DISUSUN OLEH :
Rahmat Maulida
11194692010079
Menyetujui,
4. Frekuensi jantung
Frekuensi dan irama jantung mempengaruhi kontaktilitas, misalnya
bila ada ekstra sistol ventrikel, maka akan terjadi potensiasi pada
ekstasistolik.
Faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung,
tekanan pembuluh darah perifer dan volume/aliran darah. Faktor-faktor yang
meregulasi tekanan darah bekerja untuk peride jangka pendek dan jangka
panjang, yaitu sebagai berikut :
1. Regulasi tekanan darah jangka pendek
a. Sistem Saraf
Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi
tahanan pembuluh darah perifer. Dua mekanisme yang dilakukan
adalah mempengaruhi distribusi darah dan mempengaruhi diameter
pembuluh darah.
Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan darah melibatkan:
1) Pusat Vasomotor (hipotalamus dan serebrum), mempengaruhi
diameter pembuluh darah dengan mengeluarkan epinefrin sebagai
vasokonstriktor kuat, dan asetilkolin sebagai vasodilator.
2) Baroresptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus aorta.
Baroresptor sensitif terhadap perubahan tekanan darah dan
regangan arteri.
3) Kemoresptor, berlokasi pada badan karotis dan arkus aorta.
Kemoreseptor berespon terhadap perubahan kadar oksigen,
karbon dioksida dan hidrogen dalam darah.
b. Kontrol kimia
Selain CO2 dan O2, sejumlah kimia darah juga membantu regulasi
tekanan darah melalui refleks kemoreseptor yang akan dibawa ke
pusat vasomotor. Hormon yang mempengaruhi: epinefrin dan
norepinefrin, natriuretik atrial, ADH, angiotensin II, Nitrit oxide, dan
alkohol.
2. Regulasi tekanan darah jangka panjang
Ginjal melakukan regulasi tekanan darah jangka panjang melalui 2
mekanisme, yaitu : secara langsung melalui pengaturan kecepatan filtrasi
cairan di ginjal dan secara tidak langsung melalui pengaturan sistem renin
angiotensin.
2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat
dibagi atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis,
penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan
sebagainya). Penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah demam
reumatik. Sementara itu regurgitasi mitral kronik dapat terjadi pada
penyakit jantung rematik. Dapat juga terjadi pada perforasi katup atau
ruptur chorda.
3. Patofisiologi
Insufisiensi mitral terjadi bilah-bilah katup mitral tidak dapat saling
menutup selama systole. Chordate tendineae memendek, sehingga
bilah katup tidak dapat menutup dengan sempurna, akibatnya
terjadilah regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke antrium kiri.
Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral
mengakibatkan penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel
kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut,
ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali ke antrium
kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari
paru, menyebabkan antrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi.
Aliran darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang
mengalir dari paru ke antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru
mengalami kongesti, yang pada giliranya menambah beban ke
ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran mitral hanya kecil namun
selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel kanan.
4. Clinical Pathway
Kelainan Katup
jantung
6. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kelainan katup.
a. Angina pectoris
b. Bedah jantung
c. Gagal jantung kongestif
d. Disritmia
e. Kondisi inflamasi jantung
f. Aspek-aspek psikososial perawatan akut
g. Penyakit jantung rematik
h. Penyakit jantung iskemik
7. Penatalaksaan
a. Farmakologi:
1) Antiaritmik, diperlukan untuk mengendalikan irama jantung
yang tidak teratur
2) Antikoagulan
3) Antibiotic, diperlukan jika ada infeksi bakteri
4) Vasodilator, diperlukan untuk mengurangi beban kerja jantung
5) Diuretic, untuk memperbaiki udema pulmo Pembedahan
6) Bedah penggantian katup (mitral valve replacement)
7) Bedah perbaikan katup (mitral valve repair), yaitu rekonstruksi
katup mitral yang menyebabkan regurgitasi seperti
penyambungan kembali daun katup ke annulus mitral, atau
penyambungan korda tindinea.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Kateterisasi jantung : Untuk menentukan luas dan jenis
penyumbatannya. Gradien tekanan (pada distole) antara atrium
kiri dan ventrikel kiri melewati katup mitral, penurununan
orivisium katup (1,2 cm), peninggian tekanan atrium kiri, arteri
pulmunal, dan ventrikel kanan ; penurunan curah jantung.
b. Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps
katup mitral.
c. ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi
ventrikel kanan, fibrilasi atrium kronis.
d. Sinar X dada : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri,
peningkatan vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmunal.
e. Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat
memastikan masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran
atrium kiri, perubahan gerakan daun-daun katup.
f. Elektrokardiogram (teknik penggambaran jantung dengan
menggunakan gelombang ultrasonik).
9. Masalah Keperawatan
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kapan waktu timbulnya penyakit? Jam berapa? Bagaimana awal
munculnya?Berangsur-angsur? Keadaan penyakit, apakah
sudah membaik, parah atau tetapsama dengan
sebelumnya.Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan,
Kondisi saat dikaji P Q R S T
7) Sistem perkemihan
Edema palpebra, moon face, edema anasarka,
keadaan kandung kemih, nocturia, dysuria, kencing
batu, penyakit hubungan sexual.
8) Sistem immune
Allergi (cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia),
Immunisasi, Penyakit yang berhubungan dengan
perubahan cuaca, Riwayat transfusi dan reaksinya.
No Dx NIC NOC
Rasional
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan, gas 1. Kaji suara paru, frekuensi nafas,
b/d odema paru ditandai darah arteri normal dalam jangka waktu 1 x kedalaman, dan usaha nafas, dan produksi
dengan sianosis dan 24 jam sputum sebagai indicator keefektian
dispnea DO: penggunaan alat penunjang.
Menunjukan perbaikan ventilasi/oksigenasi 2. Awasi dan laporkan pada data pengkajian
sebagai bukti adalah frekuensi pernapasan terkait (sensorium pasien, suara nafas, pola
dalam rentang normal, tak ada sianosis, dan nafas, analisis gas darah arteri, sputum,
penggunaaan otak aksesoris, bunyi nafas efek obat).
normal. 3. Membantu dalam posisi, batuk, dan nafas
DS: dalam.
Sudah tidak terlihat pernafasan cuping hidung 4. Jelaskan pada pasien mengenai
Warna kulit pasien kembali dalam keaadaan penggunaan alat bantu yang diperlukan
normal (oksigen, pengisap, spirometer)
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Berikan oksigen tambahan dengan
menurunanya curah Penurunan curah jantung dapat teratasi dan nasal kanal/ masker sesuai dengan
jantung b/d penurunan menunjukkan tanda vital dalam batas yang indikasi.
kontraktilitas ventrikel kiri dapat diterima, disritmia terkontrol atau 2. Berikan istirahat psikologi dengan
ditandai dengan aritmia hilang dan bebas gejala gagal jantung dalam lingkungan yang tenang.
dan perubahan EKG. jangka waktu 3x24 jam. 3. Pantau tanda kelebihan cairan.
DO: 4. PemberianIV ,pembatasan jumlah total
Tekanan darah dalam batas normal (120/80 sesuai dengan indikasi. Hindari cairan
mmHg, nadi 80x/menit). garam.
Tidak terjadi aritmia dan irama jantung 5. Kolaborasi pemberian obat.
teratur, CRT kurang dari 3 detik.
DS:
Klien akan melaporkan penurunan episode
dispnea, berperan dalam aktivitas mengurangi
beban kerja jantung.
3. Nyeri dada b/d iskemia Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan skala nyeri 0-10 untuk
jaringan myokard ditandai keperawatan,Pasien mengatakan bahwa nyeri rentang intensitas.
dengan perubahan denyut dada telah hilang/terkontrol dalam jangka 2. Catat ekspresi verbal atau non verbal,
jantung dan ekspresi waktu 3x24 jam respon otomatis terhadap
kesakitan. DO: nyeri(berkeringat,TD dan nadi
Denyut jantung dan frekuensi pernafasan berubah,peningkatan atau penurunan
kembali dalam keadaan normal. frekuensi pernafasan).
Pola makan pasien kembali dalam keadaan 3. Ajarkan penggunaan teknik
normal. nonfarmakolog (misalnya: TENS,
DS: hypnosis, relaksasi, masase, dll)
Pasien mengatakan nyeri di area dada sedah 4. Evaluasi respon terhadap obat.
menghilang. 5. Berikan lingkungan istirahat dan
Pasien mengatakan pola tidur kembali batasi aktifitas sesuai kebutuhan.
normal.
Ekspresi wajah pasien tenang.
4. Ansietas b/d situasi kritis Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Kaji dan dokumentai tingkat kecemasan
ditandai dengan ketakutan Pasien merasa tenang dalam jangka waktu pasien, termasuk reaksi fisik pasien.
dan peningkatan tegangan. 1x24 jam. 2. Ajarkan dan anjurkan pasien melakukan
DO: teknik relaksasi, contoh napas dalam,
Mulut kembali dalam keadaan normal, tidak bimbingan imajinasi, relaksasi progresif.
kering 3. Berikan tindakan kenyamanan contoh,
DS: mandi, gosokan punggung, perubahan
Pasien mengatakan nafsu makan sudah posisi.
kembali normal. 4. Koordinasikan waktu istirahat dan
Pasien tidak terlihat cemas lagi. aktivitas saat senggang tepat untuk
Kontak mata dengan pasien kembali normal. kondisi.
5. Libatkan orang terdekat dalam rencana
perawatan dan dorong partisipasi
maksimum pada rencan pengobatan.
5. Defisit pengetahuan b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Jelaskan dasar patologi abnormalitas
kurangnya informasi Pasien mengerti tentang kelainan katub katub.
tentang katup jantung jantung dalam jangka waktu 1x24 jam 2. Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek
ditandai dengan DS: samping, dan pentingnya minum obat
permintaan informasi Pasien menyatakan pemahaman proses sesuai resep.
kepada perawat dan ahli penyakit, program pengobatan dan 3. Anjurkan dan biarkan pasien
profesi kesehatan lainnya. potensial komplikasi. menunjukkan ketrampilan pemantauan
Pasien mampu mengenali kebutuhan untuk sendiri nadi bila pasien pulang dengan
kerja sama dan mengikuti perawatan. digitalis.