Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

NAMA : HARIATI S.Kep


NIM : 03.2020.032
NAMA PEMBIMBING : Ns. Wanto Sinaga,S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI

A. Konsep Kebutuhan
1. Defenisi/deskripsi kebutuhan
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup dan aktifitas berbagai organ sel tubuh. Keberadaan oksigen merupakan salah
satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme dan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen
ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer.
Oksigen untuk kemudian diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
 Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. 
Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa
saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan.
Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
2. Fisologi sistem/fungsi normal sistem
a. Ventilasi
Ventilasi Ialah masuknya oksigen (O2) atmosfer ke dalam alveoli dan
keluarnya CO2 dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi
dan ekspirasi).
b. Difusi Gas
Difusi adalah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau partikel lain dari area
yang bertekanan rendah. Dalam difusi gas ini, organ pernafasan yang berperan
penting adalah alveoli dan darah.
c. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
a. Faktor Fisiologi
a) Penurunan kapasitas pembawa oksigen
b) Penuruna kapasitas oksigen yang di inspirasi
c) Hipovolemia
d) Peningkatan laju metabolisme
e) Kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada
b. Faktor Perkembangan
a) Bayi prematur
b) Bayi dan todler
c) Anak usia sekolah dan remaja
d) Dewasa muda dan dewasa pertengahan
e) Lansia
c. Faktor Perilaku
a) Nutrisi
b) Latihan fisik
c) Merokok
d) Penyalahgunaan substansi
d. . Faktor Lingkungan
a) Ansietas
4. macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
a. Flu (influenza)
Penyakit influenza disebabkan oleh virus dan mudah sekali menular.
Penularan bisa melalui kontak langsung ke cairan atau melalui cairan yang
keluar dari penderita saat batuk atau bersin. Saat flu, hidung dipenuhi lendir
sehingga mengganggu pernapasan.
b. Faringitis
Keluhan utama pada penyakit ini adalah nyeri
tenggorokan. Faringitis seringkali disebabkan oleh infeksi virus, namun dapat
juga disebabkan oleh bakteri, sehingga untuk penanganannya dibutuhkan
antibiotik. Beberapa kasus faringitis disebabkan oleh alergi atau iritasi pada
tenggorokan.
c. Laringitis
Laringitis adalah gangguan pernapasan yang menyerang laring atau pita
suara. Peradangan yang terjadi biasanya disebabkan oleh penggunaan pita
suara berlebihan, iritasi, atau infeksi pada laring. Suara serak atau parau
bahkan hilang sama sekali adalah gejala umum yang muncul jika seseorang
mengalami laringitis.
d. Asma
Asma disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Sesak napas
menjadi tanda umum dari penyakit ini. Biasanya sesak napas dibarengi oleh
mengi (wheezing) yang merupakan suara khas bernada tinggi saat pasien
mengeluarkan napas.
e. Bronkitis
Bronkitis adalah peradangan pada bronkus, yang merupakan saluran
udara dari dan ke paru-paru. Bronkitis umumnya dicirikan dengan batuk
berdahak yang kadang dahaknya bisa berubah warna.
f. Emfisema
Emfisema menyerang kantung udara alias alveoli. Seseorang yang
terkena emfisema tidak selalu menunjukkan gejala yang khas. Namun seiring
perjalanan penyakitnya, biasanya penderita kondisi ini lambat laun akan
mengalami sesak saat bernapas. Gangguan ini adalah salah satu kondisi yang
digolongkan sebagai penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
g. Pneumonia
Pneumonia, atau yang biasa disebut dengan radang paru-paru,
merupakan peradangan akibat infeksi. Batuk berdahak, demam, dan sesak
napas adalah gejala umum dari pneumonia. Ciri lain dari penyakit ini adalah
dahak kental yang dapat berwarna kuning, hijau, cokelat, atau bernoda darah.
h. Kanker paru-paru
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker paling berbahaya
dengan angka kematian yang tinggi. Terjadinya kanker paru-paru pada
seseorang berkaitan erat dengan merokok baik aktif maupun pasif, riwayat
kanker paru-paru di keluarga, riwayat paparan zat kimia dan gas beracun
seperti asbestos dan radon, atau menghirup udara berpolusi dalam jangka
panjang.
B. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan
1. Pengkajian
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem
pernapasan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena 80%
diagnosis masalah pasien diperoleh dari anamnesis.
2. Riwayat keperawatan
Keluhan yang paling dirasakan yang biasa muncul mengganggu kebutuhan
oksigen pada pasien terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi
tubuh untuk membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu
yang lama (> 3 minggu).
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ini penting untuk mengevaluasi penyebab terjadinya
masalah sitem pernapasan yang dapat dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
b. CT – Scan
c. Pemeriksaan laboratorium
5. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
Diagnosa 1 : ketidakefektifan bersihan jalan napas
a. Defenisi : ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas
b. Batasan karakteristik :
a) Batuk yang tidak efektif
b) Dispnea
c) Gelisah
d) Kesulitan verbalisasi
e) Mata terbuka lebar
f) Ortopnea
g) Penurunan bunyi napas
h) Perubahan frekuensi napas
i) Perubahan pola napas
j) Sianosis
k) Sputum dalam jumlah yang berlebihan
l) Suara napas tambahan
c. Faktor-faktor yang berhubungan
a) Lingkungan
 Perokok
 Perokok pasif
 Terpajan asap
b) Obstruksi jalan napas
 Adanya jalan napas buatan
 Benda asing dalam jalan napas
 Eksudat dalam alveoli
 Hyperplasia pada dinding bronkus
 Mucus berlebihan
 Penyakit paru obstruksi kronis
 Spasme jalan napas
c) Fisiologis
 Asma
 Disfungsi neuromuscular
 Infeksi
 Jalan napas alergik
Diagnosa 2 : ketidakefektifan pola napas
a. Defenisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
b. Batasan karakteristik :
a) Bradipnea
b) Dispnea
c) Fase ekspirasi memanjang
d) Ortopnea
e) Penggunaan otot bantu pernapasan
f) Penggunaan posisi tiga-titik
g) Peningkatan diameter anterior-posterior
h) Penurunan kapasitas vital
i) Penurunan tekanan ekspirasi
j) Penurunan tekanan inspirasi
k) Penurunan ventilasi semenit
l) Pernapasan bibir
m) Pernapasan cuping hidung
n) Perubahan ekskursi dada
o) Pola napas abnormal (mis., irama, frekuensi, kedalaman)
p) Takipnea
c. Faktor-faktor yang berhubungan
a) Ansietas
b) Cedera medulla spinalis
c) Deformitas dinding dada
d) Deformitas tulang
e) Disfungsi neuromuscular
f) Gangguan musculoskeletal
g) Gangguan neurologis (mis., elektroensefalogram {EEG} positif, trauma
kepala, gangguan kejang)
h) Hiperventilasi
i) Imaturitas neurologis
j) Keletihan
k) Keletihan otot pernapasan
l) Nyeri
m) Obesitas
n) Posisi tubuh yang menghambat espansi paru
o) Sindrom hipoventilasi

(Berdasarkan dua diagnosa pada 2.2)

Diagnosa 1: ketidakefektifan bersihan jalan napas

a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat mencapai bersihan jalan napas
yang efektif, dengan kriteria hasil :
a) Pengeluaran sputum pada jalan napas
b) Irama napas sesuai yang diharapkan
c) Frekuensi pernapasan sesuai yang diharapkan
b. Intervensi keperawatan dan rasional :
a) Intervensi
 Buka jalan napas pasien
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi untuk perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
 Keluarkan secret dengan suction
 Auskultasi suara napas, catat biala ada suara napas tambahan
 Monitor rata-rata respirasi setiap pergantian shift dan setelah
dilakukan tindakan suction
b) Rasional
 Maksimal membuka ventilasi
 Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernapasan
 Mencegah obstruksi/aspirasi
 Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis. Ronki
menunjukkan akumulasi secret/ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesoris
pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.
Diagnosa 2 : ketidakefektifan pola napas
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam dapat mencapai napas efektif, dengan kriteria
hasil :
a) Auskultasi suara napas sesuai
b) Bernapas mudah
c) Tidak didapatkan penggunaan otot tambahan
b. Intervensi keperawatan dan rasional :
a) Intervensi
 Buka jalan napas pasien
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi untuk perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
 Keluarkan secret dengan suction
 Auskultasi suara napas, catat biala ada suara napas tambahan
 Monitor penggunaan otot bantu pernapasan
 Monitor rata-rata respirasi setiap pergantian shift dan setelah
dilakukan tindakan suction
b) Rasional
 Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
 Memposisikan pasien semi fowler supaya dapat bernafas optimal
 Deteksi terhadap pertukaran gas dan bunyi tambahan serta kesulitan
bernafas (ada tidaknya dispneu) untuk memonitor intervensi
 Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia
 Memberikan rasa nayaman dan mempermudah pernapasan
 Deteksi status pernapasan
C. Daftar pustaka
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.
Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan medical bedah. EGC. Jakarta
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani Nurul. 2007. Kebutuhan dasar. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkonson, Judith M. 2011 buku saku diagnosis keperawatan: diagnosa NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC edisi 9. Jakarta : EGC

Walenrang, 02 Februari 2021

Pembimbing

(Ns. Wanto Sinaga,S.Kep.,M.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

NAMA : HARIATI S.Kep


NIM : 03.2020.032
NAMA PEMBIMBING : Ns. Wanto Sinaga,S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Konsep Kebutuhan
1. Defenisi/deskriptif kebutuhan
Istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional
dan beban dari kecemasan (ansietas). Istirahat bermakna ketenangan, relaksasi
tanpa stres emosional, dan bebas dari ansietas.
Tidur merupakan suatu kea daan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan
kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak
jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan
mental emosional, fisiologis, dan kesehatan.
2. Fisiologi sistem/fungsi normal sistem
Fisiologi Tidur: Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat
yang terletak di bagian bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat keadaan
terjaga, sehingga menyebabkan tidur.
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal.
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi.
c. Terjadi perubahan-perubaahan proses fisiologis tubuh, dan
d. Penurunan respons terhadap rangsanan dari luar.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis.


Perubahan tersebut, antara lain:

a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi.


b. Dilatasi pembulih darah perifer.
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktur gastrointestinal.
d. Relaksasi otot-otot rangka.
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
a. Sakit
b. Lingkungan
c. Letih
d. Gaya Hidup
e. Stress Emosional
f. Stimulan dan Alkohol
g. Diet
Penurunan berat badan telah dihubungkan dengan pengurangan waktu
tidur total serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Di sisi lain,
pertambahan berat badan tampak berhubungan dengan peningkatan total waktu
tidur, berkurangnya tidur yang terputus, dan bangun tidur lebih lambat. L-
triptofan dalam makanan, misalnya, dalam keju dan susu dapat menginduksi
tidur, sebuah bukti yang mungkin dapat menjelaskan mengapa susu hangat
membatu seseorang untuk tidur.
h. Merokok
i. Motivasi
j. Obat-obatan
4. Macam-macam Gangguan yang Mungkin Terjadi Pada sistem
a. Insomnia
Insomnia adala gejala yang dialami oleh klien yang mengalami
kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur singkat
atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia mengeluhkan rasa kantuk yang
berlebihan disiang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup.
Namun, seringkali klien tidur lebih banyak yang disadarinya. Insomnia dapat
menandakan adanya gangguan fisik atau psikologis.
b. Somnambulisme
Somnabulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi,
berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa
menit dan kembali tidur. berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
c. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran
udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat
tidur.

d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan
bangun dan tidur. Di siang hari seseorang dapat merasakn kantuk berlebihan
yang datang secara mendadak dan jatuh tertidur. Masalah signifikan untuk
individu yang menderita narkolepsi adalah bahwa orang tersebut jatuh tertidur
tanpa bisa dikendalikan pada waktu yang tidak tepat.
e. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai
akibat disomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (mis, demam, sulit
bernapas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan
(mis, asuhan keperawatan yang sering dilakukan), dan keanekaragaman waktu
yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan perawat cenderung mengalami
deprivasi tidur karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas.
Hospitalisasi, terutama di unit perawatan intensif, membuat klien rentan
terhadap gangguan tidur ekstrinsik dan sirkadian. Deprivasi tidur melibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidakkonsistenan waktu tidur.
Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi
perubahan urutan siklus tidur normal. Terjadi deprivasi tidur kumulatif.
f. Parasomnia
Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-
anak dari pada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant
death syndrome ,SIDS) dihipotesis berkaitan dengan apnea, hipoksia, dan
aritmia jantung yang disebabkan oleh abnormalitas dalam system saraf otonom
yang dimanifestasikan selama tidur. The American Acadeny of Pediatrics
menganjurkan agar bayi yang sehat.
Parasomnia yang terjadi pada anak-anak akan meliputi somnambulisme
(berjalan dalam tidur), terjaga malam, mimpi buruk, enuresis nocturnal
(ngompol), dan menggeretakkan gigi (bruksisme). Apabila orang dewasa
mengalami hal ini maka hal tersebut dapat mengindikasikan gangguan yang
lebih serius. Terapi khusus untuk gangguan ini bervariasi. Namun, dalam
semua kasus yang terpenting adalah mendukung klien dan mempertahankan
keamanannya. Misalnya, orang yang berjalan dalam tidur tidak menyadari
lingkungan di sekitarnya dan lambat bereaksi. Oleh karena itu risiko jatuh
sangatlah besar. Perawat tidak boleh mengejutkan klien yang sedang berjalan
tidur tetapi membangunkan dengan lembut dan membimbingnya dengan
lembut dan membimbingnya kembali ke tempat tidur ditempatkan pada posisi
miring atau telentang disaat tidur karena adanya hubungan antara posisi
telungkup dengan terjadinya SIDS.
B. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Tentukan efek samping pengobatan terhadap pola tidur pasien Pantau
pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (mis., apnea saat tidur,
sumbatan jalan nafas, nyeri/ ketidaknyamanan, dan sering berkemih) atau
faktor-faktor psikologis (mis., ketakutan/ansietas) yang dapat menggangu pola
tidur pasien
b. Pemeriksaan fisik
a) Deskripsi masalah tidur
1. Sifat dari masalah
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a. Beritahu saya masalah tidur apa yang anda alami?
b. Beritahu saya seberapa jauh perbedaan tidur Anda saat ini dari tidur
Anda yang dulu?
2. Tanda dan gejala
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a. Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidur, tetap tidur, atau
untuk bangun?
b. Apakah anda terbangun karena mimpi?
3. Durasi
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a. Kapan anda pertama kali Anda menyadari masalah ini?
b. Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
4. Keperahan
Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tidur?
b. Seberapa sering dalam seminggu Anda mengalami kesulitan untuk
tidur?
c. Apa yang anda lakukan di saat terbangun di malam hari atau terlalu
dini di pagi hari?
5. Faktor Pencetus
a. beritahu saya apa yang anda lakukan seaat sebelum tidur?
b. Apakah akhir-akhir ini Anda mengalami perubahan ditempat kerja
atau di rumah?
c. Apakah anda meminum obat tidur?
6. Efek pada klien
a. Bagaimana pengaruh kurang tidur ini bagi anda?
b. Apakah anda merasa kantuk yang berlebihan atau kesulutan
berkonsentrasi selam terjaga?
b) Pola tidur
1. Pukul berapa biasanya anda tidur?
2. Berapa kali anda terbangun di malam hari?
3. Berapa jam rata-rata Anda tidur di setiap malam?
c) Penyakit fisik
d) Peristiwa hidup yan baru terjadi
e) Status emosional dan mental
f) Rutinitas menjelang tidur
g) Lingkungan tidur
h) Perilaku deprivasi tidur
c. Pemeriksaan penunjang
Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas
listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus
otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan
informasi struktur aspek fisiologis tidur. Kajian laboratorium tentang tidur
sering kali digunakan untuk mendiagnosa gangguan tidur, termasuk
menggunakan polisomnogram (PSG) dimalam hari dan Multiple Sleep Latency
Test (MSLT). PSG melibatkan penggunaan EEG, EMG, dan EOG untuk
memantau tahapan tidur dan bangun selama tidur malam. MSLT memberi
informasi objektif tentang tidur dan aspek-aspek terpilih dari struktur tidur
dengan mengukur seberapa cepat individu tertidur selama empat kesempatan
tidur siang sepanjang hari. Episode REM awitan tidur juga dicatat karena
abnormalitas ini berhubungan dengan beberapa gangguan tidur
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Diagnosa 1: Insomnia
a) Defenisi : Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi
b) Batasan karakteristik:
 Afek tampak berubah
 Tampak kurang energy
 Peningkatan ketidakhadiran di tempat kerja/sekolah
 Pasien melaporkan perubahan alam perasaan
 Pasien melaporkan penurunan status kesehatan
 Pasien melaporkan penurunan kualitas tidur
 Pasien melaporkan kesulitan berkonsentrasi
 Pasien melaporkan kesulitan untuk tidur
 Pasien melaporkan ketidakpuasan dengan tidurnya (saat ini)
 Pasien melaporkan peningkatan kecelakaan
 Pasien melaporkan kekurangan energy
 Pasien melaporkan tidur yang tidak mengembalikan kesegaran tubuh
 Pasien melaporkan gangguan tidur yang memberi dampak pada hari
berikutnya
 Pasien melaporkan terbangun terlalu dini
c) Faktor yang berhubungan
 Pola aktivitas (mis., pengaturan waktu, jumlah)
 Ansietas
 Depresi
 Faktor lingkungan (mis., suara bising lingkungan sekitar,
 pencahayaan sing hari/ malam hari, suhu/kelembapan lingkungan
sekitar, tatanan yang asing)
 Ketakutan
 Pergantian hormon terkait gender
 Berduka
 Gangguan pola tidur normal (mis., perjalanan, kerja sif, tanggung jawab
sebagai orang tua, dibangunkan untuk kebutuhan intervensi)
 Higiene tidur yang tidak adekuat (saat ini)
 Konsumsi agens stimulant
 Konsumsi alcohol
 Medikasi
 Ketidaknyamanan fisik (mis., suhu tubuh, nyeri, nafas dangkal, batuk,
refluks gastro esophagus, nausea, inkontinensia/urgensi)
 Stress (mis., pola termenung sebelum tidur)
b. Diagnosa 2 : Kesiapan untuk meningkatkan tidur
a) Defenisi : Pola terputusnya kesadaran yang alami dan periodic yang
member istirahat adekuat, mencapai gaya hidup yang diinginkan dan dapat
ditingkatkan
b) Batasan karakteristik
 Mengungkapkan perasaan dapat istirahat setelah tidur
 Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan tidur
 Jumlah tidur yang selaras dengan kebutuhan perkembangan
 Melakukan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur
 Terkadang menggunakan obat untuk menginduksi tidur
c) Faktor yang berhubungan
Ini merupakan diagnosis sejahtera; tidak perlu memiliki etiologi
(berdasarkan dua diagnosa diatas)
a. Diagnosa 1: Insomnia
a) Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan meningkatkan kualitas
tidur/istirahat terpenuhi dengan Kriteria hasil :
 Dapat meningkatkan kualitas tidur/istirahat
 Menunjukkan kesajahteraan fisik dan psikologis
 Perasaan segar setelah tidur
b) Intervensi keperawatan dan rasional
1. Intervensi
 Peningkatan koping
 Manajemen lingkungan: kenyamanan
 Peningkatan tidur
2. Rasional
 membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
perubahan/ancaman yang mengganggu pemenuhan tuntutan dan
peran hidup
 memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan
kenyamanan yang optimal
 memfasilitasi siklus tidur terjaga yang teratur
b. Diagnosa 2
a) Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan meningkatkan kualitas
tidur/istirahat terpenuhi dengan Kriteria hasil :
 Mengidentifikasi tindakan yang akan meningkatkan istirahat/tidur
 Mendemonstrasikan kesejahteraan fisik dan psikologis
 Mencapai tidur yang adekuat tanpa menggunakan obat
b) Intervensi keperawatan dan rasional
1. Intervensi
 Manajemen energi
 Manajemen lingkungan
2. Rasional
 mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah
keletihan dan mengoptimalkan fungsi
 memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan
kenyamanan optimal
C. Daftar Pustaka
Budiarti, F. (2014). Kebutuhan Istirahat Tidur. <Http://Fitria-Budiarti-
Fkp13.Web.Unair.Ac.Id/Artikel_Detail-99547-AprilKebutuhan%20istira-hat
%20tidur.Html> Diunduh Pada Tanggal 7 November 2016 Pukul 07.52 WITA
Jabbar, M. A. (2014). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur.
<Http://Jabbarbtj.Blogspot.Co.Id/2014/09/Asuhan-Keperawatan-Kebutuhan-
Istirahat.Html> Diunduh Pada Tanggal 7 November 2016 Pukul 10.37 WITA
Wilkinson, J.M., Dkk. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:
EGC Preseptor Akademik,

Walenrang, 02 Februari 2021

Pembimbing

(Ns. Wanto Sinaga,S.Kep.,M.Kep)

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN NUTRISI


NAMA : HARIATI S.Kep
NIM : 03.2020.032
NAMA PEMBIMBING : Ns. Wanto Sinaga,S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Konsep Kebutuhan
1. Defenisi/deskripsi kebutuhan
Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Dimana
zat makanan itu terdiri atas zat-zat gizi dan zat lain yang dapat menghasilkan
energi dan tenaga. Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau
bahanbahan penting dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu yang
mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
2. Fisiologi sistem/ fungsi normal sistem
a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut
pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong
gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esophagus
bagian atas dan kemudian ke bawah ke dalam lambung.
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas
adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin.
Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan secret mukoid yang
berguna untuk perlindungan.
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar
dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus
dimungkinkan dengan adanya peristaltic, yaitu gerakan konstraksi dan
relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan dalam
gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah spingter
pylorus pada ujung distal lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini
gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme.
Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata
waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan
adalah 2sampai 6 jam.
d. Usus halus
Usus halus yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang
panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari
rectum, colon dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus
besar sekitar 1,5 meter dengan diameter kira-kira 6 cm. Usus menerima
makanan yang sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk
mengabsorbsi air, nutrient, potassium, bikarbonat dan enzim.
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul
menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya
diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon dibagi menjadi 3 bagian yaitu,
pertama houstral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorbsi air, kedua kontraksi haustrl yaitu gerakan untuk mendorong
materi air dan semi padat sepanjang colon, ketiga gerakan peristaltic yaitu
gerakan maju ke anus yang berupa gelombang. Makanan yang sudah melewati
usus halus : Chyme, akan tiba di rectum 4 hari setelah ditelan, jumlah chime
yang direabsorbsi kurang lebih 350 ml.
e. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya kurang lebih 125-150 cm atau 50-60
inch, terdiri dari :Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus halus.
Kolon terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid. Rektum,
10-15 cm/ 4-6 inch. Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
a) Absorbsi air dan nutrient
b) Proteksi/ perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan
melindungi dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.
c) Menghantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
d) Anus/ anal/ orifisium eksternal
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
a. Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergiri dapat
memengaruhi pola konsumsi makan, hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan pemenuhan kebutuhan
gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai
gizi tinggi, dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa
daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang baik dan murah, tidak
digunakan dalam makanan sehari-hari, karena masyarakat menganggap bahwa
mengonsumsi tempe dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang buruk atau pantangan terhadap makanan
tertentu dapat juga memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah,
terdapat larangan makan pisang, pepaya, bagi para gadis remaja. Padahal,
makanan itu merupakan sumber vitamin yang baik. Ada pula larangan makan
ikan bagi anak-anak, karena ikan dianggap mengakibatkan cacingan. Padahal,
ikan mcrupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh
rat-zat gizi yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan
banyak terjadi kasus malnutrisi pada rcmaja karcna asupan gizinya tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan tubuh.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi, penyediaan
makanan bergizi, membutuhkan dana yang tidak sedikit karena perubahan
status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan
status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam mcnyediakan makanan
bergizi. Sebaliknya orang dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk
menyediakaan makanan yang bergizi.
4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dailami seseorang dalam
keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau
resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme.
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempu yai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolism secara berlebih.
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolism karena asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan
kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
e. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolism karbohidrat akibat kekurangan insulin
atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yanag juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari obesitas, serta
asupan kalsium, natrium dan gaya hidup yang berlebihan.
g. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner adalah gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolestrol darah dan merokok. Gangguan
ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat,
obesitas, dan lain-lain.
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
konsumsi lemak secara berlebihan.
i. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak
dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan,
nyeri abdomen, kedinginan, alergi, dan kelebihan energi.
B. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas, Kesulitan makan (gangguan
mengunyah atau menelan), Perubahan nafsu makan, Perubahan berat badan,
Ketidakmampuan fisik, Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi
dalam pemilihan makanan, Status kesehatan umum dan kondisi medis.
b. Pemeriksaan fisik
Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang berproliferasi
secara cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata, dan mukosa tetapi juga meliputi
tinjauan sistematis yang dapat dibandingkan dengan setiap pemeriksaan fisik
yang rutin.
c. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
 Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
 Transferin (N:170-25 MG/100 ML)
 Hb (N: 12 MG%)
 BUN (N:10-20 mg/100ml) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N :LAKI-
LAK1: 0,6-1,3 MG/100 ML,WANITA: 0,5 1,0 MG/ 100 ML).
b) Pengukuran antropometri :
 BB ideal : (TB – 100) ± 10 %
 Lingkar pergelangnan tangan
 Lingkar lengan atas (LLA)
Nilai normal wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
 Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal wanita : 16,5 – 18 cm/Pria : 12,5 -. 16,5 cm
c) Clinis
Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang digunakan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti :
kulit, rambut, dan mata.
d) Diet : Makanan yang dimakan jenisnya dan porsinya.
5. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
Diagnosa 1 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
e. Batasan karakteristik :
 Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
 Bising usus hiperaktif
 Cepat kenyang setelah makan
 Diare
 Gangguan sensasi rasa
 Kehilangan rambut berlebihan
 Kelemahan otot untuk menelan
 Kerapuhan kapiler
 Kesalahan informasi
 Kesalahan persepsi
 Ketidakmampuan memakan makanan
 Kram abdomen
 Kurang informasi
 kurang minat pada makanan
 membran mukosa pucat
 nyeri abdomen
 penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
 sariawan rongga mulut
 tonus otot menurun
f. Faktor-faktor yang berhubungan
 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Gangguan psikososial
 Ketidakmampuan makan
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
 Kurang asupan makanan
Diagnosa 2 : Hipertermi
d. Defenisi : Suhu tubuh meningkat di atas kisaran normal
e. Batasan karakteristik
 Apnea
 Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
 Gelisah
 Hipotensi
 Kejang
 Koma
 Kulit kemerahan
 Kulit terasa hangat
 Letargi
 Postur abnormal
 Stupor
 Takikardia
 Takipnea
 Vasodilatasi
f. Faktor-faktor yang berhubungan
 Ages farmaseutikal
 Aktivitas berlebihan
 Dehidrasi
 Iskemia
 Pakaian yang tidak sesuai
 Peningkatan laju metabolism
 Penurunan perspirasi
 Penyakit
 Sepsis
 Suhu lingkungan tinggi
 Trauma
(Berdasarkan dua diagnosa pada 2.2)

Diagnosa 1: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh kembali normal
dengan Kriteria hasil :
a) tidak terlihat lemas
b) Badan teraba hangat
b. Intervensi keperawatan dan rasional :
a) Intervensi
 Observasi perubahan suhu
 Berikan kompres air hangat
 Anjurkan pasien banyak minum air putih
 Anjurkan memakai pakaian yang menyerap keringat
 Delegatif pemberian antiperatik dan antiseptic
b) Rasional
 Sebagai informasi dasar untuk perencanaan awal dan validasi data
 Untuk menurunkan suhu tubuh pasien
 Agar tidak kekurangan cairan elektrolit
 Agar keringat tidak mengendap dan penguapan lebih cepat
 Untuk menurunkan panas serta memperkuat pertahanan tubuh pasien
Diagnosa 2 : hipertermi
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pemenuhan kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan Kriteria hasil :
 BB meningkat
 Pasien tidak mual
 tidak muntah
 Nafsu makan meningkat
 IMT : 20 – 25
 Mampu menghabiskan makanan 1 porsi
c. Intervensi keperawatan dan rasional :
a) Intervensi :
 Kaji intake pasien
 Tingkatkan intake makan
 Kurangi gangguan dari luar
 Jaga privasi pasien
 Sajikan makanan dalam kondisi hangat
 Selingi makanan dengan minum
 Jaga kebersihan mulut pasien
b) Rasional :
 Sebagai informasi dasar untuk perencanaan awal dan validasi data
 Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan
 Memudahkan makanan masuk
 Mulut yang bersih
 Meningkatkan nafsu makan
 Meningkatkan intake makanan
 Memberikan asupan diit yang tepat
C. Daftar pustaka
Dewi Christyawati,Maria.2010.Modul KDM II Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi.Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta
Mubarak, dkk. 2008. Buku Ajar KDM. Jakarta: EKG
Potter and Perry.2003. Fundamental of Nursing. Australia: Mosby
Tarwoto dan Wartowah. 2004. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Walenrang, 02 Februari 2021

Pembimbing

(Ns. Wanto Sinaga,S.Kep.,M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai