertanian atau pun perdagangan, dengan dana
dari hasil kekayaan tersebut para khalifah dapat dengan mudah merencanakan  dalam
pengembangan ilmu pengetahuan
2. Perhatian beberapa khalifah yang besar kepada ilmu pengetahuan seperti Al-Mansyur
(754-775 M ), Harun Al- Rasyid (775-785 M), Al-Watiq (824-847) Dan lain – lain. Dan tak
kalah pentingnya ia pengaruh keluarga Barmak, yang berasal dari Balkh (Bactra) pusat ilmu
pengetahuan dan filsafat yunani di Bagdad mereka menjadi pendidik bagi anak – anak
khalifah.
3. Kecenderungan umat islam didalam menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan
besar sekali, maka banyaklah ulama disetiap kota pada masa itu
4. Lancarnya hubungan kerja sama dengan negara – negara maju seperti India, dan
lainya.
5. Umat islam pada masa itu telah bercampur baur dengan orang – orang Persia
terutama Mawali mereka inilah yang memindahkan ilmu pengetahuan dan filsafat dari
bahasa mereka kedalam bahas arab[3].
Dibeberapa faktor diatas merupakan faktor yang mendorong kemajuan pendidikan
pada saat ini.

2.      Lembaga - Lembaga  Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah


a.       Kutab Atau Maktab
Berasal dari kata kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Namun akhirnya
memiliki pengertian sebagai lembaga pendidikan dasar.menurut catatan sejarah kuttab telah
ada sejak pra islam.
Kutab pada masa ini merupakan kelanjutan dari kuttanb masa daulah ummayyah. Para
ahli sejarah pendidikan islam sepakat bahwa keduanya merupakan istilah yang sama dalam
arti lembaga pendidikan islam tingkat dasar yang mengajarkan memebaca dan
menuliskemudian meningkatkan kepada pengajaran al-quran dan pengetahuan agama tingkat
dasar. Dan ada yang berpendapat bahwa kuttab adalah istilah lembaga pendidikan klasik atau
dahulu dan muktab adalah istilah dari lembaga pendidikan modern.

b.      Masjid
Fungsi masjid yang dijelaskan dalam berbagai linteratur bukan sekedar berfungsi
sebagai tempat beribadah saja melainkan sebagai tempat pusat kegiatan kependidikan ilmu
agama dan kebudayaan ataupun seni.
Sistem pembelajaran dimasjid adalah halaqoh, dan materi pembelajarannya seperti
nahwu, ilmu kalam, fiqih dan lain lain.dan sisitem ini terjadi di masjid al kasai dan al
manshur di bagdad.
Selanjut seiring bertambahnya pengetahuan dan zaman maka bertambahlah ilmu –
ilmu yang muncul seperti ilmu kedokteran dan bahasa dan lain sebagainya.

c.       Pendidikan Rendah Di Istana (Qurhur)


Timbulnya pendidikan rendah di istana untuk anak – anak para pejabat didasarkan
atas pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyeiapkan peserta didik agar mampu
melaksanakan tugas – tugasnya kelak dewasa. oleh karena itu para pejabat istanamemanggil
guru – guru khusus agar dapat memberi ilmu pengetahuan dan pendidikan kepada anak –
anak pejabat tersebut.

d.      Toko Toko Buku ( Al-Hawarits Al- Waraqin )


Selama masa kejayaan daulah abbasiyah toko – toko buku berkembang dengan pesat
seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pendidikan dan pengetahuan.ditoko – toko buku
tersebut tidak hanya sebagai pusat  memperjualkan beli bukunya saja melainkan sebagai
tempat studi dengan lingkaran – lingkaran berkembangnya studi didalamnya. Dan yang
memepunyai toko tersebut rumahnya dijadikan sebagai tuan rumah dan sekaligus sebagai
tenaga pengajar atau guru dan sebagian besar pada saat ini yang memepunyai toko adalah
para ulama yang berpengetahuan luas mengenai ilmu pendidikan dan pengetahuan.

e.       Perpustakaan (Al-Maktabah)
Salah satu perpustakaan yang sangat terkenal, yaitu bait al- hikmah, didirikan oleh
oleh Harun Al-Rasyid. Perpustakaan dikatakan sebagai lembaga pendidikan ilmu
pengetahuaan yang sebagaimana  dapat diketahui pada saat ini harga buku – buku masih
sangatklah mahal, dan masih ditulis tangan lamgsung sehingga orang – orang kaya saja yang
mampu memebelinya secara pribadi. Dan bagi masyarakat yang kurang mampu untuk
memebeli buku tersebut mereka memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber ilmu
pendidikan dan pengetahuan.
Perpustakaan tersebut dikelola oleh beberapa ahli dari berbagai latar agama dan
kebudayaan seperti yuhana ibn maskawih ( nasrani suryani ), menerjemahkan buku
kedokteran lama, abu nubikht (persia) menerjemahkan buku – buku bahasa persia.
Dimasa Al- ma’mun perkembangan perpustakaan ini semakin lebih pesat  lagi setelah
adanya kontak dari berbagai daerah dalam usaha memperoleh buku – buku dan berhasil
menerjemahkannya.
f.       Salun Kesusasteraan (Al -Shalunat Al-Adbiyah)
Salun kesusasteraan adalah suatu majlis khusus yang diadakan oleh para kholifah
untuk membahas tentang berbagai macam ilmu penegetahuan.
Pada masa harun al-rasyid (170-193) majelis sastera ini mengalami kemajuan yang
luar biasa karena pada saat itu khalifahnya sendiri merupakan ahli ilmu pengetahuan yang
cerdas dan sehingga beliaulah yang aktif didalammajlis tersebut.[4]

B.       Ilmu –Ilmu Yang Tumbuh Dan Berkembang Pada Masa Daulah Abbasiyah
1.    Ilmu Agama
a.    Ilmu Tafsir
Tumbuh dan berkembangnya ilmu tafsir pada abad ke-3 hijriyah dalam rangka memenuhi
kebutuhan hal dasar yang mendesak untuk memahami arti dari ayat – ayat al-quran sebagai
akibat dari semakin banyaknya pemeluk islam bukan arab.
b.    Ilmu Hadits
Beberapa karya besar yang terkenal dalam ilmu hadits adalah  shahih al-bukhari, shahih al-
muslim, sunan ibnu majjah, sunan abu daud dan lain sebagainya.
c.    Ilmu Qira’at
Ilmu ini lahir karena perbedaan bacaan antara orang arab dan orang non arab. Tokoh yang
terkenal pada ilmu ini adalah nafi’, ibnu kasir, ashim hamzah dan lain lain.
d.   Ilmu Kalam
Munculnya ilmu ini mempunyai kaitan erat dengan masuknya bangsa – bangsa yang telah
beradaptasi denagn islam mereka menuntut menjelaskan akidah islamiyah, tidak cukup
dengan dasar – dasar logika dan pemikiran filsafat saja.
e.    Ilmu Fiqih
Munculnya ilmu ini sehubungan dengan timbulnya berbagai masalah dikalangan umat islam
pada abad ke-2 hijriyah jarak antara lahirnya islam dengan daulah abbasiyah cukup jauh
dalam hal ini diperlukan adanya kepastian dalam hal syara’ sehubungan dengan masalh –
masalh  yang timbul pada saat itu.
Masa – masa selanjutnya menunjukan betapa berkembangnya ilmu fiqih tersebut dengan
munculnya beberapa tokoh yang masyhur yakni imam abu hanifah, imam malik, imam syafii
dan lain lain.
f.     Ilmu Tasawuf
mereka para ahli tasawuf ini menyampingkan kehidupan duniawi, hidup dalam kesederhanaa,
karena dengan demikian mereka akan merasa lebih dekat dengan tuhan.tokoh yang tekenal
pada ilmu tasawuf ini adalah abu hasyim al kufi dan imam al ghazali.
g.    Ilmu Nahwu
Peletak dasar ilmu ini dari ali ibn abi thalib. [5]
2.         Ilmu –Ilmu Umum
a.    Filsafat
Ilmu ini muncul dan berkembang apada masa daulah abasiyah ilmu ini diperoleh melalaui
penterjemahan buku – buku filsafat yunaniyang ada di berbagai negeri. Tokoh dari ilmu
filsafat ini adalah salh satunya yakub ibn ishak al-kindi
b.    Ilmu Falak
Pada masa ini prang yang pertama yang menelaah ilmu ini adalah muhammad ibn ibrahim al-
farazi. Dan pada masa ini juga dikemukakan tentang teori gerhana.
c.    Ilmu Kedokteran
Ahli ahli yang terkenal pada masa itu adalah abu ali ibn sina (avicenna) yang mendapat
julukan prince  of physicians. Karya tulisannya al qanun fi al-thib merupakan referensi
standar untuk kedokteran di negara – negara islam dan eropa pada saat itu. Dan banyak
sumbangan yang telah diberikan para ilmuan muslim dalam bidang ini baik dalam aspek ilmu
kedokteran maupun seni penyembuhan dan pelayanna kesehatan masyarakat.

d.   Ilmu Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam


Ilmuini telah dipakai secara praktis ketika memebuat perencanaan pembangunan kota bagdad
pada masa almanshur
e.    Fisika
Ada suatu hal yang merupakan ciri khas dari karya ahli fisika muslim pada saat itu yakni
terpadunya kepekaan terhadap azaz-azaz teori dasar yang mencerminkan kekaguman dan
penghormatan terhadap ciptaan tuhan dengan pendekatan praktis[6]

BAB III
PENUTUP
1.    Kesimpulan
Setelah kami menyimpuljan bahwasanya perkembangan dan kemajuan ilmu pendidikan
dan khususnya ilmu pengetahuan itu paling pesat mengalami kemajuan pada daulaulah
abbasiyahlah karena dapat dilihat dan dapat dibaca bahwa ilmu – ilmu yang sekarang masih
digunakan muncul awalnya pada masa daulah ini kalau dibayangkan bahwasanya ilmu itu
sudah puluhan tahun yang lalu tetapi masih digunakan sungguh besar kekuasaan Allah SWT.
2.    Saran
Kita sebagai mahasiswa merilah kita budayakan membaca karena membacalah salah satu
cara kita menambah pengetahuan dan tulislah pengetahuan yang sudah kita ketahui  itu
dilembar yang bersih karena apa insyaal kita pasti akan menggunakan pengetahuan tersebut
entah  kapan waktunya.

Anda mungkin juga menyukai