Pencegahan Covid
Pencegahan Covid
Wien menambahkan bahwa sebenarnya kita juga sudah punya vaksin, “Yaitu dengan disiplin
menjalankan protokol kesehatan, vaksin yang justru kita peroleh karena disiplin kita sendiri,
“tambahnya
“Pada dasarnya kita dapat melakukan sendiri upaya-upaya agar kita jangan sampai terinfeksi. Saya
kira vaksinnya aman, baik dari Sinovac atau Pfizer atau Moderna. Saya juga sudah melihat data-
data dari uji klinis dari Johnson and Johnson. Mereka pada dasarnya semuanya dikategorikan dalam
vaksin yang sudah aman. Dan juga beberapa sudah terbukti memiliki efikasi yang tinggi hingga 94-
95%, “ jawabnya.
Terkait dengan masyarakat yang memiliki komorbiditas, Wien menerangkan,” Biasanya vaksin yang
diberikan telah disesuaikan dengan kondisi mereka, karena BPOM juga akan mengkonfirmasi dan
memberikan kriteria apakah vaksin tersebut juga bisa diberikan pada mereka yang memiliki
komorbiditas. Bisa saja akibat komorbiditas itu efikasi dari vaksinnya kemudian akan turun atau
malah berbahaya”.
“Bisa dilihat juga nanti dari data uji klinis tahap 3. Karena jumlah yang diuji cukup banyak, mungkin
diantara mereka ada yang memiliki kondisi-kondisi tersebut. Dan dari data tersebut dapat kita
perkirakan apakah vaksin tersebut bisa diaplikasikan kepada mereka yang memiliki komorbiditas,
“jelas Wien.
Wien mengungkapkan terkait dengan efek samping yang bisa bermacam-macam. Misalnya bila
terjadi efek samping sekedar demam mungkin dengan paracetamol cukup. Bila kemudian muncul
inflamasi yang agak tinggi, biasanya orang diberikan dexamethasone atau obat anti inflamasi yang
lain. Atau seandainya ada alergi ringan, bisa diantisipasi dengan antihistamin. “Pada beberapa
kasus vaksin Pfizer dan Moderna ada alergi dalam status yang cukup berat. Maka mungkin perlu
suntikan adrenalin. Ini yang biasanya digunakan untuk mengatasi yang memberikan respon alergi
yang berlebihan, “ tambahnya.
Wien menjelaskan lebih lanjut bahwa vaksin Sinovac sejauh ini baru diuji untuk mereka yang
berumur 18 – 59 tahun. Otomatis nantinya emergency use authorization melihat pada kondisi mereka
juga. Apakah diantara mereka yang dievaluasi misalnya dari Brasil ada yang berumur di atas itu,
sehingga bisa dipertimbangkan apakah vaksinnya juga bisa digunakan untuk mereka yang berusia
di atas 60 tahun. “Untuk anak-anak sejauh ini belum ada vaksin yang mendapatkan emergency use
authorization, yang diijinkan untuk digunakan anak-anak. Sehingga anak-anak ini termasuk golongan
yang akan menunggu lebih lama untuk mendapat vaksinasi, “ jelasnya.
Mengakhiri diskusi Wien menyampaikan, “Nantinya akan ada 2 kali penyuntikan, jadi jangan sampai
seseorang sudah disuntik pertama kali langsung merasa kebal. Langsung merasa tidak mungkin lagi
terjangkit oleh Covid-19. Yang harus dipertimbangkan adalah respon imun kita setelah penyuntikan
pertama belum cukup tinggi. Oleh karena itu biasanya diperlukan penyuntikan yang kedua, sehingga
mereka yang sudah disuntik pertama kali tetap harus berhati-hati dengan mematuhi protokol
kesehatan sampai mereka disuntik kembali 2 minggu kemudian”.
“Bahkan harus dipertimbangkan juga, biasanya antibodi muncul puncaknya minimal sebulan setelah
penyuntikan. Jadi selama tahap itu semuanya tetap harus dijalankan dengan hati-hati, protokol
kesehatan tetap dijalankan dengan disiplin. Bahkan selama 1 tahun misalnya kita sudah divaksin 2
kali tetap harus berhati-hati. Karena sejauh ini kita belum mengetahui secara persis berapa lama
vaksin tersebut bisa melindungi, “ pungkasnya.
Pembicara lain yang turut menjadi narasumber pada acara ini yaitu Dr. Lucia Rizka Andalusia (Juru
Bicara Program Vaksinasi Covid-19 BPOM) dan Dr. Elizabeth Jane Soepardi (Pakar Imunisasi) yang
dipandu host, Margi Syarif dari Trijaya FM. (IkS ed SL)