Anda di halaman 1dari 66

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN:
TYPHOID ABDOMINALIS
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Metedologi Keperawatan

Oleh:

AMELIA ERINTYA
P17210203125

PRODI D-III KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul“ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: TYPHOID ABDOMINALIS”
ini dapat terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui asuahn keperawatan dari
Gangguan Sistem Pencernaan: Typhoid Abdominalis dimulai dari pengkajian, Diagnosis
keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Implementasi Keperawatan, dan Evaluasi
Keperawatan.
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah
yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya
Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya
Typhus Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun.Typhus abdominalis di sebabkan oleh
salmonella tyhpi.Bila salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia
berserang dijaringan limfoid pada dinding usus.Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati
dan empedu.Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu tubuh meningkat
hingga 40o C dengan frekuensi nadi relatif lambat.Sering ada nyeri tekan di perut
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Tri Nataliswati, M.Kep selaku dosen mata kuliah Metedologi Keperawatan yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Teman-teman sekelas yang telah menyumbangkan banyak ide terhadap makalah ini.
4. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya.Mungkin dalam laporan penelitian
ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis mohon maaf.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua

Malang, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................4
1.2 TUJUAN...........................................................................................................................6
1.3 MANFAAT.......................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................7
2.1 PENGERTIAN...................................................................................................................7
2.2 ETIOLOGI.........................................................................................................................7
2.3 PATOFISIOLOGI...............................................................................................................8
2.4 MANIFESTASI KLINIK.......................................................................................................9
2.5 KOMPLIKASI....................................................................................................................9
2.6 PEMERIKSAAN LABORATORIUM...................................................................................10
2.7 PENATALAKSANAAN.....................................................................................................10
2.8 PATHWAY......................................................................................................................12
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................31
TINJAUAN KASUS....................................................................................................................31
BAB IV.....................................................................................................................................66
PENUTUP................................................................................................................................66
4.1 KESIMPULAN...........................................................................................................66
4.2 SARAN.....................................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................67

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Data World Health Organisation (WHO) memperkirakan angka insidensi di


seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat Thypoid
Abdominalis mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia.Di Indonesia sendiri,
penyakit Thypoid Abdominalis bersifat endemik,menurut WHO angka penderita
Thypoid Abdominalis di Indonesia mencapai 81% per 100.000.
Profil kesehatan Indonesia tahun 2010 Thypoid Abdominalis masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat.Diketahui dari 10 macam penyakit menepati
urutan ke-3, terbanyak dari pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu
sebanyak 41.081 kasus dan yang meninggal 274 orang Case Fatality Rate sebesar
0,67%.Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak
berbeda jauh antara daerah. Diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000
penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun
[CITATION Kem11 \l 1033 ]
Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan kesadaran
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau
masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang
berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di
temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan
sepanjang tahun.Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi.Bila
salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang
dijaringan limfoid pada dinding usus.Aliran limfe membawa organ ini kedalam
hati dan empedu.Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu
tubuh meningkat hingga 40oC dengan frekuensi nadi relatif lambat.Sering ada
nyeri tekan di perut
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengambil judul Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis.

4
1.2 TUJUAN

Mengetahui dan mampu melakukan Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis

1.3 MANFAAT

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam menerapkan


asuhan keperawatan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama
menempuh pendidikan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN

Thypoid Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai


saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna
dan gangguan kesadaran[ CITATION Wij13 \l 1033 ]
Thypoid Abdominalis ialah penyakit sistemik akut yang di sebabkan oleh infeksi
bakteri negatif, genus salmonella yaitu salmonella typhi yang masuk ke dalam
makanan, minuman atau bahan-bahan lain yang dicemari bakteri tersebut
[ CITATION Yud08 \l 1033 ]
Thypoid Abdominalis adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan
terkadang pada aliran darah, yang di sebabkan oleh kuman salmonella typhi atau
salmonella paratyphi A, B dan C, yang terkadang juga dapat menyebabkan
gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus)
[CITATION Ard12 \l 1033 ]
Demam typhoid atau Typhoid Fever ialah suatu sindrom sistemik terutama
disebabkan oleh Salmonella typhi.Demam merupakan jenis terbanyak dari
salmonelosis.Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang
disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S.paratyphi B), dan S.
hirschfeldii (semula S. paratyphi C).Thypoid Abdominalis memperlihatkan gejala
lebih berat dibandingkan demam enteric yang lain[ CITATION Wid121 \l 1033 ]
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit Thypoid
Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang manusia
khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan atau minuman yang
tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih di perburuk dengan gangguan
penurunan kesadaran.

2.2 ETIOLOGI

Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasive yang ditandai oleh demam,
toksemia, nyeri perut, konstipasi, diare. Etiologi tipoid dan paratyphoid adalah
S.typhi, S. Paratyhpi A, S. Paratyhpi B, S. Paratyhpi C., yaitu:

6
a. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen
yaitu : Antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida),
Antigen H (flagella), Antigen V1 dan protein membrane hialin.
b. Salmonella paratyphi A, B, dan C merupakan bagian dari virus Salmonella
yang dapat ditentukan dengan adanya pemeriksaan laboratorium.
c. Faces dan urine dari penderita thypus (Rahmat Juwono, 2006)

2.3 PATOFISIOLOGI

Bakteri salmonella typhi masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan air yang
tercemar.Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung, dan sebagian masuk
ke usus halus, mencapai plague peyeri di ileum terminalis yang
hipertrofi.Salmonella typhi memiliki fimbria khusus yang dapat menempel ke
lapisan plague peyeri, sehingga bakteri dapat di fagositosis.Setelah menempel,
bakteri memproduksi protein yang mengganggu brush bonder usus dan memaksa
sel usus untuk membentuk kerutan membran yang akan melapisi bakteri dalam
vesikel.Bakteri dalam vesikel akan menyebrang melewati sitoplasma sel usus dan
di presentasikan ke makrofag [CITATION Wib14 \l 1033 ]
Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar dari serangan
system imun seperti polisakarida kapsul Vi.Penggunaan makrofag sebagai
kendaraan dan gen Salmonella patogencity Island 2 (SPI2)[ CITATION Wib14 \l
1033 ]
Setelah sampai kelenjar getah bening mensenterika, kuman kemudian masuk
ke aliran darah melalui duktus torasikus sehingga terjadi bacteremia pertama yang
asimtomatik.Salmonella typhi juga bersarang dalam system retikuloendotelial
terutama hati dan limpa, dimana kuman meninggalkan sel fagosit berkemang biak
dan masuk sirkulasi darah lagi sehingga terjadi bakteremia kedua dengan gejala
sistemik.Salmonella typhi menghasilkan endotoksin yang berperan dalam
inflamasi lokal jaringan tempat kuman berkembang biak merangsang pelepasan
zat pirogendan leukosit jaringan sehingga muncul demam dan gejala sistemik
lain.Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar
plague peyeri.Apabila proses patologis semakin berkembang, perorasi dapat
terjadi [ CITATION Wib14 \l 1033 ]

7
2.4 MANIFESTASI KLINIK

Menurut [ CITATION Wib14 \l 1033 ], manifestasi klinik thypoid yaitu:


1. Nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot pada minggu pertama,
2. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu, minggu
pertama peningkatan suhu tubuh berflukutasi.Biasanya suhu tubuh meningkat
pada malam hari dan menurun pagi hari.Pada minggu kedua suhu tubuh terus
meningkat, dan minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali
normal.
3. Gangguan pada saluran cerna: halitosis (bau nafas yang menusuk), bibir
kering dan pecah-pecah lidah di tutupi selaput putih kotor (coated tongue),
metorismus, mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali yang
disertai nyeri perabaan.
4. Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran (apatis, somnolen).

2.5 KOMPLIKASI

Dapat terjadi pada:


a. Usus halus,umumnya jarang terjadi akan tetapi sering total yaitu:
1) Pendarahan usus, bila pendarahan hanya sedikit ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin.jika pendarahan banyak terjadi melena,
dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
2) Perporasi usus, timbul biasanya pada minggu ketigaatau setelah itu terjadi
pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertaiperitonitis hanya
dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum. Yaitu pekak
hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto
abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3) Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitunyeri perut yang
hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.
b. Komplikasi luar usus terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis
maningitis, koleistisis, encepalopati, dan lain-lain. Terjadi karena infeksi
sekunder yaitu: bronkopneumonia.

8
2.6 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Menurut[ CITATION Sur06 \l 1033 ] , pemeriksaan penunjang Thypoid Abdominalis


adalah:
1. Pemeriksaan darah tepi Leokopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia,
trombositopenia.
2. Pemeriksaan sum-sum tulang Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang.
3. Biakan empedu
Terdapat basil salmonella typosa pada urin dan tinja.Jika pada pemeriksaan
selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typosa pada
urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh
4. Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer
terhadap antigen H walaupun tinggi akan akan dapat tetap tinggi setelah
dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

2.7 PENATALAKSANAAN

Menurut [ CITATION Nga05 \l 1033 ], pasien yang di rawat dengan diagnosis


observasi Thypoid Abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung
sebagai pasien Thypoid Abdominalis dan di berikan pengobatan sebagai berikut:
1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain
3. Istirahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri
kemudian berjalan diruangan
4. Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan
tidak menimbulkan gas.dianjurkan minum susu 2 gelas sehari.Apabila
kesadaran pasien menurun di berikan makanan cair, melalui sonde
lambung.Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga di berikan
makanan lunak.

9
5. Pemberian antibiotik
Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran bakteri.Obat
antibiotik yang sering di gunakan adalah:
a. Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oral atau dengan
dosis 75 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 4 dosis.Cloramhenicol
dapat menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse terjadi lebih cepat pula
dan obat tersebut dapat memberikan efek samping yang serius
b. Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV di bagi dalam 6
dosis.Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan dengan chloramphenicol
c. Amoxicillin dengan dosis 100mg/kg/24 jam per os dalam3 dosis
d. Trimethroprim-sulfamethoxazol masing-masing dengan dosis 50 mg
SMX/kg/24 jam per os dalam 2 dosis, merupakan pengobatan klinik yang
efisien
e. Kotrimoksazol dengan dosis 2x 2 tablet (satu tablet mengandung
400mg sulfamethoxazole dan 800 mg trimetroprim.Efektifitas obat ini
hampir sama dengan cloromphenicol

10
2.8 PATHWAY

Salmonella thyposa masuk saluran pencernaan lambung

Hati Di serap oleh usus

Hepatomegali Masuk peredaran darah

Nyeri ulu hati kelenjar limfoid

Reaksi inflamasi
Nyeri

Gangguan pencernaan Reaksi inflamasi parasimpatik

Anoreksia Mual muntah sel usus vili naik

Kelemahan pelepasan zat piragen


Ketidakseimbangan
nutrisi
Inteloransi aktivitas Meningkatkan suhu
(hipotalamus)
ADL terganggu Diare

Output cairan berlebih Demam


Defisit perawatan
diri: mandi
Defisit volume Hipertermi
cairan

Gambar 2.1 Pathway

11
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah kegiatan untuk menghimpun informasi tentang
status kesehatan klien[ CITATION Roh09 \l 1033 ]
a. Identitas klien Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, status dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada penyakit Thypoid Abdominalis harus dikaji gejala dan tanda
meningkatnya suhu tubuh yang intermiten dan nyeri perut serta
penurunan kesadaran.Gejala tersebut sebagai data penunjang untuk
menegakan diagnose infeksi kuman salmonella pada tubuh.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi pengembangan dari pengaruh utama yang terdiri dari:
a) Provokative /palliative yaitu faktor penyebab keluhan pada
Thypoid Abdominalis kuman salmonella masuk ke dalam tubuh
melalui makanan atau minuman yang tercemar kemudian setelah
masa inkubasi akan muncul gejala dan biasanya gejala dirasakan
semakin berat apabila kondisi tubuh dalam keadaan lemah.
b) Qualitative /quantity bagaimana gejala dirasakan? Apakah
menyebar atau lokal, berapa kali gejala dirasakan?
c) Region Dibagian mana gejala dirasakan, apakah gejala dirasakan
menyebar kebagian lain? Adanya nyeri perut biasanya akan terasa
pada daerah perut bagian atas.
d) Skala Seberapa parah gejala dirasakan, apakah masih dalam batas
normal atau terasa nyeri hebat?
e) Time Kapan gejala timbul, seberapa sering gejala timbul?
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Jenis penyakit apakah yang dideritanya?Apakah pernah dirawat di RS?
Apakah mempunyai riwayat alergi?Apakah pernah sebelumnya
penyakit sekarang di derita di masa lalu

12
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang sama penyakitnya dengan pasien?
Apakah keluarga mempunyai herediter seperti diabetes melitus?Di
dalam riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji secara spesifik karena
Thypoid Abdominalis merupakan penyakit menular yang hanya
memerlukan vektor yang sangat mudah yaitu air[ CITATION Pri06 \l 1033
]
5) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi.Adapun pengkajian fisik tersebut dilakukan secara
sistematis mulai dari kepala sampai ujung kaki
1. Sistem pernafasan
Tanda: respirator rate normal kecuali bila terjadi infeksi sekunder
yaitu bronkopneumonia, penggunaan obat bantu pernafasan
kemungkinan terjadi karena tirah baring yang lama,mukosa
mulut kering.
2. Sistem Kardiovaskuler
Tanda: takikardi, respon terhadap demam, proses inflamasi dan
nyeri.
3. Sistem pencernaan
Tanda: pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung
dan tepinya kemerahan, pada abdomen mungkin ditemukan
keadaan perut kembung.Hati dan limpa di sertai nyeri pada
perabaan.
Gejala: lidah kotor biasanya didapat konstipasi bahkan dapat
terjadi diare.
4. Sistem persyarafan
Tanda: kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa
dalam, yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor,
coma, gelisah.
5. Sistem penglihatan

13
Komplikasi Thypoid Abdominalis tidak mengenai sistem
Penglihatan.Apabila ada merupakan manifestasi dari gejala
penyerta
6. Sistem Genitourinaria
Pada biakan urine di dapatkan bakterimia, pada genetalia, eksternal
tidak di dapatkan kelainan.Produksi urine normal, warna jernih dan
tidak di dapatkan hematuria.Frekuensi menurun, kandung kemih
kosong
7. Sistem musculoskeletal
Gejala: merasa lemah, kekuatan otot normal.
8. Sistem integument
Kulit hangat, warna kulit normal.Suhu tubuh meningkat, turgor
kulit buruk
9. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola makan akan berubah karena adanya mual dan muntah, adanya
penurunan berat badan, pola tidur pada pasien Thypoid
Abdominalis akan berubah karena adanya nyeri pada perut dan
kecemasan, personal hygiene kurang terawat, pola BAB pada
pasien Thypoid Abdominalis berubah kemungkinan adanya diare
atau konstipasi, pola BAK mungkin terjadi anuria karena dehidrasi
karena diare yang berat.Demikian pula dengan pola aktivitas dan
kebiasaan akan mengalami perubahan dikarenakan adanya
gangguan pada pola-pola tersebut diatas [CITATION Nur08 \l 1033 ]
2. Analisis Data
Analisa data merupakan tahap penting yang kita lakukan setelah data
klien terkumpul sehingga berguna untuk menegakkan masalah atau
kebutuhan klien[ CITATION Pri06 \l 1033 ]

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhus abdominalis
berdasarkan prioritas masalah adalah:
14
Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
No Etiologi dan Gejala (Mayor & Minor)
Keperawatan
1. Hipertermi Etiologi:
Definisi : suhu a. Dehidrasi
tubuh naik diatas b. Terpapar lingkungan panas
rentang normal c. Proses penyakit(mis. Infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu
lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor:
DO:
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor:
DO:
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
2. Hipovolemia Etiologi:
Definisi: a. Kehilangan cairan aktif
Penurunan volume b. Kegagalan mekanisme regulasi
cairan c. Peningkatan permeabilitas kapiler
intravaskuler, d. Kekurangan intake cairan
interstisial, e. Evaporasi
dan/atau Gejala dan Tanda Mayor:
intrasellular. DO:
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi terasa lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urin menurun
8. Hematokrit
Gejala dan Tanda Minor:
DS:
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
DO:
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
3. Nyeri akut Etiologi:
Definisi: a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi,

15
Pengalaman iskemia, neoplasma)
sensorik atau b. Agen pencedera kimiawi(mis. Terbakar,
emosional yang bahan kimia iritan)
berkaitan dengan c. Agen pencedera fisik(mis. Abses, amputasi,
kerusakan jaringan terbakar, terpotong, mengangkut berat,
actual atau prosedur operasi, trauma, latihan fisik
fungsional, dengan berlebihan)
onset mendadak
atau lambat dan Gejala dan Tanda Mayor:
berintensitas DS:
ringan hingga berat 1. Mengeluh nyeri
yang berlangsung DO:
kurang dari 3 1. Tampak meringis
bulan. 2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor:
DO:
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
4. Defisit Nutrisi Etiologi:
Definisi: Asupan a. Ketidakmampuan menelan makanan
nutrisi tidak cukup b. Ketidakmampuan mencerna makanan
untuk memenuhi c. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
metabolisme d. Peningkatan kebutuhan metabolisme
tubuh. e. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak
mencukupi)
f. Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan
untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
DO:
1. Berat badan menurun minimal 10% di
bawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
DS:
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
DO:
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan melemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan

16
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
5. Intoleransi Etiologi
Aktivitas a. Ketidakseimbangan antara suplai dan
Definisi: kebutuhan oksigen
Ketidakcukupan b. Tirah baring
energi untuk c. Kelemahan
melakukan aktifitas d. Imobilitas
sehari hari. e. Gaya hidup monoton
Gejala dan Tanda Mayor
DS:
1. Mengeluh lelah
DO:
1. Frekuensi jantung meningkat >20% dan
kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
DS:
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lelah
DO:
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
6. Defisit perawatan Etiologi
diri : mandi a. Gangguan musculoskeletal
Definisi : b. Gangguan neuronmuskuler
Tidak mampu c. Kelemahan
melakukan atau d. Gangguan psikologi dan/atau psikotik
menyelesaikan e. Penurunan motivasi/minat
aktivitas Gejala dan Tanda Mayor
perawatan diri DS:
1. Menolak melakukan perawatan diri
DO:
1. Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, penulis
menyusun kriteria hasil yang berpedoman pada SMART yaitu S (Specific)
dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M

17
(Measurable) dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur khususnya
tentang perilaku pasien (dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan), A
(Achievable) dimana harus dapat dicapai, R (Reasonable) dimana tujuan
harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (Time) dimana
mempunyai batasan waktu yang jelas[CITATION Nur08 \l 1033 ]

Pembuatan kriteria hasil dan intervensi atau perencanaan tindakan adalah


tahap ketiga dari proses keperawatan. Setelah penulis mengkaji kondisi
pasien menetapkan diagnosa keperawatan, penulis perlu membuat rencana
tindakan dan tolak ukur yang akan digunakan untuk mengevaluasi
perkembangan pasien[ CITATION Deb11 \l 1033 ]
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat.Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observasi) adalah
rencana tindakan mengkaji atau melaksanakan observasi terhadap
kemajuan klien untuk memantau secara langsung yang dilakukan secara
kontinue, (Nursing) adalah rencana tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan masalah, (Education)
adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan kesehatan, dan
(Colaboration) adalah tindakan medis yang dilimpahkan pada perawat
[ CITATION Roh12 \l 1033 ]
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
TUJUAN
DIAGNOSIS
(LUARAN& INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL)
Hipertermia Luaran:  Manajemen Hipertermia
Termoregulasi 1. Tindakan Observasi
Kriteria Hasil:  Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
1. Menggigil menurun 2. Tindakan Terapeutik
2. Warna kulit merah  Sediakan lingkungan yang dingin
menurun  Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Tingkat pucat  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
menurun  Berikan cairan oral
4. Takikardi menurun
 Ganti linen setiap hari atau lebih
5. Takipnea menurun
sering jika mengalami
6. Suhu tubuh membaik
hyperhidrosis( keringat berlebih)
7. Suhu kulit membaik
 Lakukan pendinginan eksternal
(mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada

18
dahi,leher,dada,abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
3. Tindakan Edukasi
 Anjurkan tirah baring (bedrest)
 Regulasi Temperatur
1. Tindakan Observasi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia
2. Tindakan Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu
kontinu,jika perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
 Gunakan kasur pendingin, water
circulating blankets, ice pack atau
gel pad dan intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan klien
3. Tindakan Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik,jika
perlu
Hipovolemia Luaran:  Manajemen Hipovolemia
Status Cairan 1. Tindakan Observasi
Kriteria Hasil:  Periksa tanda dan gejala
1. Turgor kulit hipovolemia (mis. frekuensi
meningkat nadi meningkat, nadi teraba
2. Output urine lemah tekanan darah menurun,
meningkat tekanan nadi menyempit, turgor
3. Keluhan haus kulit menurun, membran
menurun mukosa kering, volume urin
4. Frekuensi nadi menurun, hematokrit meningkat,
membaik haus, lemah)
5. Tekanan darah  Monitor intake dan output
membaik cairan
6. Membran mukosa 2. Tindakan Terapeutik
membaik  Hitung kebutuhan cairan
7. Berat badan membaik  Berikan posisi moollied
8. Suhu tubuh membaik Trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
3. Tindakan Edukasi
 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak

19
4. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk
darah
 Manajemen Syok Hipovolemik
1. Tindakan Observasi
 Monitor status kardiopulmonal
(frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD. MAP)
Monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan
dan haluaran, turgor kulit,CRT)
Periksa tingkat kesadaran dan
respon pupil
 Periksa seluruh permukaan
tubuh terhadap adanya DOTS
(deformity/deformitas, open
Wound/luka terbuka,
tendemess/nyeri tekan,
swelling/bengkak)
2. Tindakan Terapeutik
 Pertahankan jalan napas paten
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
 Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
 Lakukan penekanan langsung
(direct pressure) pada
perdarahan eksternal
 Berikan posisi syok (modified
Trendelenberg)
 Pasang jalur IV berukuran besar
(mis. nomor 14 atau 16)
 Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine
 Pasang selang nasogastrik untuk
dekompresi lambung
 Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah langkap dan
elektrolit

20
3. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 1 - 2 L pada
dewasa
 Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 20 mL/KGBB
pada anak
 Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
Nyeri Akut Luaran:  Manajemen Nyeri
Tingkat Nyeri 1. Tindakan Observasi
Kriteria Hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik,
1. Keluhan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
menurun Intensitas nyeri
2. Wajah meringis  Identifikasi skala nyeri
menurun  Identifikasi respons nyeri non
3. Frekuensi nadi verbal
membaik  Identifikasi faktor yang
4. Tekanan darah memperberat dan memperingan
membaik nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
keyaninan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyerl
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor tarapi komplementer
yang sudah
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Tindakan Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mongurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, cupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pjat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,kompres
hangat dingin, terapi bemain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

21
3. Tindakan Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
anelgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
 Pemberian Analgesik
1. Tindakan observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri
(mis pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi,durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis narkotika, non-
narkotik, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
 Monitor efektivitas analgesik
2. Tindakan Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan dalam
serum
 Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien
 Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
3. Tindakan Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
4. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi
Defisit Nutrisi Luaran:  Manajemen Nutrisi
Status Nutrisi 1. Tindakan Observasi

22
Kriteria Hasil:  Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang  Identifikasi alergi dan intoleransi
dihabiskan meningkat makanan
2. Berat badan membaik  Identifikasi makanan yang
3. Nafsu makan disukai
membaik  Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Tindakan Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
 Berikan suplemen makanan, jika
perlu
3. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Promosi Berat Badan
1. Tindakan Observasi
 Monitor adanya mual dan
muntah
 Monitor jurnlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
2. TindakanTerapeutik
 Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makan, jika
pertu
 Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien (mis.
makanan dengan tekstur halus
makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau gastrostomi.
Total perenteral nutrition sesuai
Indikasi)
 Hidangkan makanan secara
menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
3. Tindakan Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang

23
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
Intoleransi Luaran:  Manajemen Energi
Toleransi Aktivitas 1. Tindakan Observasi
Aktivitas
Kriteria Hasil:  Identifikasi gangguan fungsi dan
1. Frekuensi nadi yang mengakibatkan kelelahan
meningkat  Monitor kelelahan fisik dan
2. Kemudahan dalam emosional
melakukan aktivitas  Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari meningkat  Monitor lokasi dan
3. Tekanan darah ketidaknyaranan selama
membaik melakukan aktivitas
4. Frekuensi napas 2. Tindakan Terapeutik
membaik  Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
3. Tindakan Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
 Terapi Aktivitas
1. Tindakan Observasi
 Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
 Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk
aktivitas yang diinginkan
 Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi dalam

24
aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas
rutin (mis, bekerja) dan waktu
luang
 Monitor respons emosional,
fisik, sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas

2. Tindakan Terapeutik
 Fasilitasi fokus pada
kemampuan, bukan defisit yang
dialami
 Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan
fisik, psikologis, dan sosial
 Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi makna aktivitas yang
dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika sesuai
 Fasilitas pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin
(mis. ambulasi, mobllisesi, dan
perawatan diri), sesuai
kebutuhan
 Fasilitas aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
 Fasilitasi aktivitas motorik kasar
untuk pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan jika
sesual
 Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merelaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implisit dan
emosional (mis kegiatan
keagamaan khusus) untuk
pasien demensia, jika sesuai
 Libatkan dalam pemainan

25
kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan
kecemasan (mis. vocal group,
bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana,
permainan sederhana, tugas
rutin, tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan teka-teki dan
kartu)
 Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika pertu
 Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
3. Tindakan Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas
kesehatan fisik, sosial, spiritual,
dan kognitif dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
 Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau terapi,
jika sesuai
 Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif atas
partisipesi dalam aktivitas
4. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas,jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
Defisit Perawatan Luaran:  Dukungan perawatan diri
Perawatan Diri 1. Tindakan Observasi
Diri: Mandi
Kriteria Hasil:  Identifikasi kebiasaan aktivitas
1. Kemampuan mandi perawatan diri sesuai usia

26
meningkat  Monitor tingkat kemandirian
2. Verbalisasi keinginan  Identifikasi kebutuhan alat
melakukan perawatan bantu kebersihan diri,
diri berpakaian, berhias, dan makan
2. Tindakan Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang
terapeutik (mis. suasana hangat,
rileks, privasi)
 Siapkan keperluan pribadi (mis.
perfum, sikat gigi, dan sabun
mandi)
 Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
 Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
 Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatn diri
 Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
3. Tindakan Edukasi
 Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan
 Dukungan perawatan diri:mandi
1. Tindakan Observasi
 Identifikasi usia dan budaya
dalarn membantu kebersihan
diri
 Identifikasi jenis bantuan yang
dibutuhkan
 Monitor kebersihan tubuh (mis.
rambut, mulut, kulit, kuku)
 Monitor integritas kulit
2. Tindakan Terapeutik
 Sediakan peralatan mandi (mis.
sabun, sikat gigi, shampoo,
pelembap
 Sediakan lingkungan yang aman
dan nyaman
 Fasilitasi menggosok gigi,
sesuai kebutuhan
 Fasilitasi mandi, sesuai
kebutuhan Pertahankan
kebiasaan kebersihan diri
 Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian
3. Tindakan Edukasi
 Jelaskan manfaat mandi dan

27
dampak tidak mandi terhadap
kesehatan
 Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien, jika perlu

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar implementasi/
pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan intervensi keperawatan[ CITATION Roh12 \l 1033 ]
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan,
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan [ CITATION Wij13 \l 1033 ]
a. Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan tanpa pesanan dokter.Tindakan keperawatan
mandiri dilakukan oleh perawat.Misalnya menciptakan lingkungan
yang, mengompres hangat saat klien demam
b. Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja
dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat
keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian
tujuan.Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien.
Penekanannya adalah pada hasil klien.Perawat mengevaluasi apakah
perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam
diagnose keperawatan [ CITATION Wij13 \l 1033 ]
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan
kontak dengan klien dan penulis menggunakan metode sesuai teori
(SOAP) yaitu S (Subyektif) berisi data dari pasien melalui anamnesis atau
wawancara yang merupakan ungkapan langsung, O (Obyektif) analisa dan

28
interpretasi, A (Asesment) berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi atau laboratorium
serta potensial perlu tidaknya dilakukan tindakan segera, P (Planing)
merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, diagnosis, atau laboratorium serta konseling untuk
tindak lanjut[ CITATION Pot09 \l 1033 ]
Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu:
 S: Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien
 O: Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa keperawatan.
 A: Analisis dan diagnosa.
 P: Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang
akan datang dari intervensi.

29
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN:
TYPHOID ABDOMINALIS
DI RUANG MELATI RS SAIFUL ANWAR MALANG

A. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Amelia Erintya
NIM : P17210203125

1. Identitas klien dan penanggung jawab


a. Identitas klien
Nama : Tn. X Tgl MRS : 4 November 2020
Umur : 45 tahun Tgl pengkajian: 4 November 2020
Agama : Islam Jam : 09.15 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki Ruangan : Melati
Alamat : Sumberporong Diagnosa medis: Thphoid Abdominalis
Suku / bangsa : Jawa
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. X
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sumberporong
Suku / bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan klien: Istri

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Demam
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan demam keluhan dirasakan ± 2 hari yang lalu,
klien sudah berobat di puskesmas tetapi tidak ada perubahan sehingga klien
memutuskan untuk berobat ke RS Saiful Anwar Malang pada hari Selasa, tanggal
11 November 2020 di poli umum dan klien dianjurkan untuk opname untuk
mendapatkan perawatan dan perawatan yang intensif, kondisi klien saat dikaji klien
demam, kadang mual dan muntah.

30
 Waktu terjadinya sakit : 9 November 2020, pagi hari
 Proses terjadinya sakit : Badan terasa hangat,mual dan muntah
 Upaya yang telah di lakukan : Minum obat paracetamol
 Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
 P (Provokasi) : Demam disebabkan infeksi pada usus halus
 Q (Qualitatif) : Remitten
 R (Regio) : Seluruh tubuh
 S (Skala) : Suhu tubuh 40 oC
 T (Time) : Demam , sejak 9 November 2020
c. Riwayat kesehatan dahulu
 Penyakit dahulu : Tidak
 Perlukaan : Tidak
 Dirawat di RS : Tidak
 Alergi obat / makanan : Tidak
 Obat-obatan sekarang : Paracetamol
d. Riwayat kesehatan keluarga :
Genogram

GI

GII

GIII
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Garis Keturunan

GI : Meninggal karena faktor usia lanjut

GII : Meninggal karena penyakit yang tidak ketahui

GIII : 1,2,3,4, meninggal karena premature, penyakit paru-paru dan kecelakaan

3. Pola fungsi kesehatan

31
a. Pola manajemen kesehatan – persepsi kesehatan
Ø Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
Ø Prilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Ø Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
b. Pola aktivitas dan latihan
Ø Sebelum sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan :0
Mandi :0
Berpakaian :0
Eliminasi :0
Mobilisasi ditempat tidur :0
Berpindah :0
Ambulansi :0
Naik tangga :0
Ø Saat sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan :3
Mandi :3
Berpakaian :3
Eliminasi :3
Mobilisasi ditempat tidur :4
Berpindah :4
Ambulansi :4
Naik tangga :4

Keterangan : 0 : Mandiri 1 : Di bantu sebagian 2 : Di bantu orang lain 3 : Di bantu


orang dan peralatan 4 : Ketergantungan / tidak mampu

c. Pola istirahat tidur


Ø Sebelum sakit : istirahat cukup
Ø Saat sakit : istirahat cukup

d. Pola nutrisi dan metabolik


Ø Sebelum sakit : makan 3 kali sehari
Ø Selama sakit : makan 3 kali sehari,tidak habis,kurang nafsu makan

e. Pola eliminasi
Ø Sebelum sakit : bak dan bab normal
Ø Saat sakit : bak dan bab normal

f. Pola kognitif dan perceptual


Ø Sebelum sakit : sadar, bicara normal, penglihatan normal, pendengaran normal
Ø Saat sakit : sadar, bicara normal, penglihatan normal, pendengaran normal

g. Pola konsep diri


Ø Gambaran diri : mudah akrab
Ø Identitas diri : karyawan swasta, suami dari istrinya,ayah dari anaknya
Ø Peran diri : kepala keluarga
Ø Ideal diri : mudah akrab

32
Ø Harga diri : mudah akrab

h. Pola toleransi stress-koping


Ø Sebelum sakit : bila ada masalah klien membicarakan dengan istrinya
Ø Saat sakit : bila ada masalah klien membicarakan dengan istrinya

i. Pola reproduksi-seksualitas
Ø Sebelum sakit : tidak mengalami gangguan
Ø Saat sakit : tidak mengalami gangguan

j. Pola hubungan peran


Ø Sebelum sakit : menikah, aktivitas sehari – hari baik
Ø Saat sakit : menikah, aktivitas sehari – hari baik

k. Pola nilai dan keyakinan


Ø Sebelum sakit : beragama Islam, tidak mengalami gangguan saat beribadah
Ø Saat sakit : beragama Islam, tidak mengalami gangguan saat beribadah
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: Lemah
Kesadaran : sadar
GCS Eye : normal
Verbal : normal
Motorik : normal
Total
BB : 60 kg
TB : 163 cm
Skala nyeri : 0
TD : 120/60 mmHg
Suhu : 40ºC
RR : 20 x/mnt
Nadi : 84 x/mnt
a. Rambut
Ø Inspeksi :
- Penyebaran rambut merata,
- Warna Putih
b. Muka
Ø Inspeksi :
- Bentuk wajah Lonjong
- Wajah simetris kiri dan kanan
- Tidak ada pergerakan abnormal
- Ekspresi wajah meringis
- Wajah Nampak merah
Ø Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa
- Nyeri tekan tidak ada
c. Mata
Ø Inspeksi :
- Matasimetris kiri dan kanan
- Palpedra tidak Oedema
- Konjuntiva tidak pucat

33
- Sklera tidak ictrus
- Pupil isokor
Ø Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa
- Nyeri tekan tidak ada
d. Telinga
Ø Inspeksi :
- Aurikula simetris kiri dan kanan
- Meatus akustikus ekstermus nampak bersih
- Tidak ada serumen
- Tidak memakai bantu pendengar
Ø Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa
- Nyeri tekan tidak ada
e. Hidung
Ø Inspeksi :
- Lubang hidung simetris kiri dan kanan
- Tidak nampaknya adanya pembesaran polip
- Sekret tidak ada
Ø Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa
- Nyeri tekan tidak ada
f. Mulut
Ø Inspeksi :
- Mukosa mulut kering
- Tidak ada sianosis
- Lidah kotor
g. Leher
Ø Inspeksi :
- Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tiroid
- Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar limfa
- Tidak nampak adanya pelebaran vena jugularis
Ø Palpasi :
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfa
- Tidak teraba adanya pembesaran vena jugularis
- Tidak ada nyeri tekan
h. Dada
Ø Inspeksi :
- Bentuk dada normal chest
- Frekuensi nafas 20 x/ mnt
- Irama teratur
Ø Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba adanya massa
- Vokal premitus teraba dikedua paru
Ø Perkusi : Sonor pada semua lapang paru

Ø Auskultasi:

34
- Terdengar vesikuler di semua lapang paru
- Tidak terdengar adanya bunyi tambahan
i. Jantung
Ø Inspeksi :
- Ictus kordis tidak nampak
- Tidak nampak adanya pembesaran jantung
Ø Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada pembesaran jantung
Ø Auskultasi:
- Bunyi jantung I: LUB pada ics 4 dan 5
- Bunyi jantung II: DUB pada ics 2 kiri dan kanan
- Tidak ada bunyi tambahan
j. Abdomen
Ø Inspeksi :
- Tidak tampak adanya luka bekas operasi
- Tidak tampak adanya distensi abdomen
- Perut tampak datar, umbilikus tidak menonjol
Ø Auskultasi:
- Peristaltik usus 3 kali /menit
- Tidak terdengar adanya bising aorta
Ø Perkusi : Suara perkusi tympani
Ø Palpasi :
- Nyeri tekan pada kuadran kanan
- Tidak teraba adanya pembesaran hepar
- Tidak teraba adanya massa
k. Inguinal dan genetalia
Ø Inpeksi : Tidak tampak adanya hemoroid
l. Ekstrimitas
Atas:
- Kedua lengan simetris kiri dan kanan
- Kekuatan otot kiri dan kanan nilai 4
- Terpasang infus di lengan kanan dengan RL 20 tts/ mnt
Bawah:
- Kedua tungkai simetris kiri dan kanan
- Kekuatan otot kiri dan kanan nilai 4
5. Pemeriksaan Penunjang
Laboraturium
HB : 12, 1 Lg/dl (12, 0 – 18, 0)
LED : 70 mm/jam (< 15 mm/jam)
SGOT : 42 mg/dl (< 37 (37oC)
SGPT : 34 mg/dl (< 40 (37oC)
UMUM : 62 mg/dl (10 – 50)
KREATININ: 1, 4 mg/dl (0, 6 – 1, 1)
Wdal

35
- Titer O :-
- Titer H : 1/80
- Titer AH : 1/60
- Titer BH :-
6. Terapi
a. Perawatan
1. Isolasi
2. Bedrest
3. Observasi TTV
4. Diet bubur sering TKPT
b. Pengobatan
1. IVFD RI 20 tts/mnt
2. Klorampenikol 3 x 1
3. Parastamol 3 x 1
4. Neurodex 1 x 1
5. Propiretik 3 x 1

6. Data Fokus

36
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan badannya - KU lemah
panas - Badan klien teraba panas
- Klien mengeluh lemah - Mukosa bibir kering
- Klien mengeluh nyeri pada - Lidah kotor
bagian perut - Klien nampak pucat
- Klien mengeluh kurang - Porsi makan tidak dihabiskan
nafsu makan - Peristaltik usus 3 x/menit
- Klien mengatakan kadang - Nyeri tekan pada abdomen
mual dan muntah kuadran kanan
- Klien mengatakan - Kebutuhan nampak dilayani
aktivitasnya dibantu oleh di tempat tidur
keluarga - Ekspresi wajah meringis
- Tonus otot nilai 4
- Tanda – tanda vital
TD : 120/60 mmHg
N : 84 x/menit
P : 20 x/menit
S : 40 oC
- Klien nampak muntah

7. Analisis Data

37
DATA MASALAH
NO ETIOLOGI
PENUNJANG KEPERAWATAN
1 DS : Infeksi salmonella thyposa Hipertemi
- Klien ↓
mengatakan Masuk saluran pencernaan
badannya panas ↓
- Klien mengeluh Lambung
lemah ↓
DO : Diserap oleh usus
- Badannya klien ↓
teraba panas Masuk peredaran darah
- TTV : ↓
S : 40 oC Kelenjar limfoid

Reaksi Inflamasi

Pelepasan zat piragen

Suhu badan meningkat
(hipotalamus)

Hipertermi

2 DS : Peradangan di usus halus Defisit Nutrisi


- Klien mengeluh ↓
kurang nafsu makan Infeksi usus halus
- Klien mengatakan ↓
kadang mual dan Intake kurang
muntah ↓
DO: Mual muntah
- Klien Nampak ↓
lemah Defisit Nutrisi
- Porsi makan tidak
dihabiskan
- Lidah kotor
- Mukosa bibir
kering

3 DS : Kerusakan mukosa usus halus Nyeri Akut


-Klien mengeluh ↓
nyeri pada bagian Mengeluarkan Neuron
perut. Transmister
DO : (bradikirin,histamine,serotonin)
- KU lemah ↓
- Nyeri tekan pada Sistem saraf Pusat
abdomen kuadran ↓
kanan Persepsi nyeri
- Ekspresi wajah ↓
meringis Nyeri Akut

38
-Klien tampak pucat
-TTV
TD :120/60 mmHg
N :84x/mnt
P: 20 x/mnt

4 DS : Proses inflamasi Intoleransi


-Klien mengeluh ↓ Aktivitas
lemah Mempengaruh kerja organ
-Klien mengatakan tubuh
aktifitasnya hanya di ↓
bantu oleh keluarga Metabolisme glukosa
DO: terganggu
KU Lemah ↓
-Kebutuhan nampak Pemberian ATP dan ADP
dilayani ditempat Terganggu
tidur ↓
-Tonus otot nilai 4 Energi berkurang /penurunan
tonus otot

Kelemahan

Intoleransi Aktivitas

5 DS : Infeksi usus halus Hipovolemia


Klien mengatakan ↓
kadang mual dan Gangguan absorbsi cairan
muntah ↓
DO: Kekurangan intake cairan
-Mukosa bibir ↓
-Klien nampak pucat Mual dan muntah
-Klien mual dan ↓
muntah Anorexia
-TTV ↓
TD :120/60 mmHg Hipovolemia
N :84x/mnt
P: 20 x/mnt

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

39
TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL DIATASI
DITEMUKAN
1. Hipertemi berhubungan dengan infeksi 4 November 2020 8 November 2020
salmonella thyposa dibuktikan dengan
DS :
- Klien mengatakan badannya panas
- Klien mengeluh lemah
DO :
- Badannya klien teraba panas
- TTV :
S : 40 oC
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan 4 November 2020 8 November 2020
Peradangan di usus halus dibuktikan
dengan
DS :
- klien mengeluh kurang nafsu makan
- klien mengatakan kadang mual dan
muntah
DO:
- Klien nampak lemah
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Lidah kotor
- Mukosa bibir kering
3. Nyeri Akut berhubungan dengan 4 November 2020 8 November 2020
Kerusakan mukosa usus halus
dibuktikan dengan
DS :
-Klien mengeluh nyeri pada bagian
perut.
DO :
- KU lemah
- Nyeri tekan pada abdomen kuadran
kanan
- Ekspresi wajah meringis
-klien tampak pucat
-TTV
TD :120/60 mmHg
N :84x/mnt
P: 20 x/mnt
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan 4 November 2020 8 November 2020
dengan proses inflamasi dibuktikan
dengan
DS :
-klien mengeluh lemah
-Klien mengatakan aktifitasnya hanya
di bantu oleh keluarga
DO:
KU Lemah
-Kebutuhan nampak dilayani ditempat
tidur

40
-Tonus otot nilai 4
5. Hipovolemia berhubungan dengan 4 November 2020 7 November 2020
Infeksi usus halus dibuktikan dengan
DS :
Klien mengatakan kadang mual dan
muntah
DO:
-Mukosa bibir
-Klien nampak pucat
-Klien mual dan muntah
-TTV
TD :120/60 mmHg
N :84x/mnt
P: 20 x/mnt

41
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

TUJUAN
DIAGNOSIS TANDA
NO TANGGAL (LUARAN & INTERVENSI
KEPERAWATAN TANGAN
KRITERIA HASIL)
1. 4/11/2020 Hipertemi berhubungan Setelah dilakukan intervensi  Manajemen Hipertermia
dengan infeksi salmonella keperawatan selama 5 x 24 jam maka 4. Tindakan Observasi
thyposa dibuktikan dengan Termoregulasi Membaik dengan kriteria  Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
DS : hasil: 5. Tindakan Terapeutik
- Klien mengatakan 1. Suhu tubuh membaik (5)  Sediakan lingkungan yang dingin
badannya panas 2. Pucat menurun (5)  Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Klien mengeluh lemah  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
DO :  Berikan cairan oral
- Badannya klien teraba
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
panas
mengalami hyperhidrosis( keringat berlebih)
- TTV :
 Lakukan pendinginan eksternal (mis.
S : 40 oC
Selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi,leher,dada,abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
6. Tindakan Edukasi
 Anjurkan tirah baring (bedrest)
 Regulasi Temperatur
4. Tindakan Observasi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia
5. Tindakan Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu kontinu,jika
perlu

42
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
 Gunakan kasur pendingin, water
circulating blankets, ice pack atau gel pad
dan intravascular cooling catheterization
untuk menurunkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan klien
6. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antipiretik,jika
perlu
2. 4/11/2020 Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan intervensi  Manajemen Nutrisi
dengan Peradangan di usus keperawatan selama 5 x 24 jam maka 4. Tindakan Observasi
halus dibuktikan dengan Status Nutrisi Membaik dengan kriteria  Identifikasi status nutrisi
DS : hasil:  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- klien mengeluh kurang 1. Nafsu makan membaik(5)  Identifikasi makanan yang disukai
nafsu makan 2. Porsi makanan yang dihabiskan  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
- klien mengatakan kadang meningkat (5) nutrient
mual dan muntah  Identifikasi perlunya penggunaan selang
DO: nasogastrik
- Klien nampak lemah  Monitor asupan makanan
- Porsi makan tidak
 Monitor berat badan
dihabiskan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Lidah kotor
5. Tindakan Terapeutik
- Mukosa bibir kering
 Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
43
6. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Promosi Berat Badan
4. Tindakan Observasi
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jurnlah kalori yang dikonsumsi
sehari-hari
5. TindakanTerapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika pertu
 Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis. makanan dengan
tekstur halus makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan melalui
NGT atau gastrostomi. Total perenteral
nutrition sesuai Indikasi)
 Hidangkan makanan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada pasien/keluarga
untuk peningkatan yang dicapai
6. Tindakan Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
3. 4/11/2020 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi  Manajemen Nyeri
dengan Kerusakan mukosa keperawatan selama 5 x 24 jam maka 5. Tindakan Observasi
usus halus dibuktikan Tingkat Nyeri Menurun dengan kriteria  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan hasil: frekuensi, kualitas, Intensitas nyeri

44
DS : 1. Keluhan nyeri menurun (5)  Identifikasi skala nyeri
-Klien mengeluh nyeri pada 2. Meringis menurun (5)  Identifikasi respons nyeri non verbal
bagian perut. 3. Frekuensi nadi membaik (5)  Identifikasi faktor yang memperberat dan
DO : 4. Pola napas membaik (5) memperingan nyeri
- KU lemah 5. Tekanan darah membaik (5)  Identifikasi pengetahuan dan keyaninan
- Nyeri tekan pada abdomen tentang nyeri
kuadran kanan  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Ekspresi wajah meringis respon nyerl
-klien tampak pucat  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
-TTV hidup
TD :120/60 mmHg
 Monitor tarapi komplementer yang sudah
N :84x/mnt
 Monitor efek samping penggunaan
P: 20 x/mnt
analgetik
6. Tindakan Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mongurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, cupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pjat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,kompres
hangat dingin, terapi bemain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan

45
nyeri
7. Tindakan Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan anelgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
 Pemberian Analgesik
5. Tindakan observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis
pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
identifikasi kesesuaian jenis analgesik
(mis narkotika, non-narkotik, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
 Monitor efektivitas analgesik
6. Tindakan Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia optimal, jika
perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus

46
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respons pasien
 Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
7. Tindakan Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
8. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
4. 4/11/2020 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi  Manajemen Energi
berhubungan dengan proses keperawatan selama 5 x 24 jam maka 5. Tindakan Observasi
inflamasi dibuktikan dengan Toleransi Aktivitas Meningkat dengan  Identifikasi gangguan fungsi dan yang
DS : kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
-klien mengeluh lemah 1. Kemudahan dalam melakukan  Monitor kelelahan fisik dan emosional
-Klien mengatakan aktivitas sehari-hari meningkat  Monitor pola dan jam tidur
aktifitasnya hanya di bantu (5)  Monitor lokasi dan ketidaknyaranan
oleh keluarga 2. Perasaan lemah menurun (5) selama melakukan aktivitas
DO: 6. Tindakan Terapeutik
KU Lemah  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
-Kebutuhan nampak stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
dilayani ditempat tidur  Lakukan latihan rentang gerak pasif
-Tonus otot nilai 4 dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan

47
7. Tindakan Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
8. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
 Terapi Aktivitas
5. Tindakan Observasi
 Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 Identifikasi kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas
yang diinginkan
 Identifikasi strategi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas rutin (mis,
bekerja) dan waktu luang
 Monitor respons emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap aktivitas
6. Tindakan Terapeutik
 Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan
defisit yang dialami
 Sepakati komitmen untuk meningkatkan

48
frekuensi dan rentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
 Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
 Fasilitas pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
ambulasi, mobllisesi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
 Fasilitas aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu, energi,
atau gerak
 Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan jika sesual
 Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implisit dan emosional (mis
kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia, jika sesuai
 Libatkan dalam pemainan kelompok

49
yang tidak kompetitif, terstruktur, dan
aktif
 Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas
rekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan (mis. vocal
group, bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permainan
sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan
kartu)
 Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika
pertu
 Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai
tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
 Berikan penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
7. Tindakan Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas kesehatan
fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan

50
 Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
 Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipesi dalam
aktivitas
8. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas,jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
9. 4/11/2020 Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan intervensi  Manajemen Hipovolemia
dengan Infeksi usus halus keperawatan selama 5 x 24 jam maka 5. Tindakan Observasi
dibuktikan dengan Status Cairan Membaik dengan kriteria  Periksa tanda dan gejala hipovolemia
DS : hasil: (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
Klien mengatakan kadang 1. Perasaan lemah menurun (5) teraba lemah tekanan darah menurun,
mual dan muntah 2. Frekuensi nadi membaik (5) tekanan nadi menyempit, turgor kulit
DO: 3. Tekanan darah membaik (5) menurun, membran mukosa kering,
-Mukosa bibir volume urin menurun, hematokrit
-Klien nampak pucat meningkat, haus, lemah)
-Klien mual dan muntah  Monitor intake dan output cairan
-TTV 6. Tindakan Terapeutik
TD :120/60 mmHg  Hitung kebutuhan cairan
N :84x/mnt  Berikan posisi moollied Trendelenburg
P: 20 x/mnt  Berikan asupan cairan oral
7. Tindakan Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi

51
mendadak
8. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
albumin, Plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah
 Manajemen Syok Hipovolemik
4. Tindakan Observasi
 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD.
MAP) Monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan
haluaran, turgor kulit,CRT) Periksa
tingkat kesadaran dan respon pupil
 Periksa seluruh permukaan tubuh
terhadap adanya DOTS
(deformity/deformitas, open Wound/luka
terbuka, tendemess/nyeri tekan,
swelling/bengkak)
5. Tindakan Terapeutik
 Pertahankan jalan napas paten
 Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
 Persiapkan intubasi dan ventilasi

52
mekanis, jika perlu
 Lakukan penekanan langsung (direct
pressure) pada perdarahan eksternal
 Berikan posisi syok (modified
Trendelenberg)
 Pasang jalur IV berukuran besar (mis.
nomor 14 atau 16)
 Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
 Pasang selang nasogastrik untuk
dekompresi lambung
 Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah langkap dan elektrolit
6. Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 1 - 2 L pada dewasa
 Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 mL/KGBB pada anak
 Kolaborasi pemberian transfusi darah,
jika perlu

53
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari, tgl Jam Diagnosa Implementasi Td Tgn


Keperawatan Perawat
Rabu,4/11/2020 09.00 I 1. Mengobservasi TTV terutama suhu tubuh tiap 2 jam
Hasil : S : 40°C
09.10 2. Memberikan kompres hangat pada dahi dan axilla
09.20 3. Memberikan asupan minum yang adekuat
Hasil : klien minum air putih 1 x ¼ gelas
09.25 4. Menganjurkan klien untuk bedrest
Hasil : klien istirahat di tempat tidur
09.30 5. Menganjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Hasil : klien memakai baju yang berbahan katun
10.15 6. Penatalaksanaan pemberian antiperetik dan cairan parenteral
Hasil :
- paracetamol 3x1
- IVFD RL 20 tetes/menit

09.45 II 1. Mengkaji pola makan klien


09.55 Hasil : porsi makan tidak dihabiskan
10.00 2. Memberi bubur saring TKTP
12.00 3. Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
4. Menganjurkan keluarga untuk menyediakan makanan dalam ventilasi yang baik
dan lingkungan yang menyenangkan

10.10 III 1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, dan intensitas nyeri.


Hasil : nyeri skala 2 (nyeri sedang, pada abdomen, nyeri hilang timbul
10.15 2. Mengkaji faktor yang memperberat nyeri.
Hasil : makanan yang keras

54
10.20 3. Mengajarkan teknik relaksasi
Hasil: klien menarik nafas yang panjang dan menghembuskan secara perlahan-
lahan melalui mulut
11.00 4. Memberikan tindakan kenyamanan
Hasil : massage pada punggung

08.00 IV 1. Mengkaji kemampuan pola aktivitas klien


Hasil : klien dibantu dalam melakukan aktivitasnya
08.10 2. Melibatkan klien dan keluarga dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan klien
08.20 3. Mendekatkan barang-barang dan alat-alat kebutuhan klien di tempat yang mudah
dijangkau
08.25 4. Membantu dan melibatkan keluarga dalam personal hygiene
09.00 5. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

11.30 V 1. Pemantauan intake dan output klien


Hasil : Input : 1500 cc
Output : 1200 cc
11.40 2. Observasi TTV
Hasil : S : 40 oC
11.50 3. Memberikan kompres air hangat pada dahi dan axilla
11.55 4. Menganjurkan klien banyak minum
12.00 5. Penatalaksanaan pemberian cairan intravena
Hasil : infus RL 20 tetes/menit
Kamis,5/11/2020 08.00 I 1. Mengobservasi vital sign terutama suhu badan tiap 2 jam
08.10 2. Kompres air hangat di dahi dan axilla
08.15 3. Memberikan asupan minum yang adekuat
Hasil : klien minum air putih 4 – 5 gelas/hari
08.20 4. Menganjurkan klien untuk bedrest
Hasil : klien istirahat di tempat tidur

55
08.25 5. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, antibiotik, dan cairan parental.
Hasil : PCT 3 x 1, kloromfenikol 3 x 1, infus RL 20 tetes/menit

08.35 II 1. Mengkaji pola makan klien


Hasil : bubur saring TKTP 3 x 1, porsi tidak dihabiskan
08.40 2. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering
08.45 3. Menyediakan makanan selingan dalam ventilasi yang baik dan lingkungan
menyenangkan
09.00 4. Menjelaskan tentang pentingnya makanan untuk proses penyembuhan
09.30 5. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin
Hasil : Neurodex 1 x 1

12.00 III 1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi dan intensitas nyeri.


Hasil : Nyeri skala 2 (nyeri sedang), pada daerah abdomen
12.10 2. Mengkaji ulang faktor yang memperberat nyeri
Hasil : makan makanan yang keras seperti nasi
12.15 3. Menganjurkan teknik relaksasi
Hasil : klien melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas panjang
12.25 4. Memberi tindakan kenyamanan
Hasil : merubah posisi klien
12.40 5. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Hasil : propiretik 3 x 1

08. 30 1. Mengkaji pola kemampuan aktivitas klien


IV Hasil : klien masih dibantu dalam melakukan aktivitas
08. 40 2. Melibatkan keluarga dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan klien
08. 50 3. Membantu dan melibatkan keluarga dalam personal hygiene
09. 00 4. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

56
09. 05 V 1. Memantau intake dan output klien
09. 10 2. Mengobservasi TTV
Hasil : S : 37,7 oC
09. 20 3. Memberikan kompres air hangat
09. 25 4. Menganjurkan klien untuk banyak minum
09. 30 5. Penatalaksanaan pemberian cairan parental
Jum’at,6/11/2020 09.00 I 1. Mengobservasi TTV, terutama suhu tubuh tiap 2 jam,
Hasil : S : 38 oC
09.10 2. Memberi kompres air hangat pada dahi dan axilla
09.20 3. Memberi asupan minum yang adekuat
09.25 4. Menganjurkan klien untuk bedrest
10.00 5. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, antibiotik, dan cairan parental
Hasil : PCT 3 x 1, infus RL 20 tetes/menit

09.30 II 1. Mengkaji pola makan klien


Hasil : porsi makan tidak dihabiskan
09.40 2. Berikan bubur saring TKTP
09.50 3. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering
10.00 4. Menjelaskan tentang pentingnya makan untuk proses penyembuhan
10.30 5. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin
Hasil : Neurodex 1 x 1

10. 00 III 1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi dan intensitas nyeri


Hasil : Nyeri skala 2 (nyeri sedang)
12.00 2. Mengkaji teknik relaksasi
12.10 3. Memberikan tindakan kenyamanan

57
10. 25 IV 1. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap
10. 30 2. Mengkaji kemampuan aktivitas klien
Hasil : aktivitas klien terbatas
10. 35 3. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien
10. 40 4. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas

10. 45 V 1. Memantau intake dan output klien


10. 50 2. Mengobservasi TTV
Hasil : S : 37,5 oC
11. 00 3. Memberikan kompres air hangat pada dahi dan axilla
11. 05 4. Menganjurkan klien untuk banyak minum
11. 20 5. Penatalaksanaan pemberian cairan intravena
Hasil : infus RL 20 tts/menit
Sabtu,7/11/2020 08.00 I 1. Mengobservasi TTV terutama suhu tubuh
08.10 2. Menganjurkan klien untuk bedres
08.15 3. Penatalaksaan pemberian antibiotik dan cairan parental
Hasil : Kloramfenikol 3x1 Infus RL 20 tetes/ menit

08.15 II 1. Mengkaji pola makan klien


08.20 2. Memberikan bubur saring TKTP
08.25 3. Menganjurkan klien ; makan sedikit tapi sering
09.00 4. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin

12.10 III 1. Mengkaji tingkat nyeri


Hasil : Nyeri ringan (1)
12.15 2. Menganjurkan melakukan tehnik relaksasi
13.30 3. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Hasil : propetik 3x1

58
09.00 IV 1. Mengkaji pola kemampuan aktivitas klien
Hasil : klien mengatakan pola aktivitasnya masi dibantu
09.10 2. Melibatkan kleuarga dalam pemenuhan kebutuhan klien
09.15 3. Membantu dan melibatkan keluarga dalam personal hygine
09.20 4. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

09.45 V 1. Membantu intake atau output klien


Hasil : intake : 1500 cc
Output : 3000 cc
09.55 2. Mengobservasi TTV
Hasil : S : 36, 7 oC
10.00 3. Penatalaksanaan pemberian intravena
Hasil : infus RL 20 tts/ menit
Minggu, 09.00 I 1. Mengobservasi TTV, terutama suhu tubuh
8/11/2020 09.05 2. Menganjurkan klien untuk bedres
12.00 3. Penatalaksanaan pemberian antibiotik dan cairan parental
Hasil : kloromfenikol 3x1
Infus RL 20 tts/menit

12.05 II 1. Mengkaji pola makan klien


Hasil : porsi makan dihabiskan
12.00 2. Berikan bubur saring TKTP
12.15 3. Menganjurkan klien untuk makan tapi sering
12.30 4. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin
Hasil : Neurodex 1x1

10.05 III 1. Mengkaji tingkat nyeri


Hasil : nyeri tidak ada (o)
10.15 2. Penatalaksanaan pemberian analgetik

59
09.00 IV 1. Mengkaji semua aktivitas klien
Hasil : klien melakukan aktivitasnya sendiri
11.00 2. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien
11.20 3. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

60
E. EVALUASI KEPERAWATAN

HARI/TGL NO DX JAM EVALUASI/SOAP


Rabu,4/11/2020 I 10.3 S : - Klien mengatakan badannya masih
0 panas
O : - KU lemah
- Suhu tubuh 40 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

II S : - Klien mengatakan kurang nafsu makan


12.4 - Klien mengatakan sedang mual
5 O : - Porsi makan tidak dihabiskan
- Mukosa bibir kering
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

III S : Klien masih mengeluh nyeri pada perut


O : - Expresi wajah meringis
12.0 - KU lemah
0 - Nyeri tekan pada abdomen
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
IV S : Klien mengeluh lemah
O : - KU lemah
- Kebutuhan nampak dilayani ditempat
09.1 tidur
5 - Aktivitas klien terbatas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
V S:-
O : - Mukosa bibir kering
- Klien nampak pucat
- TTV
12.3
TD : 120/60 S : 40 oC
0
N : 84 x/menit

Kamis,5/11/2020 I 09.0 S : - Klien mengatakan badannya masih


0 panas
O : - Mukosa bibir kering
- Suhu tubu 38 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

61
II S : Klien mengeluh nafsu makan kurang
10.0 O : - Lidah kotor, porsi makan tidak
0 dihabiskan
-Mukosa bibir kering
A : Masalah belum teratasi
III S : Klien masih mengeluh nyeri pada perut
O : - Ekspresi wajah meringis
12.5 - KU lemah
0 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

IV S : Klien mengeluh lemah


O : -Tonus nilai 4
-Kebutuhan nampak dilayani ditempat
09.3 tidur
0 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

V S :-
O : -Suhu tubuh 38,7°C
-Mukosa bibir kering
A : Masalah belum teratasi
10.0 P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
0

Jum’at,6/11/202 I 10.3 S : Klien masih mengeluh badan terasa


0 0 panas
O : -Mukosa bibir kering
-Suhu tubuh 38,5°C
-KU lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

II S : Klien mengatakan nafsu makan


10.4 berkurang
5 O : -KU lemah
-Lidah kotor
-Porsi makan tidak dihabiskan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

III S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang


O : -KU lemah
12.3 A : Masalah belum teratasi
0 P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

IV S : Klien masih mengeluh lemah


O : -aktivitas klien terbatas
-KU lemah
11.0 A : Masalah belum teratasi

62
0 P : Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4

V S : Klien mengatakan tidak mual dan muntah


O : -Suhu tubuh 37,5°C
-Mukosa bibir kering
A : Masalah belum teratasi
11.4 P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
5
Sabtu,7/11/2020 I 08.3 S : -Klien mengatakan badannya tidak panas
0 O : -KU lemah
-Suhu tubuh 36,8°C
-Bibir kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2 dan 3

II S : Klien mengatakan nafsu makan membaik


09.3 O : -KU baik
0 -Bibir lembab
-Porsi makan belum dihabiskan sebagian
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

III S : klien mengatakan nyeri berkurang


O : -KU baik
13.4 -TTV
5 TD : 120/80 mmHg
N : 80x/mnt
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

IV S : Klien dapat melakukan aktivitasnya


sendiri
O : -KU baik
13.0 -Tonus otot 5
0 A : Masalah teratasi sebagian
P :-

V S : Klien mengatakan tidak mual dan muntah


O : -Suhu tubuh 37,5°C
-Mukosa bibir lembab
A : Masalah teratasi
10.1 P :-
5
Minggu, I 13.0 S : - Klien mengatakan badannya tidak panas
8/11/2020 0 O : - KU baik
- suhu tubuh 36,5°C
-Bibir lembab
A : Masalah teratasi
P :-

63
II S : Klien mengatakan nafsu makan baik
12.4 O : - KU baik
5 -Bibir lembab
-Porsi makan sudah dihabiskan
A : Masalah teratasi
P :-

III S : klien mengatakan tidak merasakan nyeri


O : -KU baik
10.3 -TTV
0 TD : 120/80 mmHg
N : 80x/mnt
A : masalah teratasi
P :-

IV S : Klien dapat melakukan aktivitasnya


sendiri
O : -KU baik
11.4 -Tonus otot 5
0 A : Masalah teratasi
P :-

64
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari tinjauan pustaka dan contoh kasus diatas penulis dapat simpulkan bahwa:
1. Umumnya klien thypoid abdominalis yang berkunjung ke rumah sakit
setelah ada keluhan: demam tinggi biasanya suhu tubuh meningkat pada
malam hari dan menurun pagi hari, nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot
pada minggu pertama, gangguan pada saluran cerna : halitosis (bau nafas
yang menusuk), bibir kering dan pecah-pecah lidah di tutupi selaput putih
kotor (coated tongue), metorismus, mual, tidak nafsu makan,
hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri perabaan.
2. Diagnosa keperawatan pada kasus Tn. X masih sama terdapat pada teori
antara lain adalah hipertermi berhubungan dengan penyakit
3. Perencanaan tindakan keperawatan dilakukan secara komprehensif
terstruktur masalah keperawatan tersebut. Mulai dengan intervensi ini
meliputi: memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil
serta tindakan keperawatan, pelaksanaan implementasi keperawatan yang
akan dilaksanakan sesuai rencana intervensi keperawatan, dan tidak
adanya kesenjangan antara teori dengan studi kasus untuk implementasi
keperawatan.
4. Implementasi ini akan merumuskan respon terhadap implementasi yang
diberikan kepada klien untuk melanjutkan proses keperawatan yang telah
ada.Seperti ditemukan pada respon di hari pertama tindakan keperawatan
pada tanggal 4 November 2020 yang belum menunjukan perubahan dalam
tindakan keperawatan sehingga intervensi keperawatan tetap dilaksanakan
dan pada tanggal 5 November 2020 sampai 8 November 2020 terjadi
perubahan kesehatan pada klien dan implementasi keperawatan tetap
dipertahankan.
5. Evalusi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari terhitung
mulai tanggal 4 November 2020 sampai 8 November 2020 selama 5x24
jam. Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi berdasarkan tujuan
dan kriteria hasil yang dicapai.Dimana pada kasus penulis memerlukan
evalusi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung
mulai tanggal 4 November 2020 sampai 8 November 2020 selama 5x24
jam. Kedua diagnosa keperawatan pada studi kasus taratasi sebagian dan
intervensi tetap dipertahankan, selama studi kesus dilaksanakan klien dan
keluarga sangat kooperatif serta adanya kerjasama yang baik dengan tim
medis lain dan petugas ruangan.
4.2 SARAN
Penyakit thypoid abdominalis merupakan gangguan pada system pencernaan
yang disebabkan oleh “Salmonella Typhi” dan masih merupakan penyakit
yang terdapat baik secara endemik maupun diberbagai negara dengan keadaan
seperti ini untuk mengidentifikasi keadaan dirinya.Pendidikan/penyuluhan
kesehatan perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara intensif kepada;
individu, keluarga, kelompok, masyarakat, tentang cara penularan dan cara
pencegahan, pemberantasan, penanggulangan, pengobatan penyakit thypoid
abdominalis, agar masyarakat dapat berperan serta aktif untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatannya serta dapat segera memeriksakan
kesehatannya.

65
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah untuk mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press.

Debora. (2011). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

KemenkesRI. (2011). Laporan Data Angka Demam Thypoid. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Niska, K. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN: THYPOID ABDOMINALIS DI RUANG BOUGENVILE PUSKESMAS LEPO-
LEPO KOTA KENDARI. Kendari: Poltekkes Kemenkes Kendari.

Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak( Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta:
Salemba Medika .

Potter, & Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik
Volume 1 Edisi 4. Jakarta: EGC.

Priharjo, R. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Rohmah, N. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Ar.Ruzz Media.

Rohman. (2012). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suriadi, & Yulianni. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto
Taylor.

Wibisono et al, E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Widagdo. (2012). Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam. Jakarta: Sagung
Seto.

Wijayaningsih, K. s. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Yudi, G. (2008). Tinjauan umum Anamnesis Pediatri. Jakarta: FKUI.

66

Anda mungkin juga menyukai