Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

MATERI PSIKOSOSIAL DAN


BUDAYA DALAM PERAWATAN

OLEH :
RIYANTI, AMK

ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
2020
A. Teori SOR
Skinner (1938) perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan tanggapan dan respon (Notoatmojo, 2007). Dengan kata lain perilaku
merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
mapun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir,
berpendapat, bersikap) maupun aktif (bertindak).
Teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme–Respons (Skinner, 1938, dalam
Notoatmodjo, 2007,) membagi respon manusia terhadap stimulus menjasi dua, yaitu :
1. Respondent respons atau reflexive respons, yaitu response yang ditimbulkan oleh
stimulus tertentu misalnya, cahaya menyilaukan menyebabkan mata tertutup, gerak
lutut bila lutut kena palu, menarik jari bila jari kena api dan sebagainya. Stimulus
seperti ini disebut eliciting stimulation, tidak lain karena stimulus itu merangsang
timbulanya respon-respon yang tetap. Respondent respons ini juga termasuk
perilaku emosional misalnya mendengarkan berita gembira menjadi semangat,
mendengar berita sedih menjadi sedih.
2. Operant respon atau intrumental respons, yakni timbulnya respon diikuti
oleh stimulusatau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforcer (penguat). Hal ini dikarenakan perangsang itu
memperkuat respon, misalnya seseorang staf mengerjakan pekerjaan dengan baik,
(dari respon tugas yang telah diberikan sebelumnya) maka sebagai imbalannya staf
tersebut mendapatkan reward atau hadiah. Maka petugas tadi akan lebih baik lagi
ketika melaksankan tugas berikutnya.

B. Perilaku Sakit
Perilaku sakit (the sick role behavior), yaitu kegiatan seseorang untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya dan rasa sakit.

C. Domain Perilaku
Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan (1908, dalam Notoatmodjo, 2007)
membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), yaitu kognitif
(cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor).Dalam
perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan menjadi pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan praktik (practice).
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul
ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika
seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasadanaroma masakan tersebut.
Pengetahuan (Mahwati, 2011) “Apa yang diketahui oleh responden terkait
dengan kesehatan.” Misalnya tentang penyakit (penyebab, cara penularan, cara
pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, dsb. Pengukuran pengetahuan
bersifat “memory recall” (apa yang diingat oleh responden tentang pesan-pesan
atau informasi kesehatan, bukan apa pendapat responden. Namun demikian apa
yang diingat atau diketahui oleh responden sulit dibedakan dengan pendapat
responden.
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. Secara singkat didalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :
a. Tahu (know) diartikan hanya sebagai recall memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu
b. Memahami (comprehension) yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara
benar.
c. Aplikasi (application) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.
d. Analisis (analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam
komponen-komponen.
e. Sintesis (syntehesis) yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian
dalam bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk menilai terhadap suatu materi.
Penelitian Rogers (1974 dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus,
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan buruknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,
d. Trial, orang sudah mulai mencoba perilaku baru,
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terghadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersikap langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi
dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.Pengetahuan ini
bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan
secara empiris dan rasional.Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut.Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk
memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang
manajemen organisasi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang
tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang
tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk
mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya.
Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan
tahapan-tahapannya.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,diantaranya:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi
pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
b. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan
majalah.
c. Keterpaparan informasi
Pengertian informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula
yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah
informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU
teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan
informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer,
database.Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya
informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap
dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.
Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis penelitiannya,
kuantitatif atau kualitatif.Peneltian kuantitatif dapat menggunakan metode
wawancara dan angket tertutup atau terbuka.Sedangkan penelitian kualitatif dapat
menggunakan metode pengukuran dengan metode wawancara mendalam dan
diskusi kelompok terfokus.
Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan cara kuantitatif yaitu dengan cara
melihat hasil prosentase dari jawaban yang benar, yakni :
Kurang : apabila kurang dari 50%
Cukup : apabila antara 51 – 70%
Baik : apabila lebih dari 71%

2. Sikap (Afektif)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh (total
atittude).Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berfikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting.Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari
berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving) : menerima diartikan bahwa subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah.
b. Merespon (responding) : memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatusikap.
c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap menghargai.
d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggungjawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap paling tinggi misalnya
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tentangan dari
mertua atau orang tuanya sendiri.
Cara pengukuran sikap dapat dilakukan berdasarkan jenis atau metode
penelitian yang digunakan, yaitu :
a. Penelitian kuantitatif, pengukuran sikap dapat menggunakan wawancara dan
angket
b. Penelitian kualitatif, pengukuran sikap dengan menggunakan wawancara
mendalam, diskusi kelompok terfokus dan observasi.
Beberapa konsep tentang sikap yang dapat dijadikan acuan untuk pengukuran
sikap, antara lain sebagai berikut :
a. Sikap merupakan tingkatan afeksi yang positif atau negatif yang dihubungkan
dengan objek (thurstone)
b. Sikap apat dilihat dari individu yang menghubungkan efek yang positif dengan
objek
c. Sikap merupakan penilaian atau pendapat individu tentang objek (likert)
3. Praktik atau Tindakan (Psikomotor)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan
faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkap pertama.
Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi bagi balitanya.
b. Respon terpimpin (guide response), dapat melakukan sesuatu yang benar
sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. Misalnya seorang
ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan
memotongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.
c. Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia
sudah mencapai praktik tingkat tiga misalnya, seorang ibu yang sudah biasa
menginmunisasikan bayi yang pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu
perintah atau ajakan orang lain.
d. Adaptasi (adaptation), adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri
tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Misalnya ibu dapat
memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan
yang murah dan sederhana. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak
langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). (Notoatmodjo,
2010).

Anda mungkin juga menyukai