Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH TENTANG EKONOMI MAKRO

DI SUSUN
OLEH :
SYARBAINI SIREGAR

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TA.2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi Rahmat

dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan

banyak terimakasih kepada guru pembimbing mata pelajaran Ekonomi sehinga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terjadi kesalahan

dan kekeliruan. Kami berharap kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Medan,12 januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................................... 1
Daftar isi .............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang ................................................................................................... 3
Rumusan masalah .............................................................................................. 3
Tujuan................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Ilmu ekonomi mikro ............................................................................... 4
B. Tinjauan umum......................................................................................... 4
C. Asumsi dan devenisi .................................................................................
5
D. Model operasi........................................................................................... 6
E. Biaya peluang............................................................................................. 8
F. Penerapan ekonomi mikro ......................................................................... 9
G. Mekanisme harga dan system pasar ........................................................ 10
H. Perencanaan dan system harga .................................................................
11 I. Permintaan pasar dan perilaku
konsumen .................................................. 13
J. Pendekatan-pendekatan dalam perilaku konsumen ................................ 13
K. Pendekatan marginal utility ....................................................................... 13
L. pendekatan indifference curve ................................................................... 16
M. hukum permintaan ................................................................................... 19
N. elastisitas.................................................................................................... 21
O. system harga............................................................................................... 25
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 29
A. kesimpulan ............................................................................................................ 29
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 30
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Untuk mengetahui lebih lengkap tentang ekonomi mikro, sekaligus sebagai

wadah informasi tentang Ilmu Ekonomi. Faktor ekonomi mikro dan makro

mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan. Faktor ekonomi mikro ada di

dalam perusahaan dan di bawah kendali manajemen, diantaranya termasuk produk,

budaya organisasi, kepemimpinan, manufaktur (kualitas), permintaan dan faktor

produksi. Sedangkan Faktor ekonomi makro ada di luar perusahaan dan tidak di

bawah kendali manajemen, diantaranya faktor sosial, kondisi lingkungan, politik,

pemasok, pesaing, peraturan pemerintah dan kebijakan. Faktor-faktor ekonomi

mikro dan makro dapat menimbulkan ancaman positif atau negatif terhadap kinerja

keuangan suatu perusahaan. Kebijakan moneter suatu negara mempengaruhi

semua sektor melalui biaya hutang dan ketersediaan uang atau kredit, yang dapat

memengaruhi kemampuan perusahaan untuk mengakses sumber dana eksternal.

Interest Rate memiliki dampak terhadap perkembangan perekonomian

2. Rumusan Masalah

1)Pengertian ilmu Ekonomi?

2)Ruang lingkup ilmu ekonomil?

3)Mekanisme Pasar?

4)Permintaan dan Penawaran?

3. Tujuan

1)Mengetahui tentang ekonomi mikro.

2)Menjelaskan tentang pengertian dan pembahasan dari ekonomi mikro.


BAB II

PEMBAHASAN

A. ILMU EKONOMI MIKRO

Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu

ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan

hargaharga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan.

Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut

mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan

harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan

barang dan jasa selanjutnya. Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi

secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu

keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama

(ceteris paribus).

Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas

ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi,

pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas

beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal

tersebut.

B. Tinjauan umum

Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta mekanismenya

yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas

diantara banyak penggunaan alternatif.

Ekonomi mikro menganalisa kegagalan pasar,yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi

hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu
pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro,

meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar

dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi

ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai

elastisitas produk dalam sistem pasar.

C. Asumsi dan definisi

Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar

merupakan pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli dan

penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka memiliki kapasitas untuk

mempengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan. Dalam berbagai transaksi di

kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal, karena beberapa individu (baik pembeli

maupun penjual) memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga. Seringkali,

dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk memahami persamaan penawaran-

permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun, teori ini bekerja dengan baik dalam

situasi yang sederhana.

Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa pasar

lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak analisa telah

dilakukan untuk membahas beragam kasus yang disebut “kegagalan pasar”, yang

mengarah pada alokasi sumber daya yang suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang

tertentu (contoh sederhananya ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk

digunakan tetapi tidak langsung menguntungkan mereka untuk membiayainya). Dalam

kasus ini, ekonomi akan berusaha untuk mencari kebijakan yang akan menghindari kesia-

siaan langsung di bawah kendali pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang

membuat pengguna pasar untuk bertindak sesuai norma konsisten dengan kesejahteraan

optimal, atau dengan membuat “pasar yang hilang” untuk memungkinkan perdagangan
efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya. Hal ini dipelajari di bidang

tindakan kolektif. Harus dicatat juga bahwa “kesejahteraan optimal” biasanya memakai

norma Pareto, dimana dalam aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak

konsisten dnegan norma utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari

tindakan kolektif, disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi

positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan para

ekonom dan teorinya.

Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut sebagai

hasil dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara harga dan

kuantitas yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua barang dan jasa yang lain,

pilihan pengaturan seperti inilah yang akan memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para

konsumen.

D. Model operasi

Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan rasional,

dan akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini, ada

empat kategori dimana keuntungan perusahaan akan dipertimbangkan:

• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika average total

cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan.

Keuntungan ekonomi adalah setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan

antara average total cost dan harga.

• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika keuntungan

ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika average total cost setara

dengan harga pada keluaran maksimalisasi keuntungan.

• Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost pada keluaran

maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut dalam kondisi kerugian minimal.


Perusahaan ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin

membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus, perusahaan bisa

menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan

semuanya akan mengakibatkan kehilangan semua biaya tetapnya.

• Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan, perusahaan

harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan tidak memproduksi sama

sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan

untuk membiayai semua biaya tetap dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak

berproduksi, kerugian perusahaan hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya

tetapnya, perusahaan menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap

bersaing dengan resiko kerugian menyeluruh. Kegagalan pasar Dalam ekonomi mikro,

istilah “kegagalan pasar” tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi.

Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar efisien dalam

mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya

memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika

disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi lain,

pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan istilah kegagalan pasar

untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani “kepentingan publik”, sebuah

pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari landasan moral atau sosial.

Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adalah :

• Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan dari kekuasaan pasar dimana

“sebuah” pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh signifikan pada harga atau

keluaran. Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa dikurangi dengan menggunakan

undang-undang anti trust.


• Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana “pasar tidak dibawa kedalam akun dari

akibat aktifitas ekonomi didalam orang luar/asing.” Ada eksternalitas positif dan

eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus seperti dimana program

kesehatan keluarga di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif

terjadi ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air.

Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi,

atau dengan menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan atau perorangan

untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya.

• Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan dalam kesehatan publik seperti

pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang nyamuk diserahkan

pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk

menyediakan penawaran yang baik dari barang publik, negara biasanya menggunakan

pajak-pajak yang mengharuskan semua penduduk untuk membayar pda barang publik

tersebut (berkaitan dengan pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak

ketiga/kesejahteraan sosial). • Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak

pastian (informasi yang inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika salah satu pihak

dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik dari pihak yang lain.

Biasanya para penjua yang lebih tahu tentang produk tersebut daripada sang pembeli,

tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini. Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas

mungkin mengetahui dimana mbil tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar

atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki

informasi lebih baik dari penjual merupaka penjualan rumah atau vila, yang

mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang broker real estate membeli

rumah ini mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah tersebut dibandingkan

anggota keluarga yang ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali oleh Kenneth J.
Arrow di artikel seminartentang kesehatan tahun 1963 berjudul “ketidakpastian dan

Kesejahteraan Ekonomi dari Kepedulian Kesehatan,” di dalam American Economic

Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris pada

karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof menyadari bahwa , dalam pasar

seperti itu, nilai rata-rata dari komoditas cenderung menurun, bahkan untuk kualitas

yang sangat sempurna kebaikannya, karena para pembelinya tidak memiliki cara untuk

mengetahui apakah produk yang mereka beli akan menjadi sebuah “lemon” (produk

yang menyesatkan).

E. Biaya peluang

Walaupun biaya peluang (opportunity cost) terkadang sulit untuk dihitung, efek

dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada tingkat perorangan. Bahkan, prinsip

ini dapat diaplikasikan kepada semua keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak

kemunculannya dalam karya seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser,

sekarang biaya peluang dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal.

Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari

sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga

mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama.

Keuntungan yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah

merupakan biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah seorang

petani yang memilih mengolah pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke

tetangga. Maka, biaya peluangnya adalah keuntungan yang hilang dari menyewakan lahan

tersebut. Dalam kasus ini, sang petani mungkin mengharapkan untuk mendapatkan

keuntungan yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga

dengan memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika memilih

menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku, dan barang lain yang
diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya di universitas). Contoh lainnya ialah

biaya peluang dari melancong ke Bahamas, yang mungkin merupakan uang untuk

pembayaran cicilan rumah.

Perlu diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari alternatif yang ada,

melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan alternatif yang terbaik. Biaya

peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota membangun rumah sakit di lahan

kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan

untuk menggunakan lahan menjadi sebuah tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari

menjual lahan tersebut, atau kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam –

tapi bukan merupakan agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang yang

sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan hilang dalam jumlah terbesar diantara

alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi.

Satu pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana menghitung keuntungan

dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai uang yang

dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi pembandingan dan penghitungan

biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung

dari benda yang akan kita bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang

melibatkan dampak lingkungan, nilai uangnya sangat sulit untuk dihitung karena

ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia atau dampak ekonomi dari

tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak pilihan subyektif dengan implikasi

etisnya.

F. Penerapan ekonomi mikro

Ekonomi mikro yang diterapkan termasuk area besar belajar, banyak diantaranya

menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi dan organisasi industri mempelajari

topik seperti masuk dan keluar dari firma, inovasi, aturan merek dagang.Hukum dan
Ekonomi menerapkan prinsip ekonomi mikro ke pemilihan dan penguatan dari

berkompetisi dengan rezim legal dan efisiensi relatifnya. Ekonomi Perburuhan

mempelajari upah, kepegawaian, dan dinamika pasar buruh. Finansial publik (juga dikenal

dengan ekonomi publik) mempelajari rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan

pengeluaran dan efek ekonomi dari kebijakankebijakan tersebut (contohnya, program

asuransi sosial). Ekonomi kesehatan mempelajari organisasi dari sistem kesehatan,

termasuk peran dari pegawai kesehatan dan program asuransi kesehatan.

Politik ekonomi mempelajari peran dari institusi politik dalam menentukan

keluarnya sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang mempelajari tantangan yang

dihadapi oleh kota-kota, seperti gepeng, polusi air dan udara, kemacetan lalu-lintas, dan

kemiskinan, digambarkan dalam geografi kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi

mempelajari topik seperti struktur dari portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian

ke modal, analisa ekonometri dari keamanan pengembalian, dan kebiasaan finansial

korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi dari ekonomi dan institusi

ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi, sejarah, geografi,

sosiologi, psikologi dan ilmu politik.

G. Mekanisme harga dan Sistem Pasar

Semua anggota Masyarakat terlibat dalam dua

sektor yaitu : 1. Sektor proses produksi

2. Sektor rumah tangga.

Transaksi antara kedua sektor tersebut terjadi di dua pasar :

1.Pasar hasil produksi (atau pasar output)

Di pasar output produsen bertemu konsumen dan harga dari berbagai macam barang

ditentukan. Gerak hargaharga output ini memecahkan masalah WHAT.

2.Pasar faktor produksi (atau pasar input).


Di pasar input, sektor produksi berperan sebagai “konsumen” faktor produksi dan

sektor rumah tangga sebagai

“penjual” faktor produksi (karena semua penduduk tinggal di sektor rumah tangga,

maka semua pemilik faktor produksi ada di sana). Harga berbagai faktor produksi

ditentukan di pasar ini. Gerak harga faktor produksi mempunyai dua fungsi:

a. Memberi petunjuk kepada produsen bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor

produksi agar biaya produksi serendah mungkin (masalah HOW).

b. Menunjukkan beberapa imbalan (per unit faktor produksi) yang diberikan kepada

para pemilik faktor produksi (masalah FOR WHOM).

Perlu diperhatikan serta diingat di sini , adalah :

1. Bahwa mekanisme harga bisa memecahkan semua itu secara otomatis. Tidak ada

perencanaan lebih dulu.

2. Masing-masing warga masyarakat bertindak sendiri-sendiri, tetapi hasil akhir

dari semua tindakantindakan yang tidak terkoordinir itu akan membuat

semrawutnya harga di pasaran.

Pemecahan tiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat adalah adanya

mekanisme pasar. Karena :

1.mekanisme ini bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok yang dihadapi

masyarakat dengan biaya yang sangat murah.

2.Tidak perlu masyarakat menggaji birokrat-birokrat untuk menghitung dan

merencanakan berapa masingmasing barang yang harus diproduksikan, bagaimana

dan untuk siapa.

Pada masyarakat industri modern, proses produksi selalu dilakukan dengan

menggunakan alat-alat, mesin dan barang-barang modal. Akibat tersebut menimbulkan :


1. Penggunaan Barang-barang modal dalam proses produksi menaikkan

produktivitas.

2. Semakin banyak barang-barang modal yang digunakan maka akan semakin tinggi

produktivitas masyarakat tersebut.

3. Barang-barang modal dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat

tersebut tidak memakai habis (atau tidak mengkonsumsi seluruh) barang-barang

hasil produksi yang dihasilkan tiap tahun.

4. Setiap aktivitas Produksi setiap tahunnya harus diarahkan pada produksi barang-

barang modal;

5. Barang-barang ini disisihkan untuk ditambahkan pada stok barang-barang modal

yang telah ada di dalam masyarakan atau di investasikan.

Mekanisme harga juga mampu memecahkan masalah penentuan berapa bagian dari

hasil produksi total yang dikonsumsikan. Masalah ini dipecahkan melalui gerakan harga

faktor produksi modal (kapital), yaitu tingkat bunga.

1. Bila tingkat bunga naik maka warga masyarakat akan bersedia menyisihkan lebih

banyak dari penghasilannya untuk dipinjamkan (Ditabung di bank) kepada

produsen-produksen ( Kredit ke bank) untuk memperluas pabrik-pabriknya, yaitu

dengan penambahan barang-barang modal investasinya, karena mendapat imbalan

berupa bunga yang lebih tinggi.

2. Sebaliknya bila tingkat bunga menurun maka warga masyarakat akan

membelanjakan penghasilannya sebagai barang produktif, diperjual belikan.

o Keberadaan tingkat bunga akan menentukan berapa besar konsumsi dan

seberapa besarnya investasi.

o karena besarnya investasi menentukan besarnya kenaikan produktivitas.


o Kenaikan produktivitas; menentukan besarnya kenaikan prosuksi ini berarti

meningkatkan produksi masyarakat yang menimbulkan kenaikan

penghasilan masyarakat.

Maka tingkat bunga menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sehingga

bisa dikatakan bahwa mekanisme harga memecahkan masalah ekonomi

pokok yang keempat yaitu seberapa

cepat perekonomian akan tumbuh atau masalah HOW FAST

H. PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA

Mekanisme harga dikatakan mampu memecahkan semua permasalahan ekonomi.

Namun untuk masalah-masalah ekonomi penting tertentu, Mekanisme harga tidak bisa

memecahkan permasalahan dengan baik. Masalah-masalah Ekonomi lainya di mana

mekanisme harga tidak memecahkan masalah ekonomi dengan baik yaitu :

a. Distribusi pendapatan.

Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin dipecahkannya masalah FOR

WHOM secara “adil”. b. Ketidaksempurnaan pasar

Apabila terdapat perbedaan yang menyolok dalam hal kekuatan ekonomi antara pihak-

pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang terbentuk tidak mencerminkan

prioritas masyarakat secara wajar, sehingga masalah WHAT dan HOW tidak bisa

dipecahkan dengan baik.

c. Barang-barang kolektif

Ada barang-barang yang hanya bisa disediakan secara kolektif oleh masyarakat

(misalnya : keamanan, ketertiban hukum, beberapa macam infrastruktur dan sebagainya).

Harga pasar bagi barang-barang semacam ini tidak ada, atau kalaupun ada tidak

mencerminkan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Lagi, masalah WHAT untuk


barang-barang ini tidak bisa dipecahkan dengan baik oleh mekanisme harga. d.

Eksternalitas

Mekanisme pasar tidak bisa memperhitungkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari

kegiatan ekonomi ( misalnya, pengaruh suatu pabrik terhadap lingkungan ).

e. Pengelolaan perekonomian secara makro

Dalam perekonomian Makro Mekanisme pasar tidak bisa diandalkan untuk

menstabilkan gejolak naik turunnya kegiatan ekonomi nasional secara total.

Pada kelima bidang masalah ekonomi ini, mekanisme harga tidak bisa diharapkan

menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis dengan baik, Di sini perlu

tindakan-tindakan yang dirumuskan dan dijalankan secara sadar oleh masyarakat

(Negara). Tindakan-tindakan ini disebut perencanaan dalam arti luas. Di luar bidang-

bidang ini mekanisme masih efektif.. Dalam kenyataan mekanisme harga dan perencanaan

digunakan bersama-sama, karena keduanya saling melengkapi. tentunya Dengan “porsi”

yang berbeda-beda bagi masing-masing negara dan bagi waktu yang berbeda).

I. PERMINTAAN PASAR dan PERILAKU KONSUMEN

Sector rumah tangga sebagai konsumen di pasar output. Akan berakibat :

1. Perilaku konsumen dalam memutuskan berapa jumlah masing-masing barang

yang akan dibeli dalam berbagai situasi.

2. Konsumen-konsumen secara bersama-sama menimbulkan permintaan di pasar.

J. PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN

Hukum Permintaan, yang mengatakan bahwa “bila sesuatu barang naik maka ceteris

paribus jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun”. Dan sebaliknya bila

harga barang tersebut turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain

yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah.

Pendekatan yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan :


a. Pendekatan marginal utility, yang bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan

(atau utility) setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan lain

(utility yang ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan

atau berat dari sekarung beras.

b. Pendekatan indifference curve, yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa

kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat

kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa me-

ngatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.

K. PENDEKATAN MARGINAL UTILITY

Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan pendekatan marginal utility

sebagai berikut:

(a) Utility bisa diukur dengan uang, dan

(b)Hukum Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa

semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan

(marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang

dikonsumsikan akan menurun, dan

(c) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.

Perhatikan perbedaan antara kepuasan total (total utility) dan kepuasan marjinal (marginal

utility).
Pada Gambar 1 marginal utility diatas :

1. Dari konsumsi suatu barang X , Semakin banyak barang X yang

dikonsumsikan, semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X

yang terakhir dikonsumsikan [anggapan (b) di atas].

2. Bila harga barang X adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebih

rendah dari 0X 3, tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum

mencapai maksimum. Misalnya pada tingkat konsumsi OX1, maka setiap

tambahan pembelian 1 (satu) unit X akan memberikan tambahan kepuasan

(yang dinilai dengan uang) sebesar X1 B sedangkan pengorbanan (berupa

pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah hanya X1 A ( = OPx).

Jadi ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli

lebih banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya apabila ia

menambah pembelian barang X.

3. Sebaliknya, pada tingkat konsumsi lebih besar dari OX 3 maka kepuasan total

konsumen juga tidak maksimum. Misalnya pada imgkat konsumsi OX2, maka
tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir dari

barang X hanya sebesar X2E, sedangkan pengorbanan konsumen adalah sebesar

X2D (= OPx); jadi

4. Akan menambah kepuasan total konsumen bila ia mengurangi tingkat konsumsi

(pembeliannya). Konsumen akan mencapai kepuasan total yang maksimum

pada tingkat konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk pembelian unit

terakhir dari barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit terakhir tersebut)

adalah sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan dari unit terakhir

tersebut.

Kepuasan total maksimum tercapai bila :

Penjelasannya :

1. Bila seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx, maka untuk

mencapai posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi

equilibrium konsumen), konsumen akan me-milih tingkat konsumsi (pembelian)

sebesar OX4 (yang lebih kecil dari OX3). Jadi perilaku konsumen yang

dinyatakan oleh Hukum Permintaan terbukti.

2. Perhatikan bahwa dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal

Utility (yang diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan

konsumen, karena menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia

minta) pada berbagai tingkat harga.

Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam barang yang

dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah :


1. Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang

(atau penghasilan atau “budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap

barang sampai marginal utility setiap barang sama dengan harga masing-masing

barang.

2. Bila kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya

mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli

barang-barang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap barang, maka bisa

dibuktikan bahwa dengan uang yang ter-batas tersebut ia bisa mencapai

kepuasan total yang paling tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya

sehingga dipenuhi persyaratan tersebut :

Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan constraint. (Yaitu dengan

pembatasan jumlah uang yang dipunyai).

Dalam kasus banyak barang ini pun kita bisa menunjukkan bahwa Hukum

Permintaan berlaku bagi masing-masing barang (X, Y,Z dan seterusnya).

L. PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE

Perilaku konsumen bisa pula diterangkan dengan pendekatan Indifference curve

sebagai berikut:

(a) konsumen mempunyai pola preferensi akan baarang-barang konsumsi

(misalnya X dan Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau
kumpulan dari indifference curve, (b) konsumen mempunyai sejumlah uang

tertentu dan

(c) konsumen lelalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.

Definisi: Indifference curve adalah konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang

menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.

Asumsi: Indifference curve :

a. turun dari kiri atas ke kanan bawah,

b. cembung ke arah origin,

c. tidak saling memotong,

d. yang terletak di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih

tinggi ( tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi ordinal ulility)

Gambar

Perliatikan Gambar .2. di atas. Dengan sejumlah uang ter-tentu (M) konsumen bisa

membelikannya semua untuk barang X memperoleh sebanyak :M/Px atau membelikannya

semua untuk barang Y dan memperoleh M/Py atau membelanjakan jumlah uang M
tersebut untuk berbagai kemungkinan kombinasi X dan Y seperti yang ditunjukkan oleh

garis lurus yang menghubungkan M/Px dan M/Py

Garis ini disebut garis budget atau budget line. Tingkat kepuasan yang maksimum

dicapai bila konsumen membelanjakan M untuk membeli sebanyak OY 1 barang Y dan

OX 1 barang X, yaitu pada posisi persinggungan antara budget line dengan indifference

curve.

(Posisi ini menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium

konsumen dengan constraint (M) karena I 1 adalah Indifference curve yang tertinggi yang

bisa dicapai oleh budget line tersebut; posisi selain A hanya bisa mencapai indifference

curve yang lebih rendah dari I 1). bila harga X turun dari Px menjadi P’x dan harga Y

tetap. Maka budget line akan berayun ke kanan

menjadi garis M/Py <-> M/Px Posisi equilibrium yang baru adalah pada C.

Jadi dengan adanya penurunan harga barang X, maka jumlah barang X yniig

diminta naik dari OX 1 menjadi OX 3. Perilaku konsumen Menurut Hukum Permintaan

terbukti.

Keunggulan pendekatan Indifference Curve dibanding dengan pendekatan Marginal

Utility, adalah :

(a) tidak perlunya menganggap Bahwa utility konsumen bersifat cardinal,

(b) efek perubahan harga terhadap jumlah yang diminta bisa dipecah lebih

lanjut menjadi dua, yaitu efek substitusi atau substitution effect dan efek pendapatan

atau income effect. Dari gambar di atas, efek total dari penurunan harga :

· barang X dari Px menjadi P’x dapat dipecah menjadi X1 X2 = substitution effect

dan X2 X3 = income effect.


· Substitution effect didalam contoh ini adalah kenaikan konsumsi X karena

adanya substitusi Y dengan X, karena sekarang harga X relatif menjadi lebih

rendah dibanding harga Y.

· Income effect adalah kenaikan X, yang (disebabkan oleh kenaikan income riil

karena turunnya harga X; yaitu nilai M secara riil naik karena Px turun.

Contoh : Apabila dengan gaji Doni Rp 100.000,00, maka doni sekarang bisa

membeli 500 kg beras sedang sebelumnya hanya 400 kg beras, karena harga beras turun

dari Rp 500,00 menjadi Rp 400,00 per kg, maka daya beli Doni meningkat, atau income

riil Doni meningkat, meskipun M Doni tetap Rp 100.000,00).

Keunggulan lain dari pendekatan indifference curve adalah bisa ditunjukkannya

beberapa faktor lain yang sangat penting yang mempengaruhi permintaan konsumen akan

sesuatu barang. Faktor-faktor ini (yang di dalam Hukum Permintaan dianggap tidak

berubah, atau ceteris paribus) adalah :

a. Penghasilan atau income riil konsumen. Kenaikan income riil konsumen, yang

dicerminkan oleh kenaikan M bila harga-harga barang dianggap tetap, biasanya

menaikkan permintaan konsumen. Keadaan seperti ini berlaku bagi barang-barang pada

umumnya, atau barang “normal”. Pengecualian terjadi untuk barangbarang “inferior”,

di mana kenaikan income riil menurunkan permintaan akan barang tersebut (income

effect negatif). Contoh barang inferior adalah gaplek dari rumah tangga-rumah tangga

di kota-kota. Barang inferior tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan barang yang kita

beli adalah barang normal. Gambar berikut menggambarkan pengaruh perubahan

income terhadap jumlah barang yang diminta.

06

b. Perubahan harga barang lain. Perubahan harga barang yang mempunyai “hubungan”

ekat dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi permintaan akan barang tersebut.
Perubahan liarga Y bisa mempengaruhi permintaan akan barang X. Gambar 111.4.

berikut enunjukkan dua pengaruh yang berbeda dari perubahan harga Y terhadap

jumlah barang X yang diminta.

07

c. Selera konsumen. Perubahan selera konsumen bisa ditunjuk-k;in oleh perubahan bentuk

atau posisi dari indifference map. I anpa ada perubahan harga barang-barang maupun

income, permintaan akan sesuatu barang bisa berubah karena perubahan selera.

Ø Permintaan (demand function) adalah : Jumlah suatu barang yang mau dan dapat

dibeli oleh konsumen pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu

tertentu dengan anggapan hal-hal lain akan tetap sama ( Cateris Paribus)

Ø Penawaran adalah : Jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada pelbagai

kemungkinan harga, dalam jangka waktu (cateris paribus)

M. Hukum Permintaan

Kurve permintaan untuk pelbagai macam barang dan jasa tidak semuanya tepat sama.

Bahkan kurve permintaan akan barang yang sama pun dapat berbeda menurut tempat dan

waktu yang berbeda. Tetapi semua kurve permintaan menunjukkan satu ciri yang sama,

yaitu arahnya yang turun dan kiri-atas ke kanan-bawah

(downward sloping to the right). Bentuk kurve mi menunjukkan bahwa antara HARGA

(P) dan JUMLAH YANG MAU DIBELT (Qd) terdapat suatu hubungan yang berbalikan:

- Kalau harga naik, jumlah yang mau dibeli berkurang

- Kalau harga turun, jumlah yang mau dibeli bertambah

Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang dapat dirumuskan sbb.:

Orang cenderung membeli lebih banyakpada harga rendah daripadapada harga tinggi.

Disehut “hukum” karena merupakan gejala umum yang sulit dicari perkecualiannya.
Hal ini terjadi karenaHukum permintaan menunjuk pada fakta bahwa, kalau harga

suatu barang/jasa naik, jumlah yang akan dibeli cenderung menjadi Iebih sedikit, sedang

kalau harganya turun, jumlah yang mau dibeli oleh masyarakat akan lebih banyak.

Sekarang kita her- tanya: mengapa terjadi demikian? Apa sebabnyajumlah yang mau

dibeli berkurang bila harga barang itu naik, dan bertambah bila harganya turun? Pada

dasarnya ada tiga alasan yang dapat menjelaskan gejala tsb.:

I. Pengaruh penghasilan (Income effect)

Kalau harga suatu barang naik, maka denganjumlah penghasilan uang yang sama

orang terpaksa hanya dapat membeli barang lebih sedikit. Sebaliknyajika harga barang tu

turun, dengan penghasilan yang sama orang dapat membeli lebih banyak dan barang ybs.,

(dan mungkinjuga dan barang-barang lain pula), sebab penghasilan realnya naik.

Misalnya datam contoh di atas: pada harga beras Rp 400-/kg, keluarga ybs. dapat

membeli 50kg beras perbulan. Tetapi kalau harga beras naik menjadi Rp 500, 1kg,

denganjumlah uang yang sama rncrcka hanya dapat membeli 40 kg beras per bulan.

Hal yang sama berlaku tidak hanya untuk permintaan individual tetapi juga untuk

permintaan pasar.

Kalau harga suatu barang naik (ceteris paribus), Iebih sedikit warga masyarakat yang

mampu membelinya dengan penghasilan mereka. Sebaliknya jika harga barang tertentu

turun (ceteris paribus), semakin banyak orang yang dulu tidak mampu membelinya

sekarang akan dapat menjangkaunya, sehingga jumlah pembeli

bertambah banyak. Hal mi disebut “income effect’:

2. Pengarub substitusi (Substitution effect)

Jika harga suatu barang naik, orang akan mencari barang lain yang fungsinya sama

tetapi harganya lebih murah. Penggantian mi dengan istilah teknis disebut substitusi. Maka

gejala mi disebut “substitution effect”.


3. Penghargaan subyektif (Marginal Utility)

Andaikan seseorang hanya mernpunyai satu pasang sepatu saja. Maka ia akan

menilai sepatunya itu lebih tinggi daripada scandainya ia mempunyai sepuluh pasang.

Kalau sepatunya itu rusak ia akan bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepasang

sepatu yang barn, walau harganya mahal. Sebaliknya kalau orang mempunyai sepuluh

pasang sepatu, ia tidak akan merasa kerugian besar kalau kehilangan satu pasang sepatu,

dan ia tidak begitu bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepatu lebih banyak lagi.

Jadi makin banyak dan satu macam barang tertentu yang telah dimiliki, makin rendah

penghargaan kita terhadap barang itu.

Tinggi-rendahnya harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk barang

tertentu mencerminkan kegunaan atau kepuasan (Marginal) yang diperolehnya dan

konsumsi barang tsb. Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Semakin Berkurangnya

Tambahan Kepuasan (Law of Diminishing Marginal Utility — LDMU), atau Hukum

Gossen ke-I.

N. SISTEM HARGA

Dalam kehidupan ekonorni modern harga-harga memainkan peranan yang amat

penting, justru karena produsen dan konsumen (termasuk dunia perbankan, pedagang

ckspor-impor dan pemerintah sendiri) bertindak atas dasar pertimbangan dan

perbandingan harga.

a. NILAI DAN HARGA

Para ahli filsafat telah memikirkan persoalan harga dan nilai. Karena pada waktu

itu uang helum begitu berperanan, yang diutamakan adalah pengertian Nilai barang.

ARISTOTELES (384-322 seb.M.) pada tahun 300 sebelum Masehi telah

membahas masalah ini, Menurut Aristoteles suatu barang mempunyai nilai karena

berguna untuk yang memilikinya (= Nilai pakai), atau karena barang tsb. dapat
dipertukarkan dengan barang lain (= Nilai tukar). Jenis-jenis nilai mi masih dapat

dibedakan obyektif dan subyektif.

Nilai pakal (Value in use atau Utility) adalah kemampuan suatu barang untuk

dapat memenuhi suatu kebutuhan manusia.

1. Nilai pakai obyektif = kemampuan atau sifat barang untuk dapat memenuhi suatu

kebutuhan manusia, jadi kegunaan atau faedah barang.

2. Nilai pakai subyektif = penilaian yang diberikan seseorang terhadap suatu barang

karena kemampuan barang tsb. dalam memenuhi kebutuhannya. Pcnilaian subyektif

mi dapat sangat berbeda-beda menurut situasi dan kondisi, seperti mendesaknya

kebutuhan seseorang dan jumlah barang yang tersedia.

Nilai tukar (Value in exchange) adalah kemampuan suatu barang untuk dilukarkan

dengan barang lain di pasar.

a. Nilai tukar obyektif = kemampuan suatu barang untuk dipertukarkan dengan

barang lain.

b. Nilai tukar subyektif = penilaian yang diberikan seseorang bila barang tsb. akan

ditukarnya dengan barang lain.

Harga suatu barang adalah nilai (tukar) barang tsb. dinyatakan atau diukur dengan

uang. Jadi antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar) suatu barang diukur dengan

membandingkannya dengan barang lain. Sedang harga diukur dengan uang. Nilai suatu

barang adalah dasar untuk penentuan harga barang tsb.

Pada abad pertengahan masalah harga terutama disoroti dan segi moral baik-buruk,

halal dan haram.

Yang dipersoalkan adalah apakah harga suatu barang itu “adil” (wajar/pantas = just

price). Karena harga yang diminta oleh produsen penjual barang tertentu ikut

mempengaruhi kesejahteraan pembeli atau masyarakat, perlu dijaga jangan sampai


orang mencari keuntungan dengan memeras sesamanya yang miskin. Hal ini khususnya

berlaku untuk pinjam-meminjam uang dengan bunga yang tinggi.

Sementara itu kaum klasik mempersoalkan faktor apa yang penentuan tinggi

rendahnya harga suatu barang Meskipun jelas bagi mereka bahwa suatu barang tidak

akan diproduksikan kalau barang tsb. tidak berguna bagi konsumen, tetapi perhatian

mereka dipusatkan pada segi biaya produksi.

Biaya produksi sebagai dasar harga dan nilai: Teori nilai obyektif

ADAM SMITH (1723-1790) menegaskan bahwa nilai (= nilai tukar atau harga)

suatu barang diteniukan oleh biaya produksinya. Dalam masyarakat yang masih sangat

sederhana, nilai tukar atau harga suatu harang terutama ditentukan oleh banyak-

sedikitnya kerja manusia yang telah dicurahkan untuk menghasilkan barang tsb. Tetapi

dalam masyarakat yang sudah lebih maju, biaya-biayaproduksi lain harus ikut

diperhitungkan pula, yaitu upah tenaga kerja, biaya bahan-hahan. sewa tanah. bunga

modal dan laba pengusaha.

DAVID RICARDO (1772-1823) membatasi biaya produksi hanya pada tenaga

kerja nianusia saja. Jadi harga suatu harang tergantung dan banyak-sedikitnyakerja

manusia yang telah dicurahkan dalarn produksi barang tsb. Ia membedakan antara

barang seni dan barang biasa. Nilai harang seni memang ditentukan oleh banyaknya

pengaguran barang seni tsb.: makin banyak penggernarnya, makin tinggi nilai dan

harganya, karena harang seni tidak dapat diperbanyak. Lain halnya dengan barang

biasa yang dapat diproduksi dalarnjumlah yang banyak. Teorinya dikenal dengan

nama teori nilai kerja.

Contoh:
Andaikan kita dapat mengukur berapa jumlah jam kerja yang diperlukan untuk

produksi agung, beras dan pakaian (kain ). Angka—angka di hawah mi hanya sebagai

misal saja:

Produk Jumlah jam kerja yg diperlukan

Jagung (kg) 20

Beras (kg) 10

Kain (meter) 80

Menurut teori ini, jagung dan beras akan dipertukarkan dengan perbandingan 2 kg

jagung untuk 1 kg

beras. Satu meter kain dapat dijual dengan “harga” 4kg jagung atau 2kg beras. Satu kg

beras cukup untuk membayar ½ meter kain. Satu kg jagung dapat ditukar dengan ½ kg

beras atau 74 meter kain.

Cara berpikir seperti ini memang masuk di akal pada jaman itu. Karena pada

waktu itu tenaga kerja adalah faktor produksi yang utama, peralatan produksi masih

serba primitif. dan kehutuhan masyarakat rnasih terbatas pada kebutuhan dasar sandang,

pangan dan papan. Lagi pula penggunaan baang masih s angat terhatas. Dalam keadaan

seperti itu barang-barang dipertukarkan dengan harga sesuai dengan biaya produksinya.

KARL MARX (1818-1883) mengambil alih teori Ricardo tsh., tetapi lebih

diperseinpitlagi. Menurut Marx tenaga kerja merupakan satu-satunya sumher nilai.

Nilai dan harga setiap barang ditentukan oleh jumlah kerja (rata-rata) yang telah

dicurahkan dalam proses produksinya. Dan itu Marx menarik kesimpulan, hahwa laba

(selisih antara harga jual suatu barang dan biaya produksinya, atau yang disebutnya

“nilai lebih”)

HENRY CAREY (1793-1879) memperbaiki teori nilai biaya produksi dengan

mtnunjukkan hahwa yang penting sebenarnya bukan biaya-biaya yang telah


dikeluarkati (= harga histonis). melainkan biayabiaya yang penlu untuk rnenghasilkan

kembali harang yang sama (= biaya reproduksi).

Teori-teori di atas dikenal dengan nama teori nilai obyektif.

Kelemahan teori tsb adalah bahwa hendak menjelaskan terjadinya nilai dan dari

satu segi saja, yaitu dan segi biaya produksi atau dan segi produsen saja.

Memang, biaya produksi itu penting dalam penentuan harga jual oleh produsen.

tetapi nilai dan harga tidak hanya tergantung dan produsen saja! Sebenarnya mereka

pun tahu bahwa kehutuhan dan selera konsumen pentingjuga. Kalau begitu. mengapa

mereka membatasi hanya pada segi hiaya saja. Sementara itu segi kegunaan barang

sama sekali diabaikan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi

yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan hargaharga pasar

dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro

meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran

dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga,

pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.

Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-

sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro;

dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).

Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan pasar

persaingan sempurna.

Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun

diantara mereka memiliki kapasitas untuk mempengaruhi harga barang dan jasa secara

signifikan. Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal, karena

beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk

memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun, teori

ini bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.


DAFTAR PUSTAKA

http://edingulik.files.wordpress.com/2008/02/ekonomi-mikro-lengkap-

compatibility-mode1.pdf http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_mikro

http://www.scribd.com/doc/9228295/Ekonomi-Mikro

http://www.scribd.com/doc/28184955/Makalah-Ekonomi-Mikro

Anda mungkin juga menyukai