Ketika sedang berkeliling kota madinah pada malam hari, Sayyidna umar
bin khattab RA yang ketika itu menjabat sebagai amirul mukminin melihat
seorang lelaki tampak gelisah duduk di teras depan rumah yang tidak
terurus. Tiba-tiba ia mendengar suara perempuan merintih-rintih di dalam
rumah itu. Rasa penasaran memberanikan dirinya bertanya kepada laki-
laki itu, “Saudaraku, mengapa kau begitu murung? Siapa yang sedang
merintih itu?”
Umar tetap tidak menyerah, ia berbicara lagi pada lelaki itu, “Saudaraku,
maafkanlah amirul mukminin karena ia tidak mengetahui keadaanmu”.
Lelaki itu menjawab, “Kalau ia tidak mengetahui umatnya, lalu apa yang
dikerjakannya sehari-hari?”.
Sayyiduna umar dan lelaki itu mulai memakan roti itu sambil berbincang-
bincang.
Lelaki itu terlihat memakan lahap roti yang diberikan umar. Saat tengah
menyantap roti dari tangannya, Sayyiduna umar bertanya kembali pada
laki-laki itu, “Siapakah perempuan yang merintih itu?”. Dengan acuh tak
acuh ia menjawab, “Istriku yang akan melahirkan. Aku bingung karena
aku tidak memiliki biaya persalinannya”.
Jawaban yang keluar dari mulut lelaki tersebut menggetarkan hati umar.
Ia pun bergegas meninggalkannya. “Tentu saja kau akan cepat pergi
setelah tahu kesusahan orang lain”, gerutu lelaki itu pada sayyiduna umar.
Setelah istri sayyiduna umar masuk, umar dan laki-laki itu menghabiskan
potongan roti bakar yang masih tersisa sambil bercengkerama.
Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara istri sayydiuna umar
berteriak, “Suamiku amirul mukminin, alhamdulillah ibu dan anaknya
dalam keadaan sehat karena Allah maha melindungi. Mudah-mudahan
bayi ini kelak menjadi orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya”.