Anda di halaman 1dari 7

Kinerja Sistem Pendingin Sumber Loop

Terbuka untuk Sistem Pendingin Udara


di Iklim Panas
Adilah Nanda Pratiwi
Jurusan Teknik Fisika Universitas Nasional
Jl. Sawo Manila, Jakarta Selatan
12520
E-mail: adilahnanda10@gmail.com

ABSTRAK
Dalam situasi saat ini, pengurangan konsumsi energi pada bangunan diperlukan karena
peningkatan permintaan energi yang berkelanjutan dan pengurangan pasokan energi global.
Ground Source Cooling System (GSCS) atau sistem pendingin sumber tanah adalah teknologi
yang menjanjikan untuk melayani permintaan pendinginan bangunan. Penelitian ini menyajikan
pengembangan loop terbuka GSCS untuk pendingin ruangan di iklim panas. Studi eksperimental
dilakukan dengan memompa air dari sumur 57 m dan mengalirkan air di atas penukar panas untuk
mendinginkan unit pendingin udara (AC). Kinerja unit AC diselidiki dalam operasi aktual dengan
berbagai debit air. Suhu air inlet dan outlet di penukar panas juga diukur. Namun, daya kompresor
juga meningkat secara signifikan. Koefisien kinerja (COP) sistem rata-rata adalah 2,9 di debit
rendah dan 3,4 di debit tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa pemanfaatan GSCS cocok untuk
mendinginkan bangunan pada negara beriklim panas.

Kata kunci: Sistem Pendingin, GSCS, Energi, Loop Terbuka, AC.

1. PENDAHULUAN
Permintaan energi di seluruh dunia untuk pendinginan bangunan telah meningkat tajam
dalam beberapa dekade terakhir, yang telah menimbulkan kekhawatiran tentang menipisnya sumber
daya energi dan berkontribusi terhadap pemanasan global [5]. Dengan mengingat kebutuhan
penghematan daya dan lebih efisien, produksi juga harus meningkat untuk memenuhi permintaan.
Untuk kehidupan yang nyaman, semua manusia membutuhkan aliran udara konstan dekat dengan
suhu sekitar 25˚C hingga 28˚C dengan kelembaban 25% - 50% [3]. Untuk tujuan ini, secara historis
penulis memperkenalkan teknologi yang menjanjikan untuk melayani permintaan pendinginan
bangunan. Ground Source Heat Pump (GSHP) atau sistem pompa panas sumber tanah yang terdiri
dari pengubah panas tanah loop tertutup dan terbuka atau Ground Heat Exchanger (GHE) yang
digunakan dalam sistem. Dalam sistem loop tertutup, tipe vertikal dan horizontal diterapkan dalam
sistem ini. Jenis vertikal telah digunakan secara luas dalam sistem GSHP yang merupakan sejumlah
jenis konfigurasi pipa yang ditempatkan di lubang bor vertikal. Berbagai jenis GHE vertikal
termasuk tabung-U, tabung-ganda, multi-tabung dan tabung spiral telah diselidiki. Tabung spiral
GHE memberikan kinerja termal yang lebih baik. Sistem loop terbuka umumnya ditandai dengan
biaya awal yang lebih rendah dan koefisien kinerja yang lebih tinggi (COP). Sistem GSHP yang
digunakan untuk sistem pendingin juga dikenal sebagai sistem pendingin sumber tanah (GSCS).
Suhu yang digunakan dalam sistem pendingin udara konvensional. Dua sumur disediakan dalam
sistem ini termasuk satu sumur yang digunakan untuk ekstraksi air tanah dan yang lainnya
digunakan untuk injeksi [1]. Sumur geotermal sangat diminati dalam permintaan pendinginan
bangunan dengan memanfaatkan air tanah sebagai reservoir termal alih-alih atmosfer [3].

Sejumlah penelitian terkait dengan loop terbuka GSCS telah dilakukan. Analisis
komprehensif respons termal sumur loop terbuka untuk sistem pompa panas berpasangan dilakukan
oleh Park et al. [8] menjelaskan pentingnya dispersivitas termal dalam mendesain sistem pompa
panas air tanah (GWHP). Athresh et al. [7] mempresentasikan desain baru dan implementasi sistem
loop terbuka GSHP yang beroperasi di lingkungan air tambang yang kaya oker. Hasil menunjukkan
bahwa sistem loop terbuka, ketika dikombinasikan dengan pompa panas yang sesuai dan
konfigurasi desain yang terkait dari penukar panas dan prosedur perawatan, dapat menyediakan
sistem pemanas yang efisien dan dapat diandalkan dengan biaya lebih rendah. Nguyen et al. [4]
menyajikan model kapasitas dan resistansi termal axisymmetric 2D dinamis (TRCM) yang
menggabungkan transfer panas sementara dan aliran air tanah dalam sistem SCW. Karakteristik
konduktivitas termal penukar panas bawah tanah tipe baik sehubungan dengan jumlah panas yang
disuntikkan per meter diselidiki oleh Lee et al. [10]. Metode untuk mensimulasikan aliran air tanah
dan perpindahan panas dalam kondisi hidrogeologis yang kompleks untuk sistem well standing
kolom (SCW), memompa dan menyuntikkan air tanah dalam lubang bor tunggal di antara sistem
pompa panas sumber tanah (GSHP) disajikan [2].

2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama dari penelitian adalah untuk melihat kinerja dari sistem pendingin sumber
loop terbuka unruk sistem pendingin udara. Studi eksperimental dilakukan dengan memompa air
dari sumur 57 m dan mengalirkan air di atas penukar panas untuk mendinginkan unit pendingin
udara (AC). Sistem dioperasikan dengan 3 (tiga) debit seperti 3,6; 6,5 dan 14,3 L / menit masing-
masing.

3. METODE PELAKSANAAN
GSCS loop terbuka terdiri dari dua sumur loop terbuka. Air dipompa dari sumur 57 m,
mengalir air melalui penukar panas untuk mendinginkan refrigeran unit AC dan
mengembalikannya ke sumur lain dengan kedalaman 50 m. Aliran air melalui penukar panas diatur
dengan berbagai debit. Pemasangan GSCS loop terbuka dapat dilihat pada Gambar 1. Unit AC
yang digunakan dalam penelitian eksperimental ini adalah tipe split dengan kapasitas pendinginan
2620 W dapat dilihat pada Gambar 2. Pengaturan eksperimental sistem ditunjukkan pada Gambar
3.

Gambar 1. Pemasangan GSCS loop terbuka Gambar 2. Unit AC


4. PEMBAHASAN

4.1 Air dan Suhu di Sekitar


Air yang dipompa dari sumur mengalir melalui penukar panas untuk mendinginkan
refrigeran unit AC. Suhu air saluran masuk dan keluar ditunjukkan pada Gambar 4. Suhu air saluran
masuk hampir konstan 28℃. Air saluran masuk hampir konstan 28℃. Namun, suhu air keluaran
bervariasi tergantung pada debitnya. Menurunkan debit akan meningkatkan suhu air outlet. Dalam
debit rendah 3,6 L / mnt, suhu air keluaran sekitar 37℃. Suhu udara sekitar dalam pengoperasian
sistem juga rendah 3,6 L / mnt, suhu air keluaran sekitar 37 Hai C. Suhu udara sekitar dalam
pengoperasian sistem juga rendah 3,6 L / mnt, suhu air keluaran sekitar 37℃. Suhu udara sekitar
dalam pengoperasian sistem juga ditunjukkan pada Gambar 4. Suhu ini berkisar antara 28-32℃
.

4.2 Daya Kompresor


Gambar 5 menunjukkan daya kompresor dalam pengoperasian berbagai laju aliran.
Kekuatan kompresor akan secara signifikan mempengaruhi kinerja unit AC. Ini berkurang dengan
meningkatnya laju aliran air masuk ke penukar panas. Kekuatan kompresor rata-rata adalah 689 W
pada debit rendah dan 600 W pada debit tinggi. Ini meningkat 15% dengan menurunkan laju alir
dari 14,3 menjadi 3,6 L / mnt.

Gambar 4. Suhu air dan udara sekitar.

4.3 Coefficient of Performance (COP)

Gambar 5. Daya kompresor


Kinerja GSCS loop terbuka dipengaruhi secara signifikan oleh laju aliran air yang masuk
ke penukar panas. Coefficient of Performance (COP) dari loop terbuka GSCS dalam operasi
berbagai laju aliran ditunjukkan pada Gambar 6. COP sistem rata-rata adalah 2,9 pada debit rendah
dan 3,4 pada debit tinggi.

5. KESIMPULAN
Studi eksperimental GSCS loop terbuka untuk pengkondisian udara telah dilakukan untuk
menyelidiki kinerja termal sistem. Sistem beroperasi mulai pukul 11:00 hingga 18:00 waktu
setempat dengan 3 (tiga) aliran seperti 3,6; 6,5 dan 14,3 L / menit masing-masing. Dari hasil
penelitian ini, ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Pada debit rendah, suhu air yang keluar kira-kira 37℃. Namun, daya kompresor juga
meningkat secara signifikan.
2) Daya kompresor meningkat 15% dengan menurunkan laju alir dari 14,3 menjadi 3,6
L/mnt.
3) COP dari sistem rata-rata adalah 2,9 di debit rendah dan 3,4 di debit tinggi.
Gambar 6. COP Dari GSCS loop terbuka
4) Pemanfaat GSCS disesuaikan untuk mendingikan bangunan di iklim panas.
REFERENSI

[1] Jalaluddin, A. Miyara, S. Ishikawa, R. Tarakka, A.A Mochtar. 2018. Development of an Open-
Loop Ground Source Cooling System for Space Air Conditioning System in Hot Climate in
Indonesia. MATEC Web of Conferences ,Vol.204, 04007.

[2] T.G Choe, I.J Ko. 2018. Method of Simulation and Estimation of SCW System Considering
Hydrogeological Conditions of Aquifer. Energy and Buildings, Vol.163, 140-148.

[3] S. Shahare, T. Harinarayana. 2016. Energy Efficient Air Conditioning System using Geothermal
Cooling-Solar Heating in Gujarat, India. Journal of Power and Energy Engginering, Vol.4, 57-71.

[4] A. Nguyen, P. Pasquier, D. Marcotte. 2015. Thermal Resistance and Capacity Model for
Standing Column Wells Operating Under a Bleed Control. Renewable Energy, Vol.76, 743-756.

[5] K.K Sharma, R.L Gupta, S. Katarey. 2016. Performance Improvement of Air Conditioning
System using Applications of Evaporative Cooling: A Review Paper. SSRG International Journal of
Thermal Engginering, Vol.2.

[6] T. Lim, J. Won, H. Jeon, Y. Park, H. Lee. 2016. Experimental Study on Cooling Performance
Characteristics of Electric-Driven Air Conditioning System with Two Kinds of Coolants.
International Symposium on “Fusion of Science & Technology”, 654-659.

[7] A.P Athresh, A. Al-Habaibeh, K. Parker. 2015. Innovative Approach for Heating of Buildings
using Water from a Flooded Coal Mine Through an Open Loop Based Single Shaft GSHP System.
Energy Procedia, Vol.75, 1221-1228.

[8] B.H Park, G.O Bae, K.K Lee. 2015. Importance of Thermal Dispersivity in Designing Ground
Water Heat Pump (GWHP) System: Field and Numerical Study. Renewable Energy, Vol.83, 270-
279.

[9] B. Pirouz, M. Maiolo. 2018. The Role of Power Consumption and Type of Air Conditioner in
Direct and Indirect Water Consumption. Journal of Suistanable Development of Energy, Water and
Environments System, Vol.6, 665-673.

[10]
Tautan dan Bookmark
Semua tautan hypertext dan bagian bookmark akan dihapus. Jika paper perlu merujuk ke alamat
email atau URL di artikel, maka alamat atau URL lengkap harus ditulis dengan font biasa.
 Daftar Pustaka

Daftar pustaka ditulis berdasarkan model APA (American Psychological Association). Contohnya
sebagai berikut.

Ginting, Nurjaina. (2005). Teknologi Daur Ulang Limbah Cair. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Dun Steinhoff, John F Burgess. 1993. Small Business Management Fundamentals 6th ed. New
York; McGrawhill Inc.

Marhadi, 2010, Pengelolaan pakan ternak ruminanse, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat.

Azhar & Matsumura, K. (2010). A Study of ‘Kenry’ in Japanese and “Hak” in Indonesian.
Jurnal Humaniora, 22, 22-30

Chavdarov, Ivan, Ivan Stoyanov, Rumyana Kresteva, Ani Boneva. 2003. Design on manipulation
robotic systems in AutoCAD® environment using program modules. Academic Open Internet
Journal Vol 9. (www.acadjournal.com/2003/v9/part/p3)

http://www.boyolalikab.go.id/index2.php/(diunduh 9-2-2013).

(http://datapokok.ditpsmk.net/index.php?)

Anda mungkin juga menyukai