Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

BLOK DMS

(Pemeriksaan Mikroskopik Kerokan Kulit


dengan KOH 10% dan Isolasi Bakteri pada Kulit)

Oleh:
Kelompok Tutorial 18

Mhd. Nur Ridha Asshaf (1718011076)


Dirga Yudha Prakasa (1758011053)
Ninike Apriyana (1758011049)
Anggi Marta Dwi Sasmita (1758011009)
Dini Yusmita (1718011074)
Annisa Ridha Salsabilla (1718011077)
Salsabila Nadhifa Akib (1718011056)
Ayu anggraini (1718011002)
Noeril Asy Syifa Zahara (1718011031)
Muhammad Muizzulatif (1518011118)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pemeriksaan Mikroskopik pada Kerokan Kulit dengan KOH 10%

1.1.1 Latar Belakang

Sel jamur terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk hifa (pseudo hypha) merupakan
banyak bentuk negatif dan bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk
bertahan hidup dimana kondisi di sekitarnya sangat buruk untuk berkembang
biak. Hifa ada yang bersepta dan ada yang tidak bersepta bergantung dengan
spesies daripada jamur. Kumpulan daripada hifa disebut miselium. Sampai saat ini
dikenal kurang lebih 200.000 spesies jamur, tetapi hanya 50 spesies yang patogen
pada manusia yaitu 20 spesies menyerang kulit. 12 spesies menyerang subkutan,
18 spesies menyerang alat bantu atau sistemik (Budimulja, 2008).

Infeksi jamur kulit terbagi atas infeksi superfisialis, infeksi kutan, dan infeksi
subkutan. Pengobatan yang dilakukan pada pasien infeksi jamur berbeda-beda
antara infeksi superfisialis, kutan maupun subkutan. Pengobatan yang sesuai dapat
tercapai jika penegakan diagnosis infeksi jamur kulit tersebut tepat. Dalam
menegakkan diagnosis infeksi jamur kulit dapat dilakukan beberapa cara, antara
lain pemeriksaan langsung kerokan kulit dengan KOH 10%, pembiakan atau
kultur, reaksi imunologis, dan pemeriksaan dengan lampu Wood. Pada
pemeriksaan kerokan kulit dengan menggunkan larutan KOH 10% atau 20% akan
melisiskan kulit, kuku, dan rambut sehingga bila mengandung jamur, dibawah
mikroskop akan terlihat hypha dan atau spora (Wirya, 2010).

1.1.2 Tujuan Pemeriksaan

1. Menemukan adanya hypha dan atau spora pada kuli pada kulit, kuku dan
rambut
2. Mengidentifikasi jamur yang berada pada kerokan kulit

1.2 Isolasi Bakteri pada Kulit

1.2.1 Latar Belakang

Mikroflora normal manusia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri dan fungi yang merupakan
penghuni tetap dari bagian-bagian tubuh tertentu khusunya kulit, usus besar, dan
vagina. Bakteri ini terkadang sangat sulit dibedakan dengan bakteri patogen yang
menyebabkan penyakit pada setiap tubuh kita yang terluka maupun tidak terluka
tetapi dihuni oleh bakteri patogen tersebut. Dalam membedakan bakteri patogen
ataupun mikroorganisme flora normal tidak memiliki batasan yang jelas karena
hal tersebut bergantung dengan keadaan di lingkungan sekitar dan juga keadaan
manusia dimana flora normal tersebut tumbuh (Jawetz, 2013).

Flora dalam tubuh manusia dapat manetap atau transient. Mikroba yang menetap
tersebut dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit dan mungkin
menguntungkan bila ia berada pada lokasi yang semestinya dan tanpa adanya
keadaan abnormal. Mereka dapat menyebabkan penyakit bila karena keadaan
tertentu, berada di tempat yang tidak semestinya, atau bila ada faktor predisposisi
(Jawetz, 2013).

Flora normal ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu pada kondisi
tertentu. Contohnya,  Streptococcus dari kelompok viridians merupakan kelompok
organnisme yang biasa menghuni saluran nafas atas. Apabila masuk ke aliran
darah dalam jumlah banyak, maka mereka akan hidup di katup jantung yang rusak
atau katup prostetik dan menimbulkan endokarditis infektif (Jawetz, 2013).

1.2.2 Tujuan Pemeriksaan

1.      Untuk mengidentifikasi flora normal pada tubuh manusia.

2.      Untuk mengetahui teknik isolasi flora normal.


3.      Untuk mengetahui morfologi pada koloni bakteri.

BAB II
METODE

2.1 Pemeriksaan Mikroskopik pada Kerokan Kulit dengn KOH 10 %

2.1.1 Alat dan Bahan

 Mikroskop
 Gelas objek
 Scalpel
 Alkohol 90 %
 Potassium hydroxide 10 g
 Glycerol 10 ml
 Parker Quink Permanent Blue Ink 10 ml
 Distilled water 80 ml

2.1.2 Cara Kerja

 Bahan : larutkan KOH dengan aquades , kemudian tambahkan


gliserol dan tinta parker . (Gliserol akan mencegah kristalisasi
reagen dan mencegah speciemen dari kekeringan ).
 Siapkan gelas objek streil. Teteskan KOH 10% beberapa tetes
 Lakukan pengambian kerokan kulit dengan scalpel pada daerah lesi
kulit, letakkan pada gelas objek tutup dengan coverslip. Panaskan
dengan cara melewatkan diatas api 2-3 kali, jangan sampai
mendidih
 Apabila specimen sudah tampak jernih (20 menit untuk kerokan
kulit, bisa sampai beberapa jam untuk kerokan kuku ), periksa di
bawah mikroskop.
 Catatan : apabila hasil negative, pereparat harus disimpan dan
dilakukan pemeriksaan ulang pada hari berikutnya untuk mencegah
negative palsu.

2.2 Isolasi Bakteri Pada Kulit

2.2.1 Alat dan Bahan

 Osebulat
 Nutrient broth
 Nutrient agar
 Lidi kapas steril

2.2.2 Cara Kerja

 Basahi lidi kapas steril dengan mencelupkan pada tabung berisi


nutrient broth. Tiriskan pada bagian sisi tabung.
 Tentukan lokasi yang akan di periksa (tangan,kaki,wajah), lakukan
swab pada bagian kulit.
 Inokulasi pada petri pada kuadran 1. Gunakan ose steril untuk
menyebarkan inokulum pada kuadran 2,3,4.
 Inkubasi pada suhu 350 C, 24-48 jam.
 Perhatikan koloni yang tumbuh. Berdasarkan morfologi koloni,
hitung jumlah tipe yang berbeda.
 Lakukan pewarnaan gram pada masing-masing gram positif ,
lanjutkan dengan uji biokimia untuk identifikasi bakteri ikokus : uji
katalase, uji MSA, uji DNAse.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil pemeriksaan KOH

a. Identitas pasien

Nama : Dirga Yudha

Usia : 20 tahun

Alamat : Teluk betung, Bandar lampung

Tanggal pemeriksaan : 26 Februari 2019

b. Hasil

Gambar 1 hasil pemeriksaan KOH perbesaran 40x


3.2 Pembahasan

Pasien atas nama dirga yudha berusia 20 tahun diperiksa dengan


menggunakan pemeriksaan KOH, dimana dilakukan kerokan kuku dengan
menggunakan scalpel lalu di lakukan peosedur pemeriksaan KOH 20 %.
Didapatkan hasil seperti pada gambar, tampak debris-debris kuku dan tidak
ditemukan adanya hifa. Ini menandakan bahwa pasien memiliki kuku yang sehat
dan tidak terdiagnosis sebagai onikomikosis atau infeksi akibat jamur pada kuku.

Kuku merupakan stuktur tubuh yang tidak kalah penting, dimana kuku
memiliki fungsi untuk barrier alami, fungsi menggaruk dan fungsi tangan optimal.
Berikut adalah penjelasan seputar kuku :

a. Anatomi kuku

Kuku sebagai tambahan dari kulit, merupakan lempeng tanduk yang


bertugas melindungi ujung-ujung jari tangan dan kaki. Selain itu,  sepanjang
evolusi manusia, kuku berfungsi untuk menggaruk dan pertahanan, serta untuk
fungsi tangan optimal. Tanpa kuku, sensitifitas jari dapat berkurang sebanyak
50%, dan kemampuan memegang sulit, karena tidak ada tekanan kuku terhadap
jari

Dasar dari stuktur kuku mengandung lapisan-lapisan epidermis dan


dermis, di bawahnya mempunyai rabung memanjang. Di sini terdapat kelenjar
keringat dan folikel. Sel-selnya banyak mengandung fibril sitoplasma yang hilang
pada tahap akhir setelah sel menjadi homogen (berstruktur sama) lalu menjadi zat
tanduk, dan menyatu dengan lempeng kuku. Pada lapisan dalam matriks kuku
mengandung melanosit sehingga lempeng kuku mungkin berpigmen pada ras
hitam. Lempeng kuku terdiri atas sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak
mengelupas, badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena
ada pembuluh kapiler darah di dalam dasar kuku. Sel-sel stratum korneum meluas
dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku sebagai epikondrium atau
kutikula. Lempeng kuku yang hampir transparan dan epitel tipis dari dasar kuku
merupakan “jendela petunjuk” yang berguna untuk mengetahui jumlah oksigen
dalam darah dengan melihat warna darah dalam pembuluh dermis.
Struktur kuku adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur kuku

1. Lipatan Kuku (Nail Fold) Lipatan kuku proksimal mirip dengan struktur kulit
tetapi tidak memiliki kelenjar sebasea. Kutikula terdiri dari modifikasi stratum
korneum dan berfungsi untuk melindungi struktur di dasar kuku, khususnya
matriks germinativum dari lingkungan tidak baik seperti alergi, bakteri, jamur,
dan patogen.

2. Matriks Kuku (Nail Matrix) Proksimal (dorsal) dan distal (intermediet) matriks
kuku menghasilkan bagian yang penting bagi kuku. seperti halnya epidermis kulit,
matriks memiliki lapisan pemisah basal yang menghasilkan keratinosit.
Keratinosit inilah yang mengeras lalu mati, serta memberikan kontribusi pada
lempeng kuku. Matriks kuku juga mengandung melanosit yang menyebabkan
pigmentasi pada keratinosit. Dalam keadaan normal, pigmen tidak terlihat pada
orang berkulit putih. Tetapi pada kebanyakan orang yang berkulit hitam
menunjukkan melanogenesis yang tidak sempurna.

3. Palung Kuku (Nail Bed) Palung kuku terdiri dari epidermis dan bagian dermis
yang mendasari penutupan periosteum falang distal. Terdapat pembuluh darah,
limfatik, dan sel-sel lemak.
4. Lempeng atau Badan Kuku (Nail Plate) Terdiri dari 3 lapisan horizontal, yaitu:
lamina dorsal tipis, lamina intermediet tebal, dan lapisan ventral dari palung kuku.
Dilihat dari mikroskopisnya, terdiri dari sel-sel skuamus yang mati, pada orang
tua biasanya tampak massa acidophilic yang disebut tubuh pertinaks.

.b. Indikasi pemeriksaan KOH

Dilakukan pemeriksaan KOH apabila pada kuku ditemukan struktur-


struktur yang tidak sebagaimana mestinya, diantaranya terdapat penebalan kuku
dan perubahan warna kuku. Kelainan kuku merupakan salah satu contoh infeksi
kuku akibat parasite yang dikenal sebagai Onikomikosis. Onikomikosis
merupakan infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur. Khusus untuk infeksi kuku
yang disebabkan oleh jamur dermatofita dikenal dengan istilah tinea unguium.
Onikomikosis diperkirakan mencakup lebih dari 50% kelainan kuku dan
merupakan kelainan kuku paling sering (Welsh et al, 2010). Prevalensi
onikomikosis mengalami peningkatan dari 2% menjadi 14% dalam 20 tahun
terakhir.

Onikomikosis mewakili sekitar 30% dari semua mikosis superfisial.


Kejadian mikosis superfisial banyak terjadi di seluruh dunia. Diperkirakan
mikosis superfisialmengenai 20% sampai 25% populasi di dunia dan
prevalensinya terus meningkat. Berbeda dengan negara-negara barat, prevalensi
onikomikosis di Asia Tenggara relatif rendah sesuai dengan survei skala besar
yang dilakukan di Asia pada akhir tahun 1990. Namun demikian, prevalensinya
meningkat diseluruh dunia termasuk di Asia Tenggara.

Gambar 3. Onikomikosis
Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmarinah dan
Unandar pada tahun 2004, insiden rerata dari onikomikosis yaitu 3,2% dari semua
penyakit kulit karena jamur atau skin fungal diseases. Dibandingkan dengan
semua penyakit kulit insidennya sekitar 0,5%, angka ini terbilang rendah sehingga
mengesankan onikomikosis merupakan penyakit yang under-reported.

Diagnosis dermatomikosis dan onikomikosis ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan klinis, dan dapat ditunjang dengan pemeriksaan sediaan
langsung kalium hidroksida (KOH), dan kultur jamur. Pemeriksaan yang rutin
dilakukan adalah KOH 20% + tinta ParkerTM blue-black. Pewarnaan ini bekerja
dengan baik untuk Malassezia furfur, dan formulasinya yang telah berubah
menyebabkan kontras warna yang dihasilkan pada elemen jamur lain kurang baik,
sehingga sulit untuk diamati oleh pemeriksa yang tidak berpengalaman.

Pewarna lain yang bisa menjadi alternatif pada pemeriksaan sediaan


langsung adalah Chicago Sky Blue (CSB). 5,6 Pewarna Chicago Sky Blue (CSB)
yang merupakan campuran substansi alkali (KOH 15-30%) dan pewarna diazo
(CSB 6B 0,1-1%). Pewarna ini dapat memberikan kontras warna yang baik pada
jamur genus Trichophyton, Candida, dan Malassezia, sehingga elemen jamur
lebih mudah dideteksi meskipun oleh pemeriksa yang tidak berpengalaman.

c. Contoh hasil pemeriksaan KOH tidak normal

Gambar :

A. infeksi oleh dermathophita

B. infeksi oleh ptiriasis versikolor


C. infeksi oleh kandidiasis

3.3 Isolasi Bakteri pada Kulit

3.3.1 Hasil pemeriksaan dan pembahasan

1. Gambaran Morfologi Koloni

Gambar 4. Koloni bakteri

Jumlah koloni berbeda : Hanya 1 koloni

Morfologi koloni : Kokus

2. Hasil Pewarnaan Gram

Koloni 1 : Positif

Bakteri pada kulit tangan tergolong dalam flora normal. Flora normal
terdiri dari dua macam yaitu flora normal sementara dan flora normal yang
menetap. Flora sementara merupakan flora yang tidak menyebabkan patogen
ataupun berpotensi menyebakan patogen yang ada di kulit manusia dalam jangka
waktu tertentu.Secara umum flora jenis ini tidak menyebabkan penyakit, akan
tetapi perubahan keseimbangan dapat menyebabkan penyakit.(Jawetz,2013).

Identifikasi flora normal pada kulit dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya menggunakan isolasi bakteri. Pada praktikum isolasi bakteri yang
telah dilakukan dengan cara mencelupkan lidi kapas steril pada nutrient broth
kemudian dilakukan swab pada kulit untuk di inokulasi pada media pertumbuhan
dan di inkubasi selama 24 jam untuk mengidentifikasi morfologi koloni bakteri
pada kulit. Setelah di isolasi didapatkan hasil hanya terdapat 1 koloni bakteri
dengan morfologi koloni bulat kecil, hal ini menandakan bahwa flora normal yang
terdapat pada kulit probandus tidak banyak, Kemudian setelah dilakukan isolasi
bakteri pada kulit, selanjutnya dilakukan pewarnaan gram untuk mengidentifikasi
bakteri yang di isolasi apakah gram positif atau gram negative. Dari hasil
pewarnaan gram didapatkan hasil bakteri yang telah di isolasi merupakan gram
positif hal ini berarti bakteri yang telah diisolasi banyak mengandung eksotoksin.
Dan dapat disimpulkan pula bahwa bakteri yang telah diisolasi termasuk bakteri
staphylococcus maupun streptococcus.

3. Hasil uji biokimia

Katalase : Positif

Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang
diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah
H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim katalase penting untuk pertumbuhan aerobik
karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan
bersifat racun terhadap sel mikroba. Bakteri katalase positif bisa menghasilkan
gelembung-gelembung oksigen karena adanya pemecahan H2O2 (hidrogen
peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri.
Komponen H2O2 ini merupakan salah satu hasil respirasi aerobik bakteri, dimana
hasil respirasi tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena
bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri. Oleh karena itu, komponen ini harus
dipecah agar tidak bersifat toksik lagi.

Adapun Media Uji Biokimia :

1. Gula-gula : hasil positif (Glukosa, sukrosa, dan fruktosa) dengan adanya


perubahan warna dari kuning menjadi kuning keruh yang terdapat dalam
media ini. Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang
tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa
produk asam. Namun pada mannitol, tidak terjadi reaksi apapun karena
bakteri tidak mampu meragikan gula dari mannitol tersebut.
2. SIM :
 S (Sulfur). Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah
menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media
ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan
bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang
terkandung dalam media SIM.
 I (indol). Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan
bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol
dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya.
Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi
dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan
Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan
bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai
sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative
sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak
menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
 M (motility). Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini
berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa
dilihat karena media SIM merupakan media yang semi solid. Pada
hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan
bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.

4. kesimpulan identifikasi bakteri

Bakteri terlihat berbentuk coccus tersusun seperti buah anggur dan bersifat gram
(+) positif yang merupakan Staphylococcus epidermidis yang bersifat non
patogen.

Dikatakan bakteri bersifat gram positif karena bakteri tersebut mengikat zat warna
CGV (Carbol Gentian Violet).
BAB IV

KESIMPULAN

4. 1. Kesimpulan Pemeriksaan KOH


Berdasarkan pemeriksaan KOH 20% yang telah dilakukan, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan menggunakan KOH 20% menggunakan sampel
berupa kerokan kuku.
2. Pasien atas nama Dirga Yudha dilakukan pemeriksaan KOH
20%, pada pemerikaan dibawah mikroskop tampak debris-
debris kuku dan tidak ditemukan adanya hifa.
3. Interpretasi pemeriksaan terhadap pasien atas nama Dirga
Yudha yaitu pasien memiliki kuku yang sehat dan tidak
terdiagnosis sebagai onikomikosis atau infeksi akibat jamur
pada kuku.

4. 2. Kesimpulan Pemeriksaan Isolasi Bakteri pada Kulit


Berdasarkan pemeriksaan isolasi bakteri pada kulit dan pewarnaan gram
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan isolasi bakteri pada kulit didapatkan gambaran
morfologi koloni berupa bakteri kokus.
2. Dari hasil pewarnaan gram didapatkan hasil bakteri yang telah
di isolasi merupakan gram positif hal ini berarti bakteri yang
telah diisolasi banyak mengandung eksotoksin.
3. Pada uji katalase didapatkan hasil positif, hal ini berarti bakteri
memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2
menjadi H2O dan O2

Bakteri yang terlihat merupakan merupakan Staphylococcus epidermidis yang


bersifat non patogen.

Daftar Pustaka

Asadi MA, Dehghani R, Sharif MR. Epidemiologic study of onychomycosis and


tinea pedis in Kashan , Iran. Jundishapur J Microbiol. 2009;2:614.

Budimulja U, Sunoto, Tjokronegoro A .Penyakit jamur. Jakarta : Fakultas


Kedoteran Universitas Indonesia; 2008.p.20-35.

Brooks, GF., Carroll KC, Butel JS, Morse, and all (2013). Mikrobiologi
Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg. Ed. 25. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

Elewski BE. Onychomycosis : Pathogenesis , Diagnosis, and Management. Clin


Microbiol Rev. 1998;11(3):41529.

Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology and Immunology, Tenth


edition. New York: McGrawHill

Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorganisms.
11th Ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Hal: 703. ISBN 0-13-
196893-9

Jawetz, Melnick, Aldenberg. (2013). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta:


Salemba Medika
Wirya, D. Pedoman diagnosis dan terapi penyakit kulit dan kelamin. Denpasar:
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2010.p.55-9.

LAMPIRAN

Lidi Kapas Steril Penjepit

Gelas Objek KOH 10%


Nutrien Broth Scalpel

Inkubator Media Agar


Cover Glass Alcohol pads

Spiritus Ose Bulat

Alat Pewarnaan

Membasahi Lidi Kapas pada Swab pada Kulit

Nutrien Broth
Hasil Pengolesan Pada Agar Hasil : Bakteri Coccus

Negatif

Hasil : Bakteri Coccus Negatif Pengorekan Kuku dengan

Scalpel
Proses Fiksasi di Atas Api Proses Perwarnaan

Proses Perwarnaan Hasil Mikroskopik dari

Pembuatan Sediaan

Jamur

Anda mungkin juga menyukai