Anda di halaman 1dari 4

Hary prasetyo - Nama Harry Prasetyo sendiri sempat jadi bahan perbincangan lantaran diketahui

pernah masuk dalam lingkaran Istana. Harry diketahui pernah menjadi Tenaga Ahli Utama
Kedeputian III bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-Isu Ekonomi Strategis di Kantor Staf Presiden
( KSP).

Rekam jejak Harry Prasetyo di Jiwasraya terbilang lama. Dirinya mulai menjabat sebagai Direktur
Keuangan sejak Januari 2008. Lantaran kinerjanya yang dianggap mumpuni dalam menyehatkan
perseroan, Harry kembali ditunjuk menjadi menjadi Direktur Keuangan Jiwasraya periode Januari
2013-2018. Sebelum berkarir di Jiwasraya, pria asal Cimahi ini telah lama malang-melintang di
berbagai perusahaan. Selepas kuliah di Pittsburgh State University Amerika Serikat dirinya meniti
karir di sejumlah perusahaan keuangan.

Hendrisman Rahim
Hendrisman adalah seorang profesional Indonesia yang lahir di Palembang,
Sumatra Selatan pada 18 Oktober 1955 (64 tahun).
Sebelum jadi Direktur Utama Jiwasraya, Hendrisman merupakan Direktur Utama PT
Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo). Pada 15 Januari 2008, ia ditunjuk jadi
Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya milik BUMN.
Selain itu, Hendrisman juga dipercaya sebagai Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI) periode 2011-2014. Hendrisman merupakan tamatan S1
Matematika dari FMIPA Universitas Indonesia 1983. Kemudian, lulus S2 tahun 1992
dari Ball State Universtiy, Muncie, Indiana, USA jurusan Actuarial Science.
Benny Tjokro
Melansir dari Forbes, Benny Tjokro merupakan cucu dari pendiri Batik Keris, yaitu
Kasom Tjokrosaputro. Sejak usia 19 tahun, ia mulai berinvestasi di saham.
Kemudian, ia juga sebagai pengusaha properti yang menjadi Presiden Direktur dan
CEO Hanson International. Hanson International kemudian menjadi mitra Ciputra
untuk mengembangkan proyek perumahan senilai US$900 juta tahun 2014.
Hary Prasetyo
Dikutip dari bumn.go.id, Hary lahir di Cimahi, Jawa Barat pada 5 Maret 1970. Ia
menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya pada 15 Januari 2008.
Hary lulusan Master of Business Administration (MBA), jurusan General Business,
City University, Portland - Oregon, USA, 1997 dan Bachelor of Business
Administration (BBA), jurusan Finance, Pittsburg State University, Pittsburg -
Kansas, USA, 1993.
Sebelum menjabat di Jiwasraya, Hary menjalani karier profesionalnya di industri
pasar modal selama lebih dari 10 tahun. Selain itu, ia disebut-sebut juga masuk ke
jajaran Kantor Staf Presiden.
Heru Hidayat
Dilansir dari bloomberg, Heru pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT
Maxima Integra Investama pada 2006. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai
Direktur Utama PT Inti Kapuas Arow.
Kemudian, ia juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Inti Agri Resources pada
2015 dan menjadi Komisaris Utama PT Trada Alam Minera (TRAM) pada 2017.
Menurut dia, tersangka Benny Tjokro ditahan di Rumah Tahanan KPK. Kemudian
tersangka Heru Hidayat ditahan di Rumah Tahanan Salemba, tersangka Hary
Prasetyo ditahan di Rumah Tahanan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.
Selanjutnya, tersangka Syahmirwan ditahan di Rumah Tahanan Cipinang dan
tersangka Hendrisman ditahan di Rumah Tahanan Guntur Pomdam Jaya. Alasan
para tersangka dipisah penahanannya karena kepentingan penyidikan.

KASUS
Sudding juga mendesak Kejaksaan Agung untuk memberikan rasa aman bagi para saksi dari
ancaman dan fitnah. Sudding juga berharap kasus hukum serta masalah ekonomi terkait
pengembalian uang nasabah bisa ditangani dengan baik.

Sejumlah fakta di persidangan mulai terungkap mengenai akar masalah yang menyebabkan
Jiwasraya mengalami gagal bayar pada Oktober 2018 dan memiliki utang hingga Rp52 triliun per 31
Desember 2019. Dua di antaranya yakni kesalahan manajemen lama di dalam merancang produk
JS Saving Plan dengan bunga tetap yang tinggi.

Serta dugaan kongkalikong dan praktik gratifikasi saat manajemen lama menempatkan portofolio
investasi Jiwasraya melalui perusahaan sekuritas dan manajer investasi (MI).

Dalam proses persidangan diketahui juga soal niat jahat para terdakwa. Mulai dari penggunaan
nama samaran saat berkomunikasi, hingga penghancuran telepon genggam milik salah satu saksi
fakta yang diduga merekam komunikasi dengan salah satu terdakwa guna menghapus data
transaksi saham.

Berangkat dari hal tersebut, Sudding meminta jajaran Kejaksaan Agung bisa membongkar kasus
dugaan korupsi yang terjadi di Jiwasraya.

"Ada niat jahat di sini dan ini harusnya ditelusuri tidak sampai terdakwa. Kejahatan kerah putih ini
harus bisa diselesaikan dan ini pertaruhan institusi penegak hukum kita," tuturnya.

Sebelumnya Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sejak awal tahun menyatakan siap
melindungi sejumlah saksi terkait kasus dugaan skandal keuangan asuransi Jiwasraya. Ketua LPSK
Hasto Atmojo Suroyodi mengatakan, pihaknya akan berusaha memastikan para saksi memperoleh
hak-haknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Munculnya kasus gagal bayar Jiwasraya yang diumumkan 12 Oktober 2018 oleh Direktur Utama
Jiwasraya saat itu Asmawi Syam, membuka jalan terbongkarnya kasus kriminal kerah putih di
perusahaan tersebut.
Negara ditaksir mengalami kerugian sampai Rp18 triliun dengan nasabah gabungan produk
tradisional dan JS Saving Plan berjumlah hingga 5,5 juta nasabah.

Kejaksaan Agung telah menetapkan enam tersangka yang kini tengah menjalani sidang di
pengadilan Tipikor dan TPPU di PN Jakarta. Selain itu, Kejaksaan Agung telah menetapkan 13
manajer investasi dalam kasus gagal bayar PT Jiwasraya sebagai tersangka.

Atas perbuatannya, Hendrisman dinyatakan terbukti melanggar pasal 2 ayat (1) jo pasal 18
UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Korupsi jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Menurut hakim, Hendrisman bersama-
sama lima terdakwa lainnya telah melakukan berbagai perbuatan yang mengakibatkan kerugian
negara hingga Rp16,807 triliun dalam pengelolaan dana PT Asuransi Jiwasraya. Kelima terdakwa
yang dimaksud adalah mantan Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo,   mantan Kepala
Divisi Investasi dan Keuangan Jiwasraya Syahmirwan, Direktur PT Maxima Integra Joko
Hartono Tirto, Komisaris PT Hanson International Benny Tjokrosaputro dan Presiden
Komisaris PT Trada Alam Minera Heru Hidayat.

Pertama, membuat kesepakatan dengan terdakwa Hendrisman Rahim, Hary Prasetyo, dan ry


dalam pengelolaan investasi saham dan reksa dana Jiwasraya yang tidak transparan dan tidak
akuntabel. Kedua, pengelolaan saham dan reksa dana itu dilakukan tanpa analisis yang didasarkan
pada data objektif dan profesional dalam Nota Intern Kantor Pusat (NIKP), tetapi analisis hanya
dibuat formalitas bersama. Ketiga, pembelian saham BJBR, PPRO, dan SMBR telah melampaui
ketentuan yang diatur dalam pedoman investasi, yaitu maksimal sebesar 2,5 persen dari saham
beredar. Keempat, melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan saham BJBR, PPRO,
SMBR, dan SMRU dengan tujuan mengintervensi harga yang akhirnya tidak memberikan
keuntungan investasi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan likuiditas guna menunjang kegiatan
operasional. Baca juga: Kejagung Periksa Satu Saksi dan Dua Tersangka Korporasi Terkait Kasus
Jiwasraya Kelima, mengendalikan 13 manajer investasi dengan membentuk produk reksa dana
khusus untuk PT AJS agar pengelolaan instrumen keuangan yang menjadi underlying reksa dana
PT AJS dapat dikendalikan oleh Joko Hartono Tirto. Keenam, menyetujui transaksi
pembelian/penjualan instrumen keuangan underlying 21 produk reksa dana yang dikelola 13
manajer investasi yang merupakan pihak terafiliasi Heru Hidayat dan Benny Tjokro. Walaupun, pada
akhirnya transaksi tidak memberikan keuntungan investasi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
likuiditas guna menunjang kegiatan operasional perusahaan. Ketujuh, memberikan uang, saham
dan fasilitas kepada Hendrisman Rahim, Hary Prasetyo dan Syahmirwan terkait kerja sama
pengelolaan investasi saham dan reksa dana PT AJS tahun 2008-2018. Selain itu, Hendrisman juga
menerima keuntungan berupa: 1. Uang sebesar Rp 875.810.680 dan saham PCAR 1.013.000
lembar senilai Rp 4.590 per lembar pada 24 Januari 2019 senilai Rp4.649.670.000 sehingga nilai
totalnya mencapai Rp5.525.480.680. 2. Tiket perjalanan ke London bersama istrinya, Lutfiyah
Hidayati, pada November 2010.

HUKUMAN

DIVONIS PENJARA SEUMURHIDUP

Atas putusan hakim tersebut, baik jaksa penuntut umum maupun para terdakwa dan penasihat hukum
menyatakan pikir-pikir selama waktu tujuh hari untuk menerima atau mengajukan upaya hukum
banding," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Hari Setiyono, lewat keterangan
tertulis, Selasa, 13 Oktober 2020.
Hari mengatakan vonis yang diberikan kepada keempat terdakwa lebih berat dari tuntutan JPU. Jaksa
hanya menuntut pidana penjara seumur hidup kepada Hary Prasetyo dan Joko Hartono Tirto.
Sementara itu, JPU menuntut Hendrisman Rahim dengan hukuman 20 tahun penjara dan Syahmirwan
18 tahun penjara. "Selanjutnya jika tidak ada upaya hukum yang dilakukan oleh terdakwa maupun JPU,
maka putusan hakim akan berkekuatan hukum tetap dan dapat dieksekusi
Perkara ini masih menyisakan dua terdakwa lain yang belum memasuki tahap sidang pembacaan
tuntutan. Keduanya ialah Direktur Utama PT Hanson International Tbk, Benny Tjokrosaputro, dan
Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Tbk, Heru Hidayat.
Benny dan Heru dinyatakan positif virus korona (covid-19). Jadwal persidangan menunggu kedua
terdakwa sehat.

Anda mungkin juga menyukai