Anda di halaman 1dari 21

STIKES TANAWALI PERSADA MITRA BANTAENG

TAHUN AJARAN 2017/2018

KONSEP MEDIS
Tumor Tiroid
A. DEFINISI

Tumor tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu:

papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Tumor tiroid jarang menyebabkan pembesaran
kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar.Sebagian
besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya tumor tiroid bisa disembuhkan.

Tumor tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak
hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.

B. ETIOLOGI

Radiasi merupakan salah satu factor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus tumor pada
anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain.
Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi
TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi tumor tiroid. Faktor resiko
lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita tumor tiroid dan gondok
menahun.

C. KOMPLIKASI

1. Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan hemostatis
dan penggunaan drain setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif yang intermitten, dan
teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.

3. Trauma pada nervus laringeus rekurens. Ia menimbulkan paralisis sebagian atau total
(jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang kuat dan ke hati- hatian pada saat
operasi harus diutamakan.

4. Sepsis yang meluas ke mdiastinum. Seharusnya ini tidak doleh terjadi pada operasi
bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.

5. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi bedah tiroid


jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi dengan pemeriksaan klinik dan biokomia yang tepat
pasca bedah.

6. Hipokalsemi. Karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat pembedahan.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Karsinoma papilaris

Jenis yang paling banyak ditemukan, Neoplasma tumbuh lambat dan menyebar melalui
saluran getah bening ke kelenjar getah bening regional.
2. Karsinoma folikuler

Tumor sangat mirip tiroid normal, meskipun pada suatu saat dapat berkembang secara
progresif, cepat menyebar ketempat-tempat yang jauh letaknya. Tumor ini tidak hanya
secara histologis menyerupai folikel tiroid, tetapi juga mampu menangkap yodium
radioaktif. Cara metastasis melalui aliran darah ketempat jauh letaknya seperti paru-paru
dan tulang.

3. Karsinoma meduler

Sel asal neoplasma ini adalah sel C atau sel parafolikuler. Seperti sel prekursornya, maka
tumor ini sanggup mensekresi kalsitonin. Meskipun tampaknya tumor ini tumbuh lambat,
tumor cenderung mengalami metastasis ke kelenjar getah bening local pada stadium dini.
Kemudian tumor ini akan menyebar melalui aliran darah ke paru-paru, hati, tulang dan
organ-organ tubuh lainnya dan ada kecenderungan bermetastasis pada stadium dini.
Perkembangan dan perjalanan klinisnya dapat diikuti dengan mengukur kadar kalsitonin
serum.

4. Karsinoma anaplastik

Jenis tumor ini sangat ganas dan penyebarannya sangat cepat serta berdiferensiasi buruk.
Karsinoma ini memperlihatkan bukti invasi lokal pada stadium dini ke struktur-struktur
disekitar tiroid, serta metastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.

E. PATOFISIOLOGI

Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di
depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk
metabolisme tubuh.Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring,
esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit.
Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase
hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. tumor ini berdiferensiasi
mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah
bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan
yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh
yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran
kelenjar getah bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan
(lymphoma).

Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan


terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior
kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam
proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Laboratorium

• pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.

• untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar kalsitonin dan
vma.

• Radiology

• foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan posisi leher
hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya kalsifikasi.

• dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase dan
pendesakkan trakea.
• esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke
esophagus.

• pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase ke tulang
belakang yang bersangkutan. Ct scan atau mri untuk mengevaluasi staging dari
karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana metastase terjadi.

G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada
yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat
terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

• RADIOLOGIS

a. Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat


obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor.
Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus
yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih
jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma
pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey
metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal
perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara
ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih
sederhna dan murah.

c. Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan
secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.

d. Scintisgrafi

Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.

• BIOPSI ASPIRASI

Pada decade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan
aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat
diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma meduler.

a. Ultrasonografi

Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara klinis
belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran kgb.
Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik serta dapat
dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan fnab.

b. Scanning tiroid

Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan scanning ini
dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid.
Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:

• memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.

• memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti nodul soliter.

• memperlihatkan retrosternal struma

• mencari occul neoplasma pada tiroid.

• mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.

• mengindentifikasi ektopik tiroid.

• mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.

• needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau fnab (biopsy jarum
halus).

• Pemeriksaan potong beku

dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu operasi
berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi definitive.

• Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe; pemeriksaan ini merupakan


pemeriksaan definitif atau gold standar.

H. PANATALAKSANAAN

• Penatalaksanaan medis dengan cara


1. Therapi Radiasi (Chemotherapi)

2. Operasi: Pengangkatan Kelenjar tiroid baik sebagian (Tiroidectomi Partial), maupun


seluruhnya (Tiroidectomi Total)

• Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi

Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:

 Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita
atau penanggung jawab penderita

 Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer

 Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada

 Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya
operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan

 Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan

 Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan
terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen
hormone tiroid seumur hidup.

Penatalaksanaan Intra Operasi

• Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab
sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)

 Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil

 Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi

 Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

 Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah
penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita

 Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum

KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian perawatan

a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut
dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti

 Pola makan
 Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).

 Pola aktivitas.

c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita

d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;

 Sistem pulmonari

 Sistem pencernaan

 Sistem kardiovaskuler

 Sistem muskuloskeletal

 Sistem neurologik dan Emosi/psikologis

 Sistem reproduksi

 Metabolik

e. Pemeriksaan fisik mencakup

 Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar leher,
adanya nodule yang membesar disekitar leher

 Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik

 Parastesia dan reflek tendon menurun

 Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara

 Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas

f. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan


lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas
beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien
mencakup kelima komponen konsep diri

g. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau Hipertiroidisme.

2. Diagnosa keperawatan

 Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian pra


operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
 Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan dengan
diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa
depan.
 Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat
adanya perdarahan atau edem pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal
atau luka pada kelenjar paratiroid.
 Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.
 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/ ke-rusakan
saraf laring; edema jaringan, ketidaknyamanan.

3. intervensi keperawatan

1. Dx. Kep: Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian
pra operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.

 Tujuan: Klien mengungkapkan ansietas berkurang/hilang.


 Kriteria evaluasi: Klien melaporkan lebih sedikit perasaan gugup, mengungkapkan pe-
mahaman tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, postur tubuh rileks.

 Tindakan:

Intervensi Rasional

Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca operasi, termasuk test
laboratorium pra op, persiapan kulit, alasan status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas
area tunggu, tinggal diruang pemulihan dan program pasca operasi. Informasikan klien
bahwa obatnya tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri, anjurkan untuk
memberitahu nyeri dan meminta obat nyeri sebelum nyerinya bertambah hebat.

Informasikan klien bahwa ada suara serak & ketidaknyamanan menelan dapat dialami
setelah pembedahan, tetapi akan hilang secara bertahap dengan berkurangnya bengkak ±
3-5 hari.

Ajarkan & biarkan klien mempraktekkan bagaimana menyokong leher untuk


menghindari tegangan pada insisi bila turun dari tempat tidur atau batuk.

Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahan,


perbaiki jika ada kekeliruan konsep. Rujuk pertanyaan khusus tentang pembedahan
kepada ahli bedah.

Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre op, beritahu dokter jika ada kelainan dari test
lab. Pre op. Pengetahuan tentang apa yang diperlukan membantu mengurangi ansietas &
meningkatkan kerjasama klien selama pemulihan, mempertahankan kadar analgesik
darah konstan, memberikan kontrol nyeri terbaik.

Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.

Praktek aktifitas-aktifitas pasca operasi membantu menjamin penurunan program pasca


operasi terkomplikasi.
Dengan mengungkapkan perasaan membantu pemecahan masalah dan memungkinkan
pemberi perawatan untuk mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber
kekuatan. Keluarga adalah sistem pendukung bagi klien. Agar efektif, sistem pendukung
harus mempunyai mekanisme yang kuat.

Daftar cek memastikan semua aktifi-tas yang diperlukan telah lengkap. Aktifitas ini
dirancang untuk memas-tikan klien telah siap secara fisiologis untuk operasi dan
mengurangi resiko lamanya penyembuhan.

2. Dx. Kep: Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan
dengan diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa
depan.

 Tujuan: Klien dan keluarga dapat beradaptasi secara konstruktif terhadap krisis. Klien
dan keluarga mampu mengkomunikasikan secara terbuka dan efektif diantara anggota
keluarga.

 Kriteria evaluasi: Sering mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter.


Berpartisipasi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit. Mempertahankan sistem
fungsional saling mendukung antar tiap anggota keluarga.

 Tindakan:

Intervensi Rasional

Bantu klien & keluarga dalam menghadapi ke-khawatiran terhadap situasi: resikonya,
pilihan yang ada serta bantuan yang didapat.
Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi & mendukung untuk klien &
keluarga.

Libatkan anggota keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit bila
memungkin-kan.

Bantu anggota keluarga untuk mengubah harapan-harapan klien yang sakit dalam suatu
sikap yang realistis.

Buatlah daftar bantuan profesional lain bila masalah-masalah meluas diluar batas-batas
ke-perawatan. Klien & keluarga mengetahui segala sesuatu yang mungkin dapat
menyebabkan kekha-watiran serta dapat mengatasi nya.

Klien merasa terlindungi rasa amannya.

Klien mendapat perhatian & kasih sayang dari keluarga-nya & keluarga dapat berpe-ran
lebih aktif dalam merawat klien.

Harapan yang tidak realistis membuat kelurga berpikir ti-dak objektif.

Dengan mengetahui bantuan profesional diharapkan klien & keluarga dapat mencari al-
ternatif & usaha lain dalam mengobati & merawat klien.

3. Dx. Kep: Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
akibat adanya perdarahan atau edem pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal
atau luka pada kelenjar paratiroid.

 Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten, aspirasi dicegah.


 Tindakan:

Intervensi Rasional

Pantau frekuensi, kedalaman dan kerja otot-otot pernapasan.

Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronkhi.

Monitor tanda-tanda respiratori distres, sia-nosis, takipnea & nafas yang berbunyi.

Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post op, kemudian tiap 4 jam.

Pertahankan klien dalam posisi semi fowler dengan diberi kantung es (ice bag) untuk
mengurangi bengkak.

Identifikasi adanya mati rasa.

Monitor tingkat serum kalsium.

Siapkan peralatan emergency untuk tracheostomy, suction, oksigen, perlengkapan be-


nang jahit bedah dan kalsium iv, dalam keadaan siap pakai. Berkembangnya distress pada
pernapasan merupakan indikasi kompresi trakhea karena adanya edema atau perdarahan.

Ronkhi merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laringeal yang membutuhkan


evaluasi dan dan intervensi segera.

Memonitor & mengkaji terus menerus dapat membantu untuk mende-teksi & mencegah
masalah pernafasan.

Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena adanya
udem post op.

Dengan mempertahankan posisi & pemberian es dapat mengurangi pembengkakan.

Kerusakan pada saraf laringeal selama pembedahan tiroid dapat menyebabkan penutupan
glotis.
Hipokalsemia, akibat dari kerusakan atau pemotongan kelenjar paratiroid dapat
menyebabkan tetani & laringo-spasm.

Persiapan untuk gawat darurat memastikan pemberian perawatan yang cepat & tepat.

4. Dx. Kep: Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.

 Tujuan: Nyeri berkurang/hilang.

 Kriteria evaluasi: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tidak ada rintihan, ekspresi


wajah rileks.

 Tindakan:

Intervensi Rasional

Kaji tanda-tanda nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas dan
lamanya.

Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal kecil.

Anjurkan pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang
lembut, relaksasi progresif.

Berikan analgesik narkotik yang diresep-kan & evaluasi keefektifannya.

Ingatkan klien untuk mengikuti tindakan-tindakan untuk mencegah peregangan pada


insisi seperti:

- menyokong leher bila bergerak di tempat tidur & bila turun dari tempat tidur.

- menghindari hiper ekstensi & fleksi akut leher. Bermanfaat dalam meng-evaluasi nyeri,
menentukan pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi.

Mencegah hiperekstensi leher dan melidungi integritas garis jahitan.


Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk
mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.

Analgesik narkotik perlu pada nye-ri hebat untuk memblok rasa nyeri.

Peregangan pada garis jahitan ada-lah sumber ketidak nyamanan.

5. Dx. Kep: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/ ke-
rusakan saraf laring; edema jaringan, ketidaknyamanan.

 Tujuan: Penyampaian dan penerimaan pesan dapat dipahami oleh pasien.

 Kriteria evaluasi: Mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan dapat


dipahami.

 Tindakan:

Intervensi Rasional

Kaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan untuk tidak berbicara secara terus menerus.

Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan


jawaban “ya” atau “tidak”.

Memberikan metode komunikasi alernatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas
tulis/papan gambar.

Pertahankan lingkungan yang tenang. Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema
jaringan atau kerusakan karena pembedahan pada saraf laryngeal dan berakhir dalam
beberapa hari.

Menurunkan kebutuhan berespon, mengurangi bicara.

Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan.

Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan


kerasnya suara yang harus diucapkan pasien yang harus didengarkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, “Pedoman
Asuhan Keperawatan”, Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

2. Long Barbara C, 1996, “Medical Bedah 2” Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung

3. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 “Patifosiologi”, Edisi ke-4 Buku ke II, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
4. http://www.scribd.com/doc/39526176/Presentasi-Kasus-Tumor-Tiroid

JURNAL
Diagnosis pada tumor tiroid sangat perlu untuk mengetahui tumor tersebut ganas atau
jinak, sehingga tidak salah dalam pemberian terapi atau pengobatan terhadap tumor
tersebut. Pada penelitian ini diketahui klasifikasi pasien tumor tiroid berdasarkan tingkat
keganasannya (jinak atau ganas) yang menyebabkan timbulnya tumor tiroid yang
berkembang di rumah sakit “X” Surabaya. Penelitian tumor tiroid sebelumnya pernah
dilakukan oleh Sumartini (2013) dengan menggunakan metode Logistik Biner didapatkan
bahwa variabel yang signifikan terhadap hasil patologi tumor tiroid yaitu usia pasien dan
riwayat penyakit keluarga pasien [4]. Selain itu kasus tumor tiroid pernah diteliti oleh
Istichana (2013) dengan menggunakan metode Chi- Squared Automatic Interaction
Detection Analysis di dapatkan bahwa variabel yang signifikan terhadap hasil patologi
tumor tiroid yaitu hasil pemeriksaan USG [5]. Permasalahan yang akan dipecahkan
dalam penelitian ini adalah bagaimana klasifikasi dan faktor yang memberi kontribusi
tertinggi terhadap klasifikasi pasien tumor tiroid berdasarkan tingkat keganasan tumor
tiroid dengan pendekatan metode Classification and Regression Tree. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui klasifikasi, beserta faktor-faktor
yang mempengaruhinya. (JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014)
2337-3520 (2301-928X Print) D-25 )

Anda mungkin juga menyukai