Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Stroke Haemorragic
Oleh:
Pembimbing:
RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Usia : 57 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
2.2 Anamnesis
RPS : pasien mengeluh tangan terasa lemas sejak usai solat subuh (3 jam
SMRS). Tangan semakin terasa lemas saat akan pergi bekerja. Sebelumnya,
pasien mengeluh pusing sejak bangun tidur. Pasien tidak mengeluh pingsan.
Pasien masih bisa berjalan sendiri. Mual -, muntah -, kejang -, panas -, pelo -.
RPK: ibu, bapak, dan kakak pasien pernah mengalami hal serupa. Ibu pasien
meninggal karena stroke.
Kesadaran : CM
GCS : 456
Vital Sign
Temperatur : 36,50C
Status Generalis
Kepala/Leher
Thorax
Perkusi : Sonor/sonor
Rh -/-, Wh -/-
Status Neurologis
1. Kepala
Posisi : Normal
Penonjolan :-
2. Nervus Cranialis
Nervus I (olfakorius):
Nervus II (optikus)
Ptosis: : -/-
Exsoftalmus : -/-
Ukuran : 2 mm/4 mm
Nistagmus: -/-
Nervus IV (Tokhlearis)
Nervus VI (Abdusens)
Nervus V (Trigeminus)
Motorik
Sensorik
Nervus IX (glossofaringeus)
Nervus X (Vagus)
Nervus XI (aksesorius)
Deviasi lidah :-
Fasikulasi :-
Tremor :-
Atrofi :-
3. Leher
Kaku kuduk :-
Brudzinsky I :-
Brudzinsky II :-
Brudzinsky III :-
Brudzinsky IV :-
Kernig’s sign :-
4. Abdomen
5. Ekstremitas
Motorik
- Pergerakan : normal / normal
- Kekuatan : 5/3
5/4
- Tonus otot :N
- Tremor :+
Reflek fisiologis :
- BPR : +2 / +2
- TPR : +2 / +2
- KPR : +2 / +2
- APR : +2 / +2
Reflek patologis :
- Hoffman-tromner : - / -
- Babinski :-/-
- Chaddock :-/-
- Gordon :-/-
- Schaefer :-/-
- Oppenheim :-/-
- Mendel B :-/-
- Rossolimo :-/-
Sensibilitas
- Eksteroseptif
Nyeri : normal / normal
Suhu : tidak dievaluasi
Rasa raba halus : normal / normal
- Proprioseptif
Rasa sikap /posisi : normal
Rasa nyeri dalam : normal
- Fungsi kortikol
stereognosis : normal / normal
Barognosis : normal / normal
Gangguan koordinasi
- Tes jari hidung : normal / normal
- Tes pronasi supinasi : normal / normal
- Tes tumit lutut : normal / normal
Tes profokasi:
Patrick :-
Contra Patrick :-
Lasseque :-
Diffcount:
GDA : 106
LED 1 : 14 (0-1)
LED 2 : 28 (1-7)
RDW : 12 (10-16.5)
MPV : 4 (5-10)
SGOT: 35 (37)
SGPT: 54 (41)
Urea: 24 (10-50)
Pemeriksaan Radiologi
Tidak diperiksa
2.5 Ringkasan
Pasien laki-laki usia 47 tahun datang dengan keluhan tangan sebelah kiri terasa
lemas sejak habis subuh (3 jam SMRS). Sebelumnya, pasien mengeluh pusing
sejak bangun tidur. Keluhan semakin memberat saat pasien tidak dapat
mengambil kunci sepeda motor. Pasien langsung dibawa ke rumah sakit karena
ibu, bapak dan kakak pasien pernah mengalami hal serupa. Saat pergi ke RS
pasien masih bisa berjalan sendiri. Sebelumnya pasien sudah mengalami
hipertensi tak terkontrol > 5tahun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum cukup dengan GCS 456, Tensi 220/115 mmHg, nadi 80 x/menit,
temperatur 36.5 0C, respiratory rate 22 x/menit, tidak didapatkan tanda meningeal
sign, dari pemeriksaan neurologis tidak didapatkan defisit neurologis pada nervus
cranialis, tetapi pada pemeriksaan motorik didapatkan hemiparesis sinistra. Hasil
laboratorium menunjukkan peningkatan cholesterol, peningkatan LDL,
peningkatan HDL, peningkatan neutrofil, monosit, eosinofil, basofil dan eritrosit.
peningkatan laju endap darah, serta sedikit peningkatan enzim hepar.
2.6 Diagnosis
Terapi Umum
- PZ 1500/24 jam
- Ranitidin inj. 2 x 50 mg
Terapi Spesifik
- Citicoline 3x500mg
Anatomi Peredaran Darah Otak Darah mengangkut zat asam, makanan dan
substansi lainnya yang diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik.
Kebutuhan otak sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan
harus terus dipertahankan. Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan
pembuluhpembuluh darah yang bercabang-cabang, berhubungan erat satu dengan
yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis
kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak
dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior
dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur
seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus
kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis
serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media
mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama.
Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi
perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri
basilaris, terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang
menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak
tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya
memperdarahi sebagian 8 diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis,
aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. Darah di dalam jaringan kapiler
otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena
serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria akan
dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.
Peredaran Darah Vena Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam
sinus-sinus duramater, suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam
struktur duramater. Sinus-sinus duramater tidak mempunyai katup dan sebagian
besar berbentuk triangular. Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke
dalam sinus longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex
yang utama adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus
longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus
transversus. Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal
ganglia.
f. Obesitas
Sebuah penelitian kohort observasional prospektif terhadap 21.144 laki–
laki Amerika Serikat yang di follow-up selama 12,5 tahun (rerata) untuk
kejadian 631 stroke iskemik menemukan bahwa BMI ≥ 30 kg/mm3
berhubungan dengan adjusted relative risk (RR) sroke iskemik sebesar 2,0
(95% CI: hingga 2,7) dibandingkan dengan laki– laki dengan BMI < 30
kg/mm3 (Seung–Han et al., 2003).
g. Serangan Iskemik Sepintas (TIA)
Dennis et al. (1989) meneliti risiko stroke rekuren pada pasien dengan TIA
dan stroke minor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko stroke
rekuren dan atau kematian lebih tinggi pada minor ischemic stroke (stroke
iskemik ringan) walaupun perbedaan yang signifikan hanya pada
kematian. Perbedaan prognosis yang tampak mungkin disebabkan karena
prognosis yang baik pada pasien dengan amaurosis fugax di antara pasien
dengan transient ischemic attack.
h. Penyakit Jantung
Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama yang banyak menyerang
pria dewasa, AF ditemukan pada 1–1,5% populasi di negara–negara barat
dan merupakan salah satu faktor risiko independen stroke. AF dapat
menyebabkan risiko stroke atau emboli menjadi 5 kali lipat daripada
pasien tanpa AF. Kejadian stroke yang didasari oleh AF sering diikuti
dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kemampuan
fungsi daripada stroke karena penyebab yang lain. Risiko stroke karena
AF meningkat jika disertai dengan beberapa faktor lain, yaitu jika disertai
usia > 65 tahun, hipertensi, diabetes melitus, gagal jantung, atau riwayat
stroke sebelumnya seperti yang dikategorikan dalam CHAD. Pada CHAD
umur > 65 tahun, gagal jantung, hipertensi, dan DM dinilai 1 point setiap
kali ditemukan dan riwayat stroke atau emboli sebelumnya dinilai 2 point
(Gage et al., 2004).
i. Peningkatan Kadar Hematokrit
Berdasarkan penelitian La Rue et al. (1987), pasien dengan kadar
hematokrit tinggi memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena infark
lakuner, tetapi tidak untuk stroke oleh karena trombus atau emboli atau
stroke perdarahan. Diduga kenaikan hematokrit akan meningkatkan
viskositas darah dan ada hubungan terbalik antara viskositas dengan aliran
darah otak. ADO yang rendah viskositas yang tinggi berakibat konsumsi
oksigen oleh jaringan otak akan berkurang, dan jelas lebih 22 rendah pada
daerah yang disuplai oleh arteri–arteri yang kecil yang tidak memiliki
kolateral seperti yang terjadi pada infark lakunar. Dalam penelitian
tersebut juga ditemukan kenaikan hematokrit secara signifikan disertai
kenaikan tekanan darah sistolik
3.5 Patogenesis
3.8 Prognosis
Pada laporan ini diajukan kasus penderita laki-laki berusia 57 tahun yang
datang ke IGD RSML dengan keluhan utama tangan terasa lemas Tangan semakin
terasa lemas saat akan pergi bekerja. Sebelumnya, pasien mengeluh pusing sejak
bangun tidur. Pasien tidak mengeluh pingsan. Pasien masih bisa berjalan sendiri
saat pergi ke UGD. Tidak disertai dengan mual, muntah, kejang, panas, dan pelo.
Penderita sudah 5 tahun menderita Hipertensi yang tak dikontrol dengan obat dan
juga hiperkolesterol. Keluarga pasien banyak yang mengalami hal serupa pula.
Diperparah dengan kebiasaan buruk pasien dengan sering mengkonsumsi kopi.
Pada pemeriksaan umum yang dilakukan saat pasien datang ke IGD didapatkan
GCS 456, tekanan darah 220/115, nadi 80x / menit, frekuensi nafas 22x/menit,
temperatur 36,50C. Tidak didapatkan tanda-tanda anemis maupun ikterik pada
konjungtiva dan sklera juga pada pemeriksaan leher, thorax, abdomen dan
extrimitas dalam batas normal. Pada peneriksaan neurologis di IGD didapatkan
tanda meningeal sign negatif sedangkan pemeriksaan motorik kekuatan otot
ekstremitas atas 5 / 3 dan ekstremitas bawah 5 / 4 dan sensorik dalam batas
normal. Dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis yang dilakukan, penyebab
keluhan adalah akibat dari CVA Bleeding. CVA Bleeding disebabkan oleh
banyak faktor, beberapa diantaranya adalah karena hipertensi. Pada pasien ini
terdapat hipertensi yang tidak dikontrol dengan obat dan pola hidup yang baik dan
benar (210/115 mmHg).
Jauch, C Edward et al, 2017, Ischemic Stroke, Medscape eMedicine, viewed July
overview
Misbach, Jusuf, Ali, Wendra, 2001, Stroke in Indonesia: A first large prospective