Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang
sangat pesat dan berdampak pada makin meningkatnya pengetahuan serta
kemampuan manusia.Setiap manusia lebih dituntut dan diarahkan kearah ilmu
pengetahuan di segala bidang.Ilmu kimia yang identik dengan ilmu mikro pun tidak
luput dari sorotan.Belakangan ini telah lahir ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mempermudah manusia dalam berbagai keperluan penelitian termasuk analisis
kimia.Salah satu bentuk kemajuan ini diantaranya adalah alat serapan atom yang
sangat mendukung dalam analisis kimia khususnya unsur logam dengan metode
Spektroskopis Serapan Atom (SSA).
Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang
pengukurannyaberdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh
spesi atomatau molekulanalit.Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri
Serapan Atom (SSA),merupakanmetode analisis unsur secara kuantitatif yang
pengukurannya berdasarkan penyerapan cahayadengan panjang gelombangtertentu
oleh atom logam dalam keadaan bebas.Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi
sinar matahari.Pada tahun 1802Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum
cahaya matahari yang kemudian diselidikilebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun
1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa garisFraunhofer ini diakibatkan
oleh proses absorpsi pada atmosfer matahari.Prinsip absorpsi inikemudian
mendasariKirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang
sistematismengenai spektrum dari logam alkali dan alkali tanah.Kemudian Planck
mengemukakanhukum kuantum dari absorpsi dan emisisuatu cahaya. Menurutnya,
suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu
(frekuensi), atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah
energi tertentu.
Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketikapublikasi yang ditulis oleh
Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini
SSAdirekomendasikansebagaimetode analisis yang dapat diaplikasikan secara umum
(Weltz,1976).Pengembangan metode spektrometri serapan atom (SSA) baru dimulai
sejak tahun1955, yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955) melaporkan
hasil penelitiannyatentang penggunaan “hollow cathode lamp” sebagai sumber radiasi
yang dapat menghasilkanradiasi panjang gelombang karakteristik yang sangat
sesuaidengan SSA. Pada tahun yangsama Alkemadedan Milatz (1955) melaporkan
bahwa beberapa jenis nyala dapat digunakansebagai sarana untuk atomisasi sejumlah
unsur.
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali dikembangkan
oleh WalshAlkamede, dan Metals (1995).SSA ditujukan untuk mengetahui unsur
logam renik di dalamsampel yang dianalisis.Spektrofotometri Serapan Atom
didasarkan pada penyerapan energisinar oleh atom-atom netral dalam keadaan gas,
untuk itu diperlukan kalor / panas. Alat ini umumnya digunakan untuk analisis logam
sedangkan untuk non logam jarang sekali, mengingat unsur non logam dapat
terionisasi dengan adanya kalor, sehingga setelahdipanaskan akan sukar didapat unsur
yang terionisasi. Metodeini larutan sampel diubahmenjadi bentuk aerosol didalam
bagian pengkabutan (nebulizer) pada alat AAS selanjutnyadiubah ke dalam bentuk
atom-atomnya berupa garis didalam nyala.Spektrofotometer serapan atom (SSA)
sebetulnya adalah metode umum untukmenentukan kadar unsur logam konsentrasi
renik. Keadaan bentuk sampel aslinya tidak pentingasalkan sampel larut dalam air
atau dalam larutan bukan air.Metode SSA spesifikasinya tinggi yaitu unsur-unsur

1
dapat ditentukan meskipun dalam campuran.Pemisahan, yangpenting untukhampir
semua analisis basah, boleh dikatakan tidak diperlukan, menjadikan SSAsederhana
dan menarik.Kenyataan ini, ditambah dengan kemudahan menangani SSA
modern,menjadikan analisis rutin dapat dilakukan cepat dan ekonomis oleh tenaga
laboratorium yangbelum terampil.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Spektrofotometri Serapan Atom ?
2. Apa saja bagian-bagian penting dalam alat Spektrofotometer Serapan Atom?
3. Apa saja metode pengukuran yang digunakan dalam alat Spektrofotometer
Serapan Atom?
4. Apa sajakah gangguan, kelemahan dan keuntungan menggunakan alat
Spektrofotometer Serapan Atom?
5. Bagaimana cara pemeliharaan bagian-bagian alat Spektrofotometer Serapan
Atom?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Spektrofotometer Serapan Atom.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian penting dalam alat Spektrofotometer Serapan
Atom.
3. Untuk mengetahui metode pengukuran yang digunakan dalam alat
Spektrofotometer Serapan Atom.
4. Untuk mengetahui gangguan, kelemahan dan keuntungan menggunakan alat
Spektrofotometer Serapan Atom.
5. Untuk mengetahui cara pemeliharaan bagian-bagian alat Spektrofotometer
Serapan Atom.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Spektrofotometri Serapan Atom


Salah satu metode dalam spektrofotometri adalah spektrofotometri serapan
atom (Atomic Absorption Spectrofotometric/AAS). Spektrofotometri serapan atom
adalah suatu metode analisis untuk penentuan konsentrasi suatu unsur dalam suatu
cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom
yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). Proses penyerapan energi
terjadi pada panjang gelombang dan karakteristik yang spesifik untuk tiap unsur.
Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom penyerap tereksitasi (elektron dari
kulit atom meloncat ketingkat energi yang lebih tinggi). Banyaknya intensitas radiasi
yang diserap sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar
yang menyerap energi radiasi tersebut.Dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi
(absorbansi) atau mengukur radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka konsentrasi
unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan.
Metode AAS sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi yang
rendah.Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan metode spektroskopi
emisi konvensional.Pada metode konvensional, emisi tergantung pada sumber
eksitasi. Bila eksitasi dilakukan secara termal, maka ia bergantung pada temperatur
sumber. Selain itu, eksitasi termal tidak selalu spesifik dan eksitasi secara serempak
pada berbagai spesies dalam berbagai campuran dalam suatu spesies dapat saja
terjadi.Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsur-unsur dengan tingkat energi eksitasi
yang sangat rendah dapat dimungkinkan.
Pada perkembangan terakhir, alat atomisasi yang digunakan dalam AAS
adalah menggunakan tabung grafit yang dipanaskan dengan listrik (elektrotermal
atomizer). Pembentukan atom-atom bebas atau atomisasi itu biasanya dilakukan
dalam tiga tahap yang berlangsung secara otomatis, sesuai dengan urutan program
yaitu:
1. Tahap pengeringan (drying stage) : meliputi pemanasan pada suhu rendah (di
bawah 100 oC) untuk menghilangkan pelarut ;
2. Tahap pengabuan (ashing stage) : suhu dinaikkan menjadi 1500 oC, sehingga
molekul-molekul senyawa organik dan senyawa-senyawa anorganik
mengalami proses pirolisis. Uap-uap hasil pirolisis keluar dari alat atomisasi
dan yang tinggal adalah senyawa-senyawa anorganik yang stabil ;
3. Tahap atomisasi (atomization): pada tahap ini, tabung atomisasi dipanaskan
sampai suhu yang lebih tinggi lagi (kurang lebih 3000 oC) untuk menguraikan
senyawa-senyawa yang belum terurai dan untuk menggerakkan atom-atom
bebas ke dalam berkas sinar, agar dapat diukur absorban atom-atom.
Jika atom diradiasikan dengan cahaya, atom tersebut akan menyerap cahaya
yang mempunyai panjang gelombang spesifik untuk logam tersebut dan atom akan
mengalami oksidasi. Penyerapan cahaya ini sebanding dengan konsentrasi atom-
atom logam.Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan
konsentrasi unsur yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian AAS
untuk analisis unsur-unsur logam.Untuk membentuk uap atom netral dalam
keadaan/tingkat energi dasar yang siap menyerap radiasi dibutuhkan sejumlah
energi.Energi ini biasanya berasal dari nyala hasil pembakaran campuran gas asetilen-
udara atau asetilen-N2O, tergantung suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur
analit menjadi uap atom bebas pada tingkat energi dasar (ground state).
Dengan mengukur serapan cahaya oleh atom-atom nyala maka konsentrasi
logam dalam contoh pada panjang gelombang tertentu dinyatakan oleh hukum
Lambert-Beer sebagai berikut :

3
I = Io . a.b.c
Log I/Io = a.b.c
A = a.b.c
dengan,
A = absorbansi, tanpa dimensi
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan
Pada persamaan diatas ditunjukkan bahwa besarnya absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi atom-atom pada tingkat tenaga dasar dalam
medium nyala. Banyaknya konsentrasi atom-atom dalam nyala tersebut sebanding
dengan konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan.Dengan demikian, dari pemplotan
serapan dan konsentrasi unsur dalam larutan standar diperoleh kurva kalibrasi.
Dengan menempatkan absorbansi dari suatu cuplikan pada kurva standar akan
diperoleh konsentrasi dalam larutan cuplikan.
Cara untuk menentukan konsentrasi larutan cuplikan dilakukan dengan
membandingkan nilai absorban (A) larutan cuplikan tersebut dengan nilai absorban
(A) dari larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya. Selanjutnya dari absorban
larutan baku tersebut dibuat kurva kalibrasi yaitu grafik hubungan antara absorban
dengan konsentrasi larutan baku yang merupakan sebuah garis lurus. Nilai absorban
dari larutan cuplikan kemudian dialurkan pada grafik kurva kalibrasi tersebut,
sehingga konsentrasi larutan cuplikan dapat ditentukan.

B. Bagian-bagian Penting Alat Spektrofotometer Serapan Atom


1. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki
masapakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur
yang akandiuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda
Cu, hanya bisadigunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi
dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus,hanya saja harganya lebih mahal.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi
sehingga unsurlogam yang akan diuji akan mudah tereksitasi.Lampu katoda
memproduksi sebuah sinar yang memilki spektra garis yang sempit(biasanya 0.001
nm)dan spesifik tergantung dari material katoda yang digunakan. Dalam lampu
katoda, sebuahkatoda dan lapisan anoda ditutup dengan sebuah bahan gelas dan diisi
dengan gas argonmaupun neon yang tekanannya dikurangi hingga 7,5 mBar (10 torr).
Gas pengisi dipilihuntuk mengurangi interfensi spektra.

2. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS merupakan tabung gas yang berisi gasasetilen. Gas
asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan ada juga tabung gasyang
berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000K.
Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang
akandikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian
kanan regulatormerupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Gas ini
merupakan bahan bakardalam Spektrofotometri Serapan Atom.

4
Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang
berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan memberikan
sensitivitas yang berbeda pula. Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam
atomisasi dengan nyala:
o Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur
yang akan dianalisa
o Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
o Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
o Gas cukup murni dan bersih (UHP)
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu
dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk
pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas
bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan
memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada
gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor.
Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak
akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat.

3. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena
burner berfungsi sebagai tempat pencampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata,dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
Lubang yang berada padaburner, merupakan lubang pemantik api, dimana pada
lubang inilah awal dari prosespengatomisasian nyala api.Warna api yang dihasilkan
berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api
merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru,
merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas.

4. Nyala
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan
menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Nyala mempunyai
persyaratan yang penting yaitu bahwa nyala yang dipakai hendaknya menghasilkan
temperatur lebih dari 2000oK. Konsentrasi tereksitasi, dipengaruhi oleh komposisi
nyala.Dalam analisis aas biasanya ada empat jenis nyala yang didasarkan pada sifat-
sifat unsur karena dari keempat jenis nyala tersebut selain berbeda dalam suhu nyala
juga berbeda dalam daya perduksi, transmitans, dsb. Keempat nyala terebut yaitu :
a. Nyala Udara-Asetilen
Untuk analisis AAS yang paling sesuai dan paling umum digunakan adalah
nyala udara asitilen. Akan tetapi unsur-unsur yang oksidanya mempunyai
energi disosiasi tinggi tidak mungkin dianalisis dengan nyala ini karena pada
suhu rendah akan menghasilkan sensitivitas yang rendah. Nyala udara-asitilen
mempunyai transmitan rendah pada daerah panjang gelombang yang pendek
(ultraviolet). Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS.
Temperatur nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral
dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak
unsur dapat diminimalkan. Komposisi nyala asitilen-udara sangat baik
digunakan untuk lebih dari tiga puluh unsur. Suhu untuk nyala ini adalah
2400-2700 K.
b. Nyala N2O-Asetilen
Suhu nyala ini sangat tinggi karena dinitrogen oksida mempunyai daya
pereduksi yang kuat sehingga N2O-asetilen dapat digunakan untuk analisis
yang unsur-unsurnya sulit diuraikan atau sulit dianalisis dengan nyala lain.

5
Jika unsur-unsur yang seuai dengan nyala udara-asetilen dilakukan analisis
dengan nyala ini maka asensitivitasnya akan menurun, hal ini disebabkan oleh
jumlah atom dalam keadaan terekitasi bertambah sedangkan atom-atom dalam
keadaan dasar menurun dan jumlah atom-atom yang terurai akan terionisasi
lebih lanjut oleh kenaikan suhu. Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-
unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan
temperature nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah:
Al, B, Mo, Si, Ti, V dan W. Suhu untuk nyala 2900-3100 K.
c. Nyala Udara-Hidrogen
Dibandingkan dengan nyala udara asitilen nyala ini mempunyai transmitan
yang baik pada daerah panjang gelombang pendek yaitu unuk analisis
spektrum pada daerah 230 nm. Nyala udara ini efektif untuk analisis unsur Pb,
Cd, Sn, dan Zn selain sesuai nyala ini mempunyai sensitivitas yang tinggi
dengan unsur diatas. Tetapi nyala ini lebih rendah sedikit daripada nyala
udara-asetilen sehingga cenderung lebih banyak mengakibatkan interferensi.
Suhu untuk nyala ini adalah 2300-2400 K
d. Nyala Argon-Hidrogen
Nyala ini mempunyai transmitan yang lebih baik daripada nyala udara-
hidrogen pada daerah panjang gelombang pendek, nyala ini sesuai untuk
analisis unsur As (192,7 nm) dan Se (196 nm). Akan tetapi karena suhu nyala
yang sangat rendah memungkinkan adanya interferensi yang besar.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :
1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah
korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan
unsur yang dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
a. Tidak mudah meledak bila kena panas
b. Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
c. Mempunyai titik didih > 100 ºC
d. Mempunyai titik nyala yang tinggi
e. Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon
5. Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
sempitdan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator
erfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak
spectrum yang dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode atau untuk merubah sinar
polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.
Macam-macam monokromator yaitu prisma, kaca untuk daerah sinar tampak,
kuarsa untuk daerah UV, rock salt (kristal garam) untuk daerah IR dan kisi
difraksi.Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator difraksi grating
atau kisi difraksi.

6. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
yangmemberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi
yang diserap oleh permukaan yang peka,dimana energi listrik yang dihasilkan
digunakan untuk mendapatkan data. Detektor AAS tergantung pada jenis
monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasadipakai untuk
analisa alkali, detektor yang digunakan adalah barier layer cell. Tetapi padaumumnya
yang digunakan adalah detektor photomultiplier tube. Photomultiplier tube terdiridari

6
katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang
mampumengumpulkan elektron. Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan
dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-
dinoda yang mampumenggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang
sampai menuju anoda besar danakhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk
menambah kinerja alat maka digunakansuatu mikroprosesor, baik pada instrumen
utama maupun pada alat bantu lain sepertiautosampler.
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector
panas biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah termasuk thermocouple dan
bolometer.
 Detector Cahaya atau Detector Foton
Detector foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam hal ini setiap foton
akan membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif
terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
 Detector Infra Merah dan Detector Panas
Detector infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul
jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.

7. Sistem Pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka ataugambar
yang dapat dibaca oleh mata.Merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan
sebagai system pencatatan hasil yang dilakukan dengan suatu alat yang telah
terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbs. Hasil pembacaan dapat
berupa angka atau kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau
intensitas emisi.

8. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap
atau sisapembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap
bagian luarpada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak
berbahaya bagilingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran
pada AAS, diolahsedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan
tidak berbahaya.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring,
karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi
untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya
melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting.
Bagan Alat SSA (Spektrofotometri Serapan Atom) :

7
C. Metode Pengukuran dalam Spektrofotometer Serapan Atom
Untuk mengukur kadar sampel dengan AAS, dapat dilakukan dengan tiga
metode yaitu :
1. Metode Standar Tunggal
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd).Selanjutnya absorbsi
larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan
spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:
Astd/Cstd = Csmp/Asmp
 Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi
larutan sampel dapat dihitung.
2. Metode Kurva Kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah
selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan absorbansi
(A) yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan slobe Ɛb atau
ab. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel
diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam
persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi
linear pada kurva kalibrasi.
Kurva kalibrasi dibuat dari larutan standar yang mengandung unsur
logam yang sama dengan unsur yang akan ditetapkan. Analisis kuantitatif
dengan menggunakan kurva kalibrasi diperoleh dengan mengukur absorbansi
sederetan konsentrasi larutan standar. Untuk senyawa yang mengikuti Hukum
Lambert-Beer, plot antara konsentrasi terhadap absorbansi merupakan garis
lurus yang mengikuti persamaan regresi linier Y= ax+b, dimana Y=jumlah
serapan , X=konsentrasi, a=intersept, b=slope.
3. Metode Adisi Standar
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan
kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks)
sampel dan standar.Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu
dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai
volume tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya
ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan
diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan
berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana,
C = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh :
Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur
Ax dan AT dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat
standar dapat pula dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang
diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)}
Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs

8
D. Gangguan, Kelemahan dan Keuntungan dalam Menggunakan alat
Spektrofotometer Serapan Atom

Dalam Spektrofotomrter Serapan Atom, terdapat dua istilah yang perlu


diperhatikan yaitu sensitivitas dan limit deteksi. Jika suhu yang digunakan terlalu
tinggi maka sensitivitasnya menurun, karena atom-atom akan terionisasi lebih lanjut.
Ionisasi lebih lanjut ini pada suhu tinggi dapat diatasi dengan penambahan senyawa
yang lebih mudah terionisasi(senyawa golongan alkali) dalam sampel. Sensitivitas
ditentukan sebagai konsentrasi dari suatu unsur dalam ng/mL atau ppm yang
menghasilkan signal transmintans sebesar 0,99 atau signal absorbansi sebesar 0,0044.
Sedangkan limit deteksi ditentukan sebagai konsentrasi terendah dari suatu yang
menghasilkan signal sama dengan dua kali standar deviasi signal background atau
dua kali dari baseline noise. Baik sensitivitas maupun limit deteksi nilainya bervariasi
dan keduanya tergantung pada suhu nyala, tipe instrument, dan metode analisis.
Dalam penggunaan Spektrofometer Serapan atom, terdapat beberapa
gangguan yang secara luas dapat dikategorikan menjadi gangguan spectral, gangguan
kimia, gangguan fisika dan gangguan ionisasi.
a. Gangguan spectral disebabkan karena terjadi tumpang tindih absorbasi antara
spesies pengganggu dengan spesies yang diukur, ini terjadi karena dua garis
letaknya berdekatan seperti vanadium 308,211 dan Alumunium 308,215 nm.
Karena sempitnya garis emisi pada sumber hallow chatode maka gangguan
garis spectral atom jarang terjadi. Adanya hasil pembakaran pada nyala dapat
menyebabakan gangguan spectral.
Gangguan spectral ini dapat diamati dengan mengunakan blanko yang
mengandung zat hasil pembakaran tersebut.Adanya gangguan spectral dapat
dikoreksi dengan mudah pada suatu model berkas tunggal. Adanya peristiwa
absorpsi (yang bukan resornansi atom) dan penghamburan juga akan
menghasilkan kesalahan positif dalam pembacaan absobansi. Koreksi latar
belakang biasanya juga dilakukan dengan dua metode pilihan yaitu sumber
kontinyu dan metode efek Zeeman.
b. Gangguan kimia lebih umum dijumpai dari pada gangguan spectral.
Gangguan kimia dapat berupa pembentukan senyawa volatilitas rendah dan
kesetimbangan disosiasi ionic dalam nyala. Biasanya anion membentuk
senyawa dengan volatilitas rendah dan menurunkan laju atomisasi, misalnya
laju ion posfat atau sulfat dapat mereduksi atomisasi kalsium. Kation juga
dapat menimbulkan gangguan semacam ini, misalnya Al sebagai pengotor
dapat mereduksi kecepatan atomisasi Mg. Pembentukan senyawa yang stabil
menyebabkan tidak sempurnanya disosiasi zat yang akan dianalisa bila ditaruh
dalam nyala, atau pembentukan itu mungkin timbul dari pembentukkan
senyawa-senyawa tahan api dalam nyala, yang tidak dapat berdisosiasi
menjadi atom-atom penyusunnya. Gangguan tersebut dapat dieliminasi
dengan meningkatkan temperatur nyala, pemakaian ’reagensia pelepas’ dan
eksitasi analit unsur-unsur pengganggu.
Disamping efek pembentukan senyawa dan pengionan, juga perlu
dipertimbangkan efek-efek matriks, ini terutama factor fisik yang akan
mempengaruhi banyak contoh yang mencapai nyala, dan terutama
dihubungkan dengan factor sepeti viskositas, rapatan, tegangan permukaan
dan keatsirian pelarut yang digunakan untuk membuat larutan uji.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini:
1. Menambahkan reagent yang dapat bereaksi lebih kuat terhadap ion
pengganggu. Misalnya penambahan lantanum dapat mengatasi gangguan
fosfat melalui pembentukan lantanum fosfat ( Lantanum harus juga
ditambahkan pada larutan standar)

9
2. Menambahkan reagent yang dapat bereaksi lebih kuat terhadap analit yang
dapat mengasilkan produk yang dapat didekomposisi didalam nyala.
Misalnya penambahan EDTA akan dapat mengatasi gangguan fosfat
karena EDTA akan bereaksi dengan kalsium (EDTA harus juga
ditambahkan pada larutan standar)
3. Menambahkan ion pengganggu dalam jumlah berlebih baik pada sampel
maupun larutan standar. Akan tetapi cara ini akan menurunkan
sensitivitas.
4. Menggunakan nyala yang lebih panas, misalnya N2O/C2H2.
5. Diberikan suatu perlakuan terhadap sampel untuk memisahkan
pengganggu. Standar juga harus diberikan perlakuan yang sama.
c. Gangguan fisika
Perbedaan-perbedaan yang signifikan antara sifar-sifat sampel dan larutan
standar seperti viskosit (kekentalan), tegangan permukaan, berat jenis, dan
sifat-sifat fisik lainnya dapat menyebabkan perbedaan didalam nebuliser. Hal
ini karena hanya aerosol yang sangat kecil (finest mist) yang akan mencapai
nyala dan proporsi sampel yang dapat dikonversi menjadi ”fine mist”
tergantung pada sifat-sifat fisiknya.
Perlu dicatat bahwa sifat fisik ini dapat juga tergantung pada pH.Jika proporsi
sampel yang mencapai nyala lebih besar daripada larutan standar (misal jika
senyawa-senyawa organik terlarut berada pada tegangan permukaan yang
lebih rendah) maka akan memberikan gangguan positif. Hal ini dapat diatasi
dengan menggunakan metode adisi standar (yang akan dijelaskan kemudian).
d. Gangguan ionisasi
Jika analit yang akan diukur terionisasi didalam nyalakarena eksitasi termal,
maka sensitivitas pengukuran terhadap analit menurun karena jumlah radiasi
yang diserap sangatlah kecil. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan
logam lain yang lebih mudah terionisasi dengan konsentrasi yang tinggi,
misalnya K, Rb, atau Cs.
Kalium lebih sering dipakai karena Rb dan Cs sangat mahal. Ketika logam
yang lebih mudah terionisasi ditambahkan (misalnya K), maka :
K → K+ + e-
Keseimbangan atom dalam analit yang ditentukan:
M → M+ + e-
Keseimbangan reaksi pada analit akan bergeser ke kiri, karena ada
penambahan elektron dari reaksi kesetimbangan Kalium, sehingga atom-atom
M dalam keadaan dasar akan lebih banyak.

Adapun penggunaan AAS dalam menganalisa suatu unsur memiliki


kelemahan diantaranya
- khusus mengukur logam-logam,untuk gas tidak dapat diukur dengan AAS.
- kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti proses destruksi yang
kurangsempurna dan tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama
- dapat terjadi kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks
sampeldanmatriks standar
- aliran sampel pada burner dapat tidak sama kecepatannya atau
adapenyumbatan padajalannya aliran sampel.
Sedangkan keuntungannya antara lain
- Tidak perlu dilakukan pemisahan unsur yang satu dari lainnya, larutan sampel
dapat langsung dianalisis kandungan unsurnya.
- Spesifik
- Batas (limit) deteksi rendah

10
- Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
- Dapatdiaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis sampel.
- Batas kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hinggapersen)

E. Perawatan yang Dibutuhkan Alat Spektrofotometer Serapan Atom


• Lampu katoda
Bila setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit
AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus
penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu
pemakaian dicatat.
• Ducting
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga
atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting.
• Burner
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides sampai warna api yang terbentuk
berwarna biru kembali, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian

11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis untuk
penentuan konsentrasi suatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada
proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom yang berada pada tingkat
energi dasar (ground state). Proses penyerapan energi terjadi pada panjang
gelombang dan karakteristik yang spesifik untuk tiap unsur.
2. Bagian-bagian penting dalam alat AAS antara lain lampu katoda,
tabung gas, burner, nyala, monokromator, detektor, sistem pembacaan, dan
ducting.
3. Metode pengukuran sampel dalam AAS teridir dari metode standar
tunggal, metode kurva kalibrasi, dan metode adisi standar.
4. Gangguan dalam pemeriksaan menggunakan AAS dibagi menjadi
gangguan spectral, gangguan kimia, gangguan fisika, dan gangguan ionisasi.
Kelemahan dalam menggunakan AAS antara lain hanya dapat mengukur logam-
logam, tidak dapat mengukur gas ;kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti
proses destruksi yang kurangsempurna dan tingkat keasaman sampel dan blanko
tidak sama ; dapat terjadi kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan
matriks sampel danmatriks standar ; aliran sampel pada burner dapat tidak sama
kecepatannya atau ada penyumbatan pada jalannya aliran sampel. Keuntungan
dalam menggunakan AAS antara lain tidak perlu dilakukan pemisahan unsur yang
satu dari lainnya, larutan sampel dapat langsung dianalisis kandungan unsurnya ;
spesifik ; batas (limit) deteksi rendah ; dari satu larutan yang sama, beberapa
unsur berlainan dapat diukur ; dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur
dalam banyak jenis sampel. ; batas kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas
(mg/L hinggapersen).
5. Dalam pemeliharaan alat AAS, ada beberapa bagian yang perlu
diperhatikan secara khusus antara lain lampu katoda, ducting, dan burner.

12
DAFTAR PUSTAKA

L. Ebon, A. Fisher and S. J. Hill. 1998. An Introduction to Analytical Atomic


Spectrometry, Ed. E. H. Evans, Wilwy, New York.
Sumar Hendayana,dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang.
Foley, Gerald. 1993. Peanasan Global. Jakarta Yayasan Obor Indonesia.

13
14

Anda mungkin juga menyukai