Masyarakat dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang
telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dirinya sebagai satu kesatuan social (New Dictionary of sociology, 1989:206)
Al-quran menyebutkan masyarakat dalam beberapa kata, yaitu
Qaum, ummah, syu’ub dan qabali. Dan juga sifat masyarakat dengan al- mustakbirun, al-mala, al msutad’afin dan sebagainya.
Di Al-quran dijelaskan mengenai hokum-hukum yang mengatur
proses pertumbuhan masyarakat.salah satu hokum masyarakat yang cukup populer ialah QS. Yusuf (12):11, “sesugguhnya Alloh tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) satu kaum (masyarakat) sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka”.
Menurut Quraish Shihab (1996:322) berbicara tentang dua macam
perubahan dengan dua pelaku, yaitu perubahan masyarakat yang pelakunya adalah Alloh dan kedua perubahan keadaan diri manusia (sikap mental) yang pelakunya adalah manusia. Perubahan yang dilakukan Alloh terjadi secara pasti melalui hukum-hukum masyarakat yang ditetapkannya. Hukum tersebut tidak memilih kasih atau membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.
Di dalam surat yusuf diatas, yang sedang dibicarakan manusia
secara social. Menurut ayat ini seseorang tidak dapat melakukan suatu perubahan kecuali setelah ia mampu mengalirkan arus perubahan tersebut kepada sekian banyak orang yang pada gilirannya menghasilkan gelombang perubahan di dalam masyarakat. Hal ini telah dicontohkan nabi Muhammad SAW ketika mengubah peradaban masyarakat mekah dan madinah, dia memulainya dengan menyebarkan ajaran kepada setiap individu yang kemudian menyebar kepada seluruh masyarakat, pada akhirnya terjadi perubahan peradaban yang sangat luar biasa.
Masyarakat madani adalaha masyarakat yang beradab,
menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam persfektif Islam, civil society atau masyarakat madani
mengacu pada penciptaan peradaban. Kata al-din (agama), terkait dengan kata at-tamaddun (peradaban).kedua kata itu menyatu dalam pengertian al- madinah yang arti harfiahnya adalah kota. Dengan demikian masyarakat madani mengandung tiga unsur pokok, yaitu agama, peradaban, dan perkotaan. Agama merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya. (M.Syafi’I Anwar, 1999-333).
Konsep masyarakat madani dalam Islam merujuk pada tumbuh dan
berkembangnya masyarakat etis (ethical society) (Q.S. 3:110), yaitu masyarakat yang mempunyai kesadaran etis sehingga mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap berlakunya nilai-nilai peradaban yang bersumber dari ajaran-ajaran agama.
2. Karakteristik Masyarakat Madani
a. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang mengakui adanya tuhan, dan menempatkan hukum tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial. b. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun kelompok menghormati pihak lain secara adil. c. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu yang lain yang dapat mengurangi kebebasannya. d. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Alloh sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut. e. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial. Setiap anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang seimbang untuk menciptakan kedamaian, kesejahteraan dan keutuhan masyarakat sesuai dengan kondisi masing-masing. f. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan ummat manusia. g. Berakhlak mulia. Yang dimaksud adalah akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai ilahiyah yang telah Alloh jabarkan secara global dalam al-quran dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-harinya. 3. Peluang dan Tantangan Terwujudnya Masyarakat Madani di Indonesia
Terwujdunya masyarakat madani ini diperlukan dalam rangka
mengimbangi atau memperkuat posisi tawar menawar (bargaining position) kecenderungan politik Indonesia yang ditandai oleh menguatnya posisi negara yang mengarah pada berkembangnya etatisme.dengan memperkuat masyarakat madani, perkembangan demokrasi dan demokratisasi akan lebih berkesinambungan.
Dilihat dari potensi ummat Islam khususnya di Indonesia untuk
mewujudkan masyarakat madani sangat besar peluangnya, hal itu didukung oleh :
a. Jumlah umat Islam yang mayoritas yaitu 85% dari jumlah
keseluruhan rakyat Indonesia. b. Lembaga-lembaga pendidikan berbasis agama Islam cukup banyak sehingga memungkinkan melahirkan SDM yang disamping memiliki keilmuan di bidang umum juga menguasai masalah agama. c. Kekayaan alam Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk bisa di eksploitasi dengan amanah untuk kesejahteraan rakyat.
Akan tetapi pada kenyataannya seperti apa yang dirasakan
sekarang untuk mewujudkan masyarakat madani dengan karakteristik yang sudah disebutkan diatas di Indonesia sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan :
a. Masyarakat Muslim Indonesia terpecah menjadi beberapa
kelompok, yang dalam hal tertentu seringkali mereka lebih mementingkan kepentingan kelompoknya dari pada kepentingan bersama. Sehingga jumlah yang besar tidak mempunyai kekuatan apa-apa. b. Ummat Islam di Indonesia belum bisa melahirkan SDM yang handal seperti yang telah terlahir pada masa keemasan Islam pada masa daulah abbasiyah seshingga seringkali kalah bersaing dengan orang luar yang non muslim. Baik dalam bidang perekonomian maupun atau bidang ilmu pengetahuan. c. Tokoh-tokoh Ummat Islam terkadang melakukan akhlak yang tidak Islami sehingga mengurai kepercayaan masyarakat terhadap perannya membina ummat Islam itu sendiri.