Anda di halaman 1dari 2

Karyati, Kisah Seorang Pemulung Naik Haji

19 September 2013

Karyati (inet)

dakwatuna.com - Niat dan usaha yang sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang pada
sesuatu yang dicita-citakannya. Setidaknya inilah yang diyakini dan diamalkan oleh Karyati,
seorang pemulung asal Desa Pondok Wuluh Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo, Jawa
Timur.

Meski secara logika pekerjaan yang dijalaninya merupakan pekerjaan rendahan, tetapi nenek
yang berusia sekitar 69 tahun tersebut ternyata mampu mencapai cita-citanya untuk
menunaikan rukun Islam yang kelima naik haji ke tanah suci.

Namun demi bisa mencapai keinginannya tersebut, Karyati telah bekerja sangat keras.
Bahkan selama 20 tahun lamanya, wanita paruh baya tersebut menyisihkan sebagian jerih
payahnya sebagai pengais barang bekas plastik dan kertas.

Janda renta yang mempunyai 4 (empat) orang anak ini berkeyakinan bahwa suatu saat nanti
dirinya bakal bisa naik haji ke tanah suci layaknya orang-orang lain yang berduit. Atas
keyakinan tersebut, dirinya selalu menyisihkan hasil dari memulung untuk ditabung dan
sebagian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Memang untuk mewujudkan impian naik haji ini penuh perjuangan. Karena saya harus
menabung selama 20 tahun lamanya. Tetapi saya yakin Allah pasti mengabulkan doa saya
untuk bisa melihat Ka’bah secara langsung,” ujar Karyati.
Menurut Karyati, cita-cita naik haji itu sudah lama terpendam semenjak 2002 lalu. Saat itu
dirinya mengaku masih punya toko kelontong di desanya. Masa-masa sulit dilewatinya saat
usaha kelontongnya bangkrut di pada tahun 2005. Namun untuk menyambung hidup, Karyati
kemudian menjadi seorang pemulung. Meski pekerjaannya terbilang rendah, tetapi itu tidak
menyurutkan niatnya untuk bisa meraih cita-citanya untuk menunaikan ibadah haji.

Sekitar tahun 2004, Karyati mulai mendaftarkan diri sebagai haji Kabupaten Probolinggo.
Pada waktu itu, tabungannya dari hasil menjadi pemulung sudah mencapai sekitar Rp. 20
juta. Selain dari hasil memulung, uang tersebut didapat dari beberapa sukarelawan.

“Pernah suatu ketika, tepatnya pada tahun 2010 saya pernah ditipu oleh seseorang yang
mencoba menawarkan jasa. Namun tanpa disadari saya tertipu sebesar Rp. 10 juta dan uang
tersebut tidak dikembalikan meskipun beberapa waktu kemudian akhirnya ditangkap oleh
polisi,” jelasnya.

Dan selama mengejar impiannya, Karyati tidak mau kumpul atau tidur di rumah anak-
anaknya. Bukannya tidak sayang kepada anak dan cucunya, namun nenek bercucu 12 orang
ini tidak mau mengganggu atau menjadi beban hidup anak-anaknya. Dirinya lebih memilih
tidur di toko usang miliknya. Terkadang pula tidur di masjid desanya. “Kalau pas bersih-
bersih masjid ada orang kasih rejeki, saya tabung,” katanya.

Namun dengan tekad yang kuat, semua kejadian tersebut tidak mematahkan semangat
Karyati untuk mewujudkan cita-citanya untuk dapat berangkat haji. “Saya hanya bisa pasrah
namun saya tidak mau putus asa untuk tetap bisa berangkat haji ke tanah suci,” terangnya.

Bermodalkan sebuah sepeda butut, Karyati keliling dari kampung ke kampung


mengumpulkan barang bekas. Sebagian hasilnya digunakan untuk makan dan sebagian lain
ditabung untuk bisa naik haji. “Dalam sehari, upah memungut barang bekas sebesar Rp. 10
ribu. Yang Rp. 5 ribu ditabung dan yang Rp. 5 ribu untuk makan,” akunya.

Usaha yang dilakukan Karyati tidak sia-sia. Semua hasil jerih payah dan keikhlasan hatinya
membawa Karyati berangkat haji di tahun 2013 ini. Karyati direncanakan akan berangkat ke
tanah suci pada tanggal 29 September 2013 melalui kloter 43 Embarkasi Juanda, Surabaya.
(syamsul akbar-anam/dakwatuna/no.or.id)

Anda mungkin juga menyukai