Anda di halaman 1dari 4

BAB 7

MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMMAT

A. KONSEP MASYARAKAT MADANI


1. Pergengertian Masyarakat Madani

Masyarakat dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang


telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur
dirinya sebagai satu kesatuan social (New Dictionary of sociology,
1989:206)

Al-quran menyebutkan masyarakat dalam beberapa kata, yaitu


Qaum, ummah, syu’ub dan qabali. Dan juga sifat masyarakat dengan al-
mustakbirun, al-mala, al msutad’afin dan sebagainya.

Di Al-quran dijelaskan mengenai hokum-hukum yang mengatur


proses pertumbuhan masyarakat.salah satu hokum masyarakat yang cukup
populer ialah QS. Yusuf (12):11, “sesugguhnya Alloh tidak akan
mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) satu kaum (masyarakat)
sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental)
mereka”.

Menurut Quraish Shihab (1996:322) berbicara tentang dua macam


perubahan dengan dua pelaku, yaitu perubahan masyarakat yang
pelakunya adalah Alloh dan kedua perubahan keadaan diri manusia (sikap
mental) yang pelakunya adalah manusia. Perubahan yang dilakukan Alloh
terjadi secara pasti melalui hukum-hukum masyarakat yang ditetapkannya.
Hukum tersebut tidak memilih kasih atau membedakan antara satu
masyarakat dengan masyarakat yang lain.

Di dalam surat yusuf diatas, yang sedang dibicarakan manusia


secara social. Menurut ayat ini seseorang tidak dapat melakukan suatu
perubahan kecuali setelah ia mampu mengalirkan arus perubahan tersebut
kepada sekian banyak orang yang pada gilirannya menghasilkan
gelombang perubahan di dalam masyarakat. Hal ini telah dicontohkan nabi
Muhammad SAW ketika mengubah peradaban masyarakat mekah dan
madinah, dia memulainya dengan menyebarkan ajaran kepada setiap
individu yang kemudian menyebar kepada seluruh masyarakat, pada
akhirnya terjadi perubahan peradaban yang sangat luar biasa.

Masyarakat madani adalaha masyarakat yang beradab,


menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam persfektif Islam, civil society atau masyarakat madani


mengacu pada penciptaan peradaban. Kata al-din (agama), terkait dengan
kata at-tamaddun (peradaban).kedua kata itu menyatu dalam pengertian al-
madinah yang arti harfiahnya adalah kota. Dengan demikian masyarakat
madani mengandung tiga unsur pokok, yaitu agama, peradaban, dan
perkotaan. Agama merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan
masyarakat kota adalah hasilnya. (M.Syafi’I Anwar, 1999-333).

Konsep masyarakat madani dalam Islam merujuk pada tumbuh dan


berkembangnya masyarakat etis (ethical society) (Q.S. 3:110), yaitu
masyarakat yang mempunyai kesadaran etis sehingga mempunyai
tanggung jawab yang tinggi terhadap berlakunya nilai-nilai peradaban
yang bersumber dari ajaran-ajaran agama.

2. Karakteristik Masyarakat Madani


a. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat
yang beragama, yang mengakui adanya tuhan, dan menempatkan
hukum tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
b. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara
individu maupun kelompok menghormati pihak lain secara adil.
c. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu yang
lain yang dapat mengurangi kebebasannya.
d. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang
telah diberikan oleh Alloh sebagai kebebasan manusia dan tidak
merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
e. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial. Setiap anggota
masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang seimbang untuk
menciptakan kedamaian, kesejahteraan dan keutuhan masyarakat
sesuai dengan kondisi masing-masing.
f. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan
ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan ummat manusia.
g. Berakhlak mulia. Yang dimaksud adalah akhlak yang dilandasi
oleh nilai-nilai ilahiyah yang telah Alloh jabarkan secara global
dalam al-quran dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Peluang dan Tantangan Terwujudnya Masyarakat Madani di Indonesia

Terwujdunya masyarakat madani ini diperlukan dalam rangka


mengimbangi atau memperkuat posisi tawar menawar (bargaining
position) kecenderungan politik Indonesia yang ditandai oleh menguatnya
posisi negara yang mengarah pada berkembangnya etatisme.dengan
memperkuat masyarakat madani, perkembangan demokrasi dan
demokratisasi akan lebih berkesinambungan.

Dilihat dari potensi ummat Islam khususnya di Indonesia untuk


mewujudkan masyarakat madani sangat besar peluangnya, hal itu
didukung oleh :

a. Jumlah umat Islam yang mayoritas yaitu 85% dari jumlah


keseluruhan rakyat Indonesia.
b. Lembaga-lembaga pendidikan berbasis agama Islam cukup
banyak sehingga memungkinkan melahirkan SDM yang
disamping memiliki keilmuan di bidang umum juga menguasai
masalah agama.
c. Kekayaan alam Indonesia mempunyai potensi yang cukup
besar untuk bisa di eksploitasi dengan amanah untuk
kesejahteraan rakyat.

Akan tetapi pada kenyataannya seperti apa yang dirasakan


sekarang untuk mewujudkan masyarakat madani dengan
karakteristik yang sudah disebutkan diatas di Indonesia sangatlah
sulit. Hal ini dikarenakan :

a. Masyarakat Muslim Indonesia terpecah menjadi beberapa


kelompok, yang dalam hal tertentu seringkali mereka lebih
mementingkan kepentingan kelompoknya dari pada
kepentingan bersama. Sehingga jumlah yang besar tidak
mempunyai kekuatan apa-apa.
b. Ummat Islam di Indonesia belum bisa melahirkan SDM yang
handal seperti yang telah terlahir pada masa keemasan Islam
pada masa daulah abbasiyah seshingga seringkali kalah
bersaing dengan orang luar yang non muslim. Baik dalam
bidang perekonomian maupun atau bidang ilmu pengetahuan.
c. Tokoh-tokoh Ummat Islam terkadang melakukan akhlak yang
tidak Islami sehingga mengurai kepercayaan masyarakat
terhadap perannya membina ummat Islam itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai