ABSTRACT
According to the analysis and data interpellation it can be concluded that study
programme of islamics books is necessary seen by every angle. The existence of it
is not only considered as an image of the modern islam institutions, it may be
assists MAN Insan Cendekia Serpong to actualize its vision and mission, it should
appropriately sustained and needed an improvement as an anticipatory of the
develpment and the charges of change.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
B. LANDASAN TEORI
1. Pendidikan Pesantren
Lokasi pesantren model dahulu tidaklah seperti yang ada kini. Ia lebih
menyatu dengan masyarakat, tidak dibatasi pagar (komplek) dan para santri
berbaur dengan masyarakat sekitar. Bentuk ini masih banyak ditemukan pada
pesantren-pesantren kecil di desa-desa Banten, Madura dan sebagian Jawa
Tengah dan Timur.
1
Penamaan Sekolah Magnet (Magnet School) berawal dari gagasan Wardiman
Djoyonegoro, yang bermakna --sebagaimana magnet-- menarik santri-santri cerdas dari
lingkungan pondok pesantren, dimana mereka sudah memiliki bekal imtak, yakni dasar-
dasar ilmu keislaman yang diperoleh selama di pesantren. Kemudian, masih di awal
perjalanannya, nama Sekolah Magnet berubah nama menjadi Insan Cendekia, atas
inisiatif dari Hasri Ainun Habibie. Dari segi bahasa, ada kedekatan makna antara ICMI
dan Insan Cendekia. Sehingga secara filosofis, dari lembaga pendidikan ini akan lahir
kader-kader “insan muslim cendekia” yang unggul dalam iptek dan imtak. Wawancara
dengan Agus Salim Dasuki, salah seorang anggota Majelis Madrasah yang bekerja di
BPPT dan pengurus ICMI, pada 21 Juli 2008.
2
Dua program utama dari STEP adalah: 1) Program Penyelenggaraan SMU
Berasrama, yakni untuk para santri yang diseleksi dari pesantren-pesantren dan madrasah-
madrasah yang ada; dan 2) Program Pelatihan Guru Pesantren, yakni penyelenggaraan
pelatihan guru-guru di lingkungan pesantren untuk meningkatkan nilai tambah dalam bidang
MAFIKIBI. Wawancara dengan Japar, Kepala Sekolah kedua (2002-2006), pada 21 Juli
7
Sejak tahun 2001, SMU Insan Cendekia, baik yang berada di Serpong
maupun di Gorontalo, dilimpahkan pengelolaannya dari BPPT kepada
Departemen Agama RI.5 Selanjutnya nama SMU Insan Cendekia
ditransformasikan menjadi MAN Insan Cendekia. Pengalihan ini tidak
2008. Lihat pula STEP-BPPT, Pedoman Manajemen SMU Insan Cendekia, (Jakarta: BPPT,
1997), hal. 1; Tim Teknis STEP-BPPT, Program Penyetaraan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, (Jakarta: BPPT, 2001), hal. 2.
3
Karena pada saat itu, lulusan pesantren yang melanjutkan ke PTN melalui jalur
UMPTN masih sangat sedikit. Wawancara dengan Soebroto, Pejabat Kepala SMU Insan
Cendekia Serpong tahun 1996 dan Konsultan Pendidikan (1997-2005) pada 11 November
2007.
4
Hal ini sebagaimana tertuang dalam visi misi Insan Cendekia. Secara lugas, visi
yang dikembangkan tersebut mewakili cara pandang teknokrat muslim, yakni
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan
ketakwaan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu
mengaktualisasikannya dalam masyarakat. Sementara misinya dirumuskan untuk
menyiapkan calon pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif, proaktif, dan mempunyai
landasan iman dan takwa yang kuat, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
profesional tenaga kependidikan sesuai perkembangan dunia pendidikan, dan menjadikan
sekolah ini menjadi sebagai model dalam pengembangan pengajaran iptek dan imtak bagi
lembaga pendidikan lainnya. Dari jabaran misi tersebut dapat dipahami bahwa para
pendidik di Insan Cendekia tahu benar bahwa pendidikan bukan hanya investasi tetapi
juga kaderisasi bagi keberlangsungan umat dan pencitraan terhadap Islam. Lihat “Profil
MAN Insan Cendekia Serpong” dalam http://www.insancendekia-
tng.net/profil_man_insan_cendekia_serpong.htm diakses pada 17 Mei 2007. Lihat
pula “Sekolah Unggulan MAN Insan Cendekia, Upaya Lahirkan Pemimpin Beriptek dan
Imtak” dalam http://www.bppt.go.id/index. content&task=view diakses pada 17 Mei
2007. Sebagai pelengkap informasi perihal ide awal dari pendirian MAN Insan Cendekia
Serpong (dan Gorontalo) yang digagas oleh beberapa ilmuan yang berafiliasi pada BPPT
dan ICMI, lihat Jurnal Madrasah, no. 3, vol. 1, April 1997; Republika, 27 Agustus 2001
(“SMU/MA Insan Cendekia Serpong, Prestasi di Usia Muda”); Azra, Pendidikan Islam,
hal. 75-77; Jamaluddin (ed.), Mendiskusikan Kembali Eksistensi Madrasah, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2003), hal. 99-101; Abuddin Nata, Modernisasi Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal. 82-83; Lihat pula Husni Rahim ”Visi
Madrasah” dalam http://www.pendis.depag.go.id/madrasah diakses pada 13 Juni
2008; juga Ismatu Ropi, “Sekolah Islam untuk Kaum Urban: Pengalaman Jakarta dan
Banten”, dalam Jajat Burhanudin dan Dina Afrianty (ed.), Mencetak Muslim Modern:
Peta Pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 250-257.
Untuk selanjutnya akan disebut “Ropi, Sekolah Islam...”, “Jajat dan Dina (ed.), Mencetak
Muslim Modern…”.
8
mengubah MAN Insan Cendekia sebagai sekolah yang mempunyai ciri khas
sebagai madrasah model dalam pengembangan pembelajaran sains6,
khususnya Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi7 bagi madrasah-madrasah
lainnya di Indonesia.
Selain itu, fenomena menarik untuk diteliti dari madrasah unggulan ini
adalah karena sistem kelembagaannya, yakni seluruh komponen madrasah
memahami betul visi, misi, strategi dan target lembaga dengan memiliki
manajemen yang kuat dan didukung oleh teamwork yang solid, serta
dukungan partisipasi orang tua dan masyarakat yang begitu besar. Dengan
daya dukung seperti itu, madrasah ini diharapkan mampu mengikis stigma
negatif tentang madrasah yang berkembang di tengah masyarakat, bahwa
madrasah merupakan sekolah level dua (second grade), yakni biasanya siswa-
siswi yang belajar di Madrasah Aliyah merupakan siswa-siswi yang tidak
Rusia dan Australia. Wawancara dengan Rini Kristiani, guru Bimbingan dan Konseling,
pada 21 Juli 2008; Lihat pula Republika, 27 Agustus 2001 (“SMU/MA Insan Cendekia
Serpong, Prestasi di Usia Muda”).
11
Hampir setiap tahun, sejak tahun 2000 (ketika masih berlabel SMA), MAN Insan
Cendekia Serpong selalu mengirimkan delegasi pada Olimpiade Sains Nasional (OSN),
dan berhasil meriah medali emas, perak dan perunggu pada bidang Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi, Astronomi, Komputer dan Ekonomi. Wawancara dengan Kusen, Kepala
Humas, pada 22 Juli 2008.
12
Prestasi gemilang tingkat internasional telah ditunjukkan, antara lain oleh
Ghufron Gozali sebagai finalis pada Olimpiade Kimia Internasional di Kopenhagen-
Denmark tahun 2000. Kemudian Fajar Adrian, meraih medali emas pada ajang Olimpiade
Fisika Internasional di Bali-Indonesia tahun 2002. Selanjutnya Roswitha Muntiyarso,
meraih medali perunggu pada Olimpiade Biologi Internasional di Saskatoon-Canada
tahun 2007. Wawancara dengan Kusen, Kepala Humas, pada 22 Juli 2008.
13
Berkat raihan prestasi yang telah dicapai, “Sekolah Habibie” ini telah diekspos
oleh berbagai media cetak --juga media elektronik-- antara lain: Jurnal Madrasah, vol. 1,
no. 3, 1997, hal. 58-64 (“SMU Insan Cendekia Serpong: Sekolah Model untuk Lulusan
Madrasah”); Republika, 27 Agustus 2001 (“SMU/MA Insan Cendekia Serpong, Prestasi
di Usia Muda”); Prospektif, edisi 22, vol. 5, 28 April – 4 Mei 2003, hal. 24 (“Sekolah
‘Habibie’, Uang Pangkalnya Rp 10 Juta, SPP Rp 900 Ribu/Bulan”); Gatra, 21 Juni 2003,
hal 42 (“Bukan Ombak Penggoyah”); Republika, 26 Maret 2004 (“Belajar di Sekolah
Berasrama, Membentuk Siswa Berkarakter Unggul”); Azzikra, no. 6, tahun 1, Mei 2005,
hal. 18-19 (“Tanda Mata Habibie yang Berkilau”); Harian Terbit, 26 Mei 2005 (“Sekolah
Unggulan MAN Insan Cendekia, Upaya Lahirkan Pemimpin Beriptek dan Imtak”);
Jurnal Madrasah, no. 1 vol. 7, 2006, hal. 18-22 (“Madrasah Merespons Tantangan Dunia
Global”); Tabloid Madrasah, no. 14, September 2006, hal. 9 (“MAN Insan Cendekia
Serpong Kembangkan ‘Kurikulum Kita’: Jebolannya mulai di UI sampai ke Jerman dan
Rusia”).
10
diterima di SMA Negeri atau karena alasan minimnya finansial. Hal ini tentu
berdampak pada rendahnya input madrasah jika dibandingkan dengan SMA.
Fenomena lain yang menarik dari objek penelitian ini adalah MAN
Insan Cendekia Serpong menggunakan sistem asrama 14 dengan fasilitas yang
cukup memadai dibanding dengan lembaga pendidikan Islam pada
umumnya.15 Selain berdampak pada tingkat kenyamanan hidup untuk
seukuran pelajar muslim, hal ini juga sangat berpengaruh pada efektivitas
proses pembelajaran dan penerapan kurikulum yang berfokus pada penguatan
basic knowledge (iptek) dan penanaman nilai-nilai keagamaan (imtak).
14
Secara umum, kelebihan menyekolahkan anak di ”sekolah berasrama”, selain
waktu belajar yang lebih panjang, dan fokus, juga memungkinkan anak untuk lebih
mandiri, dan memiliki jiwa kepemimpinan. Sementara di rumah, selain anak-anak
cenderung memiliki ketergantungan yang tinggi kepada orang tuanya, keberadaan
pembantu di rumah pun, dikhawatirkan akan membuat orang tua kesulitan menanamkan
kebiasaan untuk disiplin, tanggung jawab, dan kemandirian terhadap anak-anaknya.
”Meningkatkan Kemandirian Melalui Boarding School” dalam Republika on-line Senin,
05 Maret 2007, http://www.republika.co.id. diakses pada 22 Juli 2008.
15
Menurut JM Muslimin, desain Insan Cendekia mirip dengan tradisi global
boarding school yang kegiatan kurikuler maupun non-kurikuler keagamaannya
difasilitasi dengan kecanggihan sarana dan prasarana serta pendekatan didaktis-pedagogis
baru. Lihat JM Muslimin, Tradisi Ilmiah dalam Masyarakat Islam: Sejarah, Institusi dan
Tantangan Perubahan, dalam JM Muslimin dan Kusmana (ed.), Paradigma Baru
Pendidikan: Restropeksi dan Proyeksi Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project (IISEP) dan Direktorat Pendidikan
Tinggi Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2008), hal.
148.
11
Materi program kajian ini adalah Tafsir dan Ilmu Tafsir, Hadits wa
Ulumuhu, Qawaid al-Lughah (Nahwu dan Sharaf), Aqidah dan Akhlak,
Sorah Nabawiyah. Kitab kitab kajian diantaranya Tafsir al-Adzim Ibnu Katsir
dan Sirah Nabawiyah.
METODOLOGI PENELITIAN
12
A. Setting Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Oktober hingga
Nopember 2010. Secara detail kronologis ditabulasikan sebagai berikut :
B. Sumber Data
C. Instrumen / Kuesioner
Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner atau angket. Angket disusun
dengan mempertimbangkan fokus penelitian yaitu menyangkut keberadaan
program kajian kitab, pelaksanaan, metode, evaluasi, dampak dan menyoroti
instruktur atau musyrif kajian kitab.
Kemudian dilakukan telaah lagi analisis setiap item untuk dicari benang merah
yang diredaksikan menjadi kesimpulan dan saran-saran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kajian Kitab sangat penting dari berbagai segi. Keberadaan program ini
tidak saja menjadi etalase dan mencitrakan lembaga Islam yang modern
dan indigeneus, tetapi sunbstantif sangat membantu mewujudkan visi
misi lemaba MAN Insan Cendekia Serpong
6. asf
B. Saran-saran
15
3. para instruktur selalu di upgrade melalui pelatihan, kursus, kuliah. hal ini
dilakukan agar mereka mengalami peningkatan ketrampilan dalam
bidang kajian kitab baik metodologi, materi daupun strategi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Buku-Buku
Hamid Fahmy Zarkasyi, “Makna Sains Islam” dalam Jurnal Pemikiran dan
Peradaban Islam “ISLAMIA”, vol. III, no. 4, 2008.
Jajat Burhanudin dan Dina Afrianty (ed.), Mencetak Muslim Modern: Peta
Pendidikan Islam Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, cetakan IX, 1997
Tim Teknis BPPT, Pedoman Manajemen SMU Insan Cendekia, BPPT, Jakarta,
1997.
Majalah Koran
Azzikra, no. 6, tahun 1, Mei 2005, hal. 18-19 (“Tanda Mata Habibie yang
Berkilau”);
Harian Terbit, 26 Mei 2005 (“Sekolah Unggulan MAN Insan Cendekia, Upaya
Lahirkan Pemimpin Beriptek dan Imtak”);
Jurnal Madrasah, vol. 1, no. 3, 1997, hal. 58-64 (“SMU Insan Cendekia Serpong:
Sekolah Model untuk Lulusan Madrasah”);
17
Prospektif, edisi 22, vol. 5, 28 April – 4 Mei 2003, hal. 24 (“Sekolah ‘Habibie’,
Uang Pangkalnya Rp 10 Juta, SPP Rp 900 Ribu/Bulan”);
Tabloid Madrasah, no. 14, September 2006, hal. 9 (“MAN Insan Cendekia
Serpong Kembangkan ‘Kurikulum Kita’: Jebolannya mulai di UI
sampai ke Jerman dan Rusia”).