18071011-Gita Prayascitta-Lap Prak Toksklin
18071011-Gita Prayascitta-Lap Prak Toksklin
TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN KAFEIN
OLEH
NIM : 18071011
DENPASAR
2020
PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN KAFEIN
I. Tujuan Praktikum
Mengetahui kandungan kafein dalam sampel teh dan membandingkannya dengan standar
II. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah spektrofotometri
III. Prinsip
Pemeriksaan kafein ini menggunakan prinsip "like dissolve like" yang berarti srnyawa polar
hanya akan larut dalam senyawa polar. Senyawa non polar akan larut dalam senyawa non polar.
Sedangkan senyawa polar tidak akan larut dalam senyawa non polar, selanjutnya sampel
dianalisis dengan spekteofotometer pada panjang gelombang 273 nm.
VIII. Kurva
0.6 0.765
0.4
0.456
0.2
0.258
0 0.132
0 2 4 6 8 10
-0.2 0
Konsentrasi
IX. Perhitungan
Persamaan : y = 0,0927x – 0,0486
Berat Sampel
• Konsentrasi Sampel = Volume Larutan
0,5 gram
Konsentrasi Sampel = 100 mL
500 mg
Konsentrasi Sampel = 0,1 L
5000 mg
Konsentrasi Sampel = 1L
x = 43,80 ppm
• Perhitungan Persentase Kadar Kafein Pada Sampel Kopi/Teh
Konsentrasi Kafein Dalam Sampel
% Kafein = x 100 %
Konsentrasi Sampel
43,80
% Kafein = x 100 %
5000
% Kafein = 0,88 %
• Perhitungan Kadar Kafein Pada Sampel Kopi/Teh
Kadar Kafein = % Kafein x Berat Sampel
Kadar Kafein = 0,88 % x 0,5 gram
Kadar Kafein = 0,0044 gram
x = 44,04 ppm
• Perhitungan Persentase Kadar Kafein Pada Sampel Kopi/Teh
Konsentrasi Kafein Dalam Sampel
% Kafein = x 100 %
Konsentrasi Sampel
44,04
% Kafein = x 100 %
5000
% Kafein = 0,88 %
• Perhitungan Kadar Kafein Pada Sampel Kopi/Teh
Kadar Kafein = % Kafein x Berat Sampel
Kadar Kafein = 0,88 % x 0,5 gram
Kadar Kafein = 0,0044 gram
x = 43,04 ppm
• Perhitungan Persentase Kadar Kafein Pada Sampel Kopi/Teh
Konsentrasi Kafein Dalam Sampel
% Kafein = x 100 %
Konsentrasi Sampel
43,04
% Kafein = x 100 %
5000
% Kafein = 0,86 %
• Perhitungan Kadar Kafein Pada Sampel Kopi/Teh
Kadar Kafein = % Kafein x Berat Sampel
Kadar Kafein = 0,86 % x 0,5 gram
Kadar Kafein = 0,0043 gram
x = 43,82 ppm
• Perhitungan Persentase Kadar Kafein Pada Sampel Kopi/Teh
Konsentrasi Kafein Dalam Sampel
% Kafein = x 100 %
Konsentrasi Sampel
43,82
% Kafein = x 100 %
5000
% Kafein = 0,87 %
• Perhitungan Kadar Kafein Pada Sampel Kopi/Teh
Kadar Kafein = % Kafein x Berat Sampel
Kadar Kafein = 0,87 % x 0,5 gram
Kadar Kafein = 0,0043 gram
X. Pembahasan
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami didalam makanan contohnya biji
kopi, teh, biji kelapa, buah kola, dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan
mengandung setengah dari kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam
mengandung lebih banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit
jumlah teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari kopi (Daswin, 2013).
Sumber utama kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi bervariasi,
tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara umum, satu
sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas arabica) kafeina, sampai
dengan 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL) kopi. Umumnya, kopi dark-
roast memiliki kadar kafeina yang lebih rendah karena proses pemanggangan akan
mengurangi kandungan kafeina pada biji tersebut. Kopi varietas arabica umumnya
mengandung kadar kafeina yang lebih sedikit daripada kopi varietas robusta. Kopi juga
mengandung sejumlah kecil teofilina, namun tidak mengandung teobromina
(Enggarwati,2014).
Kafein diabsorbsi dengan cepat dan mendekati sempurna melalui saluran gastrointestinal
dalam waktu 30-60 menit. Kafein didistribusikan secara merata ke seluruh jaringan tubuh,
Konsentrasi maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 1 jam dengan rentang 0,5-1,5 jam.
Waktu paruh eliminasi sangat bervariasi rata-rata 5 jam dengan rentang 2-12 jam (Donovan &
Devane, 2001). Telah dilaporkan bahwa waktu paruh kafein pada wanita lebih singkat
dibandingkan dengan laki-laki (Nawrot et al, 2003 dalam Daswin, 2013). Eliminasi kafein dari
tubuh terjadi melalui metabolisme. Metabolisme kafein sangat kompleks, paling sedikit ada 25
metabolit yang dihasilkan. Kafein diekskresikan melalui urin dalam bentuk tidak berubah yaitu
hanya 1-4% setelah pemberian oral. Jalur utama eliminasi kafein melalui reaksi demetilasi
yang dikatalisis oleh enzim sitokrom P450 (CYP1A2) menghasilkan paraxantin (1,7-
dimetilxantin) sebanyak 80%, teobromin 10%, dan teofilin 4% (Dalimunthe, 2011).
Sampel yang digunakan pada praktikum kali berbeda-beda setiap kelompoknya.
Berdasarkan pemeriksaan kafein pada sampel untuk kelompok 1 dengan sampel kopi merk
Good Day didapatkan kadar kafein didalamnya yaitu sekitar 0,0044 gram atau 0,88%. Untuk
kelompok 2 dengan sampel teh sari murni didapatkan terdapat 0,0044 gram atau 0,88%
kandungan kafein didalamnya. Pada kelompok 3 dengan sampel uji yaitu kopi merk kapal api
terkandung 0,0043 gram atau 0,86% kafein didalamnya. Untuk kelompok 4 dengan sampel uji
kopi merk setia bali terkandung 0,0043 gram atau 0,87% kafein di dalamnya. Penentuan kadar
kafein dalam kopi, seperti pada percobaan ini yang didasarkan pada distribusi solut dalam hal
ini kafein dalam kopi antara dua fasa yaitu fasa organic dan fasa air. Karena kopi dapat larut
dengan baik pada air panas, sehingga harus dilarutkan pada air panas yang mendidih.
(Rialita,2013).
XI. Kesimpμlan
Berdasarkan pemeriksaan kafein yang telah dilakukan dengan sampel uji yang berbeda dari
masing-masing kelompok didapatkan hasil pada sampel kelompok 1 dengan sampel kopi merk
Good Day didapatkan kadar kafein didalamnya yaitu sekitar 0,0044 gram atau 0,88%. Untuk
kelompok 2 dengan sampel teh sari murni didapatkan terdapat 0,0044 gram atau 0,88%
kandungan kafein didalamnya. Pada kelompok 3 dengan sampel uji yaitu kopi merk kapal api
terkandung 0,0043 gram atau 0,86% kafein didalamnya. Untuk kelompok 4 dengan sampel uji
kopi merk setia bali terkandung 0,0043 gram atau 0,87% kafein di dalamnya. Kadar kafein
yang terkandung pada masing-masing sampel uji termasuk normal. Berdasarkan FDA (Food
Drug Administration) dosis kafein yang diizinkan 100- 200 mg/hari, sedangkan menurut SNI
01- 7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan
50 mg/sajian.
DAFTAR PUSTAKA
Bawazeer N A, AlSobahi N A. Prevalence and side effects of energy drink consumption among
medical students at Umm Al-Qura University, Saudi Arabia. International Journal of
Medical Students 2013; 1(3):104-8
Daswin N, Samosir NE (2013). Pengaruh kafein terhadap kualitas tidur mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. E-Jurnal FK-USU
Enggarwati. 2014. Tekanan darah berdasarkan pola konsumsi kopi civitas akademika Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (diakses pada tanggal 26 Desember 2020).
Tersedia pada http://lib.ui.ac.id
Kesia, Rialita, M., Gayatri,C ., dan Frenly, W. 2013. Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk Di Kota
Manado Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 2 No. 04 November 2013 ISSN 2302 – 2493
Liveina. 2006. Pola Konsumsi Dan Efek Samping Minuman Mengandung Kafein Pada Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (diakses pada
tanggal 26 Desember 2020). Tersedia pada https://sinta.unud.ac.id
Rialita, dkk. 2013. Analisis Kafein dalam Kopi Bubuk di Kota Manado Menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Ilmiah Farmasi: Pharmacon
SNI 01- 7152-2006. Bahan Tambahan Pangan Persyaratan Perisa Dan Penggunaan Dalam Produk
Pangan (diakses pada tanggal 26 Desember 2020). Tersedia pada https://kupdf.net
LAMPIRAN
Gambar 4
Hasil setelah di Waterbath
LAPORAN PRAKTIKUM
TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN NIKOTIN
OLEH
NIM : 18071011
DENPASAR
2020
PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN NIKOTIN
I. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui kadar nikotin yang terkandung dalam sampel rokok
II. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah titimetri
III. Prinsip
Asidimetri adalah salah satu metode penetapan kadar dengan larutan standart asam sebagai
titrannya. Prinsip penetapannya adalah reaksi penetralan asam basa, nikotin yang merupakan
basa lemah bereaksi dengan HCl akan mengikat satu atom H + dan melepaskan ion Cl- . Reaksi
ini terjadi pada kisaran pH 6,0 - 6,2 sehingga dipakai indikator metal merah, titik akhir titrasi
diketahui dengan terbentukya warna merah konstan.
VIII. Perhitungan
Rumus :
Vol.Titrasi x Pengenceran x 0,162 x N HCl
% Nikotin : x 100 %
Berat Sampel
a. Sampel Kelompok 1
0,4 x 5 x 0,162 x 0,1
• % Nikotin I = x 100 %
1
0,0324
% Nikotin I = x 100 %
1
% Nikotin I = 3,24 %
0,5 x 5 x 0,162 x 0,1
• % Nikotin II = x 100 %
1
0,0405
% Nikotin II = x 100 %
1
% Nikotin II = 4,05 %
3,24 + 4,05
% Nikotin Rata - Rata = x 100 %
2
7,29
• % Nikotin Rata - Rata = x 100 %
2
b. Sampel Kelompok 2
0,2 x 5 x 0,162 x 0,1
• % Nikotin I = x 100 %
1
0,0162
% Nikotin I = x 100 %
1
% Nikotin I = 1,62 %
0,3 x 5 x 0,162 x 0,1
• % Nikotin II = x 100 %
1
0,0243
% Nikotin II = x 100 %
1
% Nikotin II = 2,43 %
0,3 x 5 x 0,162 x 0,1
• % Nikotin III = x 100 %
1
0,0243
% Nikotin III = x 100 %
1
% Nikotin I = 8,91 %
1,2 x 5 x 0,162 x 0,1
• % Nikotin II = x 100 %
1
0,0972
% Nikotin II = x 100 %
1
% Nikotin II = 9,72 %
1,1 x 5 x 0,162 x 0,1
• % Nikotin III = x 100 %
1
0,0891
% Nikotin III = x 100 %
1
d. Sampel Kelompok 4
0,5 x 5 x 0,162 x 0,1
• % Nikotin I = x 100 %
1
0,0405
% Nikotin I = x 100 %
1
% Nikotin I = 4,05 %
0,4 x 5 x 0,162 x 0,1
• % Nikotin II = x 100 %
1
0,0324
% Nikotin II = x 100 %
1
% Nikotin II = 3,24 %
4,05 + 3,24
• % Nikotin Rata - Rata = x 100 %
2
7,92
% Nikotin Rata - Rata = x 100 %
2
% Nikotin Rata – Rata = 3,645 %
• Kadar Nikotin = % Nikotin Rata – Rata x Berat Sampel
Kadar Nikotin = 3,645 % x 1
Kadar Nikotin = 0,037 gram
IX. Pembahasan
Nikotin Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan
menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang
diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika
Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran 8 memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang,
sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang (Tirtosastro,2010).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan metode titimetri terhadap 4 sampel
rokok dengan berbagai merek didapatkan hasil bahwa pada kelompok 1 kandungan nikotin
pada sampel rokok Marlboro yaitu sekitar 0,0364 gram. Untuk kelompok 2 dengan sampel uji
yaitu rokok sampoerna didapatkan kadar nikotin sebanyak 0,0216 gram. Untuk kelompok 3
dengan sampel uji rokok merk tugumas didapatkan kadar nikotin sebanyak 0,0920 gram.
Sementara, untuk kelompok 4 dengan sampel uji yaitu rokok merk Ese pop didapatkan kadar
nikotin sebesar 0,037 gram.
Tembakau rokok biasanya mengandung 1 % - 2 % nikotin. Absorbsi nikotin melalui mulut
terjadi lambat karena terjadi penundaan pengosongan lambung sehingga muntah yang di
sebabkan oleh efek sentral fraksi yang di absorbsi akan mengeluarkan tembakau yang tersisa
pada saluran gastrointestinal. Mula kerja gejala akut keracunan nikotin termasuk mual,
salviasi, nyeri perut, muntah, diare, keringat dingin, sakit kepala, pusing, pendengaran dan
penglihatan terganggu, kebingungan dan otot-otot menjadi lemah. Setelah pingsang dan
kelemahan maka tekanan darah menurun, gangguan pernapasan, denyut nadi lemah, collapse
yang di akhiri denagan kejang serta kematian dapat terjadi dalam waktu beberapa menit setelah
kegagalan pernapasan. Nikotin dapat meningkatkan kecepatan denyut jantung melalui eksitasi
saraf simpatis atau paralisis ganglion parasimpatis pada jantung dan Nikotin juga dapat
menurunkan denyut jantung melalui paralisis saraf simpatis atau stimulasi ganglion
parasimpatis pada jantung. Selain itu Nikotin dapat menstimulasi medulla adrenal dengan
melepaskan epinefrin yang meningkatkan kecepatan denyut jantung dan tekanan darah. Efek
nikotin tembakau yang dipakai dengan cara menghisap, menguyah atau menghirup tembakau
dengan sedotan, menyebabkan penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah, nafsu makan berkurang, sebagian menghilangkan perasaan cita rasa dan
penciuman serta membuat paru-paru menjadi nyeri. Penggunaan tembakau dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kerusakan pada paru–paru, jantung, dan pembuluh darah . Nikotin
membuat ketagihan. Itulah sebabnya para perokok ingin terus menghisap tembakau secara
rutin karena mereka ketagihan nikotin. Ketagihan tersebut ditandai dengan keinginan yang
menggebu untuk selalu mencari dan menggunakan, meskipun mengetahui akan konsekuensi
negatif terhadap Kesehatan (Wahyuni,2012).
X. Kesimpμlan
Berdasarkan data pengamatan serta pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya
diketahui bahwa hasil dari pemeriksaan nikotin dari 4 sampel rokok dengan merk yang berbeda
tersebut hasilnya pada kelompok 1 kandungan nikotin pada sampel rokok Marlboro yaitu
sekitar 0,0364 gram. Untuk kelompok 2 dengan sampel uji yaitu rokok sampoerna didapatkan
kadar nikotin sebanyak 0,0216 gram. Untuk kelompok 3 dengan sampel uji rokok merk
tugumas didapatkan kadar nikotin sebanyak 0,0920 gram. Sementara, untuk kelompok 4
dengan sampel uji yaitu rokok merk Ese pop didapatkan kadar nikotin sebesar 0,037 gram.
Kadar tersebut termasuk normal karena nilai normal untuk nikotin dalam rokok yaitu sebesar
0,020 gram.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia. 2016. Hubungan Derajat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman dengan Kadar
Hemoglobin. Jurnal Kesehatan Andalas
Dewi. 2003. PENENTUAN KADAR NIKOTIN DALAM ASAP ROKOK (diakses pada tanggal 30
Desember 2020). Tersedia pada https://media.neliti.com
Tirtosastro. 2010. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok (diakses pada tanggal 30 Desember
2020). Tersedia pada http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id
Wahyuni. 2012. Penetapan Kadar Nikotin Dalam Rokok Putih Yang Beredar Di Makassar (diakses
pada tanggal 30 Desember 2020). Tersedia pada http://repositori.uin-alauddin.ac.id
LAMPIRAN
TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN HIDROKUINON
OLEH
NIM : 18071011
DENPASAR
2020
PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN HIDROKUINON
I. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui kadar hidrokuinon pada sampel krim wajah tanpa merk secara
spektrofotometri.
II. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah spektrofotometri
III. Prinsip
Sampel diambil kemudian diolah ,dilanjutkan dengan pembuatan larutan baku hidrokuinon,
pembuatan kurva kalibrasi, dilakukan uji kualitatif dengan FeCl3 1% dilanjutkan dengan
spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui kadar dari hidrokuinon yang terdapat dalam krim
malam tanpa merk.
4 Fair and Lovely Klp 4 = 1,370 8 ppm = 0,096 Klp 4 = 1,15 5,76
VIII. Kurva
0.06
0.04 0.043
0.02 0.021
0.013
0 0
0 2 4 6 8 10
-0.02
Konsentrasi
IX. Perhitungan
Persamaan : y = 0,0119x – 0,0011
Berat Sampel
• Konsentrasi Sampel = Volume Larutan
0,05 gram
Konsentrasi Sampel = 25 mL
50 mg
Konsentrasi Sampel = 0,025 L
50000 mg
Konsentrasi Sampel = 25 L
Nilai X (ppm)
• Kadar Hidroquinon = Konsentrasi Sampel (ppm) x 100 %
x = 19,32 ppm
% Hidroquinon = 0,97 %
x = 21,0 ppm
• Perhitungan Persentase Kadar Hidroquinon Pada Sampel Krim Pencerah Wajah
Konsentrasi Hidroquinon Dalam Sampel
% Hidroquinon = x 100 %
Konsentrasi Sampel
21
% Hidroquinon = 2000 x 100 %
% Hidroquinon = 1,05 %
• Perhitungan Kadar Hidroquinon Pada Sampel Krim Pencerah Wajah
Kadar Hidroquinon = % Hidroquinon x Berat Sampel
Kadar Hidroquinon = 1,05 % x 0,2 gram
Kadar Hidroquinon = 0,21 gram
x = 26,9 ppm
• Perhitungan Persentase Kadar Hidroquinon Pada Sampel Krim Pencerah Wajah
Konsentrasi Hidroquinon Dalam Sampel
% Hidroquinon = x 100 %
Konsentrasi Sampel
26,9
% Hidroquinon = 2000 x 100 %
% Hidroquinon = 1,35 %
• Perhitungan Kadar Hidroquinon Pada Sampel Krim Pencerah Wajah
Kadar Hidroquinon = % Hidroquinon x Berat Sampel
Kadar Hidroquinon = 1,35 % x 0,2 gram
Kadar Hidroquinon = 0,27 gram
x = 115,12 ppm
• Perhitungan Persentase Kadar Hidroquinon Pada Sampel Krim Pencerah Wajah
Konsentrasi Hidroquinon Dalam Sampel
% Hidroquinon = x 100 %
Konsentrasi Sampel
115,12
% Hidroquinon = x 100 %
2000
% Hidroquinon = 5,76 %
• Perhitungan Kadar Hidroquinon Pada Sampel Krim Pencerah Wajah
Kadar Hidroquinon = % Hidroquinon x Berat Sampel
Kadar Hidroquinon = 5,76 % x 0,2 gram
Kadar Hidroquinon = 1,15 gram
X. Pembahasan
Hidroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya digunakan berdasarlan resep
dokter. Hidrokuinon berfungsi untuk mengurangi dan menghambat pembentukan melanin
kulit. Melanin merupakan pigmen kulit yang memberikan warna gelap kecoklatan. Bahaya
hidrokuinon itu sendiri dapat menyebabkan dermatitis dan menimbulkan reaksi
hiperpigmentasi. Gejala awal dapat menyebabkan iritasi ringan, panas, merah dan gatal-gatal
pada kulit. Pada praktikum kali ini digunakan sampel krim wajah dari dokter tanpa merk yang
dibeli online sejumlah 4 buah krim wajah.
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil dari kadar hidrokuinon pada sampel uji yang
dilakukan kelompok 1 dengan sampel uji krim Ginsara Pearl Cream adalah sebesar 0,97%
Untuk kelompok 2 dengan sampel uji krim dokter HN didapatkan kadar hidrukuinon sebesar
1,05%. Pada kelompok 3 dengan sampel uji krim merk Claresta didapatkan hasil kadar
hidrokuinon pada sampel ujinya sebesar 1,35%. Sementara kelompok 4 dengan sampel uji
krim wajah merk Fair and Lovely didapatkan kadar hidrokuinon pada sampel yaitu sekitar
5,76%. Dari keempat sampel krim yang diperiksa kadar hidrokuinonnya, hanya satu sampel
yang kadar hidrokuinonnya masih tergolong tinggi yaitu sampel kelompok 4 dengan sampel
uji krim merk Fair and Lovely, karena penggunaan hidroquinon dalam kosmetik tidak boleh
lebih dari 2%, hidroquinon tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan jika
pemakaian lebih dari 2% harus di bawah kontrol dokter. Pada Sediaan kosmetika berbentuk
krim yang mengandung hidroquinon banyak digunakan untuk menghilangkan bercak - bercak
hitam pada wajah. Saat ini hidroquinon masih digunakan sebagian produsen pemutih karena
hidrokinon mampu mengelupas kulit bagian luar dan menghambat pembentukan melanin yang
membuat kulit tampak hitam, (FDA, 2006).
Metode analisis hidrokuinon dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara umum metode
analisis hidrokuinon terdiri dari Titrasi Redoks (Departemen Kesehatan RI, 1995), Misellar
Electrokinetic Chromatography (Jangseokim dan Youngseong Kim, 2005), Capillary
Electrochromatography (Desinderio, 2000), Kromatografi Lapis Tipis (KLT) (BPOM RI,
2011), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) (BPOM RI, 2011), dan Spektofotometri UV
(Aryani dkk, 2010). Pengukuran dengan metode Spektrofotometri UV tergolong mudah
dengan kinerja yang cepat jika dibanding dengan pengukuran dengan menggunakan metode
lain. Selain itu senyawa yang akan dianalisis memiliki kromofor pada strukturnya sehingga
memenuhi syarat untuk dapat dianalisis menggunakan metode spektrofotometri. Berdasarkan
hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi (Irnawati, 2016).
XI. Kesimpμlan
Berdasarkan hasil praktikum kali didapatkan kadar hidrokuinon pada sampel uji yang
dilakukan kelompok 1 dengan sampel uji krim Ginsara Pearl Cream adalah sebesar 0,97%
Untuk kelompok 2 dengan sampel uji krim dokter HN didapatkan kadar hidrukuinon sebesar
1,05%. Pada kelompok 3 dengan sampel uji krim merk Claresta didapatkan hasil kadar
hidrokuinon pada sampel ujinya sebesar 1,35%. Sementara kelompok 4 dengan sampel uji
krim wajah merk Fair and Lovely didapatkan kadar hidrokuinon pada sampel yaitu sekitar
5,76%. Dari keempat sampel krim yang diperiksa kadar hidrokuinonnya, hanya satu sampel
yang kadar hidrokuinonnya masih tergolong tinggi yaitu sampel kelompok 4 dengan sampel
uji krim merk Fair and Lovely, karena penggunaan hidroquinon dalam kosmetik tidak boleh
lebih dari 2%, hidroquinon tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan jika
pemakaian lebih dari 2% harus di bawah kontrol dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011, Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.08.11.07331
Tentang Metode Analisis Kosmetika, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI,
Jakarta.
Desindro, C., 2000, Analysis Hydroquinone and Some of Its Ethers By Using Capillary
Elecromatography, Journal of Cromatography, Vol. 887.
Dian. 2016. Identifikasi Hidrokuinon Pada Krim Pemutih Wajah Yang Dijual Di Minimarket
Wilayah Minomartini Yogyakarta (diakses pada tanggal 29 Desember 2020). Tersedia
pada https://www.academia.edu
Irnawati. 2016. Analisis Hidrokuinon Pada Krim Pemutih Wajah Dengan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis (diakses pada tanggal 29 Desember 2020). Tersedia pada
https://ejournal.unsrat.ac.id
Lisnawati. 2016. Tingkat Pengetahuan Dan Persepsi Bahaya Kosmetik Yang Mengandung
Bahan Pemutih Di Smk Negeri 4 Yogyakarta. Yogyakarta. Jurnal Media Farmasi Vol 13
No 1. Hal. 122-134.
Meutia, R. 2016. Pengaruh Merek, Kemasan Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian Handbody Marina Pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Samudra.
Aceh: Jurnal Managemen Dan Keuangan.
LAMPIRAN LAMPIRAN
Gambar 1 Gambar 2
Alat dan Bahan Sampel Hidrokuinon (Kiri) dan Standar
Hidrokuinon (Kanan)
LAPORAN PRAKTIKUM
TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN PARACETAMOL
OLEH
NIM : 18071011
DENPASAR
2020
PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN PARACETAMOL
I. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui analisis parasetamol pada jamu komersial berbentuk serbuk.
II. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah spektrofotometri
III. Prinsip
Pada penelitian ini, zat yang diukur adalah zat parasetamol yang sebelumnya telah melalui
proses hidrolisis dengan asam (H2SO4) sehingga berubahb menjadi p – aminofenol. Zat p –
aminofenol dapat dibaca secara langsung pada alat spektrofotometer karena pada p –
aminofenol terdapat gugus kromofor. Pada pengukuran digunakan Panjang gelombang
maksimal yang bertujuan untuk menghasilkan hasil dengan akurasi yang tinggi dengan tingkat
kesalahan yang kecil.
VIII. Kurva
0.08
0.06 0.056
0.04
0.02 0.023
0.01
0 0
-0.02 0 2 4 6 8 10
Konsentrasi
IX. Perhitungan
X. Pembahasan
Pada saat ini terjadi peningkatan trend untuk kembali menggunakan bahan alam atau herbal
untuk pengobatan dibanding obat. Trend ini dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab
yang memproduksi obat tradisonal untuk mengeruk keuntungan, yaitu dengan menambahkan
BKO untuk mempercepat aksi sehingga pengguna akan banyak membeli. Salah satu BKO yang
sering ditemukan ditambahkan adalah parasetamol (BPOM RI, 2017). Selain itu asam
mefenamat juga ditemukan pada jamu pegel linu yang berdar di kabupaten Pekalongan
(Rusmalina et al, 2020).
Pada praktikum kali ini digunakan 4 sampel jamu tradisional dengan berbagai merk yang
dibeli secara acak dari masing-masing kelompok. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
didapat hasil untuk kelompok 1 bahwa kadar parasetamol pada sampel jamu merk Mustika
Dewa mengandung parasetamol sebesar 0,21%. Untuk kelompok 2 didapatkan hasil pada
sampel uji jamu merk Asira kandungan parasetamolnya yaitu sebesar 0,17%. Untuk kelompok
3 didapatkan hasil pada sampel uji jamu merk tawon liar kandungan parasetamolnya yaitu
sebesar 0,48%. Dan kelompok 4 dengan sampel uji jamu merk Samuric didapatkan hasil
sebesar 0,26%.
Permasalahan obat tradisional (OT) mengandung BKO bukan hanya menjadi
permasalahan di Indonesia melainkan juga di seluruh dunia. Berdasarkan informasi melalui
post marketing alert system (PMAS), world health organization (WHO) dan US food and drug
adimistration (FDA) sebanyak 30 OT dan suplemen kesehatan (SK) mengandung BKO serta
bahan dilarang lainnya juga ditemukan di negara-negara ASEAN, Australia, dan Amerika
Serikat (BPOM, 2011). Badan POM mengeluarkan peringatan publik pada tanggal 11
Desember 2016 terkait OT mengandung BKO yang dilarang untuk dikonsumsi masyarakat.
Sebanyak 39 OT mengandung BKO yang 28 di antaranya merupakan OT tidak terdaftar di
Badan POM dan 11 OT izin edarnya dibatalkan. Temuan produk OT yang teridentifikasi
mengandung BKO pada tahun 2016 didominasi oleh jamu pegal linu (penghilang rasa sakit)
dan antirematik (BPOM, 2016).
Bahan kimia obat (BKO) yang ditambahkan oleh pembuat jamu untuk menambah khasiat
jamu dan memberikan efek jamu yang lebih instan dibandingkan jamu yang tidak mengandung
bahan kimia obat, hal ini dapat membahayakan kesehatan. Jamu seringkali digunakan dalam
jangka waktu lama dan dengan takaran dosis yang tidak dapat dipastikan. Walaupun efek
penyembuhannya segera terasa, tetapi akibat penggunaan bahan kimia obat dengan dosis yang
tidak pasti dapat menimbulkan efek samping mulai dari mual, diare, pusing, sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri dada sampai kerusakan organ tubuh yang serius seperti kerusakan
hati, gagal ginjal, jantung bahkan sampai menyebabkan kematian (BPOM RI, 2011).
XI. Kesimpμlan
Berdasarkan hasil praktikum ini yaitu Analisa kadar parasetamol dengan sampel uji 4 merk
jamu tradisional didapatkan hasil dari untuk kelompok 1 bahwa kadar parasetamol pada sampel
jamu merk Mustika Dewa mengandung parasetamol sebesar 0,042%. Untuk kelompok 2
didapatkan hasil pada sampel uji jamu merk Asira kandungan parasetamolnya yaitu sebesar
0,035%. Untuk kelompok 3 didapatkan hasil pada sampel uji jamu merk tawon liar kandungan
parasetamolnya yaitu sebesar 0,096%. Dan kelompok 4 dengan sampel uji jamu merk Samuric
didapatkan hasil sebesar 0,052%.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2016. Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO)
yang Dibubuhkan ke Dalam Obat Tradisional (Jamu). Diakses pada tanggal 27 Desember
2020). Tersedia pada www.pom.go.id
BPOM RI. (2017) Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat. Jakarta: public warning
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2011. Keputusan Kepala BPOM Nomor
Hk.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat
Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Jakarta
Menkes, R. I. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 007 Tahun 2012
Tentang Registrasi Obat Tradisional.
Rusmalina, S., Khasanah, K., & Nugroho, D. K. 2020. Deteksi Asam Mefenamat pada Jamu Pegel
Linu yang beredar di Wilayah Pekalongan. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, pp. 51-60.
LAMPIRAN
Gambar 1 Gambar 2
Sampel Jamu Penimbangan Sampel
LAPORAN PRAKTIKUM
TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN PESTISIDA
OLEH
NIM : 18071011
DENPASAR
2020
PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN PESTISIDA
I. Tujuan Praktikum
Untuk menegetahui analisis pestisida pada sayuran dengan gas chromatography mass
spectrometry (GC/MS).
II. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gas chromatography mass
spectrometry (GC/MS) yang dapat mengukur jenis dan kandungan senyawa dalam suatu
sampel baik secara kualitatif dan kuantitatif. Instrumen ini merupakan perpaduan dari dua
buah instrumen, yaitu Kromatografi Gas yang berfungsi untuk memisahkan senyawa menjadi
senyawa tunggal dan Spektroskopi Massa yang berfungsi mendeteksi jenis senyawa
berdasarkan pola fragmentasinya.
III. Prinsip
Prinsip dari pemeriksaan kadar pestisida pada sayur ini adalah sayuran yang telah dipotong
kecil – kecil akan diesktraksi dengan pelarut N – Hexane selama satu jam, dielusi dengan N –
Hexane, eluatnya diuapkan pada blower yang kemudian dianalisis pada alat GC – MS guna
mengetahui kadar pestisida di dalam sayur tersebut.
VIII. Pembahasan
Organoklorin termasuk ke dalam golongan pestisida yang bagus dan ampuh, namun
memiliki banyak dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai pestisida, sifat persistensinya
sangat menguntungkan untuk mengontrol hama. Terdapat pula kemungkinan terjadinya
bioakumulasi dan biomagnifikasi. Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil
penyemprotan pada tanaman. Pestisida merupakan pilihan utama cara mengendalikan hama,
penyakit dan gulma karena membunuh langsung jasad pengganggu. Kegiatan mengendalikan
jasad pengganggu merupakan pekerjaan yang memakan banyak waktu, tenaga dan biaya.
Kemanjuran pestisida dapat diandalkan, penggunaannya mudah, tingkat keberhasilannya
tinggi, ketersediaannya mencukupi dan mudah didapat serta biayanya relatif murah. Manfaat
pestisida memang terbukti besar, sehingga muncul kondisi ketergantungan bahwa pestisida
adalah faktor produksi penentu tingginya hasil dan kualitas produk, seperti yang tercermin
dalam setiap paket program atau kegiatan pertanian yang senantiasa menyertakan pestisida
sebagai bagian dari input produksi. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman
seperti batang, daun, buah, dan juga umbi. Residu ini terdapat pada permukaan maupun daging
dari buah tersebut. Walaupun sudah dicuci atau dimasak residu pestisida ini masih terdapat
pada bahan makanan (Miller,2006).
Gas Cromatography Mass Spectrometry sering disebut GC-MS adalah teknik analisis yang
menggabungkan dua metode analisis yaitu Kromatografi Gas dan Spektroskopi Massa.
Kromatografi Gas adalah metode analisis, dimana sampel terpisahkan secara fisik menjadi
bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat berupa kromatogram).
Sedangkan spektroskopi Massa adalah metodeanalisis, dimana sampel yang dianalisisakan
diubah menjadi ion-ion gasnya, dan massadari ion-ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil
deteksi berupa spectrum massa. Keuntungan dari metode GC-MS adalah waktu identifikasi
yang cepat, sensitivitas tinggi, alat dapat dipakai dalam waktu lama dan pemisahan yang baik
(Djojosumarto, 2008).
Menurut SNI 7313:2008 tentang Batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian ,
untuk BMR sayuran kol yaitu 0,1 mg. BMR pada tumbuhan wortel yaitu 0,1 mg. Untuk BMR
pada kacang Panjang yaitu 0,02 mg. Sedangkan BMR untuk sayur hijau yaitu 0,05 mg.
IX. Kesimpμlan
Berdasarkan hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada sampel sayur
kelompok 1 sampai dengan 4 dianalisis tidak ditemukan adanya senyawa pestisida yang sesuai
dengan database pada alat yang ditunjukkan dengan nilai % of total pada analisis dengan alat
GC – MS tidak ada yang berada di atas 90%. Namun ditemukan senyawa – senyawa lain pada
saat analisis pestisida pada sayuran.
DAFTAR PUSTAKA
Ekha, I., 1988. Dilema Pastisida Tragedi revolusi Hijau. Jakarta: Kanisius
Marsun, I. F. 2014. Analisis Residu Pestisida Pada Tomat Buah dan Tomat Sayur Pada Pasar
Swalayan Di Kota Makassar Tahun 2014. Makassar : UIN Alauddin Makassar
Connell & Miller. 2006. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Purnama, A. I. 2013. Identifikasi Residu Pestisida Lindane Pada Tomat Buah dan Tomat Biasa
Di Pasar Terong dan Lotte Mart Kota Makassar. Makassar : Fakultas Kesehatan
Masyarakat UNHAS.
Sastroutomo. 1992. Pestisida, dasar dasar dan dampak penggunaannya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
SNI. 2008. Batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian (diakses pada tanggal 30
Desember 2020). Tersedia pada http://www.chilealimentosinodata.cl
LAMPIRAN
Gambar 1
TOKSIKOLOGI KLINIK
OLEH
NIM : 18071011
DENPASAR
2020
PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN LOGAM BERAT
I. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui kadar Timbal (Pb) yang terkandung dalam serum
II. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Gas Cromatography and Mass
Spectroscopy (GCMS)
III. Prinsip
Prinsip dari pemeriksaan kadar timbal pada sampel darah ini adalah dilakukan destruksi basah
terlebih dahulu dengan menggunakan asam – asam kuat seperti asam nitrat 37% dan asam nitrit
0,1 N yang kemudian analisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom.
VIII. Perhitungan
Rumus : Konsentrasi Sampel x Pengenceran (50 kali)
a. Sampel Kelompok 1
Kadar Pb = Konsentrasi Sampel x Pengenceran (50 kali)
Kadar Pb = 0,2167 x 50
Kadar Pb = 10,835 mg/L
b. Sampel Kelompok 2
Kadar Pb = Konsentrasi Sampel x Pengenceran (50 kali)
Kadar Pb = 0,1357 x 50
Kadar Pb = 6,785 mg/L
c. Sampel Kelompok 3
Kadar Pb = Konsentrasi Sampel x Pengenceran (50 kali)
Kadar Pb = 0,1112 x 50
Kadar Pb = 5,56 mg/L
d. Sampel Kelompok 4
Kadar Pb = Konsentrasi Sampel x Pengenceran (50 kali)
Kadar Pb = 0,1395 x 50
Kadar Pb = 6,975 mg/L
IX. Pembahasan
Timbal di dalam tubuh akan memengaruhi jalur sintesis heme, dengan cara menghambat
heme, sintesis haemoglobin, mengubah morfologi sel darah merah dan memengaruhi
kelangsungan hidup sel darah merah. Dalam jalur sintesis heme enzim Amino-levulinic acid
dehydratase (ALAD) adalah salah satu enzim yang paling rentan terhadap efek toksik timbal.
Beberapa penelitian telah menunjukkan kadar timbal yang rendah sekalipun (sekitar 15 µg/L)
sudah dapat menghambat aktivitas enzim ALAD (Hendra,2017).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran kadar timbal dari 4 probandus yang berbeda
profesi serta usia. Hasil yang diperoleh yaitu untuk kelompok 1 dengan sampel uji dari
probandus Ketut Darma Tirta, yang berprofesi sebagai sopir truck diketahui bahwa kadar Pb
dalam darah sekitar 10,835 mg/L. Untuk kelompok 2 dengan sampel uji dari probandus Ketut
Suardana, 31 tahun yang berprofesi sebagai pegawai SPBU didapatkan bahwa kadar Pb dalam
darah sekitar 6,785 mg/L. Untuk kelompok 3 dengan sampel uji dari probandus Bu Eka, 45
tahun yang berprofesi sebagai pengendara ojek online diketahui bahwa kadar Pb dalam
darahnya sekitar 5,56 mg/L. Dan untuk kelompok 4, dengan sampel uji dari probandus Sunada
usia 28 tahun didapatkan bahwa kadar Pb dalam darah sekitar 6,975 mg/L.
Menurut WHO (2006) dalam Suciani (2007) pajanan timbal (Pb) dalam darah yang
diperkenankan untuk pekerja laki-laki yaitu 40 μg/dL dan pekerja perempuan 30 μg/dL. Nilai
ambang batas kadar timbal (Pb) darah yang ditetapkan oleh WHO (2006) sebesar 40 μg/dL
merupakan suatu kebijakan di mana jika seorang tenaga kerja melewati kadar tersebut diduga
pada lingkungan kerja terdapat sumber paparan timbal (Pb) yang berpotensi mengganggu
kesehatan, akan tetapi menurut Girsang (2008) adanya standar yang disarankan oleh Centers
for Disease Control and Prevention (CDC) US tahun 1991 kadar timbal (Pb) dalam darah 10
μg/dL adalah agar pekerja lebih mewaspadai terhadap kadar timbal (Pb) darah dan segera
dilakukan tindakan pengendalian sumber paparan supaya tidak lebih membahayakan
kesehatan karena kadar timbal (Pb) darah < 10 μg/dL juga memberikan dampak terhadap
peningkatan enzim delta aminolevulinik acid dehidratase (ALAD) dalam sel darah merah dan
akan menyebabkan turunnya jumlah sel darah merah (Lian,2016).
X. Kesimpμlan
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil untuk kelompok 1 dengan sampel uji dari
probandus Ketut Darma Tirta, yang berprofesi sebagai sopir truck diketahui bahwa kadar Pb
dalam darah sekitar 10,835 mg/L. Untuk kelompok 2 dengan sampel uji dari probandus Ketut
Suardana, 31 tahun yang berprofesi sebagai pegawai SPBU didapatkan bahwa kadar Pb dalam
darah sekitar 6,785 mg/L. Untuk kelompok 3 dengan sampel uji dari probandus Bu Eka, 45
tahun yang berprofesi sebagai pengendara ojek online diketahui bahwa kadar Pb dalam
darahnya sekitar 5,56 mg/L. Dan untuk kelompok 4, dengan sampel uji dari probandus Sunada
usia 28 tahun didapatkan bahwa kadar Pb dalam darah sekitar 6,975 mg/L. Kadar Pb dari
keempat sampel yang diuji tergolong tinggi jika dibandingkan dengan kadar normal Pb dalam
darah menurut CDC’s yaitu sebesar 10 μg/ dL, sedangkan menurut US EPA nilai biological
exposure indices (BEIs) Pb dalam darah sebesar 30 μg/dL. Dan menurut WHO sebesar 10–25
μg/dL.
DAFTAR PUSTAKA
Brian. 2017. Kadar timbal dalam darah pada petugas stasiun pengisian bahan bakar (diakses pada
tanggal 25 Desember 2020). Tersedia pada https://media.neliti.com
Girsang, E. 2008. Hubungan Kadar Timbal di Udara Ambien dengan Timbal dalam Darah pada
Pegawai Dinas Perhubungan Terminal Antar Kota Medan. Tesis. Medan; Universitas Sumatra
Utara Medan
Hendra. 2017. Hubungan Kadar Timbal Dalam Darah Dengan Hipertensi Pekerja Pengecatan
Mobil Di Surabaya (diakses pada tanggal 25 Desember 2020). Tersedia pada
http://repository.unair.ac.id
Lian. 2016. KARAKTERISTIK, KADAR TIMBAL (PB) DALAM DARAH, DAN HIPERTENSI
PEKERJA HOME INDUSTRY AKI BEKAS DI DESA TALUN KECAMATAN
SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN (diakses pada tanggal 25 Desember 2020).
Tersedia pada https://media.neliti.com
Mukono, J. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press
Spivey, A. 2007. The Weight of Lead: Effects Add Up in Adults. Enviromental Health
Perspectives. Vol. 115, No. 11; A31–A36.
Suciani, S. 2007. Kadar Timbal dalam Darah Polisi Lalu Lintas dan Hubungannya dengan Kadar
Hemoglobin (Studi pada Polisi Lalu Lintas yang Bertugas di Jalan Raya Kota Semarang).
Tesis. Semarang: Magister Gizi Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang.
WHO. 2000. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia. Genewa: WHO.
LAMPIRAN
Gambar 1 Gambar 2
Pra Analitik Alat dan Bahan Pemeriksaan
Pengambilan Sampel Pada Petugaa
SPBU