Anda di halaman 1dari 6

POLITIK KAJIAN DAN STRATEGI BEM KBM UNIB 2021

BIDANG REGIONAL

“analisis terhadap kasus kenaikan bbm di provinsi bengkulu”

Oleh : APDILA NISPA

BENGKULU 2021
KASUS POSISI

Seiring dengan kebijakan perubahan tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor (pbbkb)
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah bengkulu untuk jenis bahan bakar khusus (bbk) atau
bbm non subsidi,pertamina melakukan penyesuaian harga bahan bakar khusus terhitung mulai
01 januari 2021.

Dengan kebijakan baru berdasarkan peraturan gubernur nomor 2 tahun 2020 pemerintah
provinsi bengkulu pada tanggal 25 februari 2020 dan keputusan gubernur bengkulu nomor
k.324.bpkd tahun 2020 tanggal 23 september 2020,maka pajak bahan bakar kendaraan
bermotor untuk bahan bakar khusus di wilayah bengkulu yang sebelumnya 5 % menjadi
10%.

Sementara untuk produk jenis bbm tertentu atau bbm bersubsidi dan jenis khusus penugasan
tidak mengalami perubahan,yaitu sebesar 5%,dengan tarif baru pbbkb bbk,maka harga bbk
jenis gassoline yaitu pertalite saat ini menjadi 8000,-/liter,pertamax 9.400,-/liter pertamax
turbo 10.250,-/liter.sedangkan bbk jenis gasoil sepertidexlie mengalami perubahan harga
menjadi 9.900,-/liter dan pertamina dek menjadi 10.650,-/liter.1

Kenaikan tersebut berdasarkan rekomendasi tim bdan pemeriksaan keuangan (bpk) terhadap
kinerja pendapatan daerah dan pertimbangan optimalisasi pendapatan asali daerah (pad)
2021,kebijakan ini juga melindungi ketersediaan bbm di bengkulu,karena selama ini tarif
pajak pbbkb bbk bengkulu berada pada posisi terendah dibanding 9 provinsi yang ada di
sumatera.2

Permasalahan

“dampak terhadap cita-cita pemerintah pusat mengenai penyetaraan harga bbm dari sabang
sampai merauke”

Poin-poin

1. Hanya pemerintah yang menaikkan harga bbm dari total 34 provinsi saat ini
2. Masih ada hal yang perlu kita cari tahu yaitu “apa lasan kongkrit dari kenaikan harga
bbm yang ada di provinsi bengkulu
3. Adakah peraturan dari pemerintah pusat mengenai kenaikan bbm?

Pembahasan
Untuk mengetahui kenapa hanya provinsi Bengkulu yang mengalami kenaikan harga BBM
Non-subsidi,maka perlu kita telaah terlebih dahulu bagaimana proses naikkan BBM dan siapa
1
Pertamina.com,01 Januari 2021
2
Bengkulunews.co.id,04 Januari 2021
yang berwenang menaikkannya.untuk itu akan saya bahas secara satu persatu berdasarkan
sumber-sumber yang telah saya telusuri.

A. Mengenai siapa yang berwenang menaikkan Pajak Bahan Bakar Kendaraan


Bermotor (PBBBKB).
Sebagaimana telah tercantum didalam Pembukaan undang-undang Dasar Republik Indonsia
Tahun 1945 Alenia keempat yang berbunyi :
“untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang Undang Dasar Negara Indonesi”
Yang merupakan tujuan dari didirikannya Negara Kesaruan Republik Indonesia.Maka barang
tentu haruslah ada hal-hal yang di bentuk dan di atur oleh negara dalam rangka mewujudkan
cita-cita tersebut,terlebih lagi indonesia telah mengikrarkan bahwa dirinya adalah negara
Hukum sebagaimana yang tercantum pada pasal 1 ayat (3) undang-undang Dasar Republik
Indonsia Tahun 1945 yang berbunyi :
“Negara Indonesia adalah negara hukum”
Yang sejatinya negara hukum memiliki ciri tersendiri,salah satunya ialah adanya asas legalitas
Asas Legalitas (Due Process of Law).
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala
bentuknya (due process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan
atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-undangan
tertulis tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan atau perbuatan
administrasi yang dilakukan. Dengan demikian, setiap perbuatan atau tindakan administrasi
harus didasarkan atas aturan atau ‘rules and procedures’ (regels). Prinsip normative demikian
nampaknya seperti sangat kaku dan dapat menyebabkan birokrasi menjadi lamban. Oleh
karena itu, untuk menjamin ruang gerak bagi para pejabat administrasi negara dalam
menjalankan tugasnya, maka sebagai pengimbang, diakui pula adanya prinsip ‘frijs ermessen’
yang memungkinkan para pejabat tata usaha negara atau administrasi negara mengembangkan
dan menetapkan sendiri ‘beleid-regels’ (‘policy rules’) ataupun peraturan-peraturan yang
dibuat untuk kebutuhan internal (internal regulation) secara bebas dan mandiri dalam rangka
menjalankan tugas jabatan yang dibebankan oleh peraturan yang sah.3

Maka tentulah jelas jika setiap perbuatan yang dilakukan oleh pemerintah dan pejabat yang
berwenang memiliki dasar dan landasan yang jelas.Termasuk pula dalam hal kenaikan pajak
yang salah satunya adalah Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang dalam hal ini
merupakan isi yang sedang saya bahas dalam tulisan ini.
Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dalam 18 ayat (2) menyatakan bahwa :

3
Jimly Assidqi,Gagasan Negara Hukum.
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dan ayat (6) yang berbunyi :
(6) pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Oleh karena itu Sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
pajak dan retribusi daerah pasal 2 yang termasuk kedalam Pajak Daerah adalah :
Pasal 2
(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
Maka berdasarkan pasal demi pasal yang telah di lampirkan di atas dapat kita pahami
bahwasanya Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) merupakan salah satu sumber
pajak daerah.
Serta berdasarkan pasal 2 ayat (3) undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 menyatakan (3)
Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2).
Oleh sebab itu dalam frasa “selain jenis pajak” ini secara tidak langsung menyatakan
bahwasanya jenis-jenis pajak yang tercantum dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) tersebut
merupakan kewenangan pemerintah daerah untuk memungutnya.

Serta yang tidak kalah penting adalah mengenai Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
itu sendiri,yang telah di atur dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang pajak dan
retribusi daerah dalam pasal 16 yang menjelaskan objek dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor yang berbunyi :
“Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar
yang digunakan untuk kendaraan di air.”
Serta dalam ayat (4) dan (3) pasal tersebut menjelaskan yang berhak memungut pajak sebagai
berikut :
(3) Pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dilakukan oleh penyedia Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor.
(4) Penyedia Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah
produsen dan/atau importir Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, baik untuk dijual maupun
untuk digunakan sendiri.
Serta dalam penjelasannya :
Ayat (3)
Pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dilakukan oleh produsen dan/atau
importir atau nama lain sejenis atas bahan bakar yang disalurkan atau dijual kepada:

1. Lembaga penyalur, antara lain, Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU),
Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk TNI/POLRI, Agen Premium dan Minyak Solar
(APMS), Premium Solar Packed Dealer (PSPD), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bunker
(SPBB), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), yang akan menjual BBM kepada
konsumen akhir (konsumen langsung);
Maka berdarkan penjelasan-penjelasan tersebut saya rasa tentulah yang berwenang dalam
menaikkan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor memanglah Pemerintah yang dalam
kasus ini adalah Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu,serta dalam pemungutannya dilakukan
melalui pembelian BBM kepada produsennya yang dalam hal ini adalah Pertamina.

Jadi secara ringkas dapat diartikan bahwasanya naiknya Harga Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor non-subsidi di sebabkan oleh Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu
yang menaikkan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

B. Indikator-indikator penyebab Pemerintah menaikkan Pajak Bahan Bakar


Kendaraan Bermotor.

Kenaikan tersebut berdasarkan rekomendasi tim badan pemeriksaan keuangan (BPK)


terhadap kinerja pendapatan daerah dan pertimbangan optimalisasi pendapatan asali daerah
(PAD) 2021,kebijakan ini juga melindungi ketersediaan BBM di bengkulu,karena selama ini
tarif pajak Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Bahan Bakar Khusus (Non-subsidi)
bengkulu berada pada posisi terendah dibanding 9 provinsi yang ada di sumatera.4

dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang pajak dan retribusi daerah

4
Bengkulunews.co.id,04 Januari 2021

Anda mungkin juga menyukai