“ KELAINAN REFRAKSI ”
Diajukan kepada:
Pembimbing
dr. Wahju Ratna Martiningsih, Sp.M
Disusun oleh:
Hijrianti Rumalean H3A019047
Nera Mayadita Prihadi H3A019049
PENDAHULUAN
Penyakit mata sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia,
utama kebutaan ketiga setelah katarak (0,78%) dan glaukoma (0,20%). Dari 153 juta orang
di dunia yang mengalami kelainan refraksi, delapan juta orang diantaranya mengalami
kebutaan. 1
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina, dimana
yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang
retina dan/ atau tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan
terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan
Kelainan refraksi dapat dengan mudah dideteksi, diobati dan dievaluasi dengan
pemberian kaca mata. Namun demikian kelainan refraksi menjadi masalah serius jika tidak
cepat ditanggulangi. Oleh karena itu setiap pasien wajib dilakukan pemeriksaan visus
sebagai bagian dari pemeriksaan fisik mata umum. Pemeriksaan visus merupakan
pengukuran obyek terkecil yang dapat diidentifikasi terhadap seseorang dalam jarak yang
ditetapkan dari mata. Pemeriksaan visus jarak jauh juga harus dilakukan terhadap semua
anak-anak sesegera mungkin setelah usia 3 tahun, karena penting untuk deteksi dini
terhadap ambylopia.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak antara
serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma
d. Membran Descemet
Merupakan membran asellular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyait
tebal 40 mikrometer
e. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
mikrometer. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea, endoel tidak mempunyai daya regenerasi. Pembiasan sinar terkuat
dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar,
masuk kornea.
Visus 6/6 pada jarak 6m dapat melihat huruf yang seharusnya terlihat pada
jarak 6 m
Visus 6/10 - pada jarak 6 m hanya dapat melihat huruf yang seharusnya
dapat dilihat pada jarak 10 m.
Hitung jari digunakan bila visus kurang dari 6/60, pada orang normal jari
dapat dilihat terpisah jarak 60 m.
Visus 1/60 - hanya dapat menghitung jari pada jarak l meter.
Bila tidak dapat melihat jari pada jarak l m, maka dilakukan dengan cara uji
lambaian tangan.
Visus 1/300 - hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak l m.
Bila lambaian tangan juga tidak terlihat, dilakukan penilaian dengan pen
light pada mata pasien (light perception). Pada orang normal dapat melihat
adanya sinar pada jarak tak terhingga.
Visus l/∞ - hanya dapat melihat gelap dan terang saja.
42 tahun : S+1,25
45 tahun : S+1,50
47 tahun : S+1,75
50 tahun : S+2,00
52 tahun : S+2,25
55 tahun : S+2,50
57 tahun : S+2,75
2.2.1 MIOPIA1,5,9,11,12
a. Definisi
Kata miopia diambil dari bahasa Yunani “muopia” yang berarti menutup
mata. Miopia merupakan suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan
di depan retina, pada kondisi mata yang tidak berakomodasi. Pada miopia, titik
fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal ini
dapat disebabkan sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau
bola mata terlalu panjang. Kelainan ini menyebabkan penglihatan buram untuk
jarak jauh, popular dengan istilah “nearsightness”.
Kata miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang
mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti
mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri – ciri penderita myopia yang suka
menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas,
karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata
sehingga titik fokus yang tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke
belakang mendekati retina
Gambar Proses Penglihatan Normal dan Miopia
b. Etiologi
Axial myopia. Merupakan akibat dari peningkatan panjang diameter
anteriorposterior bola mata. Merupakan bentuk yang paling sering dijumpai.
Curvatural myopia. Terjadi akibat peningkatan lengkung kornea, lensa, atau
eduanya.
Positional myopia. Akibat dari penempatan lensa di bagian anterior.
Index myopia. Akibat dari peningkatan indeks refraksi lensa terkait dengan
sklerosis nukleus.
Myopia due to excessive accommodation. Terjadi pada pasien dengan
spasme akomodasi.
c. Klasifikasi
1) Berdasarkan Manifestasi Klinis
Simple : Status refraksi mata dengan miopia sederhana tergantung pada
daya optik kornea dan lensa kristal, dan panjang aksial. Mata dengan
miopi simple merupakan mata normal yang terlalu panjang untuk
kekuatan optiknya atau memiliki kekuatan optik yang terlalu kuat untuk
panjang aksisnya. Bentuk miopi ini adalah yang paling umum, biasanya
kurang dari 6 Dioptri atau kurang dari 4-5 D. Ketika derajad miopi pada
kedua mata tidak sama, hal ini disebut anisomiopia. Jika salah satu mata
emetrop sementara yang lainnya miopi, ini disebut simple miopi
anisometropia. Anisometropia menjadi signifikan bila perbedaannya
mencapai 1 D atau lebih.
Miopia Nokturnal : terjadi pada kondisi pencahayaan redu akibat dari
peningkatan respon akomodasi.
Pseudomiopia : akibat dari peningkatan kekuatan refraksi mata akibat
dari overstimulasi pada mekanisme akomodasi mata atau terjadinya
spasme siliar. Dinamakan pseudo karena pasien hanya mengalami miopi
jika respon akomodaasi tidak tepat.
Miopia degeneratif : derajad miopia berkaitan dengan perubahan
degeneratif pada segmen posterior mata. Perubahan degeneratif dapat
menyebabkan penurunan koreksi mata terbaik atau perubahan lapang
pandang.
Miopia terinduksi : merupakan hasil dari eksposur agen farmako,
perubahan tingkat gula darah, sklerosis nukleus lensa kristalin. Miopi
jenis ini reversible.
2) Berdasarkan penyebab myopia.
Miopia refraktif : Miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias
media penglihatan, seperti pada katarak.
Miopia aksial : Miopia yang terjadi akibat panjangnya sumbu bola mata,
dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
3) Menurut perjalanan penyakitnya, miopia di bagi atas :
Miopia stasioner : Miopia yang menetap setelah dewasa.
Miopia progresif : Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa
akibat bertambah panjangnya bola mata.
Miopia maligna : Keadaan yang lebih berat dari miopia progresif,
yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
4) Berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksinya.
Miopia ringan : Lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
Miopia sedang : Lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
Miopia berat : lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita miopia
kategori ini rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma
sudut terbuka.
5) Berdasarkan umur :
Juvenile-Onset Myopia (JOM)
Didefinisikan sebagai miopia dengan onset antara 7-16 tahun
yang disebabkan terutama oleh karena pertumbuhan sumbu aksial dari
bola mata yang fisiologis. Esophoria, astigmatisma, prematuritas,
riwayat keluarga dan kerja berlebihan yang menggunakan penglihatan
dekat merupakan faktor-faktor risiko yang dilaporkan oleh berbagai
penelitian.
Pada wanita, peningkatan prevalensi miopia terbesar terjadi pada
usia 9-10 tahun, sementara pada laki-laki terjadi pada usia 11-12 tahun.
Semakin dini onset dari miopia, semakin besar progresi dari miopianya.
Miopia yang mulai terjadi pada usia 16 tahun biasanya lebih ringan dan
lebih jarang ditemukan. Progresi dari miopia biasanya berhenti pada
usia remaja ( ♂pada usia 16 tahun, ♀ pada usia 15 tahun)
Adult-Onset Myopia (AOM) : AOM dimulai pada usia 20 tahun.
Youth-onset myopia miopia yang terjadi pada usia kurang dari 20
tahun
Early adult onset myopia miopia yang terjadi pada usia 20 sampai
40 tahun
Late adult onset myopiamyopia yang terjadi setelah usia 40 tahun
Kerja mata yang berlebihan pada penglihatan dekat merupakan faktor
risiko dari perkembangan miopia.
6) Klasifikasi secara klinik :
Miopia kongenital
Ada sejak lahir, namun biasanya baru didiagnosis pada usia 2-3
tahun. Kebanyakan kelainan refraksi yang terjadi unilateral dan jarang
bilateral. Anak dapat sering memicingkan mata untuk melihat lebih jelas
titik jauh. Myopia kongenital kadang berkaitan dengan anomali
kongenital lainnya seperti katarak, microthalmos, aniridia,
megalokornea, dan pemisahan retina kongenital. Koreksi dini miopia
kongenital disarankan.
Miopia simplek
Jenis yang paling sering terjadi. Jenis ini dianggap sebagai kelainan
fisiologis tanpa berkaitan dengan penyakit mata lain. Prevalensinya
meningkat dari 2% pada usia 5 tahun menjadi 14% pada usia 15 tahun.
Karena peningkatan terjadi pada usia sekolah, yaitu usia 8 sampai 12
tahun, hal ini disebut juga school myopia.
Etiologi
Miopia ini merupakan variasi biologis normal pertumbuhan mata
yang dapat atau tidak berkaitan dengan genetik. Beberapa faktor yang
berkaitan dengan miopia simpel yaitu :
Miopia simplek tipe aksial hanya merupakan variasi fisiologis
panjang bola mata atau dapat berkaitan dengan pertumbuhan
neurologis dini saat usia anak.
Miopia simplek tipe kurvatura dianggap akibat kurang
berkembangnya bola mata
Peran diet saat usia anak telah dilaporkan tanpa ada hasil konklusif.
Peran genetik. Genetik berperan pada variasi biologis
perkembangan mata, dimana prevalensi miopia lebih banyak pada
anak dengan kedua orang tua miopia (20%) daripada anak dengan 1
orang tua miopia (10%) dan anak tanpa orang tua miopia (5%).
Teori pekerjaan jarak dekat berlebihan. Namun teori ini tidak
membuktikan adanya hubungan miopia dengan pekerjaan jarak
dekat, menonton televisi dan tidak melakukan pemakaian kacamata.
Gejala subjektif
Penurunan visus untuk jarak jauh adalah keluhan utama miopia
Gejala astenopia dapat terjadi pada pasien dengan miopia ringan
Sering memicingkan mata mungkin dikeluhkan oleh orang tua
pasien dengan anak miopia.
Gejala objektif
Bola mata yang sedikit menonjol
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil
yang relatif lebar.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal
atau dapat disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan
di sekitar papil saraf optic
Kelainan refraksi: miopia simplek biasa terjadi antara usia 5 -10
tahun dan akan terus naik sampai usia 18 - 20 tahun. Miopia
simplek kelainan refraksinya biasanya tidak melebihi 6-8 D.
Diagnosis
Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan retinoskopi
Miopia patologik
Miopia patologi/ degeneratif/ progresif, seusai dengan namanya,
adalah kelainan progresif yang cepat dimulai dari usia 5-10 tahun dan
menghasilkan miopia yang berat pada dewasa muda dan biasanya
berkaitan dengan perubahan degeneratif pada mata.
Etiologi
Belum ada hipotesis yang dapat menjelaskan etiopatologis dari
miopia patologis secara memuaskan. Namun, diketahui bahwa hal ini
berhubungan dengan genetik dan proses pertumbuhan secara general.
Peran herediter
Telah dikonfirmasi bahwa faktor genetik memegang peranan
penting pada etiologinya, dimana miopia progresif: (i) familial, (ii)
lebih sering pada ras tertentu seperti Cina, Jepang, Arab, Yahudi,
dan jarang pada Negroid, Nubian, dan Sudan. Telah disimpulkan
bahwa pertumbuhan retina terkait dengan herediter sangat
berpengaruh terhadap perkembangan miopia. Sklera karena disten
sibilitasnya mengikuti pertumbuhan retina, namun koroid
mengalami degenerasi karena peregangan, yang akhirnya
menyebabkan degenerasi retina.
Peran proses pertumbuhan secara general
Walaupun tidak berpengaruh banyak, namun hal ini tidak
dapat di lupakan dalam progres miopia. Pemanjangan segmen
posterior dari bola mata dimulai hanya saat periode pertumbuhan
aktif. Oleh karena itu, faktor defisiensi nutrisi, penyakit penyerta,
gangguan endokrin yang mempengaruhi proses pertumbuhan
general juga mempengaruhi progres dari miopia.
Gejala klinis
a) Gejala subjektif :
Defek pada visus. Terdapat penurunan fungsi penglihatan
karena biasanya kelainannya berat. Pada tahap lanjut,
penurunan visus tidak dapat terkoreksi karena terdapat
perubahan degeneratif.
Muscae volitantes yaitu terlihat bintik hitam berterbangan di
depan mata yang disebabkan degenerasi vitreus.
Night blindness dapat dikeluhkan yang disebabkan kelainan
miopia yang sangat berat dengan perubahan degeneratif
signifikan.
b) Gejala objektif:
Mata yang menonjol. Mata yang mengalami pemanjangan
adalah bagian posterior. Bagian anterior bola mata biasanya
normal.
Kornea terlihat besat
COA dalam
Pupil terlihat sedikit membesar dan reaksi terhadap cahaya
lambat
Pemeriksaan funduskopi:
- Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan
atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-
benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang
ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan miopia.
- Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen
miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke
bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran
papil, sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid
yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
- Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang
ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.
- Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian
perifer.
- Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan
koroid dan retina. Akibat penipisan retina ini maka
bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai
fundus tigroid.
d. Gejala Klinis
Sebagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada
jarak pandang.Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita
telah diperiksa.
Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita
miopia hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan
penglihatan kabur bila melihat objek jauh.
Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari
miopianya dapat disembuhkan.
Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk
mendapatkan efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.
Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa
usaha akomodasi
e. Diagnosis
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan
objektif, setelah diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan
organik.
Cara subyektif : penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di
periksa.Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif yang
diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan sehingga menjadi normal atau
tercapai tajam penglihatan terbaik. Alat yang digunakan adalah kartu Snellen,
bingkai percobaan dan sebuah set lensa coba.
Tehnik pemeriksaan :
Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter (minimal 5
meter), jika kurang dari 5 meter akan terjadi akomodasi.
Pada mata dipasang bingkai percobaan/trial frame dan satu mata ditutup dengan
occlude, didahului dengan mata kanan.
Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan
sampai huruf terkecil yang masih dapat terbaca.
Lensa sferis negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam
penglihatan menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan
hingga dapat terbaca huruf pada baris terbawah.
Sampai terbaca basis 6/6.
Jika ditambah lensa sferis masih tidak bisa, kemungkinan pasien mempunyai
astigmatisma. Dilakukan Fogging Test.
Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
Cara Obyektif
Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah
atau kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu
yaitu retinoskop. Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara
mengamati gerakan bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh
retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik (untuk melumpuhkan
akomodasi), pasien harus menatap jauh.Mata kiri diperiksa dengan mata kiri, mata
kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan poros visual
mata.Jarak pemeriksaan biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar atau
sedikit divergen berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak
di pupil bergerak searah dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus
tambah sampai tampak hampir diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini
dikatakan point of reversal (POR), sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa minus
sampai diam. Nilai refraksi sama dengan nilai POR dikurangi dengan ekivalen
dioptri untuk jarak tersebut, misalnya untuk jarak ½ meter dikurangi 2 dioptri.
Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif biasanya dilakukan pada setiap
pasien. Cara ini sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak
kooperatif, cukup dengan pemeriksaan objektif.Untuk yang tidak terbiasa,
pemeriksaan subjektif saja pada umumnya bisa dilakukan.
f. Tatalaksana
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk
mata difokuskan tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan
cara :
Cara optic
1. Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan
menggunakan lensa konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang
melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Bila permukaan refraksi mata
mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang
seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa
sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan
berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan
dapat dimundurkan ke arah retina.
2. Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan
kornea. Lensa ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata
yang mengisi ruang antara lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat
khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua pembiasan
yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata
mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga
permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan
optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan
penting.
Cara operasi : Ada beberapa cara, yaitu :
1. Insisi Radikal : Untuk membuat insisi radial yang dalam pada
pinggir kornea dan ditinggalkan 4 mm sebagai zona optik.Pada
penyembuhan insisi ini terjadi pendataran dari permukaan kornea sentral
sehingga menurunkan kekuatan refraksi. Prosedur ini sangat bagus untuk
miopi derajat ringan dan sedang.
Kelemahannya:
Kornea menjadi lemah, bisa terjadi ruptur bola mata jika terjadi
trauma setelah RK, terutama bagi penderita yang berisiko terjadi trauma
tumpul, seperti atlet, tentara. Bisa terjadi astigmat irreguler karena
penyembuhan luka yang tidak sempurna,namun jarang terjadi. Pasien Post
RK juga dapat merasa silau saat malam hari.
2. Laser photorefractive keratektomy (PRK)
Pada teknik ini zona optik sentral pada stroma kornea anterior
difotoablasi dengan menggunakan laser excimer (193 nm sinar UV) yang
bisa menyebabkan sentral kornea menjadi flat. Sama seperti RK, PRK
bagus untuk miopi -2 sampai -6 dioptri.
Kelemahan PRK:
Penyembuhan postoperatif yang lambat
Keterlambatan penyembuhan epitel menyebabkan keterlambatan
pulihnya penglihatan dan pasien merasa nyeri dan tidak nyaman
selama beberapa minggu.
Dapat terjadi sisa kornea yang keruh yang mengganggu penglihatan
PRK lebih mahal dibanding RK
3. Laser in-situ Keratomileusis (LASIK)
Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari
kornea anterior diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara
langsung diablasi dengan tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea
menjadi flat. Sekarang teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang lebih
dari - 12 dioptri.
Kriteria pasien untuk LASIK
Umur lebih dari 20 tahun.
Memiliki refraksi yang stabil,minimal 1 tahun.
Motivasi pasien
Tidak ada kelainan kornea dan ketebalan kornea yang tipis merupakan
kontraindikasi absolut LASIK
Keuntungan LASIK
Minimimal atau tidak ada rasa nyeri post operatif
Kembalinya penglihatan lebih cepat dibanding PRK.
Tidak ada resiko perforasi saat operassi dan ruptur bola mata karena
trauma
Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel.
Baik untuk koreksi miopi yang lebih dari -12 dioptri.
Kekurangan LASIK
LASIK jauh lebih mahal
Membutuhkan skill operasi para ahli mata.
Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti flap
putus saat operasi, dislokasi flap postoperatif, astigmat irreguler.
4. Ekstraksi lensa jernih (Fucala's operation)
Dianjurkan untuk miopi -16 sampai -18D, terutama pada kasus
unilateral. Baru-baru ini, ekstraksi lensa yang jernih dengan implantasi IOL
dengan kekuatan yang sesuai direkomendasikan untuk mopia lebih dari 12D.
5. Phakic Intraocular Lens
Atau implantasi intraocular contact lens (ICL) juga dipertimbangkan
untuk koreksi miopia lebih dari 12 D. Pada teknik ini, IOL khusus
diimplantasi di COA atau di COP di anterior dari lensa asli.
6. Orthokeratology
Metode reversibel nonbedah dengan memakai lensa kontak rigid gas
permeabel saat malam. Metode ini dapat dipertimbangkan untuk koreksi
miopia hingga -5D dan dapat digunakan untuk pasien usia kurang dari 18
tahun.
g. Komplikasi
Ablasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D – (- 4,75)D sekitar
1/6662. Sedangkan pada (- 5) D – (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335.
Lebih dari (-10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan
faktor resiko pada miopia rendah tiga kali sedangkan miopia tinggi meningkat
menjadi 300 kali.
Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98%
air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara
perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi.
Hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap
awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan
lanjut, dapat terjadi kolaps badan vitreus sehingga kehilangan kontak dengan
retina. Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina dan
menyebabkan kerusakan retina. Vitreusdetachment pada miopia tinggi terjadi
karena luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.
Miopic makulopaty
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah
kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapang pandang
berkurang.Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa
menyebabkan kurangnya lapangan pandang.Miopia vaskular koroid/degenerasi
makular miopik juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal,
dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah
sentral retina.
Glaukoma
Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia
sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi
dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan
ikat penyambung pada trabekula.
Skotoma
Komplikasi timbul pada miopia derajat tinggi. Jika terjadi bercak atrofi
retina maka akan timbul skotoma (sering timbul jika daerah makula terkena dan
daerah penglihatan sentral menghilang). Vitreus yang telah mengalami
degenerasi dan mencair berkumpul di muscae volicantes sehingga
menimbulkan bayangan lebar diretina sangat menggangu pasien dan
menimbulkan kegelisahan. Bayangan tersebut cenderung berkembang secara
perlahan dan selama itu pasien tidak pernah menggunakan indera
penglihatannya dengan nyaman sampai akhirnya tidak ada fungsi penglihatan
yang tersisa atau sampai terjadi lesi makula berat atau ablasio retina.
2.2.2 HIPERMETROPIA8,13,14,15
a. Definisi
Hipermetropia adalah keadaan mata tidak berakomodasi yang
memfokuskan bayangan di belakang retina. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya Panjang sumbu (hyperopia aksial), seperti yang terjadi pada
kelainan kongenital tertentu, atau menurunnya indeks refraksi (hyperopia
refraktif), seperti pada afakia. Penyebab utama hipermetropia adalah
panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat bola mata yang lebih
pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang retina.
b. Etiologi
Hipermetropia dapat disebabkan:
Hipermetropia aksial : Merupakan kelainan refraksi akibat bola mata
yang terlalu pendek
Hipermetropia refraktif : Dimana daya pembiasan mata terlalu lemah
Hipermetropia kurvatur : Dimana kelengkungan kornea atau lensa
kurang sehingga bayangan terfokus di belakang retina
Hipermetropia indeks : Berkurangnya indeks bias akibat usia atau
sedang dalam pengobatan diabetes.
Hipermetropia posisional : Posisi lensa yang posterior.
Afakia
c. Klasifikasi
Klasifikasi hipermetropia berdasarkan gejala klinis
1. Hiperopia simpleks yang disebabkan oleh variasi biologi normal dalam
pertumbuhan bola mata, etiologinya bisa aksial atau kurvatur
2. Hiperopia patologik disebabkan kongenital atau didapat yang di luar
variasi biologi normal:
Hipermetropia indeks
Hipermetropia posisional
Afakia
Consecutive hypermetropia
3. Hiperopia fungsional disebabkan oleh paralisis dari proses akomodasi
seperti yang terlihat pada penderita dengan paralisis nervus III dan
oftalmoplegia internal.
Klasifikasi hipermetropia berdasarkan derajat beratnya
1. Hiperopia ringan, kesalahan refraksi +2.00 D atau kurang
2. Hiperopia sedang, kesalahan refraksi antara +2.25 D hingga +5.00 D
3. Hiperopia berat, kesalahan refraksi +5.25 D atau lebih tinggi
Klasifikasi berdasarkan status akomodasi mata
1. Hipermetropia Laten
Sebagian dari keseluruhan dari kelainan refraksi mata hiperopia
yang dikoreksi secara lengkap oleh proses akomodasi mata
Hanya bisa dideteksi dengan menggunakan sikloplegia
Lebih muda seseorang yang hipermetropia, lebih laten hiperopia
yang dimilikinya
2. Hipermetropia Manifes
Hipermetropia yang dideteksi lewat pemeriksaan refraksi rutin
tanpa menggunakan sikloplegia
Bisa diukur derajatnya berdasarkan jumlah dioptri lensa positif
yang digunakan dalam pemeriksaan subjektif
Terdiri dari
Hiperopia Fakultatif
Hipermetropia yang bisa diukur dan dikoreksi dengan
menggunakan lensa positif, tapi bisa juga dikoreksi oleh
proses akomodasi pasien tanpa menggunakan lensa
Semua hiperopia laten adalah hipermetropia fakultatif
Akan tetapi, pasien dengan hipermetropia laten akan
menolak pemakaian lensa positif karena akan
mengaburkan penglihatannya.
Pasien dengan hipermetropia fakultatif bisa melihat dengan
jelas tanpa lensa positif tapi juga bisa melihat dengan jelas
dengan menggunakan lensa positif
Hipermetropia Absolut
Tidak bisa dikoreksi dengan proses akomodasi
Penglihatan subnormal
Penglihatan jarak jauh juga bisa menjadi kabur terutama
pada usia lanjut
Hiperopia Total bisa dideteksi setelah proses akomodasi
diparalisis dengan agen sikloplegia.
d. Patofisiologi
Sinar cahaya dan partikel cahaya yang masuk ke mata terkonvergensi
pada titik di belakang retina sementara akomodasi dipertahankan dalam
keadaan relaksasi. Besarnya hyperopia ditentukan oleh kekuatan diopteric
dari lensa konvergen yang dibutuhkan untuk memajukan titik fokus cahaya
ke bidang retina
e. Gejala Klinis
Gejala Subyektif
Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih,
hipermetropia pada orang tua dimana amplitudo akomodasi menurun
Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan
kurang terang atau penerangan kurang
Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan
mata yang lama dan membaca dekat
Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif = eye strain) terutama
bila melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas
pada jangka waktu yang lama, misalnya menonton TV, dll
Mata sensitif terhadap sinar
2.2.3 ASTIGMATISMA12,16,17
a. Definisi
Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur
kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas
cahaya tidak difokuskan pada satu titik. Astigmat merupakan akibat bentuk
kornea yang oval seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin tinggi
astigmat mata tersebut. Dan umumnya setiap orang memiliki astigmat yang
ringan.
b. Klasifikasi Astigmatisma4
Astigmatisma Reguler
Merupakan astigmatisma yang memperlihatkan kekuatan pembiasan
bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian
ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi dengan bentuk yang
teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.
Etiologi
Corneal astigmatisme: Abnormalitas kelengkungan kornea.
Sakit kepala
2.2.4 PRESBIOPIA14,18
a. Definisi
Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses
penuaan pada semua orang. Dengan bertambahnya usia maka semakin kurang
kemampuan mata untuk melihat dekat. Presbiopia terjadi akibat lensa makin
keras, sehingga elastisitasnya berkurang. Demikian pula dengan otot
akomodasinya, daya kontraksinya berkurang sehingga tidak terdapat
pengenduran zonula Zinnii yang sempurna.
Presbiopi dikenal sebagai kondisi visual orang diatas usia 40 tahun,
dimana insiden tertinggi pada usia 42-44 tahun. Beberapa hal yang merupakan
faktor resiko presbiopi antara lain : usia (biasanya >40 tahun), hiperopia yang
tidak terkoreksi, pekerjaan yang membutuhkan penggunaan penglihatan jarak
dekat, trauma atau penyakit mata (kerusakan lensa, zonula atau otot siliar),
penyakit sistemik (diabetes melitus, kardiovaskular, insufisiensi vaskular,
miastenia gravis), obat-obatan (alkohol, diuretik, hidrochlorothiazide,
antidepresan), atau kurang nutrisi.
b. Etiologi
Penurunan kekuatan akomodasi dari lensa seiring meningkatnya usia
akibat dari perubahan degeneratif lensa (penurunan elastisitas kapsul lensa
atau peningkatan ukuran dan sklerosis progresif dari substansi lensa) dan
penurunan kekuatan m.siliaris seiring dengan peningkatan usia.
c. Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas
matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan
meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan
kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan demikian
kemampuan melihat dekat makin berkurang.
d. Klasifikasi
Presbiopi Insipien
Merupakan tahap paling awal di mana penderita menunjukkan gejala
membaca cetak kecil membutuhkan usaha ekstra. Dari anamnesa didapati
pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi
kaca mata baca.
Presbiopi Fungsional
Amplitudo akomodasi yang semakin menurun dan akan didapatkan
kelainan ketika diperiksa.
Presbiopi Absolut
Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional, dimana
proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali.
Presbiopi Prematur
Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan biasanya
berhubungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan.
Presbiopi Nokturnal
Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap disebabkan
oleh peningkatan diameter pupil.
e. Tanda dan gejala
Ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda kecil yang
terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46 tahun. Hal ini semakin buruk
pada cahaya temaram dan biasanya lebih nyata pada pagi hari atau saat
subjek lelah. Gejala meningkat sampai usia 55 tahun, menjadi stabil, tetapi
menetap.
Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak
kabur pada jarak baca yang biasa
Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam
hari
Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
f. Penatalaksanaan
Presbiopi dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk mengatasi
daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia ini diperlukan
kacamata baca atau adisi untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu,
biasanya :
Usia (tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan
40 +1.00 D
45 +1.50 D
50 +2.00 D
55 +2.50 D
60 +3.00 D
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 dioptri adalah
lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini
mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena
benda yang dibaca terletak pada titik api lensa + 3,0 dioptri sehingga sinar yang
keluar akan sejajar. Kekuatan lensa kacamata baca sering disesuaikan dengan
kebutuhannya. Seperti seorang ahli music yang membutuhkan jarak dekat 50
cm untuk membaca not-not sehingga dia membutuhkan kacamata dengan
kekuatan lensa yang lebih kecil.
Selain kaca mata untuk kelainan presbiopia saja, ada beberapa jenis
lensa lain yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang
ada bersamaan dengan presbiopia. Ini termasuk:
Koreksi optik dengan lensa
single vision lense
Merupakan pilihan yang tepat bagi beberapa pasien dengan
presbiopia. Indikasi untuk perawatan ini adalah pasien dengan
emmetropia, pasien dengan ametropia tingkat rendah (yang tidak
memerlukan koreksi jarak), pasien dengan miopi yag tidak terkoreksi.
Bifokal
Untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif. Dalam desain yang
khas, sebagian besar wilayah lensa berisi lensa koreksi jarak jauh
sedangkan koreksi penglihatan jarak dekat terbatas pada segmen yang
lebih kecil di bagian bawah lensa.
Trifokal
Untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh pada orang
dengan presbiopi absolut atau yang masih berkembang.
Koreksi dengan lensa kontak
Kontak Bifokal : untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian
bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan
hasil koreksinya
Kontak Monovision : penggunakan lensa kontak monovision pada setiap
mata atau, bila tidak ada koreksi jarak jauh yang diperlukan, lensa hanya
digunakan pada satu mata. Untuk melihat jauh di mata dominan, dan
lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang
dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada
kamera untuk mengambil foto.
KESIMPULAN
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina, dimana
yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang
retina dan/ atau tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan
terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan
Kelainan refraksi dapat dengan mudah dideteksi, diobati dan dievaluasi dengan
pemberian kaca mata. Namun demikian kelainan refraksi menjadi masalah serius jika tidak
cepat ditanggulangi. Oleh karena itu setiap pasien wajib dilakukan pemeriksaan visus