MEMENGARUHI
KARYA ILMIAH
Pembimbing:
dr. Kartiwa Hadi Nuryanto, SpOG(K)
Penyembuhan luka adalah rangkaian proses yang kompleks dan saling tumpang-tindih, dan
banyak faktor yang memengaruhi proses tersebut. Luka kronik dan penyembuhan yang tidak
optimal akan menimbulkan bebas psikologis dan ekonomi pasien. Oleh karena itu perlu
diketahui mengenai fisiologi penyembuhan luka, faktor yang memengaruhi, serta upaya
pencegahan untuk mencapai penyembuhan luka yang optimal.1
1. Inflamasi
Pada fase inflamasi, terjadi dua respon utama yang saling simultan, yaitu respon vaskuler
dan seluler. Kedua respon ini dicetuskan oleh pelepasan amine, terutama histamin, kinin,
dan enzim proteolitik dari jaringan yang cedera.2
Segera setelah terjadinya cedera jaringan, akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
setempat selama 5-10 menit.2 Pembuluh darah dengan diameter hingga 5 mm dapat
tertutup seluruhnya dengan mekanisme kontraksi apabila cedera terjadi pada bidang
transversal. Konstriksi akan menyebakan hipoksia jaringan dan asidosis, sehingga terjadi
pelepasan nitric oxide, adenosine, dan metabolit vasoaktif lainnya yang membuat
vasodilatasi dan relaksasi otot pembuluh darah. Hal ini menyebabkan luka tampak
1
kemerahan, hangat, dan bengkak. Sistem hemostasis, baik primer oleh trombosit dan
sekunder oleh faktor koagulasi juga akan teraktivasi untuk mencegah kehilangan darah
lebih lanjut.1
Respon seluler ditandai dengan migrasi leukosit ke area cedera. Pada tiga hari pertama,
leukosit polimorfonuklear akan mendominasi, setelah itu digantikan oleh monosit yang
berubah menjadi makrofag. Ketika leukosit PMN mati, akan dilepas enzim intraseluler
yang juga berperan untuk memfasilitasi pemecahan materi yang tidak difagosit oleh
leukosit.2 Banyak sel lain yang juga berperan pada respon seluler, yang tak kalah penting
adalah trombosit, yang berperan pada hemostasis dan pelepasan sitokin dan faktor
pertumbuhan untuk meregulasi penyembuhan luka. (Tabel 1).1
Fase inflamasi akan terus berlangsung selama masih ada stimulus seperti bakteri atau
debris pada luka. Inflamasi berkepanjangan akan membuat luka kronik, di mana terjadi
kerusakan jaringan yang luas dan delayed proliferation. Batasan waktu untuk luka kronik
adalah 12 minggu setelah cedera awal.1
2. Epitelialisasi
Epitelialisasi terjadi melalui migrasi dan maturasi epitel imatur dari lapisan basal sekitar
luka.2 Tahap ini ditandai dengan proliferasi dan influks keratinosit ke ujung luka. Ketika
keratinosit bertemu dengan mesenkim matriks ekstraseluler, mereka akan menempel dan
membentuk membran basal baru. Setelah itu, lapisan baru keratinosit akan bermigrasi ke
atas lapisan yang baru terbentuk. Proses ini terus terjadi hingga terjadi kontak fisik antar
keratinosit yang menyebabkan adanya signal inhibisi. (Gambar 1).4
2
Pada luka insisi dan luka yang dijahit, biasanya epitelialisasi akan membentuk segel tahan
air (watertight seal) dalam 24 jam. Lapisan yang baru ini masih tipis dan tidak melekat
erat dengan lapisan di bawahnya.2 Bila cedera melibatkan jaringan di bawah epidermis,
juga akan terjadi angiogenesis.1
3. Fibroplasia
Fibroplasia adalah proses deposisi kolagen dan pembentukan jaringan parut sehingga luka
mendapatkan kembali kekuatan strukturalnya. Proses ini diawali dengan diferensiasi sel
mesenkim menjadi fibroblas, yang kemudian akan bermigrasi ke luka. Fibroblas lalu akan
berproliferasi dan membentuk glikoprotein dan mukopolisakaria, yang menjadi ground
substance jaringan ikat. Setelahnya, fibroblas mensintesis kolagen-tropokolagen.
Tropokolagen lalu akan berpolimerisasi menjadi serat kolagen, dan serat ini juga akan
bergabung membentuk bundle kolagen. Tensile strength luka yang bermakna terjadi
setelah 4-5 hari, di mana sudah terbentuk cukup kolagen. Jeda waktu ini disebut sebagai
“lag period of wound healing”.
3
4. Kontraksi luka
Jika terjadi kehilangan jaringan yang cukup luas, seperti pada luka avulsi, kedua ujung
luka akan mendekat agar dapat terjadi respon penyembuhan yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Kontraksi luka terjadi setelah 5 hari dan terjadi bersamaan dengan fase
fibroplasia. Kontraksi luka adalah proses aktif oleh protein kontraktil dalam fibroblas
(miofibroblas).2, 3 Laju pemendekan luka mencapai 0.75 mm/hari.1 Jika area luka terlalu
luas untuk dirapatkan, maka luka akan ditutup oleh jaringan granulasi atau oleh epitel
saja.
Proses ini dapat terjadi hingga 2 tahun setelah cedera awal terjadi. Meski demikian, luka
tidak akan pernah mencapai kekuatan jaringan asli. Kekuatan luka hanya 3% jaringan
awal pada 1 minggu pertama, yang bertambah menjadi 30-50% pada 3 bulan, dan hanya
maksimal 80% setelah jangka panjang. Pada tahap in juga akan terjadi regresi pembuluh
darah yang baru terbentuk, sehingga luka yang awalnya kemerahan akan tampak lebih
pucat atau abu-abu.1, 3, 5
4
Gambar 2. Ringkasan Tahap Penyembuhan Luka.6
5
Gambar 4. Luaran respon jaringan terhadap stimulus / cedera.8
1. Penyembuhan Primer
Penyembuhan primer terjadi bila dilakukan aproksimasi lapisan-lapisan luka. Pada jenis
penyembuhan ini, waktu penyembuhan cepat, tidak ada jarak antar ujung luka, dan
pembentukan jaringan parut yang minimum. Penyembuhan primer adalah jenis yang ideal
untuk luka insisi bedah.
2. Penyembuhan Sekunder
Penyembuhan sekunder terjadi bila luka tetap dibiarkan terbuka dan diharapkan untuk
menutup secara spontan; biasanya jenis ini dilakukan pada luka yang terkontaminasi atau
terinfeksi. Penyembuhan jenis ini terjadi melalui pembentukan jaringan granulasi yang
secara perlahan menutupi permukaan luka. Waktu penyembuhan lebih lama dan
seringkali terbentuk jaringan parut yang luas.
6
3. Penyembuhan Tersier
Penyembuhan tersier juga disebut sebagai delayed primary closure. Pada penyembuhan
jenis ini, luka dibiarkan terbuka terlebih dahulu, biasanya setelah tiga sampai enam hari,
lalu dilakukan aproksimasi. Setelah hari ketujuh, akan terjadi kesulitan aproksimasi
karena komposisi kolagen yang semakin banyak. Metode ini seringkali digunakan pada
luka operasi yang terbuka, atau sebagai alternatif untuk penyembuhan sekunder.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. Jenis Penyembuhan Luka (a) Primer (b) Sekunder (c) Tersier2
7
Upaya Perawatan Luka untuk Mencapai Penyembuhan yang Optimal dan Mencegah
Komplikasi
Tiga faktor utama untuk penyembuhan luka yang baik adalah:
(1) hidrasi luka
(2) suplai darah
(3) minimalisasi infeksi.4
Teknik operasi juga berperan penting pada penyembuhan luka, yang mencakup:6
1. Teknik pembedahan
- Teknik asepsis
- Menangani jaringan dengan lembut (gentle handling)
- Diseksi jaringan secara tajam
- Obliterasi dead space
- Hemostasis yang baik
- Hilangkan jaringan nekrotik dan benda asing
- Segarkan ujung luka (freshen wound edges)
- Hindari tegangan (tension) pada ujung luka
- Penggunaan benang yang non-reaktif (inert) dengan kaliber terkecil.
2. Penanganan jaringan
- Kontrol dan cegah infeksi
- Serap eksudat atau sekret berlebih, gunakan drain bila diperlukan
- Pertahankan lingkungan yang lembab untuk merangsang granulasi dan reepitelialisasi
8
Gambar 6. Perbedaan reepitelialisasi pada permukaan lembab dan kering 6
9
Daftar Pustaka
1. Harper D, Young A, McNaught C. The physiology of wound healing. Surgery.
2014;32(9):445-50.
2. Lipscomb G. Wound healing, suture material, and surgical instrumentation. In: Rock J,
HW J, editors. Te Linde's Operative Gynecology. 10th ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins; 2008. p. 226-8.
3. Guo S, DiPietro L. Factors affecting wound healing. J Dent Res. 2010;89(3):219-29.
4. Gantwerker E, Hom D. Skin: histology and physiology of wound healing. Clin Plastic
Surg. 2012;39:85-97.
5. Teller P, White TK. The physiology of wound healing: injury through maturation. Surg
Clin N Am. 2009;89:599-610.
6. Pitzer G, Patel K. Proper care of early wounds to optimize healing and prevent
complications. Facial Plast Surg Clin N Am. 2011;19:491-504.
7. Franz M. Optimizing healing of the acute wound by minimizing complications. Curr
Probl Surg. 2007;44:691-763.
8. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th
ed. China: Elsevier; 2005.
10