Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

1. Pengkajian Keperawatan
a. Definisi
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan jiwa yang dpat ditemukan pada pasien gangguan jiwa.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.
b. Respon Adaptif dan Mal Adaptif
c. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Diperoleh dari klien atau keluarga. Faktor predisposisi meliputi:
a) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
b) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkarkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan
yang membesarkannya.
c) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimethytransferase (DMP).
d) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan
mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas.
e) Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2) Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya
rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan
juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya
halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan
yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
a) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Rawlins dan Heacock
(1993) mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hakikat keberadaan individu sebagai makhluk yang dibangun atas
unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat
dari 5 dimensi yaitu:
(1) Dimensi fisik
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi ransangan
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti: kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
(2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan, sehingga klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga berbuat
sesuatu terhadap ketakutannya.
(3) Dimensi intelektual
Individu yang mengalami halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha
dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, tetapi pada
saat tertentu menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
(4) Dimensi sosial
Dimensi sosial menunjukkan individu cenderung untuk mandiri.
Individu asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol
diri, dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan sistem kontrol, sehingga jika perintah
halusinasi berupa ancaman, maka hal tersebut dapat mengancam
dirinya atau orang lain. Dengan demikian intervensi keperawatan
pada klien yang mengalami halusianasi adalah dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
penngalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan agar klien tidak menyendiri.
(5) Dimensi spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga
interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang
mendasar. Klien yang mengalami halusiansi cenderung
menyendiri dan cenderung tidak sadar dengan keberadaanya serta
halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut.

(6) Sumber Koping


Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.
Individu dapat mengatasi stress dan anxietas dengan
menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping
tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil
3) Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri
4) Jenis-jenis Halusinasi
Jenis
Data objektif Data subjektif
halusinasi
Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri 1. Mendengar suara-
Marah-marah tanpa sebab suara atau
Mencodongkan telingan kegaduhan
kearah tetentu 2. Mendengar suara
Menutup telingan yang mengajak
bercakap-cakap
3. Mendengar suara
memerintah
melaukakn sesuatu
yang berbahaya
penglihatan Menunujuk-nunjuk kearah Melihat bayangan,
tertentu sinar, bentuk geometris,
Ketakutan pada sesuatu bentuk kartun, melihat
yang tidak jelas hantu atau monster
Penghidu Tampak seperti sedang Mencium seperti bau
mencium bau-bauan feses, urine, darah,
Menutup hidung
Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti
Muntah darah, urine dan feses
Perabaan Menggaruk-garuk Mengatakan ada
permukaan kulit serangga dipermukaan
kulit
Merasa seperti tersengat
listrik

d. Masalah Keperawatan
Perubahan persepsi sensori : halusinasi
1) Data Mayor
Data Subjektif:
- Mengatakan mendengar suara, bisikan/melihat bayangan
Data Objektif :
- Bicara sendiri, tertawa sendiri, marah tanpa sebab
2) Data Minor
Data Subjektif
- Menyatakan kesal, menyatakan senang dengan suara-suara
Data Objektif
- Menyendiri, melamun
e. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan


lingkunganeffect

Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Core problem
Isolasi sosial : menarik diri

Causa

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan halusinasi
pendengaran
b. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan
dengan menarik diri
c. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Rencana Keperawatan

Pasien Keluarga
No.
SPIP SPIk
1. Identifikasi Halusinasi: Isi, Diskusikan masalah yang
Frekuensi, waktu terjadi, situasi dirasakan keluarga dalam merawat
pencetus, perasaan, respon pasien

2. Jelaskan cara mengontrol


halusinasi: Hardik, obat, bercakap- Jelaskan pengertian halusinasi,
cakap, melakukan kegiatan tanda dan gejala halusinasi, Dan
proses terjadinya halusinasi
(Gunakan booklet)
3. Latih cara mengontrol halusinasi Jelaskan cara merawat halusinasi
dengan menghardik
4. Masukkan pada jadwal kegiatan Latih cara merawat halusinasi :
untuk latihan menghardik Hardik
Aanjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan beri pujian
SPIIP SPIIk
1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri Evaluasi kegiatan
pujian keluargadalam/melatih pasien
menghardik. Berikan pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi Jelaskan 6 benar cara memberikan
dengan obat (Jelaskan 6 Benar: obat
jenis, guna, dosis, frekuensi, cara
kontuinitas minum obat)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan Latih cara
untuk latihan menghardik dan memberikan/membimbing minum
minum obat obat
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
SPIIIP SPIIIk
1. Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik & obat beri pujian merawat/melatih pasien
menghardik dan memberikan obat.
Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi Jelaskan cara bercakap-cakap dan
dengan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan untuk
terjadihalusinasi mengontrol halusinasi
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan Latih dan sediakan waktu
untuk latihan menghardik, minum bercakap-cakap dengan pasien
obat dan bercakap-cakap terutama saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
SPIVP SPIVK
1. Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik & obat & berxcakap- merwat/melatih pasien
cakap. Beri Pujian menghardik,memberikan obat &
bercakap- cakap. Beri pujian.
2. Memberikan pendidikan kesehatan Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
tentang penggunaan obat secara tanda kambuh, rujukan
teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan Anjurkan membantu pasien sesuai
ke dalam jadwal kegiatan harian jadwal dan memberikan pujian
SPVP SPVK

1 evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan kegiatan


menghardik & obat & bercakap- keluarga dalam merawat/ Melatih
cakap & kegiatan harian. Beri pasien menghardik & memberikan
pujian. obat & bercakap-cakap &
melakukan kegiatan harian dan
follow up. Beri Pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai Kemampuan keluarga
merawat pasien
3 Nilai Kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga
mandiri melakukan kontrol ke RSJ/PKM
4 Nilai apakah halusinasi terkontrol

4. Tindakan Keperawatan
Dx Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Gangguan TUM :
Persepsi Klien tidak 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan
Sensori : mencederai bersahabat saling percaya
halusinasi orang lain menunjukan rasa dengan
senang ada mengungkapkan
Tuk 1 : kontak mata. prinsip komunikasi
Klien dapat Mau berjabat terapentik.
membina tangan, mau a. Sapa klien
hubungan menyebutkan dengan ramah
saling nama, mau baik verbal
percaya menjawab salam, maupun non
klien mau duduk verbal
berdampingan b. Perkenalkan diri
dengan perawat, dengan sopan
mau c. Tanyakan nama
mengungkapkan lengkap klien dan
masalah yang nama panggilan
dihadapi. yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati janji
f. Tunjukan sikp
simpati dan
menerima apa
adanya
g. Beri perhatian
pada kebutuhan
dasar klien
TUK 2 : Klien dapat 2. Adakan kontak
Klien dapat menyebutkan waktu, sering dan singkat
mengenal isi, frekunsi dan secara bertahap.
halusinasinya situasi yang Observasi tingkah
menimbulkan laku klien terkait
halusinasi dengan halusinsinya;
bicara dan tertawa
tanpa stimulus
memandang
kekiri/ke kanan/ ke
depan seolah-olah
ada teman bicara
Bantu klien
mengenal
halusinasinya :
a. Jika
menemukan
klien yang
sedang
halusinasi,
Tanyakan
apakah ada
suara yang
didengar
b. Jika klien
menjawab ada,
lanjutkan : apa
apa yang
dikatakan
c. Katakan bahwa
perawat percaya
klien mendengar
suara itu, namun
perawat sendiri
tidak
mendengarnya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa
klien lain juga
ada seperti klien
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien.
f. Jika Klien tidak
sedang
berhalusinasi
klari fikasi
tentang adanya
pengalaman
halusinasi.
Diskusikan dengan
klien :
a. Situasi yang
menimbulkan/ti
dak
menimbulkan
halusinasi ( jika
sendiri, jengkel /
sedih)
b. Waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi (pagi,
siang sore, dan
malam atau
sering dan
kadang-kadang)
Klien dapat Diskusikan dengan
mengungkapkan klien bagaimana
perasaan terhadap perasaannya jika terjadi
halusinasi nya halusinasi (marah/takut,
sedih, senang) dan beri
kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3 : Klien dapat 3. identifikasi bersama
Klien dapat menyebutkan klien cara atau
mengontrol tindakan yang tindakan yang
halusinasinya biasanya dilakukan dilakukan jika
untuk mengendali- terjadi halusinasi
kan halusinasinya (tidur, marah,
Klien dapat menyibukan diri dll)
menyebutkan cara Diskusikan manfaat
baru dan cara yang
digunakan klien,
jika bermanfaat beri
pujian
Diskusikan cara
baru untuk
memutus/
mengontrol
timbulnya halusinasi
:
Katakan : “saya
tidak mau
dengar/lihat kamu”
Klien dapat memilih (pada saat halusinasi
cara mengatasi terjadi)
halusinasi seperti Menemui orang lain
yang telah (perawat/teman/ang
didiskusikan dengan gota keluarga) untuk
klien bercakap cakap atau
Klien dapat mengatakan
melaksanakan cara halusinasi yang
yang telah dipilih didengar / dilihat
untuk Membuat jadwal
mengendalikan kegiatan sehari hari
halusinasinya agar halusinasi tidak
Klien dapat sempat muncul
mengikuti terapi
aktivitas kelompok Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa jika
tampak bicara sendiri
Bantu Klien memilih
dan melatih cara
memutus halusinasi
secara bertahap
Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian
jika berhasil

Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi
TUK 4 : Keluarga dapat Anjurkan Klien untuk
Kilen dapat membina hubungan memberitahu keluarga
dukungan saling percaya jika mengalami
dari keluarga dengan perawat halusinasi
dalam Keluarga dapat Diskusikan dengan
mengontrol menyebutkan keluarga )pada saat
halusinasinya pengertian, tanda keluarga
dan tindakan untuk berkunjung/pada saat
mengendali kan kunjungan rumah)
halusinasi Gejala halusinasi yang
di alami klien
Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
Cara merawat anggota
keluarga yang
halusinasi di rumah :
beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan
bersama, berpergian
bersama
Beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak
terkontrol, dan resiko
mencederai orang lain
TUK 5 : Klien dan keluarga Diskusikan dengan
Klien dapat dapat menyebutkan klien dan keluarga
memanfaatka manfaat, dosis dan tentang dosis,efek
n obat efek samping obat samping dan manfaat
dengan baik Klien dapat obat
mendemontrasi kan
penggunaan obat Anjurkan Klien minta
dgn benar sendiri obat pada
Klien dapat perawat dan merasakan
informasi tentang manfaatnya
manfaat dan efek
samping obat Anjurkan klien bicara
dengan dokter tentang
Klien memahami manfaat dan efek
akibat berhenti samping obat yang
minum obat tanpa dirasakan
konsultasi
Klien dapat
menyebutkan prinsip Diskusikan akibat
5 benar penggunaan berhenti minum obat
obat tanpa konsultasi

Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip 5 (lima)
benar

5. Terapi Modalitas Kelompok


a. Definisi

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi


ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku
maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan
potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi
atau penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk terapi
keperawatan keluarga.
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk
dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media
kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan
sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah
perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase kerja,
diakhiri tahap terminasi.
b. Dasar-dasar Pemberian Terapi Modalitas
Dasar-dasar Pemberian Terapi Modalitas
1. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku
manusia
2. Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah
kondisi yang mengandung reaksi( respon yang baru )
3. Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya
faktor-faktor yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu
sehingga reaksi indv tersebut dapat diprediksi ( reward dan
punishment )
4. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam
menunjuang dan menghambat perilaku individu dalam kelompok
social
5. Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental
emosional dan sosial ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara
holistic
c. Tahapan Terapi Modalitas
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut
sebagai fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang
diperlukan dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk
apa aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah
sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok,
meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok, dan
memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok.
Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja. Di fase kerja terapis
membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada keadaan
here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok
melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai
tujuan terapi.
Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama
kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan
perilaku dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota
kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka
diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan
dilibatkan dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat
adalah mendorong anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik,
dukungan, serta bertoleran si terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir
dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani dan
mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai