Anda di halaman 1dari 10

Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 4, Desember 2019

ANALISIS FAKTOR RISIKO DAN LUARAN DARI PENGGUNAAN TERAPI ANTIBIOTIK


EMPIRIK JANGKA PANJANG PADA BAYI DENGAN BERAT LAHIR SANGAT RENDAH
DALAM KONDISI SEPSIS

Muhammad Reza*, Mahendra Tri Arif Sampurna*, Kartika Darma Handayani*, Dina Angelika*,
Martono Tri Utomo*, Risa Etika*, Agus Harianto*
Abstrak
Terapi antibiotik berkepanjangan pada neonatus menyebabkan beberapa konsekuensi negatif meli-
puti resistensi antibiotik, sepsis awitan lambat, enterocolitis nekrotikan (EKN), lama rawat lebih panjang,
dan peningkatan mortalitas. Semua faktor tersebut mempengaruhi efisiensi biaya pelayanan rumah sakit di
era Jaminan Kesehatan Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko dan luaran dari
terapi antibiotik berkepanjangan pada bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan sepsis. Desain
penelitian adalah studi retrospektif pada BBLSR dengan sepsis di Neonatal Intensive Care Unit (NICU),
RSUD Dr. Soetomo, Surabaya sejak Januari-Desember 2017 dilakukan dengan membandingkan luaran
antara kelompok I yang mendapat terapi antibiotik empirik kurang dari sama dengan 2 minggu dengan
kelompok II yang mendapat terapi antibiotik empirik lebih dari 2 minggu empirik. Dari 87 bayi yang terma-
suk ke dalam studi, 37 bayi termasuk dalam kelompok I dan 50 bayi dalam kelompok II. Rerata durasi tera-
pi antibiotik pada kelompok I dan kelompok II adalah 9,2±2,5 dan 17,9±3,2 hari, dengan lama rawat inap
19,7±8,5 dan 27,2±13,1 hari. Analisis faktor risiko menunjukkan bahwa BBLSR terutama 1000 gram (p <
0,001), ventilasi mekanik invasif (p < 0,001), ventilasi mekanik non-invasif (p < 0,001), korioamnionitis (p =
0,003), penyakit maternal (p = 0,004), kehamilan multipel (p = 0,03) merupakan faktor risiko mendapatkan
terapi antibiotik empirik berkepanjangan. Luaran dari terapi antibiotik empirik berkepanjangan adalah 41
(47%) bayi mengalami sepsis awitan lambat, 15 (17%) bayi dengan EKN, dan 11 (12%) bayi meninggal.
Mortalitas bayi dengan sepsis awitan lambat (p < 0,001) dan EKN (p = 0,02) lebih tinggi pada kelompok II
dibandingkan kelompok I. Kesimpulannya, terapi antibiotik empirik berkepanjangan meningkatkan angka
kejadian sepsis awitan lambat, enterocolitis nekrotikan, lama rawat, dan mortalitas BBLSR di NICU yang
berdampak meningkatkan biaya pelayanan rumah sakit.
Kata kunci: antibiotik, neonatus, sepsis.

ANALYSIS OF THE RISK FACTORS AND THE OUTCOME OF PROLONGED ANTIBIOTIC


THERAPY IN VERY LOW BIRTH WEIGHT INFANT WITH SEPSIS
Abstract
Prolonged antibiotic therapy in neonate results in several adverse consequences including widespread
antibiotic resistance, late-onset sepsis, necrotizing enterocolitis (NEC), prolonged hospital course and in-
crease in mortality rates. All factors affect the efficacy of hospitality costs in the National Health Coverage
era. This research was to assess the risk factors and the outcome of prolonged antibiotic therapy in very low
birth weight (VLBW) infants. This was a retrospective study in VLBW infants admitted to Neonatal Intensive
Care Unit (NICU) Dr. Soetomo Teaching Hospital, Surabaya from January-December 2017. Compare the
outcome between group I (≤ 2 weeks) and group II (>2 weeks) in using antibiotics therapy. The results
showed that out of 87 infants included in the study, 37 were in group I, and 50 in group II. Average duration
of antibiotic therapy in group I and group II was 9.2±2.5 and 17.9±3.2 days with hospital stay was 19.7±8.5
and 27.2±13.1 days. Analysis revealed following risk factors as significant for prolonged empiric antibi-
otic therapy VLBW especially 1000 grams, (p < 0.001), mechanical invasive ventilation (p < 0.001), mechani-
cal non-invasive ventilation (p < 0.001), chorioamnionitis (p = 0.003), maternal illness (p = 0.004), multiple
pregnancy (p = 0.03). There were 41 (47%) infants developed late-onset sepsis, 15 (17%) with NEC, 11
(12%) died. Infant mortality with late-onset sepsis (p < 0.01) and NEC (p = 0.02) was higher in group II. To
conclude, prolonged empiric antibiotic therapy increasing rates of late-onset sepsis, NEC, prolonged hospi-
tality course and VLBW infant mortality in NICU which effected increase the hospitality cost.
Keywords: antibiotic, neonate, sepsis.
* Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr.Soetomo,
Surabaya

E-mail: reza.paed@gmail.com

252
Reza M et al. Analisis Faktor Risiko dan Luaran dari Penggunaan …..

Pendahuluan dibutuhkan sebagai penunjang diagnosis sep-


sis. Kultur darah negatif dapat terjadi karena
Antibiotik merupakan medikasi yang pasien telah mendapatkan terapi antibiotik
paling umum diresepkan di unit neonatal in- sebelum diambil sampel untuk kultur darah.
tensive care unit (NICU), terutama pada neo- Praktek ini menyebabkan peningkatan dari
natus yang terlahir dengan risiko infeksi yang resistensi antibiotik, kejadian sepsis awitan
ditunjang dengan tampilan klinis sepsis serta lambat, infeksi jamur, outbreak berbagai in-
pemeriksaan penunjang yang mendukung ke feksi lainnya di NICU, lama rawat yang se-
arah pertanda sepsis.1 Namun demikian anti- makin panjang, peningkatan biaya, dan
biotik tidak hanya membunuh mikroorga- akhirnya mortalitas dari bayi.3,6,7 Di sisi lain,
nisme, antibiotik juga berpotensi untuk me- tidak memberikan antibiotik pada neonatus
nyebabkan efek samping yang tidak di- dengan kondisi sepsis, dapat pula menyebab-
inginkan terhadap manusia, terutama bagi kan peningkatan angka mortalitas hingga
kelompok neonatus.3 20% pada BBLSR.8 Faktanya, angka mortali-
Salah satu tantangan yang dihadapi tas pada neonatus dengan infeksi sistemik
oleh neonatologist di era Jaminan Kesehatan mencapai 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan
Nasional (JKN) adalah melakukan pelayanan dengan yang tidak mengalami infeksi.9
dalam perawatan bayi berat lahir sangat ren- Walaupun semua ahli setuju mengenai
dah (BBLSR) dengan sepsis, yang membu- perlunya memulai antibiotik pada neonatus
tuhkan terapi antibiotik dengan waktu yang kondisi sepsis dengan kultur yang positif, na-
berkepanjangan. Agar rumah sakit tidak me- mun terdapat pandangan dan praktek yang
rugi serta keselamatan pasien tetap menjadi berbeda pada masing-masing pusat pela-
yang utama, semua biaya yang diperlukan yanan neonatus mengenai inisiasi serta dura-
wajib disesuaikan dengan besaran tarif ber- si dari antibiotik pada neonatus yang masih
dasar diagnosis dari asuransi kesehatan dicurigai sepsis atau klinis sepsis (kultur
pemerintah yaitu KIS (Kartu Indonesia Sehat), negatif). Perbedaan ini mungkin sebagian
KIS merupakan produk dari Badan Penye- disebabkan karena adanya berbagai faktor
lenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai ba- risiko, seperti preeklampsia, korioamnionitis,
dan yang dipercaya oleh pemerintah untuk asfiksia, jenis kelamin bayi, berat badan lahir
mengelola program Jaminan Kesehatan Na- sangat rendah, usia persalinan muda, pem-
sional (JKN) ini agar merata kepada seluruh berian makan bayi, kebutuhan inotropik, inva-
masyarakat demi menggapai target universal sive ventilation ataupun non-invasif ventilation
health coverage yang telah dicanangkan (NIV), penggunaan surfaktan, dan lain-
pemerintah. lainnya.3 Studi ini dilakukan untuk menilai
Banyak studi telah menunjukkan bahwa faktor risiko dari terapi antibiotik empirik
65% neonatus di NICU diberikan antibiotik berkepanjangan pada neonatus dengan
parenteral untuk lebih dari 7 hari walaupun BBLSR dengan hasil kultur darah negatif dan
hasil kultur negatif.4,5 Antibiotik tetap diberikan untuk membandingkan luaran antara ke-
apabila terdapat indikasi adanya kecurigaan lompok subjek yang menerima antibiotik em-
infeksi bakteri walaupun hasil kultur darah pirik kurang dari 2 minggu dan yang meneri-
tidak ditemukan pertumbuhan bakteri. Kultur ma antibiotik empirik selama lebih dari 2
darah negatif belum dapat menyingkirkan minggu, di ruang NICU Rumah Sakit Pendidi-
terjadinya sepsis. Oleh karena itu, indikator kan Dr. Soetomo, Surabaya.
sepsis seperti IT ratio, CRP, procalcitonin

253
Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 4, Desember 2019

Bahan dan Metode tologi positif, sel darah putih <5.000 sel/mm3
atau >20.000 sel/mm3, trombosit <150.000/
Studi ini merupakan studi retrospektif mm3, kadar C-reactive protein (CRP) >10
pada BBLSR dengan sepsis, yang dirawat di mg/L, definite: tanda klinis ditambah kultur
RSUD Dr. Soetomo antara Januari 2017 sam- darah positif.3,7 Enterokolitis nekrotikan (EKN)
pai dengan Desember 2017. RSUD Dr. Soe- dinilai berdasarkan kriteria Bell.10-13
tomo merupakan rumah sakit tipe A di Sura- Semua subjek dengan diagnosis proba-
baya, bersinergi dengan Fakultas Kedokteran ble sepsis sesuai kriteria di atas, diberikan
Universitas Airlangga sebagai pusat pendidi- antibiotik empirik, berdasarkan data dari pola
kan dan pusat rujukan neonatologi tersier di kuman dan resistensi antibiotik yang telah
wilayah Indonesia bagian Timur, dengan ka- ditetapkan di RSUD Dr. Soetomo, yaitu lini
pasitas 25 tempat tidur di NICU. Teknik pertama adalah amipisilin dan gentamisin, lini
pengambil sampel menggunakan consecutive kedua adalah cefoperazone sulbactam dan
sampling dengan kriteria inklusi adalah subjek amikasin, lini ketiga adalah meropenem. Se-
dengan usia 0-28 hari, dengan berat lahir tiap sebelum pemberian antibiotik, wajib untuk
antara 1000 gram-1499 gram, pasien dengan dilakukan pemeriksaan kultur darah terlebih
kondisi masih hidup setelah lebih dari 14 hari dahulu sesuai standar prosedur operasional,
penggunaan antibiotik, tidak dijumpai adanya yaitu mengambil darah 0,5 ml yang kemudian
pertumbuhan kuman pada hasil kultur darah disimpan dalam tabung kultur darah dan
(steril). Kriteria eksklusi adalah data rekam segera dikirim ke unit laboratorium. Pada
medik tidak lengkap atau data tindakan tidak bayi dengan hasil kultur darah tidak
sesuai prosedur, adanya pertumbuhan kuman ditemukan pertumbuhan bakteri, keputusan
pada hasil kultur darah, penggunaan anti- untuk melanjutkan antibiotik atau tidak
biotik tidak sesuai pedoman penggunaan anti- melanjutkan penggunaan antibiotik ditentukan
biotik Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo, oleh dokter penanggung jawab pasien ber-
pasien meninggal kurang dari sama dengan dasarkan pertimbangan dari temuan klinis
14 hari penggunaan antibiotik, terdapat sepsis seperti instabilitas suhu, letargi, ta-
anomali kongenital ataupun kelainan kromo- kikardi, takipnu, intoleransi glukosa, juga into-
som. Penelitian ini telah mendapat leransi minum, yang ditunjang dengan
persetujuan laik etik dari Komisi Etik pemeriksaan tambahan lain, yaitu adanya
Penelitian Kesehatan RSUD Dr. Soetomo leukositosis atau leukopenia, trombositope-
Surabaya dengan nomor: 1302/KEPK/ nia, dan CRP.
VII/2018. Neonatus yang masuk dalam kriteria
Data karakteristik demografi dan infor- inklusi dikategorikan menjadi dua kelompok,
masi relevan lainnya mengenai kondisi ibu yaitu kelompok I dan kelompok II berdasarkan
maupun neonatus didokumentasikan dari atas durasi dari terapi antibiotik. Kelompok I
data rekam medik pasien. Sepsis neonatus adalah kelompok neonatus yang masuk krite-
awitan lambat (SNAL) didiagnosis berdasar- ria inklusi yang menerima antibiotik selama
kan kriteria Centers for Disease Control and kurang dari sama dengan 2 minggu dan ke-
Prevention (CDC), merupakan klinis curiga lompok II adalah kelompok neonatus yang
sepsis yang disertai dengan hasil kultur positif masuk kriteria inklusi yang mendapatkan anti-
dari situs yang normalnya steril dan dijumpai biotik selama lebih dari 2 minggu. Faktor risi-
pada sampel darah kultur dari neonatus usia ko untuk terapi antibiotik yang berkepanjan-
lebih dari 3 hari. Klasifikasi sepsis meliputi gan dan luaran akhir dibandingkan di antara
possible: hanya ada manifestasi klinis, proba- kedua kelompok tersebut.
ble: manifestasi klinis ditambah skor hema-

254
Reza M et al. Analisis Faktor Risiko dan Luaran dari Penggunaan …..

Analisis faktor risiko dan luaran dari dah dengan 378 subjek didiagnosis sepsis.
penggunaan antibiotik empirik dalam jangka Sejumlah 87 neonatus memenuhi kriteria
panjang secara independent dilakukan inklusi dan dimasukkan ke dalam analisis
dengan menggunakan analisis univariate, akhir.
selanjutnya analisis regresi logistik multiple Kelompok I terdiri dari 37 neonatus
dari variabel-variabel yang ada dilakukan un- dengan terapi antibiotik kurang dari sama
tuk variabel dengan hasil analisis univariate p dengan 2 minggu dan kelompok II terdiri dari
< 0,20. Level signifikansi statistik dari hasil 50 neonatus dengan terapi antibiotik lebih
analisis regresi logistik adalah kurang dari dari 2 minggu. Jumlah neonatus dengan ri-
0,05. wayat lahir dari ibu dengan penyakit infeksi
pada kelompok I dan II sebanyak 4 orang
Hasil (30%) dan 9 orang (70%). Rata-rata usia ges-
tasi adalah kelompok I adalah 31,8±2,4
Sebanyak 1.170 neonatus yang masuk minggu dan kelompok II adalah 29,8±2,5
ke dalam NICU selama periode studi (Januari minggu dan rata-rata berat lahir adalah
2017–Desember 2017), didapatkan 497 neo- 1296,4±156,8 gram dan 1157,9±231,4 gram
natus dengan berat badan lahir sangat ren- (Tabel 1).

Tabel 1. Analisis univariat antara karakteristik pasien dengan lama penggunaan antibiotik empirik.
Karakteristik Kelompok I (%) (n = 37) Kelompok II (%) (n = 50) p
Jenis kelamin
Laki 19 (44) 24 (56) 0,22
Perempuan 18 (41) 26 (59)
Berat lahir (gram)
1000 1 (6) 16 (94) <0,001
1001-1499 36 (51) 34 (59)
Usia kehamilan (minggu)
28-32 5 (19) 22 (81) 0,21
>32 32 (53) 28 (47)
Cara persalinan
Spontan 7 (37) 12 (63) 0,24
Sectio cesarea 30 (44) 38 (56)
Lokasi persalinan
RSUD Dr. Soetomo 28 (44) 35 (56) 0,28
Lain-lain 9 (38) 15 (63)
Janin
Tunggal 22 (45) 27 (55) 0,07
Multipel 15 (39) 23 (61)
Ibu korioamnionitis atau ke- 4 (31) 9 (69) 0,11
tuban pecah dini
Ibu penyakit maternal lain 30 (46) 35 (54) 0,15
Terapi Pematangan paru 23 (44) 29 (56) 0,27
Asfiksia 8 (40) 12 (60) 0,49
Keterangan: Kelompok 1 adalah neonatus dengan penggunaan terapi antibiotik empirik selama kurang dari
sama dengan 2 minggu; Kelompok 2 adalah neonatus dengan penggunaan terapi antibiotik
empirik selama lebih dari 2 minggu.

255
Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 4, Desember 2019

Subjek dalam penelitian ini mendapatkan Pada kelompok II yaitu dengan


berbagai tindakan saat hasil kultur darah awal penggunaan antibiotik lebih dari 2 minggu
didapatkan steril, yaitu sejumlah 61% memperlihatkan luaran pada subjek dengan
menggunakan non-invasive ventilation, 39% SNAL lebih tinggi, baik dalam jumlah kejadian
dengan invasive ventilation, dan 23% riwayat maupun sebagai penyebab kematian yang
penggunaan surfaktan (Tabel 2). bermakna (p < 0,001). Selain itu, pada ke-
Analisis regresi logistik multiple menun- lompok ini dijumpai angka kejadian EKN yang
jukkan asosiasi signifikan antara terapi anti- lebih tinggi daripada kelompok I yaitu
biotik empirik yang berkepanjangan dengan sebanyak 9 (60%) neonatus dan sebagai
berat badan lahir sangat rendah pada 1,000 penyebab kematian yang bermakna (p =
gram (OR = 0,02; 95%CI = 0,001-0,16; p < 0,002) (Tabel 4). Rerata durasi terapi anti-
0,001), NIV (OR = 13,93; 95%CI = 3,97-48,88; biotik pada kelompok I dan kelompok II adalah
p < 0,001) dan invasive ventilation (OR = 9,2±2,5 dan 17,9±3,2 hari, dengan lama rawat
67,65, 95%CI = 15,44-296,52, p < 0,001). adalah 19,7±8,5 dan 27,2±13,1 hari. Melalui
Selain itu, riwayat ibu dengan penyakit infeksi hasil analisis statistik menunjukkan jika adan-
korioamnioitis atau ketuban pecah dini, ibu ya asosiasi positif antara durasi penggunaan
dengan penyakit penyerta lain dan kehamilan terapi antibiotik dengan lama rawat yang pan-
multipel memiliki relasi secara positif terhadap jang di rumah sakit (koefisien korelasi Pearson
terapi antibiotik empirik berkepanjangan = 0,75; p < 0,001).
(Tabel 3).

Tabel 2. Analisis univariat antara jenis tindakan dengan lama penggunaan antibiotik empirik.

Tindakan Kelompok I (%) (n = 37) Kelompok II (%) (n = 50) p


NIV 11 (21) 42 (79) <0,001
Surfaktan 5 (25) 15 (75) 0,24
Invasive Ventilation 4 (12) 30 (88) <0,001

Keterangan: Kelompok 1 adalah neonatus dengan penggunaan terapi antibiotik empirik selama kurang dari
sama dengan 2 minggu; Kelompok 2 adalah neonatus dengan penggunaan terapi antibiotik
empirik selama lebih dari 2 minggu.

Tabel 3. Analisis faktor risiko terhadap terapi antibiotik empirik jangka panjang (regresi logistik
multipel).
Faktor risiko OR 95% CI p
Berat lahir (gram)
1000 0,02 0,001-0,16 <0,001*
Janin
Tunggal 0,16 0,03-0,82 0,03*
Ibu korioamnionitis atau 0,15 0,05-0,52 0,003*
ketuban pecah dini
Ibu penyakit maternal lain 5,72 1,02-32,15 0,004*
NIV 13,93 3,97-48,88 <0,001*
Invasive Ventilation 67,65 15,44-296,52 <0,001*
*signifikan: p < 0,05

256
Reza M et al. Analisis Faktor Risiko dan Luaran dari Penggunaan …..

Tabel 4. Analisis univariat luaran subjek penelitian terhadap lama penggunaan antibiotik.

Luaran Kelompok I (%) (n = 37) Kelompok II (%) (n = 50) p


EKN 6 (40) 9 (60) 0,39
SNAL 9 (22) 32 (78) <0,001*
Penyebab kematian
setelah usia 14 hari
EKN
1 (34) 2 (66) 0,002*
SNAL
1 (12) 7 (88) <0,001*
Keterangan: Kelompok 1 adalah neonatus dengan penggunaan terapi antibiotik empirik selama
kurang dari sama dengan 2 minggu; Kelompok 2 adalah neonatus dengan
penggunaan terapi antibiotik empirik selama lebih dari 2 minggu. *signifikan: p <

Pembahasan mastikan kondisi klinis dari neonatus BBLSR


tersebut apakah masih dalam kondisi infeksi
Sepsis neonatus menyebabkan pening- ataupun telah bebas dari infeksi disaat hasil
katan dari mortalitas bayi.14 Di negara kultur darah negatif, sehingga subjektifitas
berkembang seperti Indonesia, jumlah bayi sangat tinggi dalam hal ini. Centers for Dis-
dengan sepsis dapat mencapai 3.000.000 ease Control and Prevention (CDC) menjelas-
bayi setiap tahunnya. Studi mengenai neona- kan klasifikasi sepsis meliputi possible: hanya
tus di seluruh dunia menunjukkan bahwa 94% ada manifestasi klinis, probable: manifestasi
dari laporan mengenai mortalitas berasal dari klinis ditambah skor hematologi positif; sel
negara-negara berkembang dan 25% dari darah putih <5.000 sel/mm3 atau >20.000 sel/
kematian neonatus terjadi karena sepsis mm3, trombosit <150.000/mm3, kadar C-
dengan hasil kultur yang steril serta dengan reactive protein (CRP) >10 mg/L, dan definite:
besaran biaya perawatan dalam penggunaan tanda klinis ditambah kultur darah positif.3,7
antibiotik mampu mencapai puluhan juta rupi- Fakta menunjukkan bahwa beberapa
ah setiap pasiennya. 14-16 Angka ini pusat perawatan neonatus masih mem-
menekankan tentang besarnya penggunaan berikan terapi antibiotik empirik dalam periode
terapi antibiotik secara dini pada neonatus, yang panjang dengan golongan antibiotik
pada kelompok berat lahir sangat rendah me- yang silih berganti, baik mulai dari lini per-
mang sangat dipertimbangkan karena keren- tama, kedua maupun sampai ketiga sesuai
tanannya terhadap infeksi yang serius dengan pola kuman dan resistensi antibiotik
disebabkan oleh sistem imun yang imatur dan di rumah sakit masing-masing yang telah
berbagai prosedur invasif yang dilakukan.17,18 ditentukan.17,20 Alasan yang diberikan untuk
Walaupun demikian, bila hasil kultur negatif pemberian antibiotik di antaranya adalah bayi
dan bayi secara klinis asimptomatik, maka lahir prematur, perawatan di NICU, pema-
direkomendasikan untuk menghentikan anti- sangan jalur intravena, kesulitan dalam diag-
biotik setelah 3–7 hari, dan bayi seharusnya nosis definite sepsis, angka kultur negatif
tidak diberikan antibiotik yang berkepanjan- yang tinggi walaupun manifestasi klinis positif,
gan.19 Rekomendasi ini telah banyak dijadi- hasil abnormal pada kriteria hematologi CDC,
kan dasar pelayanan NICU di beberapa pusat diagnosis dengan dasar manifestasi klinis
pelayanan, namun yang menjadi perbedaan yang nyata, dan adanya faktor risiko untuk
adalah bagaimana seorang dokter pe- infeksi sistemik seperti berat badan,
nanggung jawab pasien (DPJP) dalam me- penggunaan ventilasi mekanik, dan lain-lain.

257
Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 4, Desember 2019

Walaupun seharusnya pasien dengan lama rawat yang lebih pada kelompok
faktor risiko tersebut tidak perlu mendapat penggunaan antibiotik lebih dari 2 minggu
terapi antibiotik apabila secara klinis tidak yaitu adalah 27,2±13,1 hari daripada
ditemukan gejala dan tanda infeksi serta 19,7±8,5, dengan berkorelasi positif dalam
pemeriksaan penunjang lain tidak men- analisisnya. Pada studi yang berbeda, faktor
dukung.21-24 risiko yang dinyatakan untuk kelanjutan anti-
Studi ini juga mendapatkan sejumlah biotik empirik dikategorikan menjadi dua ke-
23% bayi berat lahir sangat rendah dengan lompok perinatal (komplikasi maternal, teruta-
diagnosis sepsis memiliki kultur darah yang ma ketuban pecah dini, kehamilan multipel,
steril, dan penggunaan antibiotik tetap dan persalinan dengan operasi Caesar dan
dilanjutkan dengan berbagai macam pertim- neonatal (berat lahir sangat rendah dan usia
bangan faktor-faktor risiko tertinggi yang ada gestasi).15-19 Pada studi ini penyakit maternal,
yaitu berat badan lahir sangat rendah, kehamilan multipel dan korioamnionitis atau
penggunaan invasive ventilation maupun non- ketuban pecah dini, berat lahir sangat rendah
invasive ventilation (NIV). Berdasarkan kondi- terutama 1000 gram merupakan faktor risiko
si ini, terlihat jika pada penggunaan lama alat yang signifikan dalam penggunaan antibiotik
bantu napas terutama invasive ventilation empirik berkelanjutan maupun perubahan
seringkali mengakibatkan pasien mengalami antibiotik empirik sesuai tingkatan lini secara
VAP, sehingga terapi antibiotik menjadi pan- berulang.1-3,20
jang dan mengakibatkan luaran yang buruk. Sebuah penelitian menunjukkan preva-
Pada studi ini bisa disimpulkan bahwa lensi dari sepsis awitan lambat pada neona-
menghindari invasive ventilation sangat di- tus dengan berat lahir sangat rendah preva-
sarankan kecuali benar-benar diperlukan. lensinya di negara maju adalah 20% dan Stoll
Namun pada penggunaan NIV dijumpai juga et al. mendapatkan angka prevalensi 21%.9,21
sebagai penyebab yang signifikan yang dapat Lain halnya dengan penelitian Vain et al yang
diperkirakan, selain karena peyebab prema- melaporkan pada negara berkembang lebih
turitas lainnya, Program Pencegahan Infeksi banyak dibandingkan pada negara industri-
(PPI) merupakan salah satu pilihan sebagai al.22 Jadi, prevalensi 47% pada studi ini me-
upaya mengontrol penyebaran infeksi.11 merlukan telaah masalah segera dari program
Cotton et al melaporkan bahwa 65% dari pencegahan infeksi untuk mengurangi angka
beberapa pusat perawatan neonatus, anti- infeksi yang didapat di rumah sakit.
biotik empirik diberikan selama lebih dari 5-36 Pada studi ini, mortalitas yang lebih ting-
hari bagi neonatus dengan kultur darah yang gi setelah usia 14 hari terlihat pada kelompok
steril.6 Stark et al juga menyimpulkan dalam II, yang mungkin disebabkan oleh beragam
studinya jika durasi terapi antibiotik pada sua- faktor risiko termasuk penyakit sebelumnya,
tu rumah sakit dijumpai dua kali lipat lebih infeksi sistemik atau dari komplikasi terapi
lama dibandingkan rumah sakit lainnya.17 antibiotik empirik yang berkepanjangan. Dari
Tantangan utama bukan dalam memulai anti- studi yang dilakukan oleh Cotten et al. dan
biotik, namun memastikan dilanjutkannya Abdel Ghany et al. terapi antibiotik yang
antibiotik tanpa alasan yang kuat.20 berkepanjangan berhubungan dengan
Studi ini menghasilkan data yaitu rerata meningkatnya angka mortalitas. Lebih lanjut,
durasi terapi antibiotik pada kelompok I dan Hornik et al. melaporkan angka mortalitas dua
kelompok II adalah 9,2±2,5 dan 17,9±3,2 kali lebih tinggi pada kelompok neonatus
hari, yang terbukti terlihat memiliki dengan dengan SNAL.6,23

258
Reza M et al. Analisis Faktor Risiko dan Luaran dari Penggunaan …..

Pembuatan keputusan yang rasional 2. Cantey JB, Sanchez PJ. Prolonged Antibi-
untuk melanjutkan dan menghentikan anti- otic Therapy for "Culture- Negative" Sepsis
biotik sangat penting. Serta perlu adanya tes in Preterm Infants: It’s Time to Stop!. J
diagnositik seperti kultur darah, hitung jumlah Pediatr. 2011; 159(5):707–8. doi: 10.1016/
leukosit, penanda permukaan sel leukosit dan j.jpeds.2011.07.032. [PubMed: 21885065].
parameter infeksi tertentu seperti IT Ratio, 3. Kuppala VS, Meinzen-Derr J, Morrow AL,
CRP, procalcitonin untuk membantu mendiag- Schibler KR. Prolonged Initial Empirical
nosis keberadaan atau ketiadaan infeksi sis- Antibiotic Treatment is Associated with
temik.24 Sementara itu, saat ini banyak infor- Adverse Outcomes in Premature Infants. J
masi bisa didapatkan dengan menjalankan Pediatr. 2011; 159(5):720–5. doi: 10.1016/
Program Pencegahan Resistensi Antibiotik j.jpeds.2011.05.033. [PubMed: 21784435].
(PPRA) yang efektif.25 4. Tripathi N, Cotten CM, Smith PB. Antibiotic
Use and Misuse in the Neonatal Intensive
Kesimpulan Care Unit. Clin Perinatol. 2012;39(1):61–8.
doi: 10.1016/j.clp.2011.12.003. [PubMed:
Studi ini mendapatkan bahwa terapi anti- 22341537].
biotik empirik yang berkepanjangan mening- 5. Piantino JH, Schreiber MD, Alexander K,
katkan prevalensi dari SNAL, EKN, lama Hageman J. Culture Negative Sepsis and
rawat, dan mortalitas pada neonatus dengan Systemic Inflammatory Response Syn-
berat badan lahir sangat rendah, sehingga drome in Neonates. Neo Rev. 2013;14
direkomendasikan untuk menghentikan anti- (6):e294–305. doi: 10.1542/neo.14-6-e294.
biotik empirik secepat mungkin untuk mening- 6. Cotten CM, Taylor S, Stoll B, Goldberg
katkan efisiensi dalam perawatan pasien. Na- RN, Hansen NI, Sanchez PJ, et al. Pro-
mun, keputusan mengenai durasi yang opti- longed Duration of Initial Empirical Antibi-
mal dari antibiotik empirik hanya dapat dibuat otic Treatment is Associated with In-
ketika berbagai masalah dalam mendiagnosis creased Rates of Necrotizing Enterocolitis
dan mengobati infeksi neonatus telah and Death for Extremely Low Birth Weight
diselesaikan. Keterbatasan pada studi ini ada- Infants. Pediatrics. 2009; 123(1):58–66.
lah retrospektif, kecilnya jumlah sampel yang doi: 10.1542/peds.2007-3423. [PubMed:
didapatkan serta terbatasnya informasi biaya 19117861].
perawatan pasien. Hasil penelitian ini di- 7. Falciglia G, Hageman JR, Schreiber M,
harapkan mampu memberikan sedikit gam- Alexander K. Antibiotic Therapy and Early
baran perihal usaha dalam merawat pasien Onset Sepsis. Neo Rev. 2012; 13(2):e86–
neonatus dengan berat lahir rendah di era 93. doi: 10.1542/neo.13- 2-e86.
JKN. 8. Stoll BJ, Hansen NI, Higgins RD, Fanaroff
AA, Duara S, Goldberg R, et al. Very Low
Daftar Pustaka Birth Weight Preterm Infants with Early
Onset Neonatal Sepsis: the Predominance
1. Clark RH, Bloom BT, Spitzer AR, Gerst- of Gram-Negative Infections Continues in
mann DR. Reported Medication Use in the the National Institute of Child Health and
Neonatal Intensive Care Unit: Data from a Human Development Neonatal Research
Large National Data Set. Pediatrics. 2006; Network, 2002-2003. Pediatr Infect Dis J.
117(6):1979–87. doi: 10.1542/peds.2005- 2005; 24(7):635–9. [PubMed: 15999007].
1707. [PubMed: 16740839].

259
Majalah Kesehatan Volume 6, Nomor 4, Desember 2019

9. Stoll BJ, Hansen N, Fanaroff AA, Wright 16. Sivanandan S, Soraisham AS, Swarnam
LL, Carlo WA, Ehrenkranz RA, et al. Late- K. Choice and Duration of Antimicrobial
Onset Sepsis in very Low Birth Weight Therapy for Neonatal Sepsis and Menin-
Neonates: the Experience of the NICHD gitis. Int J Pediatr. 2011; 2011:712150.
Neonatal Research Network. Pediatrics. doi: 10.1155/2011/712150. [PubMed:
2002; 110(2 Pt 1):285–91. [PubMed: 22164179].
12165580]. 17. Alexander VN, Northrup V, Bizzarro MJ.
10. Bell MJ, Ternberg JL, Feigin RD, Keating Antibiotic Exposure in the Newborn Inten-
JP, Marshall R, Barton L, et al. Neonatal sive Care Unit and the Risk of Necrotizing
Necrotizing Enterocolitis. Therapeutic Enterocolitis. J Pediatr. 2011; 159(3):392
Decisions based upon Clinical Staging. –7. doi: 10.1016/j.jpeds.2011.02.035.
Ann Surg. 1978; 187(1):1–7. [PubMed: [PubMed: 21489560].
413500]. 18. Cotten CM, Smith PB. Duration of Empiri-
11. Papile LA, Burstein J, Burstein R, Koffler cal Antibiotic Therapy for Infants Suspect-
H. Incidence and Evolution of Subepen- ed of Early-Onset Sepsis. Curr Opin Pedi-
dymal and Intraventricular Hemorrhage: a atr. 2013; 25(2):167– 71. doi: 10.1097/
Study of Infants with Birth Weights Less MOP.0b013e32835e01f6. [PubMed:
Than 1,500 gm. J Pediatr. 1978; 92 23407181].
(4):529–34. [PubMed: 305471]. 19. Russell AB, Sharland M, Heath PT. Im-
12. An international classification of retinopa- proving Antibiotic Prescribing in Neonatal
thy of prematurity. The Committee for the Units: Time to Act. Arch Dis Child Fetal
Classification of Retinopathy of Prema- Neonatal Ed. 2012; 97(2):F141–6. doi:
turity. Arch Ophthalmol. 1984;102(8):1130 10.1136/adc.2007.120709. [PubMed:
–4. [PubMed: 6547831]. 21037285].
13. Wirtschafter DD, Padilla G, Suh O, Wan 20. Patel SJ, Oshodi A, Prasad P, Delamora
K, Trupp D, Fayard EE. Antibiotic Use for P, Larson E, Zaoutis T, et al. Antibiotic
Presumed Neonatally Acquired Infections Use in Neonatal Intensive Care Units and
Far Exceeds that for Central Line- Adherence with Centers for Disease Con-
Associated Blood Stream Infections: an trol and Prevention 12 Step Campaign to
Exploratory Critique. J Perinatol. 2011; 31 Prevent Antimicrobial Resistance. Pediatr
(8):514–8. doi: 10.1038/jp.2011.39. Infect Dis J. 2009; 28(12):1047–51. doi:
[PubMed: 21546938]. 1 0 . 10 9 7 /I N F . 0b 0 13 e 31 81 b 1 24 8 4 .
14. Smith PB, Benjamin DK. Choosing the [PubMed: 19858773].
Right Empirical Antibiotics for Neonates. 21. Polin RA, Denson S, Brady MT, Papile
Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 2011; LA, Baley JE, Carlo WA, et al. Strategies
96(1):F2–3. doi: 10.1136/ for Prevention of Health Care-Associated
adc.2010.188938. [PubMed: 20547581]. Infections in the NICU. Pediatrics. 2012;
15. Stoll BJ, Hansen NI, Sanchez PJ, Faix 129(4):e1085–93. doi: 10.1542/peds.2012
RG, Poindexter BB, Van Meurs KP, et al. -0145. [PubMed: 22451712].
Early Onset Neonatal Sepsis: the Burden 22. Polin RA, Papile LA, Baley JE, Bhutani
of Group B Streptococcal and E. coli Dis- VK, Carlo WA, Cummings J, et al. Man-
ease Continues. Pediatrics. 2011; 127 agement of Neonates with Suspected or
(5):817–26. doi: 10.1542/peds.2010- Proven Early-Onset Bacterial Sepsis.
2217. [PubMed: 21518717]. Pediatrics. 2012; 129(5):1006–15. doi:

260
Reza M et al. Analisis Faktor Risiko dan Luaran dari Penggunaan …..

23. Yang YN, Tseng HI, Yang SN, Lu CC, search Network. Pediatrics. 2010; 126
Chen HL, Chen CJ. A Strategy for Re- (3):443–56. doi: 10.1542/peds.2009-
duction of Antibiotic Use in New Patients 2959. [PubMed: 20732945].
Admitted to a Neonatal Intensive Care 25. Abdel Ghany EA, Ali AA. Empirical Anti-
Unit. Pediatr Neonatol. 2012; 53(4):245– biotic Treatment and the Risk of Ne-
51. doi: 10.1016/j.pedneo.2012.06.009. crotizing Enterocolitis and Death in Very
[PubMed: 22964282]. Low Birth Weight Neonates. Ann Saudi
24. Stoll BJ, Hansen NI, Bell EF, Shankaran Med. 2012; 32(5):521–6. doi:
S, Laptook AR, Walsh MC, et al. Neona- 10.5144/0256- 4947.2012.521. [PubMed:
tal Outcomes of Extremely Preterm In- 22871623].
fants from the NICHD Neonatal Re-

261

Anda mungkin juga menyukai