PENDAHULUAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).
1
6. Bagaimana manajemen resiko K3 diluar
gedung?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu
kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan
cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Pendekatan manajemen risiko yang
terstruktur dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan.
3
Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk Management - hal 4”. Jakarta :
PT.Dian Rakyat. 2010)
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).
Risiko adalah “peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat berpengaruh
negatif terhadap perusahaan.” (ERM) Pengaruhnya dapat berdampak terhadap kondisi :
Risiko adalah “fungsi dari probabilitas (chance, likelihood) dari suatu kejadian yang tidak
diinginkan, dan tingkat keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut.
4
Medical staff staff-related risks
Employee Employee-related risks
Property Property-related risks
Financial risks
Other risks
Adapun pentingnya dari manajemen resiko ini dapat kita lihat dari tujuan dalam menerapkan
manajemen resiko K3 itu, yaitu :
a. Meminimalkan kemungkinan kejadian yang memiliki konsekuensi negatif bagi
konsumen / pasien, staf dan organisasi.
b. Meminimalkan risiko kematian, cedera dan / atau penyakit bagi konsumen / pasien,
karyawan dan orang lain sebagai akibat dari pelayanan yang diberikan.
c. Meningkatkan hasil asuhan pasien.
d. Mengelola sumber daya secara efektif.
e. Mendukung kepatuhan terhadap regulasi / peraturan Perundang-undangan dan
memastikan kelangsungan dan pengembangan organisasi.
5
2.3 Proses manajement risiko
Dalam menerapkan Manajemen Risiko K3, ada beberapa tahapan / langkah yang perlu
dilakukan, yaitu keseluruhan proses mengenai identifikasi bahaya (hazards identification),
penilaian risiko (risk assessment), dan menentukan pengendaliannya (risk control) (Ramli,
2010). Hal ini bertujuan agar proses manajemen risiko k3 dapat berjalan dengan tepat dan
sesuai. Tahapan yang perlu dilakukan dalam menerapkan manajemen risiko k3 adalah :
1. Menentukan Konteks
Dalam menentukan konteks dilakukan dengan cara melihat visi misi perusahaan, ruang
lingkup bisnis perusahaan mulai dari proses kerja awal sampai akhir. Hal ini dilakukan
karena konteks risiko disetiap perusahaan berbeda-beda sesuai dengan kegiatan bisnis
6
yang dilakukan. Kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan kriteria risiko yang
berlaku untuk perusahaan berdasarkan aspek nilai kerugian yang dapat ditanggulangi
oleh perusahaan. Kriteria risiko didapat dari kombinasi kriteria tingkat kemungkinan dan
keparahan. Dalam menentukan tingkatan tersebut dapat digambarkan pada beberapa
tabel berikut :
7
Untuk menentukan tingkatan nilai keparahan yang terjadi dari kegiatan yang
dilakukan, dapat menggunakan tabel 2. Kemudian kriteria risiko dapat digambarkan
seperti pada tabel berikut :
Konteks manajemen risiko ini akan dijalankan dalam organisasi atau perusahaan
untuk acuan langkah manajemen risiko k3 yang selanjutnya.
Identifikasi bahaya adalah salah satu tahapan dari manajemen risiko k3 yang
bertujuan untuk mengetahui semua potensi bahaya yang ada pada suatu kegiatan kerja /
proses kerja tertentu. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :
8
a. Mengurangi peluang kecelakaan karena dengan melakukan identifikasi dapat
diketahui faktor penyebab terjadinya keceakaan,
b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya yang
ada dari setiap aktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
karyawan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan safety saat
bekerja,
c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan
penanganan yang tepat, selain itu perusahaan dapat memprioritaskan tindakan
pengendalian berdasarkan potensi bahaya tertinggi.
d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam
perusahaan. (Ramli, Soehatman.“Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam
Perspektif K3 OHS Risk Management - hal 54-55”. Jakarta : PT.Dian Rakyat.
2010)
9
a. Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi
b. Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada tahap akhir pekerjaan.
c. Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung pada setiap tahapan
tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia, mekanik, biologi, ergonomic, psikologi,
listrik dan kebakaran.
d. Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan dampak/kerugian yang dapat
ditimbulkan dari potensi bahaya tersebut. Dapat menggunakan metode What-If.
e. Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
Salah satu metoda yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi bahaya
adalah dengan membuat Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis. Selain JSA, ada
beberapa teknik yang dapat dipakai seperti (Fault Tree Analysis) FTA, (Event Tree
Analysis) ETA, (Failure Mode and Effect Analysis) FMEA, (Hazards and Operability
Study) Hazop, (Preliminary Hazards Analysis) PHA, dll.
3. Penilaian Resiko
Analisa Risiko :
10
c. Mengukur tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan dari setiap potensi bahaya
pada setiap tahapan kerja yang telah diidentifikasi. Ukuran tingkat keparahan
ditentukan berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel 2.
d. Setelah tingkatan kemungkinan dan keparahan diketahui, lakukan perhitungan
menggunakan rumus berikut untuk mengetahui nilai risikonya.
e. Membuat matriks risiko.
11
tidak dapat diterima, maka Unknown at 7:17 PM perlu dilakukan tindakan pengendalian
risiko guna menurunkan tingkatan risiko tersebut sampai tingkatan rendah atau dapat
ditolerir.
4. Pengendalian Resiko
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam
keseluruhan manajemen risiko. (Ramli, Soehatman.“Pedoman Praktis Manajemen
Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk Management - hal 103”. Jakarta : PT. Dian
Rakyat. 2010) Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/ mengurangi tingkat
risiko yang ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir.
Cara pengendalian risiko dilakukan melalui :
a. Eliminasi : pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber bahaya
(hazard).
b. Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses, mengganti
input dengan yang lebih rendah risikonya.
c. Engineering : mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa teknik pada
alat, mesin, Infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d. Administratif : mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan pembuatan
prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan
seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan, penyimpanan dan
pelabelan.
e. Pengunaan APD : mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat
perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety, coverall, kacamata
keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk
mencegah kecelakaan (reduce likehood) namun hanya sekadar mengurangi efek atau
keparahan kecelakaan (reduce consequences).
12
Resiko /bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan
langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang
aman. Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan hierarki
setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun.
Substitusi
Substitusi Tempat Kerja /Pekerjaan
Alat/Mesin/Bahan
Aman
Mengurangi Bahaya
Modifikasi/Perancangan
Perancangan Alat/Mesin/Tempat Kerja
yang Lebih Aman
13
Hierarki Pengendalian Resiko K3
14
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 Didalam Gedung Rumah Sakit :
a) Planning/ (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di
masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan
dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi kesehatan.perencanaan ini dilakukan untuk
memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan merawat (hubungan timbal balik pasien –
perawat / dokter, serta masyarakat umum lainnya).
c. Mengapa mengerjakan
Kegiatan kesehatan ( rumah sakit / instansi kesehatan ) sekarang tidak lagi hanya di
bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian,
juga metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya. Semuanya menyebabkan risiko
bahaya yang dapat terjadi dalam ( rumah sakit / instansi kesehatan ) makin besar. Oleh karena itu
15
usaha-usaha pengamanan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan harus ditangani secara serius
oleh organisasi keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan.
b) Organizing/ (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan dapat
dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit / instansi kesehatan daerah
(wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini
baik secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan
pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah),
di samping memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja.
Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi
Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan wewenangnya dapat berupa :
1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan .
5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah sakit /
instansi kesehatan.
6. Dan lain-lain.
Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia Kedokteran No.
154, 2007 5/ background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin) ataupun
16
organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit / instansi kesehatan ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan
kegiatan rumah sakit / instansi kesehatan dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat
daerah (wilayah) maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau
seminar tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai lembaga
penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit / Instansi
Kesehatan.
17
Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Adanya rencana
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya
disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di rumah sakit / instansi
kesehatan. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan.
Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu dibentuk pengawasan rumah sakit / instansi
kesehatan yang tugasnya antara lain :
1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek rumah sakit / instansi
kesehatan yang baik, benar dan aman.
2. Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan memahami cara- cara
menghindari risiko bahaya dalam rumah sakit / instansi kesehatan.
6. Dan lain-lain.
18
Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan
dapat digolongkan dalam :
Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 Diluar Gedung Rumah Sakit :
19
c. Kontrol teknik / Perancangan – menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan,
interlock, dll.
d. Kontrol administratif – tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya tanda, tanda-tanda
foto-luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirene / lampu, alarm,
prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem yang aman, penandaan,
dan izin kerja, dll.
e. Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan pendengaran, pelindung
wajah, respirator, dan sarung tangan.
Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun tiga tingkat tersebut tidak
selalu mungkin untuk diterapkan. Dalam menerapkan hirarki, Anda harus mempertimbangkan
biaya relatif, manfaat pengurangan risiko, dan keandalan dari pilihan yang tersedia. Dalam
membangun dan memilih kontrol, masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
20
Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh: visitor atau personil
kontraktor.
Seleksi dan pelaksanaan kontrol adalah bagian paling penting dari Sistem Manajemen K3,
tapi itu tidak cukup untuk membuatnya bekerja. Efek dari implementasi kontrol harus dipantau
untuk menentukan apakah sudah mencapai hasil yang diinginkan, dan organisasi harus selalu
mengejar kemungkinan adanya kontrol baru yang lebih efektif dan lebih low cost.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
3.2 Saran
Semoga kekurangan dimakalah ini dapat kami perbaiki dan dapat menjadi acuan perawat
dalam bidang K3 dirumah sakit maupun diluar rumah sakit
22
DAFTAR PUSTAKA
Adityanto, Beryl,dkk. 2013. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada
Pekerjaan Struktur Bawah dan Struktur Atas Gedung Bertingkat. Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Anwar, Fahmi Nurul. 2014. Analisis Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Pada Pekerjaan Upper Structure Gedung Bertingkat (Studi Kasus Proyek Skyland City –
Jatinangor). Jurnal Konstruksi ISSN : 2302-7312 Vol. 13 No. 1 2014.
Soputan, Gabby E. M.,dkk. 2014. Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Study Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar. Universitas Sam Ratulangi.
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334.
23
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html
https://www.scribd.com/document/353764971/5-Hirarki-Kontrol-Bahaya-k3-Dan-Lingkungan
24