Anda di halaman 1dari 22

Nama : Nafilah An Nur Istianah

Kelas : Akuntansi A

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

1. a. Perbedaan nilai dan kualitas informasi

Definisi nilai informasi menurut Priyanto (2013:1),  bisa diartikan sebagai data
dengan arti atau makna atau informasi yang memiliki arti penting dan manfaat yang relatif
untuk membuat suatu keputusan untuk melakukan tindakan selanjutnya. Bagian terpenting
dalam nilai informasi adalah saat seseorang menerima informasi, dia dapat membuat
keputusan  dari informasi yang diterima. Apabila dia tidak membuat keputusan, maka
informasi tersebut tidak relevan untuk melakukan tidakan selanjutnya.

Menurut Jogiyanto (2005:31), nilai informasi ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat
dan biaya mendapatkannya. Informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif
dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Nilai informasi secara nyata memiliki
karakteristik khusus terhadap tingkat ukuran, kebutuhan, dinamika, kemanfaatan dan
keterpakaian informasi itu sendiri. Tetapi nilai tersebut tidak dapat diukur secara nyata.

Menurut Teguh Wahyudi (2004) kualitas informasi sangat dipengaruhi atau


ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu relevansi, akurasi dan ketepatan waktu. Berikut akan
dijelaskan makna dari masing-masing hal pokok tersebut, yaitu:

1. Relevansi. Informasi dikatakan berkualitas jika memiliki relevansi dengan


kebutuhan pemakainya. Pengukuran nilai relevansi dapat dilihat dari jawaban atas
pertanyaan “bagaimana informasi digunakan untuk pemecahan masalah atau
pengambilan keputusan?” Informasi dikatakan relevan jika dapat memberikan
manfaat bagi penerima yang kemudian memakainya. Relevansi informasi bagi satu
orang dan orang lainnya akan berbeda-beda, misalnya informasi tentang hasil
penjualan barang kurang relevan bagi manajer teknik, dan hanya relevan bagi manajer
pemasaran.

2. Akurasi. Sebuah informasi disebut akurat jika informasi tersebut tidak bias atau
menyesatkan, dan jelas maksudnya. Akurasi informasi dapat dipelihara atau
terganggu oleh beberapa hal, yaitu: Pertama adalah kelengkapan informasi, yaitu
informasi yang merupakan satu kesatuan utuh dan menyeluruh, mencakup seluruh hal
yang berkaitan. Informasi yang terpecah-pecah akan menghasilkan pengambilan
keputusan yang tidak tepat, dan melemahkan kemampuan mengontrol atau
memecahkan masalah. Kedua adalah kebenaran informasi yang dapat dilihat dari
kesesuaian informasi dengan perhitungan-perhitungan dalam proses pembuatannya.
Contohnya adalah, informasi tentang total gaji untuk seorang pegawai haruslah benar
dan memuat perhitungan-perhitungan matematis tentang semua komponen dalam gaji
seperti tunjangan, potongan dan sebagainya. Ketiga, yaitu keamanan informasi.
Keamanan informasi dapat tergambar dari jawaban atas pertanyaan: “apakah
informasi hanya sampai pada pengguna sistem yang dituju?” Artinya informasi yang
ditujukan untuk pihak tertentu hanya dapat diakses oleh pihak yang memang menjadi
tujuannya.

3. Tepat Waktu. “Secepat apa masukan (input) dapat ditransformasikan menjadi


keluaran (output) yang tepat?”adalah pertanyaan untuk menguji ketepatan waktu
sebuah kegiatan pengolahan mengubah data menjadi informasi yang dimaksudkan.
Informasi yang berkualitas adalah informasi yang tercipta tepat waktu sehingga dapat
digunakan untuk membuat keputusan dengan cepat. Ketepatan waktu ini juga
digunakan untuk menentukan berapa harga (price) sebuah informasi. Komponen lain
yang juga banyak digunakan untuk menentukan kualitas informasi oleh para ahli
antara lain adalah: Ekonomis, yaitu banyak atau sedikitnya biaya dan sumber daya
yang digunakan untuk mengumpulkan dan mentransformasi data menjadi informasi.
Efisiensi, yaitu bahwa informasi yang diciptakan tepat dan sesuai bagi kebutuhan
pengguna sehingga tidak ada data yang terbuang percuma. Kemudian informasi
disebut berkualitas jika dapat dipercaya. Kepercayaan ini bisa dibangun dengan cara
memilih sumber-sumber data yang sudah dikenal, legal dan dijamin keasliannya.

1. b. Langkah – Langkah Manajemen Informasi

Menurut Voss dan Gutschwanger, manajemen informasi adalah perencanaan,


pengadaan, pengolahan, distribusi dan alokasi informasi sebagai sumber daya untuk
mempersiapkan dan memfasilitasi keputusan.

Dalam melakukan pengembangan sistem informasi manajemen ada langkah-langkah


yang harus dilakukan , yaitu: Metodologi dan Tahap pengembangan SIM (Sutabri, 2005).
1. Metodologi SIM. Metodologi adalah kesatuan metode, prosedur, konsep
pekerjaan, serta aturan yang digunakan oleh suatu ilmu pengetahuan, seni atau disiplin ilmu
lainnya. Dalam mengembangkan sistem informasi manajemen perlu digunakan metodologi
sebagai pedoman bagimana dan apa yang harus dikerjakan selama pengembangan sistem.

2. Tahap Pengembangan SIM. Tahap pengembangan ini di bagi pada 4 tahap, yaitu

a. Tahap Investigasi. Sistem Manajemen menginvestasikan waktu dalam


perencanaan ini dengan harapan memperoleh hasil nanti dalam siklus hidup.
Selama tahap awal pengembangan sistem, analisis sistem bertindak sebagai
spesialisasi informasi yang betanggung jawab untuk bekerja sama dengan
pemakai. Langkah – langkahnya :

1. Menyadari masalah

2. Mendefenisikan masalah

3. Menetapkan tujuan sistem

4. Mengelompokan kendala sistem

5. Membuat studi kelayakan

6. Mempersiapkan usukan penelitian sistem

7. Menyetujui atau menolak penelitian proyek

8. Menetapkan mekanisme pengendalian.

b. Tahap Analisis Sistem. Analisis sistem adalah memeriksa sistem yang ada
dengan tujuan membuat sebuah sistem baru atau di perbarui. Langkah – Langkahnya :

1. Memberitahukan penelitian sistem

2. Mengelompokan tim proyek

3. Mendefenisikan kebutuhan informasi

4. Mendefenisikan kinerja-kinerja sistem

5. Menyediakan usulan gambaran


6. Menerima atau tidak menerima rancangan proyek

c. Tahap Perencanaan Sistem. Rancangan sistem adalah suatu tahap


menentukan proses dan data yang dibutuhkan oleh sistem baru. Langkah-langkahnya
adalah :

1. Menyediakan gambaran sistem yang terinci

2. Menentukan berbagai cara konfigurasi sistem

3. Menilai cara dalam konfigurasi sistem

4. Memilih konfigurasi yang terbaik

5. Menyiapkan usulan penerapan

6. Menerima atau tidak menerima pelaksanaan sistem

d. Tahap Implementasi Sistem. Implementasi merupakan kegiatan


memperoleh dan menyatukan sumber daya fisik dan konseptual yang membuat suatu
sistem terlaksana. Lagkah - langkahnya adalah :

1. Merencanakan penerapan

2. Mengumumkan penerapan

3. Mendapatkan sumber daya perangkat keras

4. Mendapatkan sumber daya perangkat lunak

5. Menyiapkan database

6. Meyiapkan fasilitas fisik

7. Mengajarkan peserta dan pemakai

8. Menggunakan sistem baru.

1. c. Pentingnya Manajemen Informasi.


Dengan semakin majunya perkembangan zaman sekarang, mengharuskan kita selalu
update informasi secara cepat dan tepat, serta dapat mengikuti perkembangan zaman (agar
tidak tertinggal) terutama untuk suatu organisasi atau perusahaan. Untuk lebih mudah
mengikuti perkembangan zaman dan dapat bertahan di era yang sangat maju ini, maka kita
perlu mempelajari Sistem Informasi Manajemen (SIM), sehingga kita dapat mengelola
informasi yang didapat dengan baik dan tepat.

  Sistem informasi manajemen sangatlah penting bagi suatu organisasi atau perusahaan,
agar lebih memudahkan suatu perusahaan mengambil keputusan yang tepat dan akurat, yang
akhirnya dapat mengurangi risiko yang mungkin akan didapatkan perusahaan tersebut. Serta
dapat meningkatkan produktivitas suatu perusahaan dan membuat perusahaan tersebut terus
berkembang tanpa tertinggal informasi, sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik
kepada konsumennya. Dan memudahkan perusahaan tersebut bersaing dengan perusahaan
lain.
2. a. Langkah – Langkah Pengambilan Keputusan yang Dilakukan Pimpinan

Pengambilan keputusan merupakan proses memilih rangkaian/tindakan diantara dua


macam alternatif yang ada (atau lebih) guna mencapai pemecahan atas problema tertentu.

Mengambil suatu keputusan merupakan suatu proses yang melibatkan banyak


langkah. Simon (1960) menggambarkan 4 langkah berbeda dalam mengambil keputusan:
kecerdasan, rancangan, pilihan, dan implementasi.

Kecerdasan (Intelligence) terdiri atas menemukan, mengidentifikasi, dan memahami


masalah yang terjadi pada organisasi – mengapa masalah itu terjadi, dimana, dan akibat apa
yang dialami perusahaan.

Rancangan (design) melibatkan identifikasi dan pencarian berbagai solusi masalah

Pilihan (choice) adalah tentang memilih alternatif solusi yang ada

Implementasi (implementation) adalah tentang membuat alternatif yang dipilih dapat


bekerja dan tetap mengawasi seberapa baik kerja solusi tersebut.

Berdasarkan penjelasan mengenai langkah pengambilan keputusan menurut ahli


diatas, maka dapat disimpulkan mengenai tahapan – tahapan dalam pengambilan keputusan :
Pertama, menemukan masalahnya. Kedua, menemukan solusi. Ketiga, memilih solusi terbaik
dari solusi yang ada. Keempat, menguji solusi, apakah dia dapat bekerja dengan baik atau
tidak.

Contoh terkait langkah – langkah manajemen dalam pengambilan keputusan : dalam


menghadapi penurunan penjualan, tim manajemen penjualan mungkin memutuskan untuk
memberikan komisi yang lebih tinggi pada petugas penjualan apabila berhasil melakukan
penjualan lebih banyak untuk memacu upaya penjualan. Apabila hal ini tidak meningkatkan
penjualan, manajer perlu menyelidiki apakah akar masalahnya adalah buruknya rancangan
produk, pelayanan pelanggan yang tidak memadai, atau adanya kasus lain yang
membutuhkan solusi yang berbeda.

2. b. Menggambarkan Pengaruh Tingkatan Manajemen terhadap Sumber dan Tipe


Keputusannya, Kegiatan Manajemen, Sumber Informasi, Bentuk Informasi, dan
Fungsinya

1. Tidak berulang - ulang

2. Tidak terprogram

3. Tidak terstruktur

4. Tidak mudah diprediksi


Manajemen
Tingkat
5. Informasi tidak mudah
Atas
tersedia

1. Pengawasan langsung Manajemen Tingkat


Menengah

2. Terprogram

3. Terstruktur
Manajemen Tingkat Bawah
4. Mudah diprediksi

5. Informasi mudah tersedia

(Gambar 2.1 Pengaruh Tingkatan Manajemen terhadap Tipe Keputusan Manajemen)


1. Perencanaan jangka panjang dan penentuan
strategi

2.Analisis alternatif dan alokasi sumber daya


3. Perumusan Kebijakan

4. Kaji ulang menyeluruh dan


evaluasi
Manajemen
5. Penyelesaian masalah – Tingkat Atas
masalah kritis

1. Pengawasan langsung
6. Kegiatan –
kegiatan rapat dan Manajemen Tingkat
2. Kaji ulang terperinci dan kepemimpinan Menengah
operasi

3. Pengawan operasi
Manajemen Tingkat
Bawah
4. Penanganan masalah – masalah
personil

(Gambar 2.2 Pengaruh Tingkat Manajemen terhadap Kegiatan Manajemen)

Pengaruh Tingkat Manajemen pada Sumber Informasi

Lingkungan
Tingkat Perencanaan Strategis

Tingkat Pengendalian Manajemen

Tingkat Pengendalian Operasional


Internal

Semakin tinggi tingkatan manajer semakin memerlukan informasi lingkungan, dan semaikn
kebawah memerlukan informasi internal

(Gambar 2.3 Pengaruh Tingkat Manajemen terhadap Sumber Informasi)

Pengaruh Tingkat Manajemen pada Bentuk Informasi

Ringkas
Tingkat Perencanaan Strategis

Tingkat Pengendalian Manajemen

Tingkat Pengendalian Operasional


(Gambar 2.4 Pengaruh Tingkat Manajemen terhadap Bentuk Informasi)

Pengaruh Tingkat Manajemen pada Fungsinya

Tingkat Perencanaan Strategis Tingkat Pengendalian Tingkat Pengendalian


Manajemen Operasional

Kendali Perencanaan
Kendali Perencanaan Kendali
Pengarahan Perencanaan
Pengaturan
Pengarahan
Pengaturan Pengarahan
Staf Staf
Staf
Pengaturan

(Gambar 2.5 Pengaruh Tingkat Manajemen terhadap Fungsinya)

2. c. Keahlian dan kemampuan manajer untuk mendukung proses bisnis sebuah


perusahaan.

Seorang manajer wajib memiliki keterampilan dasar dalam manajemen bisnis agar
mampu mengelola dan memotivasi timnya secara efektif. Peran utama dari seorang manajer
di setiap organisasi maupun perusahaan adalah untuk memimpin, memotivasi, mendukung
dan mendorong karyawan untuk mau bekerja sama mencapai tujuan perusahaan. Dan yang
paling penting, seorang manajer harus mampu membawa pengaruh signifikan dan berarti bagi
tim maupun perusahaannya. Kebanyakan manajer sering mengalami masalah-masalah
fundamental seperti kurangnya keterampilan manajer yang perlu dimiliki sehingga tidak
mampu memimpin tim dengan baik dan kesulitan merumuskan hingga mengeksekusi
perencanaan strategis bagi pertumbuhan perusahaan. Sehingga, untuk menjadi seorang
manajer yang efektif dan berkelas dunia, harus mampu memiliki keterampilan manajer yang
mumpuni agar mampu berkembang selaras dengan lingkungan organisasi yang tumbuh
semakin cepat dan kompleks.

Berikut ini adalah keahlian dan kemampuan yang harus dimiliki manajer :

1. Kemampuan Komunikasi, baik secara lisan (rapat, via telepon, wawancara), dan
tulisan (laporan, memo, dan surat)

2. Kemampuan dalam memecahkan masalah. Dalam memecahkan masalah, manajer


harus memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan, bersikap ilmiah, memiliki
pengetahuan teoritis yang aktual, berpandangan jauh kedepan, dan pengalaman masa
lampau sehingga dengan dimilikinya keahlian tersebut, manajer dapat memutuskan
solusi yang terbaik dari segala masalah yang ada.

3. a. Faktor – Faktor Pendukung dan Penghambat Evolusi / Perkembangan SIM yang


kemudian membentuk CBIS

Pada CBIS ada lima sistem utama atau komponen pendukung yaitu: sistem informasi
enterprise termasuk di dalamnya sistem informasi akuntansi (AIS=Accounting information
system), sistem informasi manajemen (MIS=Management Information system), sistem
informasi pendukung keputusan (DSS=Decision support system), sistem pusat pengetahuan
(knowledgebased system) atau yang sering juga disebut sebagai sistem pakar (Expert
system), dan otomatisasi kantor yang menunjang pengadaan kantor maya (virtual office).

Berikut merupakan faktor penghambat SIM yang kemudian membentuk CBIS :

1. Ketidaksiapan para manajer untuk menggunakan kecanggihan alat komunikasi


untuk pengambilan keputusan. Keputusan yang terlambat seringkali dikarenakan oleh
batasan kerangka pikir, yang masih dipatok sesuai dengan kerangka pikir manual
yang serba lambat dan terbatas oleh tempat.

2. Masih terdapat manajer yang gagap teknologi dan ahli komputer yang kurang
menguasai aspek manajerial sehingga terjadi kesenjangan antara keduanya.
3. Kurang saling menghargai antara manajer dan programer. Banyak program-
program yang diluncurkan tidak mampu memenuhi kebutuhan manajer dan seringkali
manajer tidak menghargai program yang telah dibuat oleh para programer.

4. Kerapkali ketidakkonsistenan manajemen yang menyebabkan kesulitan bagi sistem


untuk membentuk pola pikir yang teratur.

3. b. Alasan mengapa konsep awal aplikasi SIM gagal dibuat dan beralih ke konsep
sistem lainnya

Berikut adalah beberapa hal yang menyebabkan gagalnya konsep awal aplikasi SIM :

1. Kurangnya pengetahuan pemakai (manajer) tentang komputer

2. Kurangnya pengetahuan spesialis komputer tentang bisnis dan peran manajer

3. Perangkat komputer masih awal dan belum banyak seperti sekarang

4. Terlalu ambisius, sebagai perangkat yang canggih diharapkan serba bisa sehingga
menyebabkan biaya dan pekerjaan spesialis informasi membengkak terus. Selain itu,
pekerjaan juga tidak kunjung selesai, tidak jelas arah dan prioritasnya.

4. a. Konsep implementasi End User Computing

Perkembangan teknologi komputasi memungkinkan banyak kemampuan pada


komputer desktop maupun pada laptop. Harga komputer maupun laptop pun juga semakin
bisa dijangkau oleh umum. Dengan demikian maka setiap pekerja atau manajer mudah untuk
membuat analisa data-data dengan cepat pada sebuah desktop atau sebuah laptop. Hal inilah
yang melahirkan apa yang disebut EUC atau End User Computing.

End User Computing (EUC) adalah sistem informasi berbasis komputer yang secara
langsung mendukung aplikasi operasional dan manajerial oleh end users. Dalam EUC sistem,
end user menggunakan stasiun kerja mikrokomputer dan bermacam perangkat lunak untuk
mendapatkan kembali informasi, pendukung keputusan, dan pengembangan aplikasi. Sebagai
contoh, pengguna dapat megirim surat elektronik, menggerakkan model analitik, atau
membangun aplikasi bisnis yang baru.
Dengan memakai konsep EUC ini pekerja atau manajer dapat membuat penjadwalan
penerapan pembebanan depresiasi, pembuat report sendiri, membuat ‘what if’ analysis,
analisa CVP (Cost Volume Profit) dan lain sebagainya.

4. b. Faktor – Faktor yang menyebabkan berkembangnya EUC beserta Contohnya

1. Meningkatnya pengetahuan tentang komputer. Contoh : Dampak pembelajaran


komputer di sekolah formal/non formal yang mengisi formasi pekerjaan dan
lembaga/perusahaan.

2. Antrian jasa informasi. Contoh : Spesialis informasi kebanjiran pekerjaan, dilain


pihak pekerjaan manajer semakin menumpuk

3. Perangkat keras yang relatif murah. Contoh : Komputer mikro membanjiri pasar

4. Banyak perangkat lunak beredar di pasaran. Contoh : Aneka ragam software dijual
bebas di pasar dan pemakai (manajer) dapat memanfaatkan software jadi sesuai
kebutuhan.

5. a. Menggambarkan System Life Cycle beserta penjelasannya

Perencanaan Analisis Perancangan

Penggunaan Penerapan

Gambar 5.1 System Life Cycle

Dalam beberapa hal, nilai CBIS juga dapat dipertimbangkan dari siklus CBIS. Tiap
subsistem CBIS menyerupai suatu organisme hidup yaitu : lahir, bertumbuh, menjadi matang,
berfungsi dan akhirnya mati. Proses evolusi ini disebut siklus hidup sistem (system life cycle
– SLC), dan terdiri dari tahap-tahap berikut: (1) Perencanaan; (2) Analisis; (3) Rancangan;
(4) Penerapan; dan (5) Penggunaan. Siklus hidup suatu sistem berbasis komputer mungkin
hanya berlangsung beberapa bulan, atau mungkin berlangsung beberapa tahun, sehingga
dapat dikatakan bahwa CBIS mempunyai biaya yang tinggi. Cepat atau lambat, sifat dinamis
kebutuhan informasi akan melampaui kemampuan sistem informasi, sehingga sistem itu
harus diperbarui. Tahap-tahap siklus hidup sistem membentuk suatu pola lingkaran. Saat
suatu sistem berakhir masa kegunaannya dan harus diganti, suatu siklus hidup baru dimulai,
diawali dengan tahap perencanaan.

5. b. Menggambarkan Hubungan Kerja Sama antara Manajer sebagai User dengan


Spesialis Informasi dalam Pengelolaan CBIS beserta Penjelasannya

PENGELOLAAN CBIS
Tanggungjawab pada para pemakai / manajer
HUBUNGAN KERJA PEMAKAI DENGAN SPESIALIS INFORMASI

Spesialis
Tahap Manajer
Informasi

Identifikasi, dan
Perencanaan
mendefinisi masalah Mendukung

Analisis Mengendalikan Meneliti Sistem

Merancang
Perancangan Mengendalikan
Sistem

Menerapkan
Penerapan Mengendalikan
Sistem

Menyediakan
Penggunaan Mengendalikan
Sistem

Gambar 5.2 Hubungan Kerja Manajer dengan Spesialis Informasi


Seiring berkembangnya CBIS, manajer merencanakan siklus hidup dan mengatur para
spesialis informasi yang terlibat. Setelah penerapan, manajer mengendalikan CBIS untuk
memastikan bahwa sistem tersebut terus menyediakan dukungan yang diharapkan. Saat
manajer memilih untuk memanfaatkan dukungan para spesialis informasi, kedua pihak
bekerja sama untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah, mengidentifikasi dan
mengevaluasi solusi alternatif, memilih solusi terbaik, merakit perangkat keras dan perangkat
lunak yang sesuai, menciptakan database, dan menjaga kemutakhiran sistem. Semua kegiatan
tersebut akan dapat dilakukan dalam waktu relative singkat apabila perusahaan telah
menggunakan sistem informasi berbasis komputer.

6. a. Unsur – Unsur dan Tujuan Pokok Sistem Pengendalian Internal beserta Contoh

 Unsur-unsur sistem pengendalian intern terdiri dari:


1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberi  perlindungan


terhadap unsur unsur laporan keuangan yang terdiri dari Aktiva, Utang, Pendapatan,
dan Biaya.
3. Praktik yang sehat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap unit.

4. Karyawan bermutu sesuai dengan tanggung jawabnya.

5. Satuan Pengawas Intern

 Tujuan Sistem Pengendalian Internal adalah :


1.       Menjaga kekayaan organisasi ; mencegah agar asset yang dimiliki perusahaan baik fisik
maupun non fisik  dari pencurian, kehancuran ataupun hilang karena tidak dilindungi dengan
dokumen atau bukti yang memadai.
2.       Mengecek ketelitian dan keandalan data Akuntansi ; Pengendalian Internal dirancang
untuk memberikan jaminan proses pengolahan data akuntansi akan menghasilkan informasi
keuangan yang teliti dan andal karena data akuntansi mencerminkan posisi  dan perubahan
kekayaan perusahaan.
3.       Mendorong Efisiensi ; Pengendalian internal ditujukan agar tidak terjadi duplikasi
pekerjaan yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan usaha serta tidak
digunakannya sumberdaya perusahaan dengan boros.
4.       Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen; Dengan adanya Pengendalian Internal
yang efektif, maka kebijkan-kebijakan yang diambil oleh manajemen  ada jaminan  dipatuhi
dan dilaksanakan oleh seluruh anggota perusahaan.
Contoh implementasi dari Sistem Pengendalian Internal :

PT Pegadaian (Persero) menerapkan SOP, kode etik sebagai bentuk pertanggung


jawaban perusahaan atas pengendalian intern. Selain itu, perusahaan memiliki
dewan komisaris yang bertanggung jawab untuk menilai dan mengawasi
pengendalian internal perusahaan. Pengawasan oleh dewan komisaris dibantu oleh
komite audit. Adanya auditor internal dan eksternal yang memeriksa operasional PT
Pegadaian (Persero) dibawah kordinasi komite audit. Komite audit dengan dewan
komisaris tidak masuk dalam struktur organisasi PT Pegadaian (Persero). Karyawan
yang menduduki jabatan sebagai dewan komisaris dan komite audit tidak terlibat
dalam operasional gadai KCA.

6. b. Perbedaan antara Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi beserta Unsur


– Unsurnya ( pada SPI berbasis IT )
Pengendalian Umum :
Menurut Geoerge R terry Pengendalian umum dapat didefinisikan sebagai suatu
proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar .
Pengendalian Aplikasi :
Pengendalian Aplikasi Menurut Krismiaji (2002) : Sesuai dengan namanya,
pengendalian aplikasi adalah pengendalian terkait dengan aplikasi (peranti lunak) tertentu.
Pengendalian aplikasi ini meliputi pengendalian input, pengendalian proses dan pengendalian
output. Tujuan utama pengendalian aplikasi adalah untuk menjamin akurasi dan validitas
input. File, progam, dan output sebuah progam aplikasi.
Pengendalian aplikasi dan pengendalian umum saling melengkapi satu sama lain, jadi
keduanya penting dan perlu, karena pengendalian aplikasi akan jauh lebih efektif jika
didukung oleh adanya pengendalian umum yang kuat. Jika pengendalian aplikasi lemah,
output SIA akan mengandung kesalahan. Output yang mengandung kesalahan ini jika
digunakan untuk membuat keputusan, akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat/keliru
dan dapat berpengaruh negative terhadap hubungan antara perusahaan dengan pelanggan,
pemasok, dan pihak eksternal lainnya,
Unsur – Unsur Pengendalian Umum (General Control)
Menurut IAI pengendalian umum meliputi unsur-unsur sebagai berikut :
1.       Pengendalian  Organisasi dan Manajemen , meliputi pemisahan fungsi serta kebijakan
dan prosedur yang berkaitan dengan fungsi pengendalian.
2.       Pengendalian terhadap pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi, untuk
memperoleh keyakinan bahwa sistem PDE telah dikembangkan secara efisien dan ada
otoritasnya.
3.       Pengendalian terhadap Operasi Sistem, untuk beberapa hal berikut :
a.       Sistem yang digunakan hanya untuk hal-hal yang telah ada otorisasinya
b.      Akses ke operasi computer hanya kepada mereka yang telah memiliki otorisasi
c.       Program yang digunakan dapat dideteksi dan dikoreksi .
4.       Pengendalian terhadap Perangkat Lunak Sistem, Untuk meyakinkan bahwa perangkat
lunak sistem dimiliki  dan dikembalikan secara efisien ,serta diotorisasi
5.       Pengendalian terhadap Entri Data dan Program Struktur otorisasi ditetapkan dengan
jelas atas transaksi , serta akses ke data dan program dibatasi hanya kepada mereka yang
memiliki otorisasi.
6.       Pengendalian terhadap Keamanan PDE , menjaga PDE lain yang berhubungan dengan
PDE yang bersangkutan , misalnya digunakan salinan cadangan ( backup ) ditempat yang
terpisah, prosedur pemulihan ( recovery procedures ) ataupun fasilitas pengolahan diluar
perusaan dalam hal  terjadi bencana.
Unsur – Unsur Pengendalian Aplikasi (Application Control) :
Pengendalian aplikasi dapat dibagi menjadi :
1. Pengendalian Preventif
Pengendalian preventif sebagai petunjuk untuk membantu sesuatu terjadi seperti
seharusnya terjadi. Unsur pengendalian preventif dilaksanakan sebelum data masuk ke dalam
program komputer. Pengendalian preventif meliputi unsur – unsur berikut ini :
a. Otorisasi data sumber
Dokumen yang dipakai sebagai sumber data untuk diolah dalam komputer
sedapat mungkin harus berisi bukti otorisasi dari yang berwenang dan ditelaah oleh
grup pengawas dalam unit sistem informasi.
b. Konversi data
Konversi data adalah proses pengubahan data dari bentuk yang tidak dapat
dibaca oleh mesin menjadi bentuk yang dapat dibaca oleh mesin.
c. Penyiapan data sumber
d. Turnaround documents
Contoh turnaround document adalah dokumen tagihan yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan yang dirancang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama, berupa kartu
plong yang berisi data nomor rekening dan jumlah rupiah tagihan. Bagian ini disobek
oleh debitur dan dikembalikan lagi ke perusahaan pada saat pembayaran tagihan. Oleh
perusahaan, bagian ini langsung dipakai sebagai media masukan untuk pengolahan
dengan komputer transaksi penerimaan kas. Bagian kedua, disimpan oleh debitur
sebagai arsip.
e. Formulir bernomor urut tercetak
Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya
dipertanggungjawabkan merupakan unsur sistem pengendalian intern untuk
mendorong adanya praktik yang sehat
f. Validasi masukan
Cara ini untuk mengawasi masukan yang akan diolah dengan komputer.
Validasi masukan ini dilakukan dengan menggunakan kemampuan komputer dalam
memeriksa (edit). Masukan dengan menggunakan program.
g. Pemutakhiran arsip induk dengan komputer
Pemutakhiran arsip induk dengan menggunakan komputer meliputi
pengurutan transaksi, pembandingan record dalam arsip transaksi dengan record
dalam arsip induk, perhitungan, dan manipulasi serta penyusunan data untuk
keperluan pemutakhiran arsip induk dan produksi keluaran untuk didistribusikan
kepada departemen pemakai atau untuk proses pengolahan komputer lanjutan.
h. Pengendalian terhadap pengolahan data
Pengendalian terhadap pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
pengendalian terprogram. Pengendalian terprogram dirancang untuk mendeteksi
kehilangan data, mengecek perhitungan, dan menjamin pembuktian transaksi dengan
benar.
2. Pengendalian detective
Setelah data sumber disiapkan, diotorisasi, dan diubah kedalam bentuk yang dapat
diproses dengan komputer, data tersebut kemudian dikirim dari departemen sumber ke
departemen pengolaahan data elektronik dengan berbagai teknik pengendalian berikut ini :
a. Mengelompokkan transaksi yang banyak kedalam satu kelompok kecil (disebut
hatching). Batching dan Control totals merupakan teknik pengendalian baik dalam
konversi data maupun pengiriman data. Cara pengendalian ini dapat mengecek
kelengkapan transaksi yang diproses melalui komputer dan dapat menjamin bahwa
semua transaksi telah diterima oleh departemen pengolahan data elektronik.
b. Melakukan pencatatan control totals dalam suatu control log yang dapat
memungkinkan grup pengawas dalam departemen pengolahan data elektronik dapat
merekonsiliasi input controls dengan control totals yang dihasilkan dari pengolahan
komputer. Control totals biasanya dihitung dari batch data masukan. Control totals
ini dihitung secara manua, sebelum pengolahan data dilaksanakan, dan kemudian
dimasukkan sebagai masukan dalam tahap pengolahan oleh komputer.
c. Dokumentasi program akan memudahkan pembetulan kesalahan program,
meskipun perancang programnya sudah tidak ada di perusahaan. Pengujian program
secara ekstensif dalam kondisi nyata, tanpa mengikutsertakan penyusun programnya,
akan memperkecil kemungkinan adanya tipuan – tipuan yang dimasukkan dalam
program dan akan memperlancar penerapan sistem.
d. Pemberian label akan memudahkan identifikasi arsip dan akan mencegah
penggunaan arsip secara keliru. Label arsip ditulis dalam bentuk yang dibaca dengan
komputer dan termasuk dalam pengendalian program. Label juga ditempelkan secara
fisik pada disket.
7. a. Jenis atau Tipe dan Karakteristik e-government
Adapun jenis-jenis atau tipe e-government yang diantaranya yaitu:

a. Government to Citizen (G2C)

Government to Citize (G2C) ialah sebuah teknologi informasi yang memiliki


sebuah tujuan untuk dapat memperbaiki hubungan interaksi diantara pemerintah
dengan masyarakat serta untuk mempermudah masyarakat di dalam mencari berbagai
informasi mengenai pemerintahan.

b. Government to Business (G2B)

Government to Business (G2B) ialah sebuah tipe dari hubungan pemerintah


dengan bisnis. Di karenakan sangatlah dibutuhkan seorang relasi yang sangat baik,
diantara pemerintah dengan kalangan bisnis. Dan tujuannya ialah demi sebuah
kemudahan berbisnis masyarakat dari kalangan pembisnis.

c. Government to Government (G2G)


Goverment (G2G) ialah sebuah web pemerintahan yang dibuat dengan tujuan
agar dapat memenuhi berbagai macam dari informasi yang dibutuhkan diantara
pemerintah yang satu dengan pemerintah lainnya, dan untuk memperlancar dan juga
mempermudah sebuah kerjasama diantara pemerintah-pemerintah yang bersangkut.

d. Government to Employees (G2E)

Government to Employees (G2E) ialah sebuah tipe hubungan yang juga


ditujukan supaya para pegawai pemerintahan ataupun pegawai negeri dapat
meningkatkan kinerja beserta kesejahteraan dari para pegawai yang bekerja pada
salah satu institusi pemerintah.

Adapun karakteristik e-government adalah sebagai berikut :

a.      Bentuk layanan secara elektronis (e-service).


Kontribusi paling nyata dari teknologi komputer dan komunikasi dalam peran
institusi-institusi pemerintah adalah automasi sistem-sistem dan proses-proses untuk
mendukung pelayanan secara elektronis (e-service). Implementasi e-service, yang
dicirikan dengan penerapan sistem-sistem informasi yang dapat diakses secara jarak
jauh, memberikan dimensi baru terhadap hubungan antara pemerintah dan warga
masyarakat dan pelaku bisnis melalui sistem pelayanan publik yang terintegrasi.
Semua layanan publik didasarkan pada manajemen informasi yang terstruktur,
konsisten, dan efisien.
b.      Paradigma baru dalam komunikasi dan interaksi
e-government. 
Paradigma baru dalam komunikasi dan interaksi e-government mendorong
munculnya sebuah tatanan baru berbasis digital dengan ciri keterhubungan yang
tinggi (highly interconnected). Penerapan e-government menjadi pernyataan
penerimaan (acceptance) pemerintah dan segenap komponen masyarakat terhadap
paradigm baru tersebut. Bagi semua pihak yang terlibat, komunikasi dan interaksi
sangat diwarnai oleh tuntutan untuk bisa dimana saja (anywhere), kapan saja
(anytime), dan seketika (instantaneous).
c.      Efek Internal yaitu transformasi model pengelolaan kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan.
E-service hanya dapat berjalan dengan baik bila didukung oleh sistem
informasi yang handal, efisien, akurat, dan aman. Pengelolaan sistem informasi secara
elektronis memiliki cara pandang den mekanisme yang berbeda dibandingkan dengan
pengelolaan secara manual.
d.      Efek Lateral yaitu munculnya interaksi horizontal secara elektronis.
Munculnya E-Government akan merangsang hubungan horizontal antara
warga dan pelaku bisnis, sesame pelaku bisnis, dan sesama institusi pemerintah untuk
berkomunikasi dan bertransaksi secara elektronis pula.
7. b. Membandingkan dua contoh e-government beserta penjelasan mengenai
kualitas/perbedaan kelengkapan informasi, user friendly dan lain sebagainya
Contoh E-Government pertama : Penerapan E-Government Di Korea Selatan
Salah satu Negara yang cukup berhasil menerapkan e-Government adalah Korea
Selatan. Negara ini selalu masuk dalam 10 terbaik penerapan e-Government di dunia. Korea
Selatan sudah membuat undang-undang e-government yang tujuannya agar dapat
diterapkan guna meningkatkan efisiensi pada semua urusan administrasi pemerintahan
dan meningkatkan semua kualitas pelayanan publik.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi, pemerintah Korea Selatan
memperbaki transparansi dan meningkatkan efisiensi administrasi dengan reformasi metode
kinerja pemerintah.
Dimulai pada tahun 2008, Pemerintah Korea Selatan mulai mengintegrasikan
seluruh sistem e-government. Berbagai proyek diterapkan dan pemerintah mulai
memfokuskan koneksi untuk menciptakan teknologi infomasi yang handal dan baik
demi mengintegrasikan seluruh pelayanan publik.
Berikut ini merupakan jenis e-government di Korea Selatan :
1. E- participation.
Merupakan salah satu bentuk e-government yang dikembangkan oleh Pemerintah
Korea Selatan untuk dapat menilai kualitas dan kegunaan informasi dan berbagai layanan
publik yang disediakan oleh sebuah negara yang bertujuan melibatkan masyarakatnya dalam
membuat kebijakan publik melalui pemanfaatan berbagai program e-government. Masyarakat
Korea Selatan dapat menyampaikan kritik, saran dan keluhannya melalui website ini dan
aspirasi yang mereka sampaikan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.
2. Employment Portal (Worknet)
Merupakan sebuah webiste yang menyediakan berbagai informasi lowongan
pekerjaan yang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat Korea Selatan. Masyarakat hanya
tinggal mengakses website tersbut dan mencari pekerjaan yang diinginkan. Untuk
perusahaan yang akan mencari informasi data karyawan juga dapat mengakses website
tersebut karena website ini menampung seluruh data dan informasi karyawan yang ada di
seluruh perusahaan yang ada di Korea Selatan. Dengan adanya website tersebut ternyata
dapat mengurangi angka pengangguran di Korea Selatan.

3. E-Post.

Merupakan website yang disediakan dan dikelola oleh Pemerintah untuk mengirim
surat dan paket. Di Indonesia model tersebut seperti layaknya POS Indonesia. Webiste ini
tersedia dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Korea dan Bahasa Inggris yang memudahkan
masyarakat untuk mengaksesnya. Situs ini menawarkan layanan pos dengan nyaman dan
aman seperti Pos, Pengiriman, EMS Belanja, Pasar terbuka yang dapat diakses kapan pun
dan dimanapun tanpa perlu mengunjungi kantor pos. Untuk dapat menggunakan layanan ini
masyarakat harus mempunyai ID dan kata sandi. E-post dapat diakses 24 jam nonstop,
sehingga berbagai kebutuhan paket dan surat masyarakat dapat diselesaikan dengan aman
dan nyaman.

Di Korea Selatan E- Government dapat digunakan untuk memberantas korupsi.


Di Kota Seoul terdapat sistem OPEN yang merupakan strategi antikorupsi dan menjadi
salah satu komponen penting dalam e-government. Dengan sistem OPEN ini membuat
dampak besar terhadap transparansi publik untuk pengambilan keputusan dan tindakan
individu PNS. Masyarakat dapat melacak pengelolaan layanan, selain itu pengawas juga
dapat melacak perilaku yang dianggap mencurigakan. Kedua pada beberapa departemen
yang dicurigai korup, lebih ditingkatkan lagi pelayanan dan pengawasannya serta
menargetkan transparansi. E-government membuat data secara terpadu untuk diaudit dan
dianalisis.
Contoh E-Government kedua : Penerapan E-Government di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah mengembangkan Government Service Bus (GSB),
yang bertujuan untuk menghubungkan server-server yang ada di
Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
GSB mengintegrasikan data berbasis Nomor Induk Pegawai dari Badan
Kepegawaian Negara (BKN), Nomor Induk Kependudukan (NIK) dari server Kementrian
Dalam Negeri (KEMENDAGRI) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari server
Kementrian Keuangan. Dalam mengintegrasikan data tersebut menggunakan aplikasi
SIMANTRA (Indrayani, 2016).
SIMANTRA adalah aplikasi manajemen pertukaran data pemerintah. Selain itu
digunakan juga PNSbox (Privati Network Security) yang diinstal terlebih dahulu pada
data center yang ada di Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Kesimpulan beserta Penjelasan mengenai Perbandingan Kedua Penerapan E-
Government diatas :
Penggunaan teknologi dengan penerapan e-government merupakan sebuah upaya
yang dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan dalam mengoptimalkan penyediaan jasa
layanan bagi masyarakat.
Korea Selatan merupakan negara yang selalu masuk dalam 10 terbaik penerapan e-
Government di dunia. Ada beberapa best practice penerapan e-government di Korea Selatan
yang dapat dijadikan contoh untuk negara Indonesia. E-Participation adalah salah satu
bentuk e-government yang dapat digunakan masyarakat Korea Selatan untuk dapat
menyampaikan kritik, saran, keluhan dan aspirasi yang mereka sampaikan dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan Pemerintah. E-post, situs ini menawarkan layanan
pos dengan nyaman dan aman seperti Pos, Pengiriman, EMS Belanja, Pasar terbuka yang
dapat diakses kapan pun dan dimanapun tanpa perlu mengunjungi kantor pos. Worknet,
webiste yang menyediakan informasi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh seluruh
masyarakat Korea Selatan. Dalam membernatas korupsi pemerintah Kota Seoul
megembangkan sistem OPEN yang membuat dampak besar terhadap transparansi publik
untuk pengambilan keputusan dan tindakan individu PNS.
Sementara di Indonesia sendiri beberapa daerah cukup kreatif dan inovatif
dalam menerapkan e-government. Ada dampak penerapan e-government di Indonesia
dalam memberantas korupsi membuat, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK) Indonesia
pada tahun 2018 naik ke peringkat 4 di tingkat ASEAN setelah berhasil menggeser posisi
Thailand yang turun ke posisi 6.
DAFTAR PUSTAKA :

https://media.neliti.com/media/publications/74452-ID-pengaruh-kualitas-sistem-dan-kualitas-in.pdf

https://www.academia.edu/4553433/Nilai_Informasi

http://repository.ut.ac.id/4539/1/SKOM4437-M1.pdf

https://osf.io/4rnse/download/?format=pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Saliman,%20Drs.
%20M.Pd./CBIS.pdf

https://accounting.binus.ac.id/2019/10/17/memahami-pengendalian-intern-
dalam-sistem-informasi-akuntansi/

https://jurnal.polines.ac.id/index.php/akunbisnis/article/download/1658/106661

https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/equi/article/download/748/572

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2003120001AKSIBab2
/page12.html

http://www.pengertianku.net/2014/12/inilah-pengertian-e-government-dan-
contohnya.html/

https://www.epeople.go.kr.
https://www.researchgate.net/deref/https%3A%2F%2Fwww.work.go.kr%2F
Kenneth C. Laudon, Jane P. Laudon. 2017. Sistem Informasi Manajemen, Mengelola
Perusahaan Digital. Jakarta Selatan : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai