Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK RUMINANSIA KECIL

“Kandungan Nutrisi Bahan Pakan”

OLEH :

NAMA : Nur Herawaty Thahir

NIRM : 05.03.18.1529
NO.URUT : 23

III C PENYULUHAN PETERNAKAN & KESEJAHTERAAN HEWAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
KEMENTRIAN PERTANIAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada para dosen dan PLP mata kuliah TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
RUMINANSIA KECIL yang telah membimbing penulis dalam proses belajar
mengajar di kampus sehingga pembuatan laporan ini dapat tersusun dengan baik.
Penyusun tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk
laporan ini, sehingga nantinya dapat menjadi acuan dalam pembuatan laporan yang
lebih baik lagi.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pangkep , 28 November 2020

PENULIS

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang ................................................................................................3
B. Tujuan..............................................................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
A. Kambing......................................................................................................... 6
B. Pakan.............................................................................................................. 6
BAB III
METODOLOGI ...................................................................................................8
A. Waktu dan Tempat ..........................................................................................8
B. Alat dan Bahan ...............................................................................................8
C. Prosedur Kerja.................................................................................................8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................9
A. Hasil .................................................................................................................9
B. Pembahasan ....................................................................................................12
BAB V
PENUTUP...........................................................................................................17
A. Kesimpulan .....................................................................................................17
B. Saran ...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
LAMPIRAN ......................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksploitasi sumber daya pakan basal rumput sering dilakukan. Hal ini
disebabkan oleh perkembangan usaha ternak ruminansia yang bersaing dengan
perubahan fungsi lahan yang terus terjadi sepanjang tahun. Konsekuensinya
potensi ketersediaan sumber daya pakan rumput ternak ruminansia semakin
menyempit, hingga suatu saat akan sampai pada ambang krisis, dimana
ketersediaan pakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal serat bagi
kebutuhan hidup pokok ruminansia. Oleh karena itu ketahanan pakan sangat
menentukan produksi dan perkembangan populasi ternak kini dan masa
mendatang. Menurut data Statistik Indonesia tahun 2005, bahwa ketersediaan
hijauan pakan ruminansia dari sumber utama yaitu perkebunan karet, sawit dan
padang alam tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan untuk populasi
ternak kambing
Perkembangan teknologi budidaya pertanian yang diikuti oleh
perkembangan industri pengolahan hasil pertanian seperti; pabrik pengolahan
buah markisa, pabrik nenas, dan pabrik lainnya sebagai pengolahan bahan baku
primer menjadi produk akhir (berupa Juice), berpotensi sebagai penghasil
limbah yang dapat bermanfaat bagi industri sekunder lainnya, misalnya pabrik
pakan. Di sentra produksi buah markisa didaerah Kabupaten Karo Sumatera
Utara berdiri beberapa industri pengolahan buah markisa, diantaranya adalah PT
Gunung Sibayak Inti Sari. PT ini dapat memproduksi limbah buah markisa
mencapai 2 – 3 ton bahan kering perhari. Suatu potensi yang cukup besar apabila
dapat dimanfaatkan. Limbah yang tidak berharga menjadi pakan yang nilai
biologisnya tinggi dapat memberikan nilai tambah.
Pakan hijauan adalah pakan utama bagi ternak ruminansia seperti sapi,
kerbau, domba dan lainnya yang terdiri dari rerumputan, kacang-kacangan dan
dedaunan. Pakan hijauan juga berasal dari limbah pertanian seperti jerami padi,
daun jagung, pucuk tebu dan lainnya.
Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya
jumlah populasi sapi yang dimiliki. Kendala utama penyediaan hijauan pakan
untuk ternak adalah ketersediaan yang tidak tetap sepanjang tahun. Pada saat
musim penghujan produksi hijauan pakan ternak akan melimpah, sebaliknya saat
musim kemarau tingkat produksinya akan rendah bahkan tidak berproduksi
sama sekali. Salah satu pakan hijauan ternak yang paling mudah ditemukan
adalah rumput yang biasanya berasal dari rumput liar di pinggir jalan maupun
sungai, hutan bahkan yang banyak tumbuh di perkebunan.
Maka dari itu keberhasilan usaha ternak sapi, kambing dan domba
sangatlah bergantung dari ketersediaan pakan hijauan dengan jumlah cukup serta
nutrisi yang banyak.
B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang bahan pakan untuk ternak kecil


2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi tentang
kebutuhan zat-zat makanan ternak kecil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kambing

Kambing merupakan hewan herbivora yang setiap harinya


membutuhkan asupan makanan berupa tumbuh-tumbuhan seperti rumput.
Meskipun demikian, kambing tidak harus selalu makan rumput sepanjang
hidupnya. Hewan ternak yang satu ini juga membutuhkan variasi makanan
supaya asupan gizi dan nutrisi yang diserap juga beragam. Untuk itu, peternak
harus tahun ragam makanan lain seperti daun terbaik untuk pakan kambing.
Makanan ini bisa menjadi pelengkap untuk memenuhi nutrisi kambing.

B. Pakan
Hijauan sebagai pakan utama bagi kambing harus cukup
mengandung vitamin dan kadar serat kasar, selain itu pakan yang diberikan
pada ternak hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk kambing
perah, pakan yang bagus mengandung protein. Ternak dewasa, bunting
maupun yang sedang tumbuh membutuhkan pakan yang baik. Kambing
dewasa memerlukan hijauan sekitar 5-7kg/ekor/hari. Selanjutnya hijauan
biasanya diberikan waktu siang dan sore hari, sedangkan konsentrat
diberikan dalam bentuk bubur.
Di Indonesia pada umumnya pakan ternak kambing terdiri atas
hijauan, terutama rumput lapangan karena jenis rumput ini tumbuhnya tidak
tergantung pada musim dan dapat tumbuh dengan subur baik di pinggir jalan,
selokan dan di pinggir kali. Namun, rumput lapangan yang tumbuh pada
lahan tersebut umumnya berkualitas rendah dengan kandungan TDN (Total
Digestible Nutrient) 60,1% dan protein kasar 8,77 % (Nitis et al.,
1985).Ternak kambing yang hanya diberi rumput lapangan pertumbuhan dan
produksinya rendah sehingga perlu diberi lagi pakan yang kualitasnya lebih
baik misalnya konsentrat. Pemberian pakan konsentrat yang berkualitas
tinggi akan mempercepat pertumbuhan ternak, sehingga berat badan yang
diharapkan dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Namun, pemberian
pakan konsentrat dalam jumlah yang besar mungkin kurang baik karena
dapat menyebabkan pH dalam rumen menurun. Hal ini disebabkan karena
pemberian konsentrat akan menekan kerja buffer dalam rumen karena
mastikasi berkurang akibatnya produksi saliva menurun dan meningkatkan
produksi volatile fatty acid /VFA (Arora, 1995). Penurunan pH tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas mikroba dalam rumen, yang
berperan dalam proses pencernaan pakan dan selanjutnya akan
mengakibatkan kecernaan pakan serta produktivitas ternak menurun. Derajat
keasaman (pH) rumen yang normal berkisar antara 6,0-7,0. Pada kisaran pH
ini, pertumbuhan mikroba rumen maksimal sehingga aktivitas fisiologisnya
meningkat, terutama yang berhubungan dengan fermentasi rumen (Putra dan
Puger, 1995). Cakra (1996) mendapatkan bahwa pemanfaatan mineral buffer
NaHCO3 dan Na2CO3 masing-masing dengan level 5 % dalam pakan
konsentrat secara nyata dapat meningkatkan pH cairan rumen pada ternak
kerbau. Ha et al. (1983) mendapatkan bahwa penambahan natrium bentonite
dengan level 4 dan 8 % dalam ransum dapat meningkatkan pertambahan
berat badan dan konversi ransum pada domba yang diberi pakan konsentrat
tinggi. Data ilmiah mengenai pemanfaatan soda kue pada ransum kambing
masih terbatas, sehingga penelitian perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas ternak kambing dengan pemberian
konsentrat yang maksimal dalam waktu pemeliharaan yang singkat. Untuk
mengatasi efek samping dari pemberian pakan konsentrat tinggi, yaitu berupa
penurunan pH rumen, perlu dilakukan pemberian mineral buffer berupa soda
kue (NaHCO3) agar kondisi rumen kembali netral dan aktivitas mikroba
rumen meningkat. Penambahan soda kue yang berlebihan juga tidak baik
karena dapat menyebabkan diare sehingga efisiensi penggunaan pakan
menurun. Akibatnya produktivitas ternak rendah.
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu Dan Tempat


Pelaksanaan praktikum Pengenalan ternak ruminansia kecil di
lakukan di kabupaten Gowa. Pada tanggal 26 November 2020. Peternakan al-
fatih, milik Bapak Alam.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah ATK dan kamera.

C. Prosedur Kerja
Lakukanlah pengamatan dan identifikasi mengenai bahan pakan
mengenai ruminansia kecil di lokasi peternakan terdekat.

1. Mengidentifikasi minimal 3 bahan pakan yang mudah didapatkan


dipeternakan terdekat, kemudian masing-masing praktikan membuat video
pendek yang menjelaskan mengenai kandungan nutrisi dalam bahan pakan
tersebut, dan bagaimana ketersediaan bahan pakan yang ada dipeternakan
terdekat Anda
2. Buat makalah mengenai bahan pakan yang membahas mengenai
kandungan nutrisi dan kebutuhan nutrisi ternak kambing atau domba,
dalam bentuk laporan lengkap.
3. Laporan lengkap dikirim ke dalam smart campus, paling lambat 1 minggu
setelah dimulainya praktikum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan peternakan ruminansia kecil yang saya temukan
terdapat banyak sekali pakan ternak, 3 diantaranya adalah Rumput gajah,
Rumput Odot, dan daun nangka.

 Rumput Gajah
Rumput gajah, banyak di jumpai di persawahan. Tingginya bisa
mencapai 5 m, berbatang tebal dan keras, daun panjang, dan dapat berbunga
seperti es lilin. Rumput gajah mempunyai beberapa varietas, antara lain
varietas Afrika, ditandai dengan batang dan daun yang kecil, tumbuh tegak,
berbunga dan produksi lebih rendah jika dibandingkan dengan rumput
varietas hawai. Dan varietas Hawai, ditandai dengan batang dan daun yang
lebar, pertumbuhan rumpun sedikit menyebar, produksi cukup tinggi, dan
berbunga. Panen pertama pada rumput gajah dapat di lakukan pada umur 90
hari setelah tanam. Panen selanjutnya setiap 40 hari sekali pada musim hujan
dan 60 hari sekali pada musim kemarau. Tinggi potongan dari permukaan
tanah antara 10-15 cm. Produksi hijauan rumput gajah antara 100-200 ton
rumput segar/hektar/tahun. Alangkah lebih baik kalau sehabis pemanenan
rumput gajah diberi pupuk, pupuk dapat berupa pupuk kimia (urea, npk,
tsp/kcl) ataupun pupuk alami (kotoran kambing). Sehingga pertumbuhan
rumput itu akan semakin bagus dikemudian hari. Kandungan Nutrisi :

Bahan Kering (20,29%)

Protein Kasar (6,26%)

Lemak ( 2,06%)

Serat Kasar (32,6%)

Abu (9,12%)
 Rumput Odot
Rumput odot merupakan solusi paling tepat untuk menyediakan
pakan hijauan untuk ternak kambing. Jika dibandingkan dengan jenis rumput
yang lain, rumput odot adalah yang terbaik.Hal ini karena produksinya
hijauannya tinggi, ngaritnya lebih cepat dan yang paling penting kambing
menyukai jenis rumput ini.
Ini adalah solusi dari kekecewaan para peternak terhadap rumput
gajah. Alih – alih ingin dapat pakan cepat, mudah dan banyak tapi
kambingnya tidak mau makan.
Fakta bahwa rumput odot yang terbaik adalah menurut
penelitian kambing marica yang diberi pakan rumput odot kenaikan bobotnya
tertinggi daripada jenis rumput yang lain. Kambing yang diberi rumpuut odot
bisa naik sebanyak 58,69 gram/ekor/hari. Sedangkan pakan rumput lapangan
hanya 36,9 gram/ekor/hari.[5]
Rumput odot juga bagus untuk kambing etawa. Supaya pertumbuhan
kambing PE maksimal, pemberian odot bisa dibarengi dengan legum.
Kandungan Nutrisi dari Rumput Odot :
- Lemak daun (2,72 %)
- Protein daun ( 14,35%)
- Protein batang (8,1%)
- TDN (72,68%)
- Protein kasar (14%)
 Daun Nangka

Daun nangka juga memiliki kandungan protein di atas 20% sehingga


juga sangat disarankan untuk dijadikan makanan kambing. Untuk
mendapatkannya cukup mudah. Jumlahnya pun melimpah. Biasanya,
peternak memberikan pakan daun nangka ketika mereka ingin meningkatkan
produksi susu kambing. Kandungan nutrisi :

Protein kasar (12,73%)

Lemak Kasar (3,65%)

Serat Kasar (23,48%)

TDN (62,26%)
B. Pembahasan

Ternak kambing merupakan ternak yang termasuk ke dalam ternak


kecil yang memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
daging. Kambing Kacang merupakan ternak yang banyak di pelihara oleh
masyarakat luas, karena memiliki sifat yang menguntungkan bagi
pemeliharaannya seperti, ternak kambing mudah berkembang biak, cepat
mencapai dewasa kelamin, pemeliharaannya relatif mudah, tidak
membutuhkan lahan yang luas, tidak memerlukan modal yang besar, dapat
beradaptasi dengan kondisi yang tidak menguntungkan sebab kambing
hampir menyukai semua jenis makanan seperti: daun-daunan, rumput-
rumputan, kulit buah-buahan, limbah pertanian dan mudah dalam
pengembangannya. Ternak kambing Kacang mempunyai daya adaptasi
pada lahan tandus dengan ketersediaan pakan yang terbatas, serta daya
tahan terhadap penyakit Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu
hingga 3 liter per hari. Keturunan silangan (hibrida) kambing etawa
dengan kambing lokal dikenal sebagai kambing peranakan etawa
(PE). Kambing PE berukuran hampir sama dengan etawa, namun lebih
adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.
Adapun pada pembahasan ini akan menjelaskan mengenai 3 bahan
pakan ternak sesuai video yang telah dibuat serta yang didapatkan
dipeternakan terdekat :
A. Rumput Gajah
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah rumput berukuran besar
bernutrisi tinggi yang biasanya dipakai sebagai pakan ternak
seperti sapi, kambing, gajah, dll. Rumput gajah banyak dibudidayakan di
Afrika karena ketahanannya terhadap cuaca panas. Dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai elephant grass, naper grass, atau Uganda grass.

Selain sebagai makanan ternak, rumput gajah dapat dimanfaatkan


untuk bahan produksi fiber, penahan erosi tanah, maupun sebagai pagar.

Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan : Plantae
(tanpa takson) : Angiospermae
(tanpa takson) : Monokotil
(tanpa takson ) : Commelindis
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Bangsa : Paniceae
Genus : Pennisetum
Spesies : P. purpureum
Nama Binominal : Pennisetum purpureum

B. Rumput Odot
Rumput odot atau rumput gajah mini yang memiliki nama
ilmiah Pennisetum purpureum cv. Mott merupakan jenis rumput yang masih
satu varietas dengan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Rumput odot
pertama kali ditemukan oleh Dr.W. Hanna di Georgia, USA kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. Mott di Florida, USA. Rumput odot
merupakan salah satu jenis rumput unggul karena memiliki produktivitas
dan kandungan nutrisi cukup tinggi sehingga menjanjikan sebagai sumber
hijauan pakan ternak. Rumput odot juga memiliki palatabilitas yang tinggi
bagi ternak ruminansia baik saat diberikan dalam keadaan segar maupun
dalam bentuk hay.
Klasifikasi Rumpu Odot :
Kingdom : Plantae
Sub-Kingdom : Tracheobionta
Super-divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida (monokotil)
Sub-kelas : (commoliniade
Ordo : Poales
Famili : Poaceace (suku rumput-rumputan)
Bangsa : Paniceace
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum cv. mott

Rumput odot memiliki kemampuan hidup di berbagai tempat, toleran


terhadap naungan, memiliki respon yang baik terhadap pemupukan. Rumput
ini tumbuh membentuk rumpun, memiliki akar serabut yang kompak dan
menghasilkan anakan setelah dilakukan pemotongan atau pemanenan. Daun
rumput odot tumbuh mengarah ke samping dan daunnya lebih halus
dibanding daun rumput gajah, panjang daun ± 55 cm dengan lebar daun 2 -
3,5 cm. Batangnya berbentuk pipih dan lebih lunak, panjang ruas batang 3 - 4
cm. Rata - rata tinggi rumput odot berkisar antara 79 - 96,3 cm. Budidaya
rumput odot biasa dilakukan secara vegetatif menggunakan sobekan
rumpun/pols ataupun dengan stolon. Tanaman ini biasa ditanam secara
monokultur dengan jarak tanam 50 - 75 cm, namun karena rumput ini juga
toleran terhadap naungan tak jarang juga ditanam secara multikultur (sebagai
tanaman sela). Pemanenan rumput odot pertama kali saat umur 70 - 80 hari,
pemanenan yang kedua (setelah tumbuh kembali) saat musim hujan ketika
berumur 35 - 45 hari dan saat musim kemarau ketika berumur 40 - 50 hari.
Pennisetum purpureum cv. Mott atau rumput gajah mini dapat mendukung
pertumbuhan ternak ruminansia sebagai sumber protein dan energi.
Kandungan nutrisi rumput odot pada umur panen setelah 60 hari
dibandingkan dengan rumput gajah (Pennisetum purpureum), adalah sebagai
berikut:
Rumput Odot biasanya di gunakan sebagai pakan hewan ternak sapi
atau domba. Pada musim panas rumput ini menjadi incran para peternak
karena kualitasnya yang mampu bertahan hidup dalam kondisi sulit air
sekalipun.

C. Daun Nangka
Daun nangka layak dijadikan hijauan alternatif dalam
menghadapi musim kemarau karena sifat dari pohon nangka yang
mudah tumbuh, meskipun kurang tahan terhadap kekeringan tetapi karena
sifatnya sebagai tanaman kayu yang hidup menahun maka akarnya akan jauh
masuk ke dalam tanah sehingga masih dapat mendapatkan suplai air asal
kekeringan atau kemarau tidak terlalu panjang. Daunnangka mengandung
tanin sebesar 2,49% yang dapat mempengaruhikonsumsi dan kecernaan
daun nangka itu sendiri. Kandungan tanin pada hijauan dapat
mempengaruhi proses digesti, kelemahan daun nangka sebagai pakan ternak
adalah terdapat ikatan lignoselulosa yang terlalu kuat (lignifikasi tinggi)
sehingga mikrobia rumen tidak dapat mencerna dengan baik. Daun nangka
adalah sumber tanin yang potensial digunakan sebagai proteksi protein. Hal
tersebut karena pohon nangka tumbuh subur di daerah tropis dan cukup
familiar bagi para petani peternak. Kandungan total tanin dan tanin
terkondensasi pada daun nangka adalah 7,08 dan 5,57%. Daun nangka
(daun + petiole) mengandung 130 g/kg tanin terkondensasi. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh pemanfaatan daun nangka sebagai hijauan
ternak yang banyak terdapat di alam dan mengukur konsentrasi kandungan
tanin berdasarkan kombinasi rumput lapangan dengan daun nangka.

Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo :Rosales
Famili : Moraceace
Genus : Artocarpus
Spesies : A. heteropyllus
Nama Binominal : Artocarpus Heteropyllus
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hijauan sebagai pakan utama bagi kambing harus cukup mengandung


vitamin dan kadar serat kasar, selain itu pakan yang diberikan pada ternak
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk kambing perah, pakan yang
bagus mengandung protein. Ternak dewasa, bunting maupun yang sedang tumbuh
membutuhkan pakan yang baikKambing merupakan ruminansia kecil yang
memiliki produktivitas yang cukup baik dan mudah dikembangbiakkan. Modal
yang dibutuhkan untuk beternak kambing tidak terlalu besar sehingga sangat
cocok untuk peternak rakyat. Oleh sebab itu, usaha ini diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan peternak lokal.
Pakan hijauan adalah pakan utama bagi ternak ruminansia seperti sapi,
kerbau, domba dan lainnya yang terdiri dari rerumputan, kacang-kacangan dan
dedaunan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya
jumlah populasi ternak kambing yang dimiliki.
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah rumput berukuran besar
bernutrisi tinggi yang biasanya dipakai sebagai pakan ternak
seperti sapi, kambing, gajah, dll. Rumput gajah banyak dibudidayakan di Afrika
karena ketahanannya terhadap cuaca panas.
Rumput odot merupakan solusi paling tepat untuk menyediakan pakan
hijauan untuk ternak kambing. Jika dibandingkan dengan jenis rumput yang lain,
rumput odot adalah yang terbaik.Hal ini karena produksinya hijauannya tinggi,
ngaritnya lebih cepat dan yang paling penting kambing menyukai jenis rumput ini.
Daun nangka juga memiliki kandungan protein di atas 20% sehingga juga
sangat disarankan untuk dijadikan makanan kambing. Untuk mendapatkannya
cukup mudah. Jumlahnya pun melimpah. Biasanya, peternak memberikan pakan
daun nangka ketika mereka ingin meningkatkan produksi susu kambing.

B. Saran
Saran saya peternak harus lebih memperhatikan dari umur hijauan saat
mengambilnya sebagai pakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta. (diakses pada tanggal 28 November 2020)

Cakra, I G.L.O. 1996. Penggunaan Natrium Bikarbonat dan Natrium


Karbonat Dalam Manipulasi Fermentasi Rumen Pada Kerbau. Tesis Program Pasca
Sarjana IPB. (diakses pada tanggal 28 November 2020)

Ha, J.K., R.J. Emerick, and L. B. Embry. 1983. In vitro Effects of pH


Variations of Rumen Fermentation and In Vivo Effects on Buffers in Lambs Before
and After Adaptation to High Concentrates Diets. Journal of Animal Science. Vol.
56 : 698. (diakses pada tanggal 28 November 2020)

Nitis, I. M., K. Lana, T. G. O. Susila, W. Sukanten, and S. Uchida. 1985.


Chemical Composition of The Grass, Shrub and Tree Leaves in Bali. Udayana
University, 6 Bali. (diakses pada tanggal 28 November 2020)

Putra, S. dan A. W. Puger. 1995. Manipulasi Mikroba dalam Fermentasi


Rumen Salah Satu Alternatif untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Zat-zat
Makanan. Fapet, Unud, Denpasar. (diakses pada tanggal 28 November 2020)

https://www.baktikunegeriku.com/article/id/5df703bff3adeaa256ab0858 (diakses
pada tanggal 29 November 2020)

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88179/Rumput-Gajah-Sebagai-Sumber-
Gizi-Pakan-Ternak/ (diakses pada tanggal 29 November 2020)

https://starfarm.co.id/daun-terbaik-untuk-pakan-kambing/ (diakses pada tanggal 29


November 2020 )

https://medium.com/@fahrizalw0/cara-menanam-rumput-odot-yang-baik-
d299aa30ef6 (diases pada tanggal 29 November 2020)
https://hijauanrumput.blogspot.com/2019/02/rumput-odot-rumput-gajah-mini.html
(diakses pada tanggal 29 November 2020)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai