Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

Disusun oleh:

1. Entin Awalurrokhmah (38716340)


2. Kinanti A.L Soplanit (33716917)
3. Neneng Sayati (35716383)
4. Octafiani (35716658)
5. Siti Patimah (37716103)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga Penulis diberikan
kesempatan untuk dapat memenuhi tugas yang diberikan berupa penulisan sebuah
makalah. Hanya karena rahmat yang diberikan-Nya Penulis dapat merangkai makalah
ini hingga selesai. Selesainya penulisan makalah ini tidak luput dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Winnie Tungga Mutika, M.Kes sebagai dosen pembimbing mata
kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan untuk Pra Sekolah.
2. Orang tua Penulis, yang telah memberikan dukungan dalam bentuk
materiil maupun moril
3. Teman-teman sejawat, yang telah memberikan banyak masukan dalam
penulisan makalah.
Pada makalah, Penulis akan menyampaikan sebuah kajian permasalahan yang
ada di kehidupan saat ini, yang mampu memberikan inspirasi dalam pemecahan
masalah.
Walaupun Penulis telah mengusahakan kesempurnaan dalam penulisan
makalah, Penulis sangat menyadari, bahwa masih banyak kekurangan baik isi
maupun teknik penulisan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu
Penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, 27 Oktober 2017
Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………….... 1
Daftar Isi……………………………………………………………………. 2
Bab I Pendahuluan………………………………………………………….. 3
A. Latar Belakang ……………………………………………………... 3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………... 4
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………. 4
D. Sistematika Penulisan………………………………………………. 5
Bab II Tinjauan Teori……………………………………………………….. 6
A. Bayi Baru Lahir Normal……………………………………………. 6
1. Pengertian Bayi Baru Lahir Normal……………………………... 6
2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal ………………………………. 6
3. Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir Normal…………………… 7
Bab III Penutup……………………………………………………………... 17
A. Kesimpulan………………………………………………………..... 17
B. Saran………………………………………………………………... 17
Daftar Pustaka………………………………………………………………. 19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

2
Angka Kematian Bayi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 32 per
1.000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Angka tersebut berhasil diturunkan dari 34
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. AKN memberikan kontribusi
terhadap 59% kematian bayi sehingga menjadi hal yang penting untuk
mendapat perhatian. Angka Kematian Neonatal (AKN) berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 sebesar 19 per
1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut sama dengan AKN berdasarkan SDKI
tahun 2007 dan hanya menurun 1 point dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu
20 per 1.000 kelahiran hidup.
Masalah pada bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan
kematian, kesakitan dan kecacatan. Masalah pada bayi baru lahir yang dapat
menyebabkan kematian neonatus (0-28 hari) dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti gangguan pernafasan, bayi lahir premature dan sepsis (Kemenkes
2009). Gangguan pernafasan (asfiksia) merupakan penyebab tersering yang
menimbulkan kematian neonatus dengan memberikan angka 19% pada
kematian bayi di dunia (WHO). Hal ini merupakan akibat dari ketidakmampuan
bayi dalam beradaptasi dengan baik pada lingkungan di luar uterus, kesehatan
Ibu yang jelek, serta perawatan neonatal yang tidak adekuat.
Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga
kesehatan dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir.
Angka kematian neonatal dapat diturunkan dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi dalam
kandungan, saat lahir hingga masa neonatal.
Masa neonatal merupakan langkah awal bayi dalam menyesuaikan diri
dengan kondisi sekitarnya yang baru. Asuhan masa neonatal yang diberikan
haruslah dibuat secara menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada
langkah sebelumnya atau sesuai dengan kondisi bayi pada saat itu, sehingga
menjadi suatu asuhan yang berkesinambungan. Banyak informasi yang harus

3
disampaikan serta ajarkan kepada orang tua bayi agar saat kembali ke rumah,
mereka dapat melaksanakannya sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah makalah berjudul Asuhan Pada
Bayi Baru Lahir Normal.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan pada Bayi Baru Lahir normal ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah antara lain :
1. Tujuan Khusus
a. Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan untuk Pra Sekolah mengenai asuhan bayi baru lahir normal.
b. Memberikan pengetahuan bagi khalayak ramai mengenai asuhan bayi
baru lahir normal.
c. Menjadikan makalah sebagai sumber referensi mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan untuk Pra Sekolah.

2. Tujuan Umum
a. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui asuhan yang akan diberikan
pada bayi baru lahir normal.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penulisan makalah ini yaitu:

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENUTUP

4
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bayi Baru Lahir Normal


1. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42
minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Depkes RI, 2007).
Sedangkan menurut Mitayani, bayi baru lahir normal adalah bayi yang

5
baru lahir dengan usia kehamilan atau masa gestasi yang dinyatakan cukup
bulan (aterm) yaitu 36-40 minggu ( Mitayani, 2010:1). Bayi baru lahir
normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan didalam rahim
(intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin). Perubahan
lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhioleh banyak
faktor seperti kimiawi, mekanik dan termik yang menimbulkan perubahan
metabolik, pernafasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir normal ( Mitayani,
2010:1-2).

2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal


Adapun ciri-ciri dari bayi baru lahir normal menurut Depkes RI yaitu:
a. Berat badan 2500 – 4000 gram
b. Panjang badan 48 – 52 Cm
c. Lingkar dada 30 – 38 cm
d. Lingkar Kepala 33 – 35 cm
e. Frekuensi jantung 120 – 160 x / menit
f. Pernafasan 40 –6 0 x /menit
g. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genetalia
1). Perempuan (Labia mayora sudah menutupi labia minora)
2). Laki – laki (Testis sudah turun, skrotum sudah ada)
k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Refleks morrow atau gerakan memeluk bila dikagetkan sudah baik
m. Refleks mengenggam sudah baik
n. Eliminasi baik mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.
Mekonium berwarna hitam kecoklatan.

6
3. Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut Indrayani dalam buku update asuhan persalinan dan bayi
baru lahir (2016), manajemen asuhan bayi baru lahir diantaranya:
a. Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan byi diatas kain yang bersih dan
kering yangsudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek,
maka letakkan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat
tersebut dalam keadaan bersih dan kering. Segera lakukan penilaian
awal pada bayi baru lahir :
1) Apakah bayi bernafas dan/atau menangis kuat tana kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak aktif?
3) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah
ada sianosis
Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas maka lakukan tindakan
resusitasi pada bayi baru lahir.
b. Perlindungan Termal (Termoregulasi)
Bayi baru lahir yang tidak menunjukan tanda asfiksia/ bayi baru
lahir normal sesegera mungkin dikeringkan setelah dilahirkan dengan
menggunakan handuk atau kain kering dan bersih. Keringkan bayi
mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Jika handuk basah, segera ganti
dengan handuk kering yang baru. Keadaan telanjang dan basah pada
bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah kehilangan panas melalui:
1) Konduksi
Konduksi yaitu proses kehilangan panas melalui benda-benda
padat yang berkontak dengan kulit bayi. Kehilangan panas

7
secara konduktif jarang terjadi kecuali bayi diletakkan pada alas
yang dingin.
2) Konveksi
Konveksi yaitu proses kehilangan panas melalui aliran udara di
sekitar bayi. Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang
dari 20° C dan sebaiknya tidak berangin. Troli resusitasi harus
mempunyai sisi untuk meminimalkan konvesi ke udara sekitar
bayi.
3) Evaporasi
Evaporasi yaitu proses kehilangan panas melalui penguapan air
pada kulit bayi yang basah. Bayi baru lahir dalam keadaan
basah dapat dengan cepat kehilangan panas dengan cara ini.
Bayi harus dikeringkan sesegera mungkin setelah dilahirkan.
4) Radiasi
Radiasi yaitu proses kehilangan panas melalui benda padat
dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit
bayi. Bayi pada saat lahir memiliki suhu 0,5 - 1° C lebih tinggi
dari suhu ibunya, namun bisa mengalami penurunan suhu
menjadi 35 - 35,5° C dalam 15 – 30 menit karena kecerobohan
petugas kesehatan yang tidak memperhatikan ruang bersalin
tidak cukup hangat.

konveksi evaporasi

radiasi

konduksi

8
Gambar: Mekanisme kehilangan panas pada bayi.

c. Merawat tali pusat


Memotong dan Mengikat Tali Pusat
1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi
lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali
pusat dipotong.
2) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3
cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan,
tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2
cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
3) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan
yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut
dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke
dalam larutan klorin 0,5%.
6) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi
Menyusu Dini.

Nasihat Untuk Merawat Tali Pusat


1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali
pusat.

9
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal
ini juga kepada ibu dan keluarganya.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih
diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau
lembab.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan
bayi:
a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih,
sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati)
dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara
seksama dengan menggunakan kain bersih.
d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan
pada kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau.
Jika terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk
membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyus dini adalah bayi
muali menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya setalah satu jam segera
setelah lahir, kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan
sendirinya. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the berst crawl
atau merangkak mencari payudara.
1) Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan
resusitasi, letakkan bayi di atas perut ibunya (bila sectio,bayi

10
diletakkan diatas dada) dan keringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya. Bau
cairan amnion pada tangan bayi akan membantunya mencari
puting ibu yang mempunyai bau yang sama. Maka agar baunya
tetap ada, dada ibu juga tidak boleh dibersihkan. Mengeringkan
tubuh bayi tidak perlu sampai menghilangkan verniks karena
verniks dapat berfungsi sebagai penahan panas pada bayi.
2) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di
atas perut ibu dengan kepala bayi menghadap kearah kepala
ibunya.
3) Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan
menyelimuti ibu dan bayinya, dan kenakan topi pada kepala
bayi.
4) Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade
memperlihatkan bahwa bayi-bayi yang tidak mengalami sedasi
mengikuti suatu pola perilaku prefeeding yang dapat
diprediksi. Apabila bayi dibiarkan tengkurap di perut ibu,
selama beberapa waktu bayi akan diam saja tetapi tetap
waspada melihat kesekelilingnya.
5) etelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan
menendang, menggerakkan kaki, bahu dan lengannya.
Stimulasi ini akan membantu uterus untuk berkontraksi.
Meskipun kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat melihat
areola mammae yang berwarna lebih gelap dan bergerak
menuju ke sana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke
dada ibu. Ini merupakan stimulasi yang menyerupai pijatan
pada payudara ibu.
6) Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera
penciuman dan dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi

11
akan mengangkat kepala, mulai mengulum puting, dan mulai
menyusu. Hal tersebut dapat tercapai antara 27 - 71 menit.
7) Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama
berlangsung sebentar, sekitar 15 menit, dan setelah selesai,
selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan bayi untuk
menyusu. Selama menyusu bayi akan mengkoordinasi
gerakkan menghisap, menelan, dan bernapas.
8) Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan
asuhan keperawatan seperti menimbang, pemeriksaan
antropometri lainnya, penyuntikkan vitamin K1, dan
pengoleskan salep pada mata bayi dapat dilakukan.
9) Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau
pada hari berikut.
10) Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat
disusukan sesuai keinginan bayi (rooming in / rawat gabung).

e. Pencegahan perdarahan

Semua BBL diberi vit. K1 (phytomenandione) injeksi 1 mg


intramuskuler setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk
mencegah erdarahan BBL akibat defisiensi vt. K yang dapat dialami
oleh segabian BBL. Cara penyuntikkan K1 adalah :

1) Gunakan semprit sekali pakai steril 1 ml (semprit tuberculin).

2) Jika menggunakan sediaan 10 mg/mL maka masukkan vit. K1


kedalam semprit sebanyak 0,15 ml. Suntikkan secara
intramuskular di paha kiri bayi bagian anteerolateral sepertiga
tengah sebanyak 0,1 ml (1 mg dosis tunggal).

12
3) Jika menggunakan sediaan 2 mg/mL maka masukkan vit. K1
kedalam semprit sebanyak 0,75 ml. Suntikkan secara
intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sepertiga
tengah sebanyak 0,5 ml (1 mg dosis tunggal).

f. Pencegahan infeksi mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan


setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu. Salep atau tetes mata
tersebut mengandung Tetrasiklin 1% atau antibiotika lain. Upaya
pencegahan infeksi mata kurang efektif jika diberikan >1 jam setelah
kelahiran. Cara pemberian salep atau tetes mata antibotik :

1) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengair) kemudian


keringkan.

2) Jelaskan kepada keluarga tindakan yang akan diberikan dan


tunjukan pemerian obat tersebut.

3) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju kebagian
luar mata atau tetes mata.

4) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh
mata bayi.

5) Anjurkan keluarga agar tidak menghapus salep atau tetes mata


dari mata bayi.

g. Pemberian imunisasi hepatitis B

13
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Imunsasi
hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam setelah pemberian vit. K1, pada
saat bayi baru berumur 2 jam. untuk bayi yang lahir di fasilitas
kesehatan dianjurkan vaksin BCG (pencegah tubercolosis/TBC) dan
vaksin OVP (polio tetes) pada saat sebelum bayi pulang dari klinik.
Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untk mendapatkan munisasi
berikutnya sesuai jadwal pemberian imunisasi.

h. Pemberian ASI selanjutnya


Rangsangan hisapan bayi pada putting ibu akan diteruskan oleh
serabut saraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
prolactin. Semakin sering bayi menghisap puting susu, maka akan
semakin banyak prolaktin dan ASI. Perlekatan saat menyusui pun turut
andil dalam produksi ASI.

i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di
kamar bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan
sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan
dilakukan bayi dalam  keadaan telanjang dan dibawah  lampu yang
terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan hangat. 
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk
menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5

14
menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar mendesain sebuah
metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru
lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan
bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui
nilai Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan
dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir,
kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran
prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk menilai respon
resusitasi.

Cara menentukan nilai APGAR :


Tanda 0 1 2
Warna kulit Biru , Kemerahan Semua
pucat ekstremitas kemerahan
Denyut biru <100 >100
jantung Tidak Tidak Baik
Upaya ada teratur (menangis
bernafas Tidak kuat)
ada Fleksi pada Gerakan aktif
Tonus otot ekstremitas
Lemah Meringis Batuk , bersin
Reflek
(kateter di Tidak
lubang beraksi
hidung)

j. Metode kangguru

15
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru
(PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau
lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi
dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan
suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga
terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama
dan pemberian ASI.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Risiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan. Pada fase ini, dibutuhkanlah asuhan bayi baru lahir yang dapat
mencegah suatu hal yang tidak diinginkan. Asuhan bayi baru lahir merupakan
suatu asuhan yang diberikan kepada bayi pada jam pertama kelahiran dan
diteruskan sampai dengan 24 jam setelah kelahiran yang bertujuan untuk
deteksi dini adanya kelainan dan komplikasi. Asuhan bayi baru lahir dapat

16
berupa penilaian bayi baru lahir segera setelah lahir, perlindungan termal,
merawat tali pusat, inisiasi meyusu dini, pencegahan perdarahan, pencegahan
infeksi mata, pemberian imunisasi Hepatitis B, pemberian ASI selanjutnya,
pemeriksaan BBL, metode kangguru.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pelayanan lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan setelah mengetahui asuhan yang dilakukan pada bayi baru
lahir normal dapat memberikan asuhan bayi baru lahir normal sesuai
dengan teori yang ada sebagai upaya deteksi dini dan penanganan
komplikasi.

2. Bagi Masyarakat
Diharapkan setelah adanya makalah ini dapat mengedukasi
masyarakat luas pada umumnya agar dapat bersikap dengan bijak dalam
membuat keputusan terutama pada orangtua bayi pada 24 jam pertama
kehidupan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. Jakarta: JNPK-KR

Indrayani. 2016. Update Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.Jakarta: Trans Info
Media.
KemKes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Pedoman
Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta:Kemenkes.

18
Prawirohardjo, Sarwono. 2010.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

19

Anda mungkin juga menyukai