Anda di halaman 1dari 2

Arti Sebuah Kejujuran Hati

Oleh Tifatul Sembiring

“Maka barangsiapa yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
sungguh ia telah beruntung” QS Ali-Imran:185.

Usai perang Khandaq, Rasulullah saw memerintahkan pasukan kaum muslimin untuk
mengepung benteng Yahudi di Khaibar.

Hal ini untuk membuat perhitungan akibat ketua mereka, Hujay bin Akhtab menghasut
kabilah-kabilah agar mengepung Madinah di perang Khandaq.

Saat pengepungan salah satu benteng di Khaibar, tiba-tiba datanglah seorang pengembala
Yahudi bernama Aswad sedang menggiring ribuan ekor kambing.

Khawatir mata-mata, maka Aswadpun ditangkap, lalu dihadapkan kepada Rasulullah saw.
Nabi saw menasehati Aswad dan akhirnya dia taslim dan mengucapkan kalimat syahadat.

“Tapi saya harus kembalikan kambing-kambing ini kepada pemiliknya ya Rasulullah,” ujar
Aswad. “Silakan, hak orang harus dikembalikan,” jawab Nabi saw.

Lalu Aswad mulai memasukkan kambing-kambing itu ke benteng Yahudi, dan pasukan kaum
muslimin dilarang menyerang hingga Aswad selesai.

Selanjutnya Aswad ikut bergabung dengan pasukan kaum muslimin. Siang itu, akhirnya
kaum muslimin berhasil merebut satu dari tiga benteng Yahudi tersebut. Lalu harta rampasan
pun di bagi-bagikan, termasuk bagian untuk Aswad. Akan tetapi Aswad menampiknya, dia
tidak mau menerimanya.

“Aku tidak menginginkan ini ya Rasulullah, saya ingin syahid dan tertusuk di sini dan di
sini,” ujar Aswad sambil menunjuk dada dan lehernya.

Setengah berbisik sahabat bertanya kepada Rasulullah, apakah keinginan Aswad itu sungguh-
sungguh atau bukan.

“Kalau kata-kata itu keluar dari hati nuraninya, maka Allah swt akan membuktikannya,” kata
Nabi saw.

Menjelang Ashar, perangpun kembali berkecamuk, dan kaum muslimin berhasil merebut
benteng kedua. Namun Aswad gugur, dia syahid.

Sahabat melaporkan hal ini kepada Raasulullah saw. “Aswad syahid ya Rasulullah, dia
tertusuk di sini dan di sini,” ujar sahabat itu sambil menunjuk leher dan dadanya.

“Faqad Shadaq (Sungguh dia jujur),” kata Nabi saw. “Dia yang bicara tadi ya Rasulullah,”
tanya sahabat. “Benar, dia itu,” jawab Nabi saw, dan Aswad akan menjadi ahli surga.
Dalam keterangan lain dikisahkan, bahwa sejak mengucapkan kalimah syahadat hingga
mencapai syahidnya, ternyata Aswad belum sempat menunaikan shalat, namun takdir berlaku
baginya mendapatkan surga Allah swt.

“Barang siapa diciptakan sebagai ahli surga, maka dimudahkan baginya amal-amal ahli
surga” (Al-Hadits).

Kalau ditinjau dari segi umur keimanan, tentu Aswad masih sangat belia, masih mualaf.
Namun karena kejujuran hatinya, dia disebut Nabi saw sebagai orang sidiq dan berhak
mendapat surga Allah swt.

“Subhaanallah, bagaimana dengan kita, yang umur keimanannya jauh lebih tua?” Tanyakan
kepada diri kita masing-masing.

Suara tekukur sedih bunyinya


Tentu rindukan bebas terbang
Siapa tak jujur pada hatinya
Tentu selalu merasa bimbang.

(JIBI/yri)

Anda mungkin juga menyukai